Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

Asal kata Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani, yaitu an berarti
“tidak, tanpa” dan aesthētos adalah “persepsi, kemampuan untuk merasa”), yang
secara umum berarti suatu tindakan untuk menghilangkan rasa sakit ketika
melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit
pada tubuh.1
Anesthesia terbagi menjadi anesthesia umum dan anesthesia lokal. Anestesi
umum adalah tindakan untuk meniadakan rasa nyeri secara sentral disertai dengan
hilangnya kesadaran dan bersifat reversible. Dengan anestesi umum, akan diperoleh
trias anesthesia, yaitu hypnosis, analgesia, dan relaksasi. Hipnosis biasanya
didapatkan dari sedatif dan anestesi inhalasi. Sementara efek analgesia didapat dari
N2O dan analgetika narkotik maupun non narkotik. Trias anestesi hanya dimiliki oleh
eter, maka dari itu anestesi pada saat ini menggabungkan beberapa macam obat agar
tercapai trias anestesinya. Anestesi umum dapat diberikan secara intravena dan
inhalasi.1,2
Saat ini, anestesi inhalasi tergolong cukup popular oleh karena kemudahan
dalam penatalaksanaannya dan juga kemampuan untuk memonitor efek yang
ditimbulkan secara langsung dalam pemberian obat-obatan anestesi tersebut. Obat
anestesi inhalasi yang pertama kali digunakan dalam membantu proses pembedahan
ialah N2O, kemudian disusul oleh eter, kloroform, etil-klorida, etilem, siklo-propan,
trikloro-etilen, iso-propenil-vinil-eter, propenil-metil-eter, fluoroksan, etil-vinil-eter,
halotan, metoksi-fluran, enflurane, isoflurane, desfluran dan sevoflurane.1
Dewasa ini, anestesi inhalasi yang umum digunakan dalam praktek klinik
meliputi N2O, halotan, enfluran, , isoflurane, desfluran dan sevoflurane. Obat-obat
anestesi inhalasi lainnya kerap ditinggalkan dikarenakan efek samping yang kerap
merugikan, seperti pada eter dan etil-klorida yang memiliki potensi untuk terbakar
dan meledak yang cukup tinggi, Selain itu eter dan kloroform juga dapat

1
menyebabkan kerusakan pada hepar. Sedangkan etil-klorida sangat mudah menguap
dan terbakar, sehingga sudah tidak dianjurkan lagi penggunaannya untuk anestesi
umum, namun hanya untuk induksi. Triklor-etilen juga sudah tidak dianjurkan lagi
dikarenakan memiliki efek bradi-aritmia. Di lain sisi, metoksifluran diketahui toksis
terhadap ginjal dan dapat menyebabkan kerusakan hepar.1,3
Diketahui bahwa saat ini sevofluran ialah obat anestesi inhalasi generasi
terbaru memiliki sederet keunggulan dibandingkan pendahulunya. Sevofluran
memiliki onset kerja serta pemulihan yang cepat dari pengaruh anestesi, sehingga saat
ini kerap menjadi pilihan utama.3

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PERISAPAN, PENILAIAN PRA ANESTESI, DAN INDUKSI


Persiapan tindakan anestesi umum meliputi pengenalan diri dan salam,
mengecek kembali identitas pasien, periksa ada tidaknya factor penyulit dan
memastikan apakah pasien sudah puasa, melihat kembali hasil pemeriksaan
laboratorium atas indikasi, serrta memasang alat monitor standar (EKG, pulse
oximeter, pengukur tekanan darah, IV line). Dari hal di atas dapat diketahui status
anestesi menurut The American Society of Anesthesiologist (ASA).4
Premedikasi adalah pemberian obat sebelum induksi anesthesia dengan
tujuan untuk meredakan kecemasan, memperlancar induksi, meminimalkan jumlah
obat anestesi, mengurangi mual dan muntah pasca bedah, menciptakan amnesia,
mengurangi reflex yang membahayakan..4
Induksi merupakan tindakan untuk membuat pasien dari sadar menjadi tidak
sadar, sehingga memungkinkan dimulainya anesthesia dan pembedahan. Untuk
persiapan induksi anesthesia sebaiknya dengan STATICS:4
S = Scope Stetoskop, Laringoskop
T = Tubes ETT sesuai ukuran
A = Airway Guedel, Nasotracheal airway
T = Tape Plester
I = Introducer Mandrin atau stilet
C = Connector Penyambung antara pipa dan peralatan anestesi
S = Suction Penyedot lendir, ludah.
Induksi inhalasi hanya dikerjakan dengan halotan atau sevoflurane. Cara induksi ini
dikerjakan pada bayi atau anak yang belum terpasang jalur vena atau dewasa yang
takut disuntik. Induksi halotan memerlukan gas O2 atau campuran O2 dan N2O.
Induksi dimulai dengan aliran O2 >4 L/m atau campuran N2O : O2 = 3: 1 airan >4
L/m, dimulai dengan halotan 0,5 vol % sampai konsentrasi yang dibutuhkan. Jika

3
pasien batuk, konsentrasi halotak sebaiknya diturunkan, dan dinaikkan lagi setelah
tenang.2,3
Induksi dengan sevofluran lebih disukai karena pasien jarang batuk, walaupun
langsung diberikan dengan konsentrasi tinggi sampai 8 vol %. Induksi dengan
enfluran, isfluran atau desfluran jarang dilakukan karena pasien sering batuk dan
waktu induksi menjadi lebih lama.3

2.2. ANESTESI INHALASI


Anestesi inhalasi adalah anesthesia dengan menggunakan gas atau cairan
anestetika yang bersifat volatile (mudah menguap) sebagai zat anestetika melalui
udara pernafasan. Zat anestetika yang dipergunakan berupa suatu campuran gas
(dengan O2) dan konsentrasi zat anestetika tersebut tergantung dari tekanan
parsialnya. Tekanan parsial dalam jaringan otak menentukan kekuatan daya
anesthesia. Zat anestetika bisa disebut kuat jika dengan tekanan parsial rendah sudah
mampu memberikan anesthesia yang adekuat.4,5
Tatalaksana Anestesi Umum Inhalasi Sungkup Muka:5
Indikasi:
1. Operasi kecil dan sedang di daerah permukaan tubuh dan berlangsung
singkat dengan posisi terlentang, tanpa membuka rongga perut
2. Keadaan umum pasien cukup baik
3. Lambung kosong
Kontra indikasi:
1. Operasi di daerah kepala dan jalan nafas.
2. Posisi operasi miring atau terlungkup.

Tatalaksana:
1. Pasien telah disiapkan sesuai dengan pedoman
2. Pasang alat pantau
3. Siapkan alat dan obat resusitasi

4
4. Siapkan mesin anestesi dengan system sirkuit serta gas anestesi yang
digunakan
5. Induksi
6. Berikan salah satu kombinasi inhalasi
7. Awasi pola napas. Bila tampak hipoventilasi, berikan nafas intermiten
secara sinkron sesuai dengan irama nafas pasien
8. Pantau denyut nadi dan tekanan darah
9. Jika operasi sudah selesai, hentikan aliran gas/obat anestesi inhalasi dan
berikan oksigen 100%.
Anestesi inhalasi masuk dengan inhalasi/inspirasi melalui peredaran darah
sampai ke jaringan otak. Faktor-faktor lain seperti respirasi, sirkulasi, dan sifa-sifat
fisik zat anestetika mempengaruhi kekuatan maupun kecepatan anesthesia.5
Faktor respirasi. Pada setiap inspirasi, sejumlah zat anestetika akan masuk
ke dalam paru-paru (alveolus). DI dalam alveolus akan dicapai suatu tekanan parsial
tertentu, dan kemudian zat anestetika akan berdifusi melalui membrane alveolus. Hal-
hal yang mempengaruhi tekanan parsial zat anestetika dalam alveolus adalah:4
1. Konsentrasi zat anestetika yang dihirup/diinhalasi, makin tinggi
konsentrasinya, makin cepat naiknya tekanan parsial zat anestetika dalam
alveolus
2. Ventilasi alveolus, semakin tinggi ventilasi alveolus, makin cepat
meningginya tekanan parsial alveolus.
Faktor sirkulasi. Terdiri dari sirkulasi arterial dan vena. Sewaktu induksi,
konsentrasi zat anestetika dalam darah arterial lebih besar daripada darah vena.
Faktor yang mempengaruhi:4
1. Perubahan tekanan parsial zat anestetika yang jenuh dalam alveolus
dan darah vena menyebabkan lama kelamaan jaringan tersebut menjadi
jenuh, sehingga zat anestetika yang kembali ke paru-paru dan vena lebih
banyak sehingga tekanan parsial di vena semakin tinggi dan akan
mempengaruhi difusi zat anesthesia melalui membrane alveolus.
2. Rasio konsentrasi zat anestetika dalam darah terhadap konsentrasi
dalam gas setelah keduanya dalam keadaan seimbang, Jika koefisien

5
partisi rendah, konsentrasi alveolus akan naik dengan cepat tergantung
ventilasi yang berujung pada peningkata tekanan parsial dalam darah
sehingga anesthesia dapat cepat didalamkan dan zat ini tergolong sebagai
zat yang poten
3. Aliran darah. Makin banyak aliran darah melalui paru, akin banyak zat
anestetika yang diambil dari alveolus.Obat anestesi inhalasi merupakan
salah satu teknik anestesi umum yang dilakukan dengan cara memberikan
kombinasi obat-obatan anestesi inhalasi yang berupa gas dan atau cairan
yang bersifat volatile melalui alat maupun mesin anestesi langsung ke
udara saat inspirasi berlangsung.

Faktor jaringan. 5
1. Perbedaan tekanan parsial obat anestetika antara darah arteri dan jaringan.
2. Koefisien partisi jaringan/darah.
3. Aliran darah terdapat pada 4 kelompok jaringan:
a. Jaringan yang kaya akan pembuluh darah (organ vital, sepeerti
jantung, hepar, ginjal, otak). Organ ini mendapatkan sekitar 70%
curah jantung hingga tekanan parsial zat anestetik meninggi
dengan cepat dalam organ-organ ini.
b. Intermediate seperti otot skelet dan kulit
c. Lemak
d. Jaringan sedikit pembuluh darah seperti ligament dan tendon.
Faktor zat anestetika. Tiap zat anestetika memiliki potensi yang berbeda.
Untuk menentukan derajat potensi ini, dikenal adanya MAC, yaitu Minimal
Alveolar Concentration – konsentrasi terendah zat anestetika dalam udara alveolus
yang mampu mencegah terjadinya respon terhadap rangsang sakit. Makin rendah
nilai MAC, making tinggi potensi zat anestetika.5
Faktor lainnya seperti ventilasi (makin besar ventilasi makin cepat meninggi
tekanan parsial dalam alveolus dan darah, yang akan mempercepat anesthesia),
curah jantung (makin tinggi curah jantung, makin lambat induksi dan kedalaman
anesthesia), dan suhu (makin turun suhu, makin banyak larut dalam darah sehingga

6
makin banyak zat anestetika masuk dalam darah dan makin cepat anesthesia
terjadi).5
Obat – obatan inhalasi diberikan sebagai uap melalui saluran nafas.
Keuntungannya adalah absorpsi yang cepat melalui paru – paru. Pemberiannya
mudah dipantau dan bila perlu setiap waktu dapat dihentikan. Obat anestesi inhalasi
umumnya digunakan untuk memelihara anestesi.4,5
Suatu anestetik inhalasi disebut ideal bila tidak toksik pada organ, efek
samping kardiovaskular dan respirasi minimal, Efek pada system saraf pusat
reversible tanpa efek simultant, Efektif pada oksigen konsentrasi tinggi, dan
digunakan pada vaporizer standar.6

2.3. OBAT ANESTESI INHALASI


A. N2O (NITROUS OXIDE)
Gas N2O pertama kali ditemukan oleh Priestley (1722), merupakan satu-
satunya gas anorganik yang dipakai dalam ilmu anestesiologi. N2O merupakan gas
yang tidak berwarna, berbau manis dan tidak iritatif. Berat molekulnya 44.02 dengan
titik didih 88.4 derajat celcius. N2O tidak mudah terbakar atau meledak.7
Terdapat 3 fase pengambilan N2O berdasarkan saturasi arteri:6
1. 50% saturasi dalam 5 menit
2. 90% saturasi dalam 30-90 menit
3. Saturasi penuh dalam 5 jam
N2O hampir seluruhnya dikeluarkan melalui paru-paru, hanya sedikit yang
melalui kulit, urine, dan saluran pencernaan. N2O menimbulkan efek analgesia dan
hipnotik yang lemah, sebaiknya diberikan bersamaan dengan golongan lainnya
seperti diazepam. N2O relative aman untuk jantung dan pernafasan, maupun
pencernaan.6
Pemakaian O2 minimal berbarengan dengan O2 dapat mencegah kejadian
yang disebut hipoksia difusi, dimana N2O bersifat mendesak oksige dalam tubuh. Hal
ini sering terjadi swwaktu fase pemulihan dimana pasien bernafas dengan udara
normal, sejumlah besar N2O akan masuk ke alveoli dan mendesak O2 di alveoli

7
sehingga terjadi hypoxia. Hal ini dapat ditanggulangi dengan pemberian O2 beraliran
tinggi beberapa menit setelah anestesi. Penggunaan N2O : O2 umumnya = 60% :
40%, 70% : 30%, 50% : 50%.7

B. HALOTHANE
Halothane dibuat pertama kali oleh C.W. Suckling di tahun 1951, merupakan
zat anestesi yang sangat poten dan tidak berwarna, dapat meningkatkan tekanan intra
kranial serta dapat menyebabkan relaksasi uterus. Halothane dapat menimbulkan
terjadinya halothane hepatitis, terutama bila obat ini diberikan dalam jangka waktu
pendek (pemberian berkali-kali dalam jangka waktu pendek). Induksi dan pemulihan
cepat tidak menyebabkan iritasi, tidak mengakibatkan mual, dan berefek
bronchodilator. Mendepresi jantung, menyebabkan vasodilatasi, aritmia, mengiritasi
miokard bila ada epineprin. Obat ini dimetabolisme di hepar sebanyak 20-45%.
Halothane adalah obat anestesi inhalasi berbentuk cairan bening tak berwarna yang
mudah menguap dan berbau harum.8
Indikasi dari halotan ialah Untuk induksi anestesi dan maintenance pada anak-
anak dan dewasa bersama-sama dengan oxygen atau nitrous oxide 70%-oxygen.
Famakologi dari halotan pada System Cardiovascular:5
1. Menurunkan tekanan arteri
2. Menimbulkan depresi langsung pada miocardium
3. Melebarkan pembuluh darah dalam otot – otot dan juga arteri coronaria
4. Blokade ganglion simpatikus
5. Depresi pusat vasomotor
6. Menimbulkan bradikardi  penurunan cardiac output
7. Menimbulkan hambatan pada baroreseptor

Efek Samping 8
1. Sistem Pencernaan

8
Kelenjar liur, kelenjar lendir, dan cairan lambung tidak mengalami rangsangan oleh
halothane. Gerakan peristaltik usus dihambat oleh halothane, tapi terjadinya rasa
mual dan muntah pada masa pasca anestesi kadang-kadang hebat.

2. Susunan Syaraf Pusat


Halothane menimbulkan anestesi yang kuat pada SSP, tapi bila diberikan dalam
konsentrasi rendah daya analgesiknya rendah. Halothane meningkatkan aliran darah
dalam otak dan meningkatkan tekanan cairan cerebrospinalis.

3. Sistem Pernafasan
Halothane menimbulkan depresi pernafasan. Frekuensi pernafasan bertambah tapi
volumenya menurun. Bila induksi dilakukan dengan halothane dan udara biasa, tanpa
oxygen, maka dapat terjadi gangguan saturasi oxygen akibat dari hypoventilasi dan
harus dilakukan nafas buatan. Untuk mendapatkan tekanan oxygen dalam arteri yang
cukup hendaknya halothane diberikan bersama oxygen 35% atau lebih. Halothane
menimbulkan pelebaran pada bronchus sebagai akibat dari blokade pada refleks
bronkhokonstriksi.

4. Sistem Otot
Relaksasi otot perut dapat dicapai dengan stadium yang cukup dalam dan otot yang
pertama mengalami relaksasi adalah otot masester pada mulut sehingga hal ini
memudahkan tindakan laringoskopy.

· 5. Uterus
Halothane dapat menimbulkan atonia uteri dan pendarahan post partum jika
digunakan dalam kasus obstetrik. Hal ini membahayakan dan jangan menggunakan
halothane dalam kasus obstetrik, namun untuk tindakan versi extraksi halothane
sangat memuaskan. Halothane, walaupun diberikan hanya dalam konsentrasi 0,5%

9
dapat menimbulkan perdarahan yang banyak pada tindakan curretage uterus, bahkan
sewaktu diberikan oxytocin sekalipun.

· 6. Liver
Adanya pengaruh dari halothane yang menyebabkan terjadinya ”halothane-
hepatitis”.
Terjadinya ikterus yang sehubungan dengan anestesi halothane adalah hepatocellular.
Para ahli sepakat untuk tidak memberikan anestesi halothane secara berulang sebelum
lewat 28 hari, dan bila ditemukan ikterus pasca anestesi halothane, hal ini dianggap
sebagai kontraindikasi untuk waktu yang akan datang.
Beberapa teori dari mekanisme terjadinya ”halothane-hepatitis’ yaitu :
1. Oxidase metabolit halothane dapat mempengaruhi antigenitas dari
membran hepatocyte, yang mengakibatkan rusaknya immunology antibody.
2. Faktor genetic dapat mempengaruhi produksi antibody.
3. Produk dari metabolisme reduktif dapat menimbulkan keracunan
langsung.

7. Ginjal
Halothane akan menurunkan aliran darah ke ginjal dan menurunkan filtrasi
glomerolus sehingga produksi urine menurun, ini semua akibat dari hypotensi yang
terjadi oleh pengaruh halothane.

METABOLISME DARI HALOTHANE


Suatu percobaan pada tikus yang diberi suntikan halothane secara intravena
menunjukkan terjadinya penumpukan halothane dalam liver. Pada penyuntikan
ulangan ditemukan peningkatan yang cepat dari konsentarsi halothane dalam liver,
hal ini menujukkan terjadinya rangsangan dari sistem induksi enzym. Kenyataan yang
terjadi pada manusia adalah metabolisme enzym terjadi dengan terbentuknya
trifluoracetylethanolamide-chlorobromodofluoroethylene, bromide, chloride dan

10
trifluoroacetic acid dalam urine. Yang terakhir ini merupakan hasil metabolisme
oxidasi utama dari halothane dan relatif non toksik. Motabolit akan dikeluarkan dari
tubuh dalam waktu yang lambat, sampai 3 minggu baru bisa terbebas.7,8

EFEK HORMONAL
Terjadi peningkatan kadar hormon pertumbuhan di dalam plasma selama
anestesi dengan halothane, respon adrenocortical muncul melalui rangsangan kelenjar
pituitrin anterior. Serum thyroxine juga meningkat, tetapi hormon thyroid stimulating
dari pituitrin tidak meningkat, tetapi sensitifitas pasien terhadap insulin itu
meningkat, maka bila ada pasien diabetes yang mendapat insulin menjalani anestesi
dengan halothane harus hati-hati karena dapat terjadi hypoglicaemia yang hebat.6
Kerugian dari halotan sendiri adalah kekuatan dari obat ini sangat kuat
sehingga mudah terjadi over dosis, Daya analgesiknya rendah , Dapat menimbulkan
relaksasi uterus dan resiko perdarahan yang hebat pada kasus-kasus obstetrik,
Menimbulkan hypotensi, yang mungkin tak diduga menjadi berat, Kemungkinan
toksis pada liver terutama pada pemberian berulang , dan Dapat menimbulkan
menggigil pasca anestesi yang kadang-kadang menjadi hebat. Meskipun terdapat
sederet efek halotan, halotan masih sering digunakan dikarenakan keuntungannya,
yaitu: induksi cepat dan halus, tidak mengiritasi saluran nafas, dapat menimbulkan
pelebaran bronkhus serta vasodilatasi, dan proses pemulihan relative cepat.5
Induksi diberikan bersama oxygen atau nitrous oxide70%-oxygen mulai dari
konsentrasi 0,5% dan secara bertahap dinaikkan sampai konsentrasi 2-4%. (terutama
pada anak-anak).7
Alternatif lain dapat diberikan obat barbiturat yang bekerja cepat dengan dosis
hypnosis secara intravena, tetepi penyuntikan dilakukan secara perlahan-lahan karena
efek depresi pada system cardiovaskuler dan pernafasan dari obat ini menjadi lebih
kuat bila diberikan terlalu cepat, atau obat anestesi intravena yang lain, dan kemudian
dilanjutkan dengan inhalasi halothane-oxygen atau halothane – N2O 70%-oxygen
dengan konsentrasi sampai 2-4%. Untuk mempertahankan stadium anestesi bedah

11
konsentrasi halothane diturunkan menjadi 0,5 - 2,0% bersama oxygen atau N2O
70%.4
Recovery dari anestesi dengan halothane terjadi cukup cepat. Terjadinya rasa
mual dan muntah pada masa pasca bedah / anestesi kadang-kadang hebat, maka harus
dilakukan pengawasan dan perawatan yang seksama untuk mencegah terjadinya
komplikasi akibat muntah (umpamanya : aspirasi ), terutama pada pasien yang waktu
puasa pra bedah tidak cukup, kurang dari 8 jam (dewasa), seperti pada kasus bedah
akut.5
Selain daripada itu pengamatan atau monitoring harus dilakukan sesuai standar
monitoring.
Terjadinya menggigil pada masa pasca bedah sering terjadi pada anestesia
dengan halothane. Ini ada hubungannya dengan meningkatnya tonus otot secara
menyeluruh baik yang bersifat sementara atau menetap. Seringkali hal ini juga ada
hubungannya dengan turunnya suhu badan pasien selama pembedahan. Untuk
mencegah hal ini dapat diberikan uap hangat ke dalam sirkuit pernafasan selama
pembedahan.7

PEMBERIAN HALOTHANE8
Tergantung dari system dan teknik anestesi yang akan digunakan, maka
pemberian halothane itu dapat dilakukan seperti berikut :
1. High Gas Flow System
Sistem ini menimbulkan penghamburan halothane dan polusi ruangan dengan
uap halothane, namun banyak praktisi yang menyukai system ini karena
diangap lebih aman daripada system semi closed atau closed system, karena
konsentrasi halothane yang diberikan itu sama seperti yang ditunjuk dalam
vaporizer.

2. Low Gas Flow System dengan Rebreathing

12
Halothane dapat diberikan dengan system ”to-and-fro” atau system
”circle absorbtion” baik semi-closed maupun closed system. Para Praktisi
telah melakukan teknik ini dengan memberikan aliran oxygen murni 1
liter/menit dengan konsentrasi halothane 2 – 3 % itu memberikan hasil yang
memuaskan untuk maintenance anestesi. Cara ini lebih ekonomis dan tidak
menimbulkan polusi.

C. ENFLURANE
Obat anestesi inhalasi yang relative baru, ditemukan pada tahun 1966 di
Amerika. Enflurane berbentuk cairan, mudah menguap dan berbau enak. Berat
molekul 184. Titik didih 56.5 derajat celcius. MAC 1.68.7
Merupakan anestetika yang poten, dapat mendepresi SSP sehingga
menimbulkan efek hipnotik. Sebaiknya tidak digunakan pada pasien dengan epilepsy
karena pada konsentrasi inspirasi 3% dapat timbul perubahan pada EEG yang disebut
“epileptiform”. Pada anestesi dalam dapat menimbulkan penurunan tekanan darah
karena deoresi pada miokardium. Aritmia jarang terjadi. Pada system pernafasan,
dapat mendepresi ventilasi pulmoner dengan menurunkan volume tidal dan dapat
meningkatkan laju nafas. 8
Enflurane jika digunakan bersamaan dengan obat pelumpuh otot non
depolarisasi dapat meningkatkan aktivitas obat tersebut. Penggunaan enfluran pada
operasi SC relative aman pada konsentrasi rendah (0.5-0.8%) tanpa menimbulkan
depresi pada fetus, tetapi tetap harus berhati-hati pada pemakaian dengan konsentrasi
tinggi karena dapat menimbulkan relaksasi pada otot uterus. Enflurane juga aman
digunakan pada pasien dengan penyakit hati maupun ginjal, serta obat ini juga jarang
menimbulkan mual dan muntah. Masa pemulihannya juga cepat.8

D. ISOFLURANE

13
Isoflurane suatu obat anestesi volatile yang induksinya cepat dan
pemulihannya cepat, tidak iritasi dan tidak menimbulkan sekresi. Seperti halnya
halotan dan enfluran, Isoflurane berefek bronkhodilator, tidak menimbulkan mual-
muntah, dan bersifat kompatibel dengan epineprin. Efek penurunan tekanan darah
sama besarnya dengan halotan, hanya berbeda dalam mekanisme kerjanya. Isoflurane
menurunkan tekanan darah terutama dengan vasodilatasi perifer dan hampir tidak
mendepresi miokardium. Indikasi isoflurane adalah Untuk inhalasi umum inhalasi
baik sebagai induksi maupun maintenance anestesi.8
Kontraindikasi isoflurane ialah sensitive terhadap obat anestesi halogen,
diketahui atau dicurigai mudah mengalami demam yang hebat (malignant
hyperthermia), serta pernah mendapat anestesi isoflurane atau obat halogen lainnya
dan terjadi ikterus atau gangguan fungsi hepar atau eosinophilia pada masa pasca
anestesi, kasus obstetric.8
Isoflurane Mempunyai tekanan uap sekitar 238 mm Hg pada 20 ºC dan
mendidih pada 48,5 ºC(760 mm Hg tekanan atmofer). Dalam hal ini isoflurane serupa
dengan anestetik volatil lainnya dan dapat diberikan melalui vaporisator standar.
Isoflurane Memiliki MAC dalam oksigen sebesar 1,15% atm dan dalam 70 % oksida
nitrosa sebesar 0,5 %. Koefisien partisi darah/gas adalah 1,4. Kelarutan yang
menengah dalam darah ini dikombinasi dengan potensi yang tinggi berarti suatu
induksi anestesia yang cepat. Setelah pemberian 30 menit ratio konsentrasi alveoler
terhadap konsentrasi yang diinspirasi adalah 0,73. Dosis Isoflurance 1,15 % dalam
oksigen murni, dan menjadi 0,5 % bila diberikan bersama Nitrous Oxide 70 % dalam
oksigen. Isoflurane harus diberikan menggunakan vaporizer.8
Obat anticholinergis seperti sulfas atropin mungkin diperlukan untuk
mendapatkan efek depresi pada sekresi saliva dan lendir saluran nafas, tapi mungkin
meningkatkan efek isoflurane yang lemah untuk meningkatkan denyut jantung.
Isoflurane memiliki bau yang sedikit menyengat maka bila digunakan sebagai induksi
sebaiknya dimulai dengan konsentrasi 0,5%.8

14
Konsentrasi 1,30 – 3,00 % biasanya akan membawa kedalam stadium anestesi
pembedahan dalam waktu 7 - 10 menit. Dianjurkan agar induksi sebaiknya
menggunakan obat barbiturat yang bekerja cepat dengan dosis hipnosis atau propofol
atau midazolam untuk menghindari terjadinya batuk dan spasme laring selama
induksi bila induksi hanya dengan isoflurane dan oxygen atau isoflurane dan nitrous
oxide 70 %.8
Tekanan darah mungkin sedikit menurun selama induksi tetapi hal ini akan
kembali normal setelah terjadi stimulasi pembedahan. Stadium anestesi pembedahan
dapat dipertahankan dengan memberikan konsentrasi isoflurane diberikan hanya
dengan oxigen 100 % atau dengan Nitrous Oxide kurang dari 70 %, maka
konsentrasinya ditambah 0,5 – 1,00 %, selama maintenance dapat terjadi penurunan
tekanan darah yang ada hubungan dengan kedalaman anestesi, semakin lebih dalam
stadium anestesi semakin besar penurunan tekanan darahnya. Bila tidak ada faktor
lain yang menyebabkan penurunan tekanan darah, terjadi hypotensi ini ádalah akibat
dari terjadinya vasodilatasi perifer.6,7
Kedalaman anestesi yang berlebihan dengan tanda-tanda penurunan tekanan
darah yang banyak dapat diatasi dengan menurunkan konsentrasi isoflurane.
Konsentrasi isoflurane dapat dikurangi menjadi 0,5 % pada saat mulai penjahitan
kulit luka bedah, lalu 0 % pada akhir penjahitan luka bedah. Bila digunakan obat
pelemas otot dan efeknya masih ada maka harus dilakukan pemulihan fungsi otot
sehingga pasien bernafas spontan secara adekuat dan diberikan oxigen murni sampai
kesadaran pulih penuh.7
Efek samping dari isoflurance antara lain adalah Hypotensi, Depresi
pernafasan, Arrythmia, Kenaikan leukosit, Menggigil, Rasa mual dan muntah,
Kenaikan denyut nadi yang ringan,Broncospasme, Gangguan fungsi hepar.

E. DESFLURANE

15
Merupakan cairan yang mudah terbakar tapi tidak mudah meledak, bersifat
absorben dan tidak korosif untuk logam. Karena sukar menguap, dibutuhkan
vaporiser khusus untuk desfluran. Dengan struktur yang mirip isofluran, hanya saja
atom klorin pada isofluran diganti oleh fluorin pada desfluran, sehingga kelarutan
desfluran lebih rendah (mendekati N2O) dengan potensi yang juga lebih rendah
sehingga memberikan induksi dan pemulihan yang lebih cepat dibandingkan isofluran
(5-10 menit setelah obat dihentikan, pasien sudah respons terhadap rangsang verbal).
Desfluran lebih digunakan untuk prosedur bedah singkat atau bedah rawat jalan.
Desfluran bersifat iritatif sehingga menimbulkan batuk, spasme laring, sesak napas,
sehingga tidak digunakan untuk induksi. Desfluran bersifat ¼ kali lebih poten
dibanding agen anestetik inhalasi lain, tapi 17 kali lebih poten dibanding N2O.8
Efek terhadap kardiovaskular desfluran mirip dengan isofluran, hanya saja
tidak seperti isofluran, desfluran tidak meningkatkan aliran darah arteri koroner. Efek
terhadap respirasi adalah penurunan volume tidak dan peningkatan laju napas. Secara
keseluruhan terdapat penurunan ventilasi alveolar sehingga terjadi peningkatan
PaCO2. Efek terhadap SSP adalah vasodilatasi pembuluh darah serebral, sehingga
terjadi peningkatan TIK, serta penurunan konsumsi oksigen oleh otak. Tidak ada
laporan nefrotoksik akibat desfluran, begitu juga dengan fungsi hati.6
Desfluran memiliki kontraindikasi berupa hipovolemik berat, hipertermia
malignan, dan hipertensi intrakranial. Desfluran juga dapat meningkatkan kerja obat
pelumpuh otot nondepolarisasi sama halnya seperti isofluran.6

F. SEVOFLURANE
Sama halnya dengan desfluran, sevofluran terhalogenisasi dengan fluorin.
Peningkatan kadar alveolar yang cepat membuatnya menajdi pilihan yang tepat untuk
induksi inhalasi yang cepat dan mulus untuk pasien anak maupun dewasa. Induksi
inhalasi 4-8% sevofluran dalam 50% kombinasi N2O dan oksigen dapat dicapai
dalam 1-3 menit.8

16
Sevofluran dapat menurunkan kontraktilitas miokard, namun bersifat ringan.
Resistensi vaskular sistemik dan tekanan darah arterial secara ringan juga mengalami
penurunan, namun lebih sedikit dibandingkan isofluran atau desfluran. Belum ada
laporan mengenai coronary steal oleh karena sevofluran. Agen inhalasi ini dapat
mengakibatkan depresi napas, serta bersifat bronkodilator. Efek terhadap SSP adalah
peningkatan TIK, meski beberapa riset menunjukkan adanya penurunan aliran darah
serebral. Kebutuhan otak akan oksigen juga mengalami penurunan. Efeknya terhadap
neuromuskular adalah relaksasi otot yang adekuat sehingga membantu dilakukannya
intubasi pada anak setelah induksi inhalasi. Terhadap ginjal, sevofluran menurunkan
aliran darah renal dalam jumlah sedikit, sedangkan terhadap hati, sevofluran
menurunkan aliran vena porta tapi meningkatkan aliran arteri hepatik, sehingga
menjaga aliran darah dan oksigen untuk hati.7,8
Enzim P-450 memetabolisme sevofluran. Soda lime dapat mendegradasi
sevofluran menjadi produk akhir yang nefrotoksik. Meski kebanyakan riset tidak
menghubungkan sevofluran dengan gangguan fungsi ginjal pascaoperasi, beberapa
ahli tidak menyarankan pemberian sevofluran pada pasien dengan disfungsi ginjal.
Sevofluran juga dapat didegradasi menjadi hidrogen fluorida oleh logam pada
peralatan pabrik, proses pemaketannya dalam botol kaca, dan faktor lingkungan, di
mana hidrogen fluorida ini dapat menyebabkan luka bakar akibat asam jika terkontak
dengan mukosa respiratori. Untuk meminimalisasi hal ini, ditambahkan air dalam
proses pengolahan sevofluran dan pemaketannya menggunakan kontainer plastik
khusus.8
Sevofluran dikontraindikasikan pada hipovolemik berat, hipertermia maligna, dan
hipertensi intrakranial. Sevofluran juga sama seperti agen anestetik inhalasi lainnya,
dapat meningkatkan kerja pelumpuh otot.7

17
G. ETHYL CHLORIDA
Cairan tidak berwarna, bau eter, mudah terbakar dengan konsentrasi 4-14%,
bisa juga untuk anestesi lokal (spray), ekskresi melalui paru, batas keamanan
sempit. DIgunakan sebagai induksi pada pemakaian Ether open drop. Jika
digunakan berbarengan dengan adrenalin bisa muncul iritabilitas. sering
digunakan pada operasi ekstraksi gigi, tetapi dapat mendepresi otot jantung
sehingga menyebabkan aritmia. Sering menyebabkan mual dan muntah pasca
anestesi. Cepat induksi dan waktu pemuihannya.8

H. ETHER
Zat yang tidak berwarna dan bersifat volatile. Memiliki bau khas yang
merangsang dengan MAC 1,92. Cenderung mudah untuk terbakar dan meledah.
Dikarenakan mudahnya terurai dengan udara bebas, makan penyimpanan
sebaiknya tertutup. Kerjanya mempengaruhi pelepasan katekolamin sehingga
menyebabkan tekanan darah dan nadi yang meningkat. Jarang terjadi aritmia,
sehingga aman jika digunakan bersama adrenalin. Pada system respirasi, ether
meningkatkan sekresi kelenjar ludah dan bisa iriatatif sehingga menimbulkan
batuk dan spasme. 5
Dapat menyebabkan efek hipersekresi, tetapi dapat ditangani dengan
pemberian sulfas atropine dalam premedikasi. Memiliki efek samping mual dan
muntah, tetapi bisa ditangani oleh pemberian obat anti emetic saat premedikasi.
Ether juga meningkatkan tekanan intracranial sehingga bisa terjadi dilatasi pada
otak. Hati-hati pada pasien dengan diabetes mellitus karena dapat meningkatkan
glikogenolisis.5
Ether ialah muscle relaxant yang amat baik, ether ialah satu-satunya obat yang
memiliki Trias Anestesi. Keuntungannya juga selain harganya yang relative
murah, ether mudah dibawa kemana-kemana dan bisa digunakan tanpa oksigen.

18
2.4. MINIMAL ALVEOLAR CONCENTRATION (MAC)
Efek farmakodinamik gas inhalasi didasarkan atas dosis. Dosis ini disebut
dengan konsentrasi alveolar minimal (MAC). MAC adalah konsentrasi minimal
alveoli pada tekaan 1 atm yang dapat mencegah pergerakan pada 50% pasien ketika
dilakukan stimulus pembedahan. Dalam penelitian, dikatakan sangat mustahil bagi
pasien untuk sadar dan mengingat saat dilakukan insisi pada konsentrasi anestetika
diatas, meskipun pada pasien-pasien yang kebutuhan MAC nya meningkat.
Konsentrasi gas inhalasi untuk menghilangkan kesadaran dan ingatan ialah sekitar
0,4-0,5 MAC.6
Nilai MAC dapat diukur dalam beberapa keadaan:6
1. MAC-awake, MAC dimana pasien masih dapat membuka mata
dengan perintah, bervariariasi antara 0,15 – 0,5 MAC. Sementara
untuk membuat pasien tidak sadar dibutuhkan MAC 0,4 – 0,5 MAC,
tetapi 0,15 MAC untuk mengembalikan kesadaran. Hal ini
dikarenakan perbedaan kecepatan alveolar memasukkan dan
mengekuarkan gas.
2. MAC-BAR, konsentrasi alveoli dimana dapat menumpulkan respon
adrenergic terhadap stimulus noksius, besarnya kira-kira 50% lebih
besar dari MAC standar.
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan MAC:6
1. Peningkatan level neurotransmitter sentral
2. Hipertermi dan hipernatremia
3. Penggunaan alcohol kronik
Faktor-faktor yang menurunkan MAC:6
1. Bertambahnya umur (MAC tertinggi pada usia 6-12 bulan), menurun
seiringnya bertambah usia.
2. Asidosis metabolic
3. Hipoksia (PaO2 < 38mmHg)
4. Hipotensi kendali (MAP <50mmHg)
5. Penurunan kadar neurotransmitter sentral: hipotermi, kehamilan)

19
V. MESIN DAN PERALATAN ANESTESI
Fungsinya untuk menyalurkan gas atau campuran gas anestetik yang
aman ke rangkaian sirkuit anestetik kemudian dihisap oleh pasien dan

20
membuang sisa campuran gas dari pasien. Mesin anestesi yang aman dan idea
adalah sebagai berikut:
1. Dapat menyalurkan gas anestetik dengan dosis tepat
2. Ruang rugi minimal
3. Mengeluarkan Co2 dengan efisien
4. Bertekanan rendah
5. Kelembapan terjaga dengan baik
6. Penggunaannya mudah dan aman
Komponen dasar mesin anestesi terdiri dari:
1. Sumber O2, N2O dan udara tekanan
2. Monitor tekanan gas
3. Valve penutup tekanan gas
4. Meter aliran gas
5. 1 atau > vaporizer
6. Lubang keluar campura gas
7. Kendali O2 darurat
Yang perlu diperhatikan:
1. Periksa mesin dan perlaatan kaitannya secara visual apa ada
kerusakan atau tidak apakah rangakain sambungannya benar.
2. Periksa vaporizer apakah sudah terisi obat serta kebocorannya
3. Periksa sambungan gas atau pipa gas
4. Periksa aliran meter gas apakah berfungsi dengan baik
5. Periksa alira O2 dan N2O
Sirkuit anestesi umumnya terdiri dari:
1. Sungkup muka, sungkup laring atau pipa trakea
2. Katup ekspirasi dengan per atau gas
3. Bag
4. Pipa
5. Tempat masuk campuran gas anestetik dan O2.

21
22

Anda mungkin juga menyukai