Benign Paroxysmal Positional Vertigo BPP
Benign Paroxysmal Positional Vertigo BPP
VERTIGO (BPPV)
Disusun Oleh :
Juwita Silitonga
(212 210 291)
Pembimbing :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
RUMAH SAKIT TINGKAT II PUTRI HIJAU
MEDAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatakan kepadaTuhan Yang Maha Esa, atas
kasih-Nya sehingga tulisan ini dapat diselesaikan bagaimana mestinya.
Tulisan ini berjudul BPPV , ditulis guna memenuhi persyaratan selama
menjalani Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Bagian THT Rumah Sakit
Tingkat II Putri Hijau Medan.
Dalam kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan terima kasih
kepada dr. Patar. L. H, M.Kes, Sp.THT-KL sebagai pembimbing serta dokter-
dokter lainnya yang telah banyak memberikan bimbingannya selama
kepaniteraan Klinik di bagian Ilmu THT.
Penulis menyadari bahawa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis mengharapakan ktirik dan saran dari pemabaca sekalian.
Akhir kata penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua
yang menggunakannya.
Juwita Silitonga
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................
ii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................
1
1.1. Latar Belakang........................................................................
................................................................................................
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................
3
2.1. Definisi...................................................................................
................................................................................................
3
2.2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Keseimbangan Perifer............
................................................................................................
4
2.3. Etiologi...................................................................................
................................................................................................
7
2.4. Perjalanan penyakit.................................................................
................................................................................................
8
2.5. Patofisiologi............................................................................
................................................................................................
8
2.6. Diagnosis.................................................................................
................................................................................................
11
2.7. Penatalaksanaan......................................................................
4
................................................................................................
16
BAB III PENUTUP.....................................................................................
25
3.1. Kesimpulan.............................................................................
................................................................................................
25
3.2. Saran.......................................................................................
................................................................................................
25
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
sering ditemukan, kebanyakan diderita pada usia dewasa muda dan usia lanjut.
5
BPPV ini juga lebih banyak diderita oleh wanita dibandingkan pria dengan
perbandingan 2:1.1,2
BPPV merupakan vertigo perifer yang paling sering ditemui, yaitu sekitar
30%. Usia penderita BPPV yang paling banyak adalah diatas 51 tahun. Jarang
ditemukan pada orang yang berusia kurang dari 35 tahun bila tidak didahului
mengenai BPPV terus berkembang, disamping itu kasus ini sering dijumpai
pada usia produktif dan menganggu aktivitas, serta perlunya kita mengetahui
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
digambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng, tak stabil (giddiness, unsteadiness)
atau rasa pusing (dizziness); deskripsi keluhan tersebut penting diketahui agar
tidak dikacaukan dengan nyeri kepala atau sefalgi, terutama karena dikalangan
7
awam kedua istilah tersebut (pusing dan nyeri kepala) sering digunakan secara
bergantian.4
vertigo dengan nistagmus vertikal, horizontal atau rotatoar yang dicetuskan oleh
terbatas, umumnya kurang dari 30 detik. BPPV dikenal juga dengan nama vertigo
8
Gambar 1. Right membranous labyrinth 6
yang paling keras yang dimiliki oleh tubuh. Labirin secara umum adalah telinga
dalam, tetapi secara khusus dapat diartikan sebagai alat keseimbangan. Labirin
terdiri atas labirin tulang dan labirin membrane. Labirin membrane terletak dalam
labirin tulang dan bentuknya hampir menurut bentuk labirin tulang. Antara labirin
membrane dan labirin tulang terdapat perilimf, sedang endolimf terdapat didalam
9
labirin membrane. Berat jenis endolimf lebih tinggi daripada cairan perilimf.
Ujung saraf vestibuler berada dalam labirin membran yang terapung dalam
perilimf, yang berada pada labirin tulang. Setiap labirin terdiri dari tiga kanalis
Labirin juga dapat dibagi kedalam dua bagian yang saling berhubungan,
yaitu:
pendengaran.
tersebut akan diolah di SSP, sehingga menggambarkan keadaan posisi tubuh pada
saat itu.1,5
Reseptor sistem ini adalah sel rambut yang terletak dalam krista kanalis
semisirkularis dan makula dari organ otolit. Secara fungsional terdapat dua jenis
sel. Sel-sel pada kanalis semisirkularis peka terhadap rotasi khususnya terhadap
percepatan sudut, sedangkan sel-sel pada organ otolit peka terhadap gerak linier,
khususnya percepatan inier dan terhadap perubahan posisi kepala relatif terhadap
gravitasi. Perbedaan kepekaan terhadap percepatan sudut dan percepatan linier ini
10
disebabkan oleh geometridari kanalis dan organ otolit serta ciri-ciri fisik dari
Sel rambut
Secara morfologi sel rambut pada kanalis sangat serupa dengan sel rambut
pada organ otolit. Masing-masing sel rambut memiliki polarisasi struktural yang
dijelaskan oleh posisi dari stereosilia relatif terhadap kinosilim. Jika suatu gerakan
akan tereksitasi. Jika gerakan dalam arah yang berlawanan sehingga stereosilia
Kanalis semisirkularis
Polarisasi adalah sama pada seluruh sel rambut pada tiap kanalis, dan pada
rotasi sel-sel dapat tereksitasi ataupun terinhibisi. Ketiga kanalis hampir tegak
lurus satu dengan yang lainnya, dan masing-masing kanalis dari satu telinga
terletak hampir satu bidang yang sama dengan kanalis telinga satunya. Pada waktu
rotasi, salah satu dari pasangan kanalis akan tereksitasi sementara yang satunya
akan terinhibisi. Misalnya, bila kepala pada posisi lurus normal dan terdapat
serabut-serabut yang kiri akan terinhibisi. Jika rotasi pada bidang vertikal
11
misalnya rotasi kedepan, maka kanalis anterior kiri dan kanan kedua sisi akan
Organ otolit
Ada dua organ otolit, utrikulus yang terletak pada bidang kepala yang
hampir horizontal, dan sakulus yang terletak pada bidang hampir vertikal.
Berbeda dengan sel rambut kanalis semisirkularis, maka polarisasi sel rambut
pada organ otolit tidak semuanya sama. Pada makula utrikulus, kinosilium terletak
di bagian samping sel rambut yang terdekat dengan daerah sentral yaitu striola.
Maka pada saat kepala miring atau mengalami percepatan linier, sebagian serabut
polarisasi yang berbeda dari tiap makula, maka SSP mendapat informasi tentang
gerak linier dalam tiga dimensi, walaupun sesungguhnya hanya ada dua makula.
dan refleks vestibulo-okularis (RVO). RVO adalah gerakan mata yang mempunyai
suatu komponen lambat berlawanan arah dengan putaran kepala dan suatu
lain dari lapangan pandang. Perubahan arah gerakan mata selama rangsangan
2.3. Etiologi
Beberapa kasus BPPV dijumpai setelah mengalami jejas atau trauma kepala atau
12
leher, infeksi telinga tengah atau operasi stapedektomi dan proses degenerasi pada
telinga dalam juga merupakan penyebab BPPV sehingga insiden BPPV meningkat
berupa deposit yang berada di kupula bejana semisirkularis posterior. Deposit ini
kasus gangguan menghilang secara spontan dalam kurun waktu beberapa minggu,
namun dapat kambuh setelah beberapa waktu, bulan atau tahun kemudian. Ada
pula penderita yang hanya satu kali mengalaminya. Sesekali dijumpai penderita
Namun, bila ditanyakan kepada penderita, mereka menaksirnya lebih lama sampai
beberapa menit. Bila serangan vertigo datang bertubi-tubi, hal ini mengakibatkan
atau rasa mengambang yang menetap selama beberapa jam atau hari.2,6,7
BPPV sering dijumpai pada kelompok usia menengah yaitu pada usia 40-
an dan 50-an tahun. Wanita agak lebih sering daripada pria. BPPV jarang dijumpai
pada anak atau orang yang sangat tua. Nistagmus kadang dapat disaksikan waktu
2.5. Patofisiologi
13
Pada telinga dalam terdapat 3 kanalis semisirkularis. Ketiga kanalis
semisirkularis tersebut terletak pada bidang yang saling tegak lurus satu sama lain.
Pada pangkal setiap kanalis semisirkularis terdapat bagian yang melebar yakni
ampula. Di dalam ampula terdapat kupula, yakni alat untuk mendeteksi gerakan
cairan dalam kanalis semisirkularis akibat gerakan kepala. Sebagai contoh, bila
arah ampula. Defleksi ini diterjemahkan dalam sinyal yang diteruskan ke otak
sehingga timbul sensasi kepala menoleh ke kanan. Adanya partikel atau debris
kupula ke arah sebaliknya dari arah gerakan kepala yang sebenarnya. Hal ini
menimbulkan sinyal yang tidak sesuai dengan arah gerakan kepala, sehingga
Teori Kupulolitiasis
partikel ini maka kanalis semisirkularis menjadi lebih sensitif terhadap gravitasi.
Teori ini dapat dianalogikan sebagai adanya suatu benda berat yang melekat pada
puncak sebuah tiang. Karena berat benda tersebut, maka posisi tiang menjadi sulit
14
untuk tetap dipertahankan pada posisi netral. Tiang tersebut akan lebih mengarah
ke sisi benda yang melekat. Oleh karena itu kupula sulit untuk kembali ke posisi
Teori Kanalitiasis
Teori ini dikemukakan olleh Epley pada tahun 1980. Menurutnya gejala
BPPV disebabkan oleh adanya partikel yang bebas bergerak (canalith) di dalam
posterior. Bila kepala dalam posisi duduk tegak, maka kanalit terletak pada posisi
posisi supinasi, terjadi perubahan posisi sejauh 90°. Setelah beberapa saat,
gravitasi menarik kanalit hingga posisi terendah. Hal ini menyebabkan endolimfa
dikembalikan ke awal, maka terjadi gerakan sebaliknya dan timbul pula nistagmus
Teori ini lebih menjelaskan adanya masa laten antara perubahan posisi
kepala dengan timbulnya nistagmus. Parnes dan McClure pada tahun 1991
memperkuat teori ini dengan menemukan adanya partikel bebas dalam kanalis
Bila terjadi trauma pada bagian kepala, misalnya, setelah benturan keras,
otokonia yang terdapat pda utikulus dan sakulus terlepas. Otokonia yang terlepas
15
didalam kanalis semisirkularis ini akan memnyebabkan timbulnya keluhan vertigo
pada BPPV. Hal inilah yang mendasari BPPV pasca trauma kepala. 2,4,6
Gambar 2: Patofisiologi 6
2.6. Diagnosis
1. Gejala Klinis
bangun tidur, ketika berubah posisi dari berbaring menjadi duduk. Pasien
16
dapat mengalami mual dan muntah. Sensasi ini dapat timbul lagi bila
yang abnormal dan respon vertigo dari kanalis semisirkularis yang terlibat.
17
Gambar 3. Perasat Dix-Hallpike
Dix-Hallpike secara garis besar terdiri dari dua gerakan yaitu perasat Dix-
Hallpike kanan pada bidang kanal anterior kiri dan kanal posterior kanan
dan perasat Dix- Hallpike kiri pada bidang posterior kiri. Untuk
dibaringkan dengan kepala tetap miring 450 ke kanan sampai kepala pasien
treatment (CRT). Bila tidak ditemukan respon yang abnormal atau bila
abnormal atau bila tidak dilanjutkan dengan tindakan CRT, pasien secara
18
Gambar 4. Perasat Sidelying
2. Perasat Sidelying
posterior kanan pada bidang tegak lurus garis horizontal dengan kanal
posterior pada posisi paling bawah, dan perasat sidelying kiri yang
kanalis posterior kiri pada bidang tegak lurus garis horizontal dengan
dilakukan perasat sidelying kiri, pasien secara cepat dijatuhkan ke sisi kiri
19
RESPON ABNORMAL
dapat terjadi lebih dari 1 menit, biasanya serangan vertigo berat dan timbul
mencatat arah fase cepat nistagmus yang abnormal dengan mata pasien
posterior kanan
posterior kiri
anterior kiri
20
penderita BPPV. ENG berguna dalam deteksi adanya nistagmus dan waktu
timbulnya pada nistagmus jenis lain. Tes kalori akan menunjukkan hasil
yang normal. BPPV dapat dijumpai pada telinga yang tidak menunjukkan
adanya respon terhadap tes kalori. Hal ini disebabkan tes kalori menguji
demikian BPPV yang timbul pada pasien yang tidak memberikan respon
pada tes kalori disebabkan oleh kanalit pada KSS posterior atau
anterior.3,4,7
2.7. Penatalaksanaan
pemilihan tata laksana berupa observasi adalah karena BPPV dapat mengalami
resolusi sendiri dalam waktu mingguan atau bulanan. Oleh karena itu sebagian
ahli hanya menyarankan observasi. Akan tetapi selama waktu observasi tersebut
hanya menutupi gejala vertigo. Pemberian obat-obat ini dapat menimbulkan efek
21
samping berupa rasa mengantuk. Obat-obat yang diberikan diantaranya diazepam
sederhana dan tidak invasif. Dengan terapi ini diharapkan BPPV dapat
disembuhkan setelah pasien menjalani 1-2 sesi terapi. CRT sebaiknya dilakukan
dari telinga yang terbawah. Pasien tidak kembali ke posisi duduk namun kepala
gejala. Bila kanalis posterior kanan yang terlibat maka harus dilakukan tindakan
respon abnormal dengan cara kepala ditahan pada posisi tersebut selama 1-2menit,
dipertahankan selama beberapa saat. Setelah itu badan pasien dimiringkan dengan
keposisi duduk dengan menghadap kedepan. Setelah terapi ini pasien dilengkapi
22
membungkukkan badan selama satu hari. Pasien harus tidur pada posisi duduk
dan harus tidur pada posisi yang sehat untuk 5 hari. 1,3,4
Perasat yang sama juga dapat digunakan pada pasien dengan kanalithiasis
pada kanal anterior kanan. Pada pasien dengan kanalith pada kanal anterior kiri
dan kanal posterior, CRT kiri merupakan metode yang dapat di gunakan yaitu
dimulai dengan kepala menggantung kiri dan membalikan tubuh kekanan sebelum
duduk. 2,3,4
23
Gambar 6. Epley maneuver
dilakukan tergantung dari jenis kanal mana yang terlibat. Apakah kanal anterior
24
Bila terdapat keterlibatan kanal posterior kanan, dilakukan perasat
liberatory kanan perlu dilakukan. Perasat dimulai dengan penderita diminta untuk
duduk pada meja pemeriksaan dengan kepala diputar menghadap kekiri 450.
pasien yang duduk dengan kepala menghadap kekiri secara cepat dibaringkan ke
sisi kanan dengan kepala menggantung ke bahu kanan. Setelah 1 menit pasien
digerakkan secara cepat ke posisi duduk awal dan untuk ke posisi side lying kiri
dengan kepala menoleh 450 kekiri. Pertahankan penderita dalam posisi ini selama
dikenakan dan diberi instruksi yang sama dengan pasien yang diterapi dengan
CRT. 1,3,4
Bila kanal anterior kanan yang terlibat, perasat yang dilakukan sama ,
namun kepala diputar menghadap kekanan. Bila kanal posterior kiri yang terlibat,
kanan. Bila kanal anterior kiri yang terlibat, perasat liberatory kiri dilakukan
duduk dengan kepala menoleh 450 , lalu badan dibaringkan ke sisi yang
yang lain, lalu badan dibaringkan ke sisi yang berlawanan selama 30 detik.
Latihan ini dilakukan secara rutin 10-20 kali. 3 seri dalam sehari. 1,3,4
25
Gambar 8. Latihan Brandt-Daroff
dilakukan. Terapi ini bukan terapi utama karena terdapat risiko besar terjadinya
26
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
kepala.
2. Patofisiologi dari BPPV terdiri dari dua teori yaitu teori kupulolitiasis
dan kanalitiasis.
3. Diagnosis dari BPPV ditegakkan bila ditemukan gejala berupa pusing
terus-menerus (fatigue).
4. Penatalaksanaan dari BPPV meliputi observasi, obat-obatan untuk
pembedahan.
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
27
1. Bashiruddin J, vertigo posisi paroksisimal jinak. dalam : Soepardi EA, Iskandar
N editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher.
FK-UI.1996
5. Anderson JH, Levine SC, sistem vestibulari. Dalam: Adams GL, Boies LR, Higler
PA, editor. Boies Buku Ajar Penyakit THT edisi keenam. Jakarta: EGC.1997.Hal
39-44
28