Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah puji dan syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat karunia-Nya serta shalawat dan salam kepada
Nabi Muhammad SAW dan para sahabat serta pengikutnya hingga akhir zaman.
Karena atas rahmat dan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan Referat yang
berjudul “Katarak Kongenital”. Penulisan referat ini dimaksudkan untuk memenuhi
tugas dalam menempuh kepanitraan klinik di bagian departemen ilmu mata di RSUD
Kabupaten Bekasi.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan referat ini tidak
terlepas dari bantuan dan dorongan banyak pihak. Perkenankanlah penulis
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
membantu terutama kepada dr. Dicky Hilarius Kambey, Sp.M yang telah
memberikan arahan serta bimbingan ditengah kesibukan dan padatnya aktivitas
beliau.
Penulis menyadari penulisan referat ini masih jauh dari sempurna mengingat
keterbatasan ilmu yang penulis miliki maka penulis mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun demi perbaikan penulisan referat ini. Akhir kata penulis
berharap penulisan referat ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
Katarak merupakan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi lensa,
denaturasi protein lensa, ataupun keduanya.1 Katarak berasal dari bahasa Yunani
Katarrakhies, Inggris cataract dan Latin cataracta yang berarti air terjun. Mungkin
sekali karena pasien katarak seakan-akan melihat sesuatu seperti tertutup oleh air terjun
1
di depan matanya.
Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga
akibat kelainan kongenital, penyulit penyakit mata lokal menahun dan bermacam-macam
penyakit mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaucoma, ablasi, uveitis dan retinitis
pigmentosa. Berdasarkan usia terjadinya, katarak dapat dibedakan menjadi 3, yaitu
katarak kongenital, katarak juvenil dan katarak senilis. Katarak kongenital adalah katarak
yang sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun, katarak juvenile adalah katarak yang
1
terjadi sesudah usia 1 tahun dan katarak senilis merupakan katarak setelah usia 50 tahun.
Katarak kongenital merupakan penyebab hampir 10 % kebutaan pada anak-anak
diseluruh dunia. Frekuensi atau jumlah kejadian total katarak kongenital di seluruh dunia
belum diketahui pasti. Di Amerika Serikat disebutkan sekitar 500-1500 bayi lahir dengan
katarak kongenital tiap tahunnya dengan insiden 1,2-6 kasus per 10.000 kelahiran.
Sedangkan di Inggris, kurang lebih 200 bayi tiap tahunnya lahir dengan katarak
kongenital dengan insiden 2,46 kasus per 10.000 kelahiran. Di Indonesia sendiri belum
terdapat data mengenai jumlah kejadian katarak kongenital, tetapi angka kejadian katarak
kongenital pada negara berkembang adalah lebih tinggi yaitu sekitar 0,4 % dari angka
2
kelahiran.
Katarak kongenital dapat disebabkan mutasi genetic (biasanya dominan
autosomal), kelainan kromosom (sindrom Down), infeksi intrauterine (rubella, varicella,
toksoplasmosis, herpes simpleks), atau kelainan metabolik (galaktosemia). Katarak
kongenital bisa juga terjadi sebagai bagian dari kelainan perkembangan mata yang
kompleks seperti disgenesis segmen anterior. Katarak yang bersifat didapat (acquired)
biasanya disebabkan karena trauma atau katarak yang diinduksi radiasi atau steroid,
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi dan Fisiologi Lensa
2.1.1. Anatomi Lensa
Lensa Kristalina Normal
Lensa kristalina adalah sebuah struktur yang transparan dan bikonveks yang memiliki fungsi
untuk mempertahankan kejernihan, refraksi cahaya dan memberikan akomodasi. Lensa tidak
memiliki suplai darah atau inervasi setelah perkembangan janin dan hal ini bergantung pada aqueus
humor untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya serta membuang sisa metabolismenya. Lensa
terletak posterior dari iris dan anterior dari korpus vitreous. Posisinya dipertahankan oleh zonula
Zinnii yang terdiri dari serat-serat yang kuat yang menyokong dan melekatkannya pada korpus siliar.
4,5
Lensa terdiri dari kapsula, epitelium lensa, korteks dan nukleus.
manusia. Sisanya sekitar 40 D kekuatan refraksinya diberikan oleh udara dan kornea.4,5
3
Lensa terus bertumbuh seiring dengan bertambahnya usia. Saat lahir ukurannya sekitar 6,4
mm pada bidang ekuator dan 3,5 mm anteroposterior serta memiliki berat 90 mg. Pada lensa
dewasa berukuran 9 mm ekuator dan 5 mm anteroposterior serta memiliki berat sekitar 255 mg.
Ketebalan relatif dari korteks meningkat seiring usia. Pada saat yang sama kelengkungan lensa juga
ikut bertambah sehingga semakin tua usia lensa memiliki kekuatan refraksi yang semakin bertambah.
Namun indeks refraksi semakin menurun juga seiring usia mungkin dikarenakan adanya partikel-
partikel protein yang tidak larut. Maka lensa yang menua dapat menjadi lebih hiperopik atau miopik
4,5
tergantung pada keseimbangan faktor-faktor yang berperan.
4
b) Serat zonula
Lensa disokong oleh serat-serat zonular yang berasal dari lamina basalis dari epitelium
non- pigmentosa pars plana dan pars plikata korpus siliar. Serat-serat zonula ini memasuki
kapsula lensa pada regio ekuatorial secara kontinu. Seiring usia serat-serat zonula ekuatorial
ini beregresi, meninggalkan lapis anterior dan posterior yang tampak sebagai bentuk segitiga
pada potongan melintang dari cincin zonula.
c) Epitel Lensa
Terletak tepat di belakang kapsula anterior lensa. Terdiri dari sel-sel epithelial yang
mengandung banyak organel sehingga sel ini secara metabolik aktif dan dapat melakukan
semua aktivitas sel normal termasuk biosintesis DNA, RNA, protein, lipid dan ATP untuk
memenuhi kebutuhan energi dari lensa.
Sel epitel akan menggalami perubahan morfologis ketika sel-sel epitelial memanjang
membentuk sel serat lensa. Sering disertai dengan peningkatan masa protein dan pada waktu
yang sama sel-sel kehilangan organel-organelnya termasuk inti sel, mitokondria dan ribosom.
Hilangnya organel-organel ini sangat menguntungkan karena cahaya dapat melalui lensa
tanpa tersebar atau terserap oleh organel-organel ini. Tetapi dengan hilangnya organel maka
fungsi metabolikpun akan hilang sehingga serat lensa bergantung pada energi yang
dihasilkan oleh proses glikolisis.
5
Gambar 3. Anatomi Lensa
6
Gambar 4. Akomodasi Lensa
2.2. Definisi
Katarak adalah suatu keadaan di mana lensa mata yang biasanya jernih dan bening menjadi
keruh. Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah kelahiran
dan bayi yang berusia kurang dari satu tahun, dapat timbul pada satu atau kedua mata. Sebuah
katarak disebut kongenital bila ada saat lahir atau dikenal juga sebagai “infantile cataract” jika
berkembang pada usia 6 bulan setelah lahir. Katarak kongenital bisa merupakan penyakit keturunan
yang diwariskan secara genetik atau bisa disebabkan oleh infeksi kongenital yang didapat dari ibu
2
saat kehamilan atau berhubungan dengan penyakit metabolik.
7
2.3. Etiologi
8
membantu mengevaluasi mata pada orang tua yang mempunyai anak katarak bahkan
meskipun mereka tidak menyadari mempunyai masalah dengan mata.1,3
Banyak anak-anak yang lahir atau perkembangan katarak infantil tidak
mempunyai masalah kesehatan yang lain namun ada beberapa yang mempunyai
masalah kesehatan. Biasanya hal ini akan terlihat bila spesialis mata merujuk seorang
anak kepada seorang spesialis anak.1
Katarak unilateral biasanya insiden sporadis terisolasi (isolated sporadic
incident). Katarak jenis ini bisa berhubungan dengan kelainan pada mata seperti
lenticonus posterior, persistent hyperplastic primary vitreous, dysgenesis segmen
anterior, tumor polaris posterior. Selain itu berhubungan dengan trauma, infeksi
6
intrauterin terutama rubella.
Katarak bilateral sering berkaitan dengan keturunan dan berhubungan dengan
penyakit lain. Katarak jenis ini membutuhkan diagnosa yang lengkap mengenai
metabolisme, infeksi, sistemik dan genetik. Penyebab utama adalah hipoglikemia,
trisomi (contohnya Sindrom Down, Edward, dan Patau), distrofi otot, penyakit
infeksi (TORCH : toxoplasmosis, rubella, cytomegalovirus, dan herpes simplex) dan
prematur.6
9
TABEL 1. ETIOLOGI KATARAK
10
2.4. Klasifikasi
11
Gambar 8. Katarak Polaris Anterior (kiri) dan Katarak Polaris Posterior (kanan)
3. Katarak Sutural/Stellate
Katarak ini merupakan kekeruhan pada bentuk Y-sutures atau inverted-Y pada
nukleus fetal dimana sering terdapat cabang atau knobs. Bilateral dan simetris serta
diturunkan secara autosomal dominan. Biasanya tidak menyebabkan gangguan penglihatan.3
4. Katarak Coronary
Disebut coronary cataract karena terdiri dari sekelompok club-shaped opacities pada
korteks yang tersusun di sekitar ekuator lensa seperti mahkota atau korona. Hanya terlihat
saat pupil dilatasi dan biasanya tidak mempengaruhi ketajaman penglihatan. Sering
3
diturunkan secara autosomal dominan.
5. Katarak Cerulean
Merupakan kekeruhan yang tipis berwarna kebiruan yang berlokasi di korteks lensa
sehingga disebut blue-dot cataract. Bersifat tidak progresif dan biasanya tidak menimbulkan
3
gangguan penglihatan.
6. Katarak Nuklear
Kekeruhan dapat hanya terjadi pada nukleus embrional saja atau pada nukelus
embrional dan nukleus fetal. Biasanya bersifat bilateral dengan spektrum tingkat keparahan
yang luas. Kekeruhan lensa meliputi seluruh nukleus atau terbatas pada sebagian lapisan
saja. Mata dengan katarak nuklear kongenital cenderung mikrophthalmia.3
7. Katarak Kapsular
Merupakan kekeruhan kecil pada epitel lensa dan kapsul anterior lensa. Secara
3
umum tidak menyebabkan gangguan penglihatan.
8. Katarak Total/Complete
Kekeruhan pada seluruh serabut lensa. Pemeriksaan menggunakan funduskopi tidak
tampak red reflex dan retina tidak terevaluasi. Beberapa katarak dapat subtotal saat lahir dan
12
progresif dengan cepat menjadi katarak komplit. Dapat terjadi unilateral maupun bilateral,
9. Katarak Membranosa S
Suatu kondisi dimana terjadi absorbsi protein lensa yang utuh maupun tidak,
menyebabkan kapsul anterior dan posterior menyatu menjadi dense white membrane.
a. Gangguan okular : katarak kongenital, salt and pepper retinopathy dan mikroftalmus
b. Gangguan telinga : ketulian akibat destruksi organ corti
c. Gangguan jantung : Patent Ductus Arteriosus, stenosis pulmonal dan defek septum
ventrikel.
Tanda yang sangat mudah untuk mengenali katarak kongenital adalah bila
pupil atau bulatan hitam pada mata terlihat berwana putih atau abu-abu. Hal ini
disebut dengan leukoria, Bila ukurannya masih kecil, orang tua belum memeriksakan
anaknya ke dokter. Leukoria yang kecil makin lama makin besar sampai terlihat jelas
oleh orang tua. Pada setiap leukoria diperlukan pemeriksaan yang teliti untuk
menyingkirkan diagnosis banding lainnya. Walaupun 60 % pasien dengan leukoria
13
adalah katarak congenital. Leukoria juga terdapat pada retiboblastoma, ablasio retina,
fibroplasti retrolensa dan lain-lain.1,2
Adanya riwayat keluarga perlu ditelusuri mengingat sepertiga katarak
kongenital bilateral merupakna herediter. Riwayat kelahiran yang berkaitan dengan
prematuritas, infeksi maternal dan pemakaian obat-obatan selama kehamilan.
Pada katarak kongenital total penyulit yang dapat terjadi adalah makula lutea
yang tidak cukup mendapatkan rangsangan. Proses masuknya sinar pada saraf mata
sangat penting bagi penglihatan bayi pada masa mendatang karena bila terdapat
gangguan masuknya sinar setelah 2 bulan pertama kehidupan maka saraf mata akan
menjadi malas dan berkurang fungsinya. Makula tidak akan berkembang sempurna
hingga walaupun dilakukan ekstraksi katarak maka biasanya visus tidak akan
sebagainya.2,3
Skrining pada bayi baru lahir sangat membantu penemuan dini katarak
kongenital bilateral. Skrining ini termasuk pemeriksaan refleksi fundus dan
oftalmoskopi. Reflek fundus yang ireguler atau negatif merupakan suatu indikasi
adanya katarak kongenital. Kekeruhan lensa sentral atau kortikal lebih dari 3 mm
sudah dapat dideteksi dengan oftalmoskop direk.
14
Gambar 9. Kekeruhan lensa pada pasien katarak
2.6. Diagnosis
Beberapa pemeriksaan yang diperlukan untuk melihat tanda dari katarak:5
1. Pemeriksaan ketajaman penglihatan
Ketajaman penglihatan dapat bervariasi mulai dari 6/9 sampai hanya persepsi
cahaya, tergantung pada lokasi dan maturitas katarak.
2. Iluminasi oblik
Pemeriksaan iluminasi oblik dapat memperlihatkan warna lensa di daerah pupil yang
bervariasi dari setiap jenis katarak.
3. Iris shadow test
Ketika cahaya disinarkan ke pupil, akan terbentuk bayangan berbentuk bulan sabit
(crescenteric shadow) di tepi pupil pada lensa yang keruh keabuan selama masih ada
korteks yang jernih dianatara kekeruhan dan tepi pupil sebagaimana digambarakan
seperti berikut ini:
15
Gambar 10. Gambaran diagramatik iris shadow pada: katarak imatur (A) dan tidak
terbentuk iris shadow pada katarak matur (B).
Ketika lensa jernih atau keruh secara keseluruhan maka tidak terbentuk iris shadow.
Iris shadow tersebut merupakan tanda dari katarak imatur.
4. Pemeriksaan oftalmoskop langsung
Pada media tanpa kekeruhan akan tampak refleks fundus yang berwarna kuning
kemerahan sedangkan pada lensa dengan kekeruhan parsial akan tampak bayangan
hitam yang berlawanan dengan cahaya kemerahan tersebut pada area yang keruh.
5. Pemeriksaan slit-lamp
Pemeriksaan dengan slit-lamp dilakukan dengan dilatasi pupil. Pemeriksaan ini
memberikan gambaran morfologi kekeruhan (lokasi, ukuran, bentuk, pola warna dan
kepadatan dari nukleus). Pengelompokan berdasarkan konsistensi nukleus penting
dalam parameter ekstraksi lensa teknik fakoemulsifikasi. Berdasarkan hasil
pemeriksaan slit-lamp, konsistensi nukleus dapat dikelompokkan seperti tabel berikut
ini:
16
Tingkat konsistensi/ Deskripsi konsistensi Warna nucleus
kepadatan
Tingkat 1 Lunak Putih atau kuning kehijauan
17
2.7. Penatalaksanaan
A. Indikasi Operasi Katarak pada Anak
1. Katarak parsial dan katarak sentral kecil yang secara visual tidak signifikan dapat
dengan aman diabaikan dan diamati atau mungkin memerlukan perawatan non-bedah
dengan dilatasi pupil.
2. Katarak padat bilateral harus dioperasi lebih awal (dalam 6 minggu setelah kelahiran)
untuk mencegah ambliopia perampasan stimulus.
3. Katarak padat unilateral sebaiknya dihilangkan sedini mungkin (dalam beberapa hari)
setelah lahir. Harus diingat bahwa prognosis visual pada sebagian besar kasus
unilateral sangat buruk bahkan setelah operasi tepat waktu karena koreksi aphakia
dan pencegahan ambliopia pada bayi adalah masalah yang berat.
B. Prosedur Operasi.
Katarak pada anak (kongenital, developmental dan juga didapat) dapat ditangani
dengan kapsulotomi anterior dan aspirasi irigasi dari masalah lensa atau lensektomi.
Catatan: Needling operation yang sering dilakukan pada masa dahulu sudah tidak
diperlukan untuk operasi masa kini.
C. Koreksi Aphakia pada Anak.
Yang dapat dilakukan hingga saat ini adalah:
Anak-anak berusia > 2 tahun dapat dikoreksi dengan implantasi lensa intraokular
ruang posterior selama operasi.
Anak-anak berusia < 2 tahun sebaiknya dirawat dengan lensa kontak extended wear.
Kacamata dapat digunakan dalam kasus bilateral. Kemudian pada implantasi IOL
sekunder dapat dipertimbangkan. Yang sering dilakukan hingga saat ini adalah
implantasi primer sedini mungkin (2-3 bulan) khususnya pada katarak unilateral.
18
IOL untuk Anak: ukuran, desain, dan kekuatan. Pokok perhatian utama dalam
penggunaan IOL pada anak-anak ialah pertumbuhan mata, pertimbangan kekuatan
IOL, peningkatan reaksi uveal dan keamanan jangka panjang.
19
pada stadium katarak immature, mature, dan hypermature. Teknik ini juga telah
dilakukan pada kasus glaukoma fakolitik dan dapat dikombinasikan dengan operasi
trabekulektomi.
20
2.8 Komplikasi dan Prognosis
Komplikasi
Kebanyakan anak-anak dengan katarak kongenital akan menjadi ambliopia.
Karena gambaran retina menjadi buram oleh katarak, penglihatan tidak berkembang
sebagaimana mestinya dan otak tidak dapat menangkap sensitivitas informasi dari
mata. Ekstraksi katarak dan koreksi afakia akan mengembalikan kejernihan gambar
tetapi otak masih butuh pembelajaran untuk melihat dan hal ini membutuhkan waktu.
Jika mata tidak pernah memiliki penglihatan yang jernih mereka tidak akan pernah
melihat atau memandang secara benar dan dapat menyebabkan nistagmus. Jika
penglihatan diperbaiki, nistagmus sering berubah, jadi nistagmus pada anak-anak
2,3
bukanlah kontraindikasi untuk pembedahan.
Seringkali satu mata akan menjadi lebih baik dari yang lain dan hal ini akan
menjadi mata yang dominan yang membuat mata lainnya menjadi amblopia. Satu-
satunya cara untuk mendeteksi hal ini adalah pengukuran visus secara reguler pada
setiap mata. Jika satu mata memiliki satu atau dua derajat lebih buruk dari mata yang
lain tanpa penjelasan yang jelas, hal tersebut mungkin merupakan ambliopia dan
anak tersebut membutuhkan pengobatan untuk mata yang dominan. Risiko amblopia
merupakan risiko terbesar selama tahun pertama kehidupan dan menurun secara
2,3
signifikan setelah tahun kelima.
Glaukoma mungkin timbul setelah lensektomi, sebagian jika di ekstraksi pada
minggu pertama kehidupan. Glaukoma ini sangat susah untuk diobati dan frekuensi nya
mengarah ke kebutaan. Menunda operasi sampai bayi berumur 3-4 bulan membuat
2,3,8
visus mata tidak sampai 6/6 namun dapat menurunkan risiko glaukoma. Ablasio
retina lebih sering terjadi pada bedah katarak kongenital. Sering timbul sangat
lambat, sekitar 35 tahun setelah operasi. Jika beberapa pasien mengeluh tiba-tiba
kehilangan penglihatan bahkan meskipun bertahun-tahun setelah operasi katarak
kongenital, hal tersebut dianggap sebagai akibat dari ablasio retina sampai dibuktikan
21
Prognosis
Prognosis penglihatan untuk pasien katarak kongenital yang memperlukan
pembedahan tidak sebaik prognosis untuk pasien katarak senilis. Adanya ambliopia
dan kadang-kadang anomali saraf optikus atau retina membatasi tingkat pencapaian
penglihatan pada kelompok ini.1,2,3
Penglihatan yang baik setelah operasi katarak tergantung pada banyak faktor,
meliputi age of onset, tipe katarak, waktu dilakukan pembedahan, koreksi optikal dan
penanganan ambliopia. Secara umum, afakia bilateral mempunyai kemampuan visual
1,2,3
yang lebih baik dibandingkan aphakia monokular.
22
BAB III
KESIMPULAN
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidarta.Ilmu Penyakit Mata, edisi ke-3. Jakarta: Balai penerbit FK UI, 2010.
p.109-28.
2. Eva, PR dan John PW. Vaughan & Asbury : oftalmologi umum. Edisi 17. Alih
bahasa: Brahm U. Pendit; editor bahasa Indonesia: Diana Susant. Jakarta: EGC.
2009.
3. Vaughan, Deaniel. Ofthalmology Umum. Edisi 14 Cetakan Pertama. Widya Medika
Jakarta, 2000 p.39-7.
4. Sitorus. Rita S, dkk. Buku Ajar Oftalmologi Edisi Pertama. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI. 2017. p.169-71.
5. Guyton dan Hall. Buku ajar fisiologi, edisi ke-10. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC, 2002. p.101-5.
6. Harper, A et all. Lensa. Oftalmologi Umum. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC,
2010. p.64-4.
7. James B, Chew C, Bron A, Oftalmologi, Edisi Kesembilan, Penerbit Erlangga,
Jakarta 2006. p.89-7.
8. Fecarotta, C. 2016. Congenital Cataract (Infantile Cataract). Available at:
http://www.merckmanuals.com/professional/pediatrics/eye-defects-and-conditions-
24