Resume Phi
Resume Phi
A. Pengertian Hukum
Hukum dalam bahasa inggris disebut “law” dalam bahasa perancis disebut “droit”, dalam
bahasa belanda disebut “recht”, dalam bahasa jerman disebut “recht”, dan dalam bahasa arab
disebut ”syariah”. 1
Para sarjana dan para ahli membuat rumusan yang berbeda-beda tentang apa yang dimaksud
dengan hukum, menurut sudut pandang dan rasa bahasa masing-masing.2
Adapun Pengertian hukum menurut pendapat para ahli hukum :3
E. Utrecht, dalam bukunya pengantar dalam hukum indonesia :
”Hukum adalah himpunan petunjuk hidup yang mengatur tata tertib dalam suatu
masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang bersangkutan, oleh karena
pelanggaran terhadap petunjuk hidup itu dapat menimbulkan tindakan dari pemerintah
masyarakat itu.”
A. Ridwan Halim dalam bukunya pengantar tata hukum indonesia dalam tanya jawab
menguraikan :
”Hukum merupakan peraturan-peraturan, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis,
yang pada dasarnya berlaku dan diakui orang sebagai peraturan yang harus ditaati dalam
hidup bermasyarakat.”
Sunaryati Hartono, dalam bukunya capita selecta perbandingan hukum, mengatakan :
”Hukum itu tidak menyangkut kehidupan pribadi seseorang, akan tetapi menyangkut dan
mengatur berbagai aktivitas manusia dalam hubungannya dengan manusia lainnya, atau dengan
perkataan lain, hukum mengatur berbagai aktivitas manusia di dalam hidup bermasyarakat.”
E. Meyers, dalam bukunya De Algemene begrippen van het Burgerlijk Recht, menulis :
”Hukum adalah semua aturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan, ditujukan
kepada tingkah laku manusia dalam masyarakat, dan yang menjadi pedoman bagi penguasa
negara dalam melakukan tugasnya.”
Immanuel Kant, dalam bukunya Inleiding tot de Rechtswetsnschap :
”Hukum adalah keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak bebas dari orang lain,
menuruti peraturan hukum tentang kemerdekaan.”
Sedangkan unsur-unsur Hukum yang harus ada terdiri dari:
1. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat;
2. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib;
3. Peraturan itu bersifat memaksa; dan
4. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas4
1 H. Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Bandung: PT Citra Aditya, 2013, h. 15
2 Ibid
3 Yulies Tiena Masriani, Op. cit, h. 6-7.
4 CST. Kansil, Op. cit, h. 35
dengan manusia lainnya.5 P.J. Bouman menyatakan bahwa “mens door samenleveng met
anderen” maksudnya manusia itu baru menjadi manusia karena ia hidup bersama “De mens word
eerst” dengan manusia yang lain. Manusia memiliki kepentingan yang sama tetapi kadangkala
antara yang satu dengan yang lainnya terjadi perbedaan kepentingan dan dapat menimbulkan
pertentangan, akibatnya : kekacauan dalam masyarakat sehingga perlu adanya aturan yang dapat
menyeimbangkan masing-masing kepentingan.
Disinilah tujuan dari hukum, yaitu :
1. Terwujudnya keadilan;
2. Terwujudnya kepastian hukum; dan
3. Mempunyai kegunaan/manfaat
Adapun fungsi hukum, yaitu;
a. Hukum berfungsi sebagai alat ketertiban dan keteraturan masyarakat. Hukum sbg
petunjuk bertingkah laku untuk itu masyarakat harus menyadari adanya perintah dan
larangan dalam hukum sehingga fungsi hukum sebagai alat ketertiban masyarakat
dapat direalisir.
b. Hukum sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir batin. Hukum yg
bersifat mengikat, memaksa dan dipaksakan oleh alat negara yang berwenang
membuat orang takut untuk melakukan pelanggaran karena ada ancaman hukumanya
(penjara, dll) dan dapat diterapkan kepada siapa saja. Dengan demikian keadilan akan
tercapai.
c. Hukum berfungsi sebagai alat penggerak pembangunan karena ia mempunyai daya
mengikat dan memaksa dapat dimamfaatkan sebagai alat otoritas untuk mengarahkan
masyarakat ke arah yg maju.
C. Klasifikasi Hukum
Untuk memudahkan pemahaman terhadap hukum dapat dilakukan salah satunya dengan
melakukan pengklasifikasian hukum. Hukum dapat diklasifikasikan menurut bentuknya,
fungsinya, sumbernya, isinya, tempat dan masa berlakunya, sifatnya, dan wujudnya. Berikut
penjelasan singkatnya:
1. Berdasarkan Sifatnya
Hukum yang memaksa, yaitu hukum yang dalam keadaan bagaimanpun juga harus ditaati
oleh setiap orang secara mutlak. Hukum yang mengatur, yaitu hukum yang dapat
dikesampingkan apabila pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat peraturan tersendiri
dalam suatu perjanjian.
2. Hukum menurut Fungsinya
Hukum materiil (substantive law) terdiri dari peraturan-peraturan yang memberi hak dan
membebani dengan kewajiban-kewajiban.
Hukum formil (adjective law) peraturan hukum yang fungsinya melaksanakan atau
menegakkan hukum materiil atau menentukan bagaimana caranya melaksanakan hukum materiil,
bagaimana caranya mewujudkan hak dan kewajiban dalam hal ada pelanggaran hukum atau
sengketa.6
3. Hukum Menurut Isinya
Dari segi isinya hukum juga dapat dibagi menjadi :
5 Ibid, h. 29
6 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum; Suatu Pengantar, Yogyakarta: Liberty, 2005, h. 127
Hukum privat, hukum yang berkaitan dengan kepentingan individu seperti hukum bisnis,
hukum perdata, hukum acara perdata.
Hukum publik, hukum yang berkaitan dengan fungsi negara seperti HTN, HAN, hukum
pidana, hukum acara pidana.7
4. Hukum menurut Waktu Berlakunya
Ius Constitutum, hukum yang telah ditetapkan atau hukum yang berlaku sekarang atau
lazim disebut hukum positif.
Ius Constituendum, hukum yang masih harus ditetapkan, hukum yang akan datang atau
hukum yang dicita-citakan.
5. Hukum menurut daya kerjanya
Hukum yang bersifat memaksa (imperatif), kaidah hukum yang dalam keadaan apapun
harus ditaati dan bersifat mutlak daya ikatnya.
Hukum yang bersifat melengkapi (fakultatif), kaidah hukum yang dapat dikesampingkan
oleh para pihak dengan jalan membuat ketentuan khusus dalam perjanjian yang mereka adakan.8
6. Hukum menurut wujudnya
Hukum obyektif, kaidah hukum dalam suatu negara yang berlaku umum dan tidak
dimaksudkan untuk mengatur sikap tindak orang tertentu saja.
Hukum subyektif, hukum yang timbul dari hukum obyektif dan berlaku terhadap seorang
tertentu atau lebih.9
7 Pater Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Kencana, 2009, h. 211-234
8 Sudikno Mertokusumo, Op.cit, h. 32
9 Pater Mahmud Marzuki, Op. cit, h. 65
10Ridwan Halim, Pengantar Ilmu Hukum dalam Tanya Jawab, (cet. II; Bogor: Galia Indonesia, 2005), h.
25.
11 Yulies Tiena Masriani, Pengantar Hukum Indonesia, cet. Ke- 4, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 13.
12 Ishaq, lo.cit, h. 92
13 Zainuddin Ali dan Supriadi, op.cit, h. 227
14 Ishaq,op.cit,h. 94.
pengertian: undang-undang dalam arti material adalah semua peraturan atau keputusan yang
tertulis yang menurut isinya mengikat setiap oranng secara umum dan dibuat oleh penguasa
(pusat ataupun daerah) yang sah.15
Undang-undang materil adalah setiap peraturan yang dikeluarkan oleh Negara yang
isinya langsung mengikat masyarakat umum. Misalnya, ketetapan MPR, Peraturan Pemerintah
Pengganti Undan-undang (PERPU), Keputusan Presiden (KEPRES), dan Peraturan Daerah
(PERDA). Undang-undang dalam arti formal (sempit) adalah peraturan tertulis yang dibentuk
oleh alat perlengkapan Negara yang berwenang ( DPR dan Presiden). Undang-undang dalam arti
formal ini yang ditekankan dalam arti segi pembuatan dan bentuknya.16
Undang-undang dalam arti formal yaitu setiap peraturan Negara, bentuknya disebut
dengan undang-undang atau keputusan, peraturan yang dilihat dari cara pembentuknya.
Perbedaan diantara kedua undang-undang tersebut terletak pada sudut peninjauannya.Undang-
undang dalam arti materil ditinjau dari sudut yang mengikat umum (peraturan).Undang-undang
dalam arti formal ditinjau dari segi pembuatan dan bentuknya (undang-undang).
2. Keputusan Hakim (yurisprudensi)
Istilah yurisprudensi berasal dari kata latin, yaitu jurisprudentia yang berarti pengetahuan
hokum. Kata yurisprudensi dengan istilah tekhnis Indonesia sama artinya dengan jurisprudentie
peradilan tetap atau hokum peradilan.17
Menurut C.S.T. Kansil, yurisprudensiadalah keputusan hakim terdahulu yang sering
diikuti dan dijadikan dasar keputusan oleh hakim kemudian mengenai masalah yang sama.
Dengan demikian, yurisprudensi adalah suatu keputusan hakim yang diikuti oleh hakim
lainnya.18Yurisprudensi adalah keputusan hakim terdahulu yang diikuti dan dijadikan pedoman
oleh hakim-hakim yang lain dalam memutuskan suatu perkara yang sama.
3. Perjanjian antar Negara (traktat)
Pemakaian istilah traktat lazimnya digunakan untuk perjanjian untuk
internasionasional.Traktat adalah perjanjian yang dilakukan oleh dua Negara atau lebih. 19
Traktat adalah perjanjian yang dilakukan oleh dua Negara ataupun lebih.Perjanjian ini
mengikat antara Negara yang terlibat dalam traktat ini.Otomatis traktat ini juga mengikat
warganegara-warganegara dari Negara yang bersangkutan.20
Traktat adalah Perjanjian yang di adakan antara dua negara atau lebih biasanya memuat
peraturan-peraturan hokum.
4. Kebiasaan
Kebiasaan adalah perbuatan yang sama dilakukan terus menerus sehingga menjadi hal
yang selayaknya dilakukan. Contohnya adat-adat di daerah yang dilakukan turun temurun untuk
menjadi hokum di daerah tersebut.21 Menurut J.B. Daliyo, kebiasaan adalah perbuatan manusia
mengenai hal tertentu yang dilakukan manusia berulang-ulang.22
Kebiasaan adalah system aturan yang berlaku dalam kehidupan masyarakat yang bersal
adat kebiasaan, yang secara turun temurun yang dihormati dan ditaati oleh masyarakatsebagai
tradisi bangsa.23
15 Ibid
16 Ibid, hal 95
17 Ishaq, op.cit, h. 106
18 Ibid
19 Ibid, hal 110
20 Zainuddin Ali dan Supriadi, Lo.cit, h. 227.
21 Zainuddin Ali dan Supriadi, Lo.cit, h. 227.
22 Ishaq, op.cit, h. 102.
23Ilhami Bisri, Sistem Hukum Indonesia, (cet. 9; Jakarta: Rajawali Perss, 2014), h. 112
5. Pendapat para Ahli (doktirin)
Pendapat para ahli adalah pendapat atau pandangan para ahli hokum yang mempunyai
pengaruh sehingga dapat menimbulkan hukum.24 Menurut R. Soeroso, doktirin adalah pendapat
para sarjana hokum yang terkemuka yang besar pengaruhnya terhadap hakim dalam mengambil
keputusannya.25
Sudikno Mertokusumo berpendapat bahwa doktirin adalah pendapat para sarjana hukum
yang menjadi sumber hokum, tempat hakim dapat menemukan hukumnya. 26
24 Ibid
25 Ishaq, op.cit, h. 112.
26 Ibid
27 Tahir Azhary, Negara Hukum , (Jakarta:Bulan Bintang , 1992) hlm. 63
28 Fajrimei A. Gofar, Asas Legalitas Dalam Rancangan KUHP. Position Paper Advokasi RUU KUHP Seri I
30 Melayu S.P Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006,h.
9
31 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, h.70