Banyak ribuan tanda tanya di dunia ini yang tidak pernah
kita ketahui hanya sekedar membaca informasi yang di dapat dari internet saja itu tidaklah cukup. Salah satunya penjelajah waktu. Percayakah kalian jika kukatan bahwa aku dapat menjelajah waktu? Masa lalu ataupun masa depan yang tidak diketahui apa yang terjadi pada masa itu dapat diketahui jika kamu memiliki sebuah alat penjelajah waktu Oh ya, perkenalkan, namaku Clara Shanette Williams seorang anak tunggal yang berasal dari keluarga kaya raya, namun berusaha untuk terlihat sederhana. Ibuku bekerja di sebuah perusahaan ternama di Jakarta sedangkan ayahku, lebih baik kita tidak usah membahas tentangnya. Aku bersekolah di Hope Peaks International High School atau biasa disebut HPIHS. Aku tidak termasuk siswa kalangan popular ataupun siswa cerdas berprestasi seperti teman temanku. Namun, aku memiliki suatu kemampuan yang membuat kalian tidak percaya tentang hal itu. Aku bisa melakukan penjelajahan waktu ke beberapa tahun kebelakang maupun beberapa tahun kedepan. Ya, aku memiliki sebuah time traveller hasil rancanganku saat usiaku berusia lima belas tahun. Alat rancanganku rupanya membuahkan hasil yang tidak pernah kuduga sebelumnya. Aku ditarik untuk menjadi seorang detektif guna memecahkan beberapa kasus yang terbilang sulit untuk dipecahkan apalagi jika pelaku sangat handal dalam menghilangkan jejak. “Clara!” “Luna? Ada apa?” Tanyaku. Luna Fradella Radinka. Sahabatku sejak kami masih duduk di bangku SMP menghampiriku dengan membawa sebuah file ditangannya. “Sudah membuka file ini? Aidan bilang kamu belum membuka file ini.” Kata Luna. Ia memberikan analog yang dipegangnya sedari tadi. “Ini apa?” “Kau tahu kecelakaan beruntun yang terjadi beberapa hari lalu?” Aku mengangguk. “Itu datanya.” “Bagaimana bisa kau mendapatkannya? Data ini kan sudah disegel?” Luna mengibaskan tangannya didepan wajahnya. Seakan itu adalah hal yang mudah untuk diatasi. “Julukan hacker sepertinya tidak cocok untukku dan Aidan jika tidak dapat membobol data data yang tersegel.” Aku memutar bola mataku malas. Mereka merupakan hacker handal yang dapat membobol data data Negara. Bahkan mereka pernah membobol data-data rahasia hanya untuk mengetahui siapa yang memperjualbelikan barang illegal di negaraku. Untuk apa? Hanya tugas sekolah biasa. Dan hebatnya mereka tidak ketahuan. “Kau merupakan hacker yang handal,” kataku. “Kau juga penjelajah waktu yang menakjubkan.” Aku tersenyum, dan hendak membuka analog yang diberikan oleh Luna. Tapi sepertinya tuhan membuatku harus menunggu untuk mengetahui isinya, karena guru Lintang masuk kedalam kelas. * Dua jam berlalu dengan cepat. Beruntung guru Lintang sedang berbaik hati, karena kita dibolehkan istirahat lebih awal. Aku mengambil Ipod ku dan segera mengajak Luna untuk pergi ke kantin. Cacing di perutku sudah mulai mengeluh lapar karena bekerja untuk memikirkan soal- soal yang rumit itu. “Sepertinya sudah tidak ada bangku yang tersisa.” Kataku saat sudah membeli makanan yang diinginkan. “Clara! Luna!” Aku dan Luna sama-sama menoleh. Dan mendapati Aidan sedang melambaikan tangannya kearah kami. Memberi kode bahwa kami bisa duduk bersamanya. Aidan Ravindra Kenzie. Merupakan siswa terpintar disekolah sekaligus seorang kapten basket disekolah ini. Aku kenal dengannya karena tidak sengaja bertemu di perpustakaan dan ia membantuku untuk mengambilkan buku yang terletak di rak yang lumayan tinggi. “Kau sudah membuka data yang diberikan oleh Luna?” Tanya Aidan. “Belum sempat. Tadi guru Lintang keburu masuk, jadinya aku belum sempat membuka data yang diberikan oleh Luna.” Kataku sembari memakan makananku. “Bagaimana kalau kau buka sekarang?” “Baiklah aku akan membukanya sekarang.” Aku mengeluarkan Ipodku dan memasukan analog yang diberikan oleh Luna tadi. Aku mengerutkan dahi saat melihat data yang keluar memiliki sandi yang harus dimasukkan. “Kau tau apa sandinya?” Tanyaku kepada Aidan dan Luna. “Coba sini berikan Ipodmu.” Aidan meminta Ipodku untuk memasukkan sandi yang diminta. Aidan ikut mengerutkan dahi saat melihat bahwa file analog itu. “Ada apa, Ay?” “File tidak ditemukan.” Aidan memberikan ponselku kembali. Aku melihat apa yang ditampilkan oleh layar itu. Error [404] file not found “Kalian meretas data yang benar kan?” Mereka berdua mengangguk. “Seharusnya data yang kalian dapat data yang akurat. Tapi kenapa file nya malah tidak ditemukan ya?” Aku mencoba untuk berpikir alas an file nya tidak ditemukan. “Tidak usah dippikirka, Ra. Aku akan coba untuk meretas data-data yanglainnya.” Aidan memberikan solusi. “Ya, baiklah.” Kring! Kring! Tepat setelah aku berkata seperti itu, bel masuk berbunyi. Aku mengambil Ipodku serta mengajak Luna untuk kembali ke kelas. “Kembalilah ke kelas jika kau tidak ingin mendapati hukuman dari guru. Kita duluan!” * Ketika pelajaran berakhir, begitu pula dengan matahari yang bersembunyi di balik cakrawala. Sekolah full day memang melelahkan, tapi taka pa, aku sudah biasa jika bersekolah full day seperti ini. Aku duduk di halte sendirian karena Luna sudah pulang duluan. Ia dijemput oleh ayahnya tadi. Sedangkan Aidan ia membawa mobil sendiri. Padahal aku ditawarkan untuk pulag bersamanya. Tapi aku menolak dan memilih untuk naik bus. Setelah menunggu beberapa menit, sebuah bus berhenti dihadapanku. Dengan segera aku memasuki bus tersebut dan memilih untuk duduk di dekat pintu keluar. Selama di perjalanan, aku tidak membuka Ipodku dan memilih untuk memandangi jalanan diluar sana. Memandang langit berwarna oranye dengan sedikit warna pink yang membuatnya seindah itu. Aku terkadang heran, kenapa senja bisa seindah ini? Tapi kalau kata orang, senja itu menyakitkan. Karena hanya muncul sesaat lagu digantikan dengan kelamnya malam. Tak lama, bus berhenti di dekat halte rumahku, dan aku segera turun. Dan berjalan menuju rumahku. “Mommy, I’m home.” Aku membuka pintu rumahku dan menyapa ibuku yang sepertinya berada di kamar. Aku meletakkan sepatuku di raknya dan beranjak untuk menemui ibuku di kamarnya. Tok Tok Kuketuk kamar ibuku dan menunggu beberapa menit untuk mendapatkan jawaban dari ibuku. Tok Tok "Mom? Are you in there?" Tanyaku. Entah mengapa, aku memiliki firasat tidak enak sekarang, tapi aku berusaha untuk menepis semua perkiraan buruk ku. Tok Tok Kuketuk pintu sekali lagi. Nihil, tidak ada jawaban sama sekali dari dalam sana. Perasaanku semakin gelisah. Aku tidak tahan untuk tidak masuk dan mengetahui apa yang terjadi didalam sana. Ceklek Pemandangan mengejutkan yang aku dapatkan setelah membuka pintu kamar ibuku. "MOM!!!" Aku berlari mendekati ibuku yang tergeletak dilantai. Tapi aku berusaha untuk tenang. Aku memeriksa denyut nadi ibuku sendiri, baik itu ditangan, maupun di leher. Aku terkejut saat tidak merasakan denyut nadi ibuku. Tapi aku masih harus bersikap tenang. Walau pikiranku sudah tidak dapat memungkiri bahwa ibuku telah tiada. Saat aku memeriksa nafas ibuku, disitulah tangisku pecah. Aku benar benar menangis disitu. Ibuku pergi tanpa meninggalkan sepatah kata untukku. Aku bahkan tidak tahu kenapa ibu meninggal. Karena setahuku, ibu orangnya sehat dan ia jarang jatuh sakit. * Polisi berlalu lalang di dalam rumahku. Ya, setelah aku mengetahui bahwa ibuku telah tiada, aku segera menghubungi polisi serta sahabatku Luna. “Hiks.. kenapa bisa begini? kenapa