“ Appendisitis”
Disusun Oleh:
2015730040
Pembimbing :
FAKULTAS KEDOKTERAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Walaupun appendicitis biasanya terjadi pada decade kedua dan ketiga kehidupan,
5% sampai 10% kasus terjadi pada usia tua. Appendicitis pada orang dewasa meningkat
beberapa decade terakhir dimana inciden pada pasien yang lebih muda menurun.Inflammasi
pada appendix sekarang 2.5% sampai 5% dari acute abdominal disease pada pesien berusia
lebih dari60-70 tahun. Angka kematian dari appendicitis hanya 0.8%, tetapi sebagian besar
kematian terjadi pada usia yang sangat muda dan sangat tua. Pada orang dewasa, angka
kematian setelah appendectomy tergantung pada usia, mulai dari 0.07/1000 pada pasien usia
20-29 tahun sampai 164/1000 pada nonagenarians.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomy
Pada orang dewasa, rata-rata panjang apendiks adalah 6-9 cm. Diameter lumen
luarnya (distal) antara 3-8 mm, dan diameter lumen dalamnya (proksimal) antara 1-3
mm.
Appendix menerima pasokan arteri dari cabang apendikular arteri
ileokolika.Arteri ini berasal dari posterior ileum terminal, memasuki mesoapendiks
dekat dengan dasar apendiks.Drainase limfatik apendiks mengalir ke kelenjar getah
bening yang terletak di sepanjang arteri ileokolika. Persarafan apendiks berasal dari saraf
simpatik pleksus mesenterika (T10-L1), parasimpatis aferen dibawa melalui saraf vagus.
Gambaran histologis apendiks dibagi menjadi tiga lapisan yaitu: lapisan luar
serosa, yang menyambung dari peritoneum; lapisan muscularis, yang tidak didefinisikan
dengan baik dan bisa tidak terdapat dibeberapa lokasi; dan terakhir, submucosa dan
mucosa.Agregat limfoid terjadi di lapisan submucosal dan mungkin meluas ke mukosa
muskularis.
3
Physiology
Selama bertahun-tahun, appendix dipandang sebagai organ vestigial yang tidak
diketahui fungsinya. Sekarang appendix diakui sebagai organ immunologic yang aktif
berpartisipasi dalam sekresi immunoglobulins, terutama immunoglobulin A.
Appendix mungkin berfungsi sebagai reservoir untuk rekolonisasi usus dengan
bakteri sehat.
Appendix merupakan komponen dari Gut-Associated Lymphoid Tissue (GALT)
yang berperan dalam sekresi imunoglobulin, yaitu imunoglobulin A (IgA).
Immunoglobulin ini sangat efektif sebagai perlindungan terhadap infeksi.Namun
demikian, pengangkatan Appendix tidak memengaruhi sistem imun tubuh karena jumlah
jaringan limf disini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya di saluran cerna
dan di seluruh tubuh. Jaringan limfoid muncul pertama kali pada Appendix sekitar dua
minggu setelah kelahiran dan jumlahnya terus meningkat hingga usia pubertas, bertahan
selama beberapa dekade lalu mulai menurun seiring bertambahnya usia.
Selain itu, lapisan mukosa Appendix dapat menghasilkan cairan, mucin, dan
enzim-enzim proteolitik.
4
B. Appendisitis
Definisi
Appendicitis adalah peradangan yang terjadi pada Appendix vermicularis akibat
adanya obstruksi pada lumen Appendix.
Epidemiologi
Risiko lifetime pada perkembangan appendicitis adalah 8.6% untuk lelaki dan
6.7% untuk perempuan, dengan incidensi tertinggi pada decade ke dua dan
ketiga.Tingkat appendectomy untuk appendicitis berkurang sejak tahun 1950 di
beberapa Negara.Di United States, mencapai tingkat insidensi sekitar 15 per 10.000
jiwapada tahun 1990.Sejak saat itu, terjadi peningkatan angka insidensi dari
nonperforatedappendicitis.
5
yang terus menerus dan dari multiplikasi bakteri pada apendiks. Ini menyebabkan
timbulnya reflex nauseadan vomiting, dan nyeri visceral meningkat. Tekanan dalam
meningkatkan organ, melebihi tekanan vena. Kapiler dan venula yang tersumbat tapi
inflow arteri terus, menyebabkan pembengkakan dan kongesti vaskular. Proses inflamasi
melibatkan serosa appendix dan pada gilirannya peritoneum parietal. Ini menghasilkan
pergeseran karakteristik nyeri ke kuadran kanan bawah.
Mukosa appendix rentan terhadap gangguan suplai darah; iskemia mukosa yang
menyebabkan translokasi bakteri, dan infeksi gangren dan intraperitoneal berikutnya.
Escherichia coli dan Bacteroides fragilis adalah bakteri aerob dan anaerob yang paling
umum diisolasi pada apendisitis perforasi.Daerah dengan suplai darah miskin paling
menderita: infark ellipsoid berkembang di perbatasan antimesenterik. Adanya distensi,
invasi bakteri, gangguan vaskular, dan hasil infark, terjadi perforasi, biasanya di
perbatasan antimesenterik hanya di luar titik obstruksi. Urutan ini tidak bisa dihindari
namun, dan beberapa episode apendisitis akut dapat sembuh secara spontan.
Obstruksi lumen adalah penyebab utama pada Appendicitis acuta. Fecalith
merupakan penyebab umum obstruksi Appendix, yaitu sekitar 20% pada anak dengan
Appendicitis acuta dan 30-40% pada anak dengan Appendicitis perforata. Penyebab
yang lebih jarang adalah hiperplasia jaringan limfoid di sub mukosa Appendix, barium
yang mengering pada pemeriksaan sinar X, biji-bijian, gallstone, cacing usus terutama
Oxyuris vermicularis. Reaksi jaringan limfatik, baik lokal maupun generalisata, dapat
disebabkan oleh infeksi Yersinia, Salmonella, dan Shigella atau akibat invasi parasit
seperti Entamoeba, Strongyloides, Enterobius vermicularis, Schistosoma, atau Ascaris.
Appendicitis juga dapat diakibatkan oleh infeksi virus enterik atau sistemik, seperti
measles, chicken pox, dan cytomegalovirus. Insidensi Appendicitis juga meningkat pada
pasien dengan cystic fibrosis. Hal tersebut terjadi karena perubahan pada kelenjar yang
mensekresi mukus. Obstruksi Appendix juga dapat terjadi akibat tumor carcinoid,
khususnya jika tumor berlokasi di sepertiga proksimal. Selama lebih dari 200 tahun,
corpus alienum seperti pin, biji sayuran, dan batu cherry dilibatkan dalam terjadinya
Appendicitis. Faktor lain yang memengaruhi terjadinya Appendicitis adalah trauma,
stress psikologis, dan herediter.
Appendix yang mengalami obstruksi merupakan tempat yang baik bagi
perkembangbiakan bakteri. Seiring dengan peningkatan tekanan intraluminal, terjadi
gangguan aliran limfatik sehingga terjadi oedem yang lebih hebat. Hal-hal tersebut
6
semakin meningkatan tekanan intraluminal Appendix. Akhirnya, peningkatan tekanan
ini menyebabkan gangguan aliran sistem vaskularisasi Appendix yang menyebabkan
iskhemia jaringan intraluminal Appendix, infark, dan gangren. Setelah itu, bakteri
melakukan invasi ke dinding Appendix; diikuti demam, takikardia, dan leukositosis
akibat pelepasan mediator inflamasi karena iskhemia jaringan. Ketika eksudat inflamasi
yang berasal dari dinding Appendix berhubungan dengan Peritoneum parietale, serabut
saraf somatik akan teraktivasi dan nyeri akan dirasakan lokal pada lokasi Appendix,
khususnya di titik Mc Burney’s. Jarang terjadi nyeri somatik pada kuadran kanan bawah
tanpa didahului nyeri visceral sebelumnya. Pada Appendix yang berlokasi di retrocaecal
atau di pelvis, nyeri somatik biasanya tertunda karena eksudat inflamasi tidak mengenai
peritoneum parietale sebelum terjadi perforasi Appendix dan penyebaran infeksi. Nyeri
pada Appendix yang berlokasi di retrocaecal dapat timbul di punggung atau pinggang.
Appendix yang berlokasi di pelvis, yang terletak dekat ureter atau pembuluh darah testis
dapat menyebabkan peningkatan frekuensi BAK, nyeri pada testis, atau keduanya.
Inflamasi ureter atau Vesica urinaria akibat penyebaran infeksi Appendicitis dapat
menyebabkan nyeri saat berkemih, atau nyeri seperti terjadi retensi urine.
Manifestasi Klinis
7
gastroenteritis.Banyak pasien mengeluhkan sensasi obstipasi sebelum timbulnya rasa
sakit dan merasa bahwa buang air besar akan meringankan sakit perut mereka. Diare
dapat terjadi yang berhubungan dengan perforasi, terutama pada anak-anak.
Apendisitis biasanya dimulai dengan gejala yang tidak jelas, nyeri periumbilical
atau epigastrium yang kolik. Dalam waktu 12 jam nyeri berpindah ke kuadran kanan
bawah, dimanifestasikan sebagai sakit stabil yang memburuk dengan berjalan atau batuk.
Hampir semua pasien mengalami mual dengan satu atau dua episode muntah. muntah
berkepanjangan atau muntah yang dimulai sebelum timbulnya nyeri menunjukkan
diagnosis lain. Demam ringan ( ~38 ° C ) yang khas; demam tinggi atau menggigil
mengarah ke diagnosis lain atau perforasi appendix.
Sign. Presentasi awal, tanda vital mungkin berubah minimal. Suhu tubuh dan
nadi mungkin normal atau sedikit meningkat. Perubahan yang besar mungkin
mengindikasi terjadinya komplikasi atau diagnosis lain.
Temuan fisik ditentukan oleh adanya iritasi peritoneal dan dipengaruhi oleh
adanya organ yang sudah terjadi ruptur ketika pasien pertama kali di periksa. Pada
palpasi abdomen,teraba tenderness di daerah dekat McBurney’s.
Pada palpasi yang dalam, dapat teraba resistensi muskular (guarding) pada right
iliac fossa, yang lebih jelas ketika dibandingkan dengan sisi kiri. Ketika dilakukan
penekanan dengan tangan secara cepat, pasien merasa nyeri tiba-tiba, yang disebut
rebound tenderness. Indirect tenderness(Rovsing’s sign) (yaitu nyeri di kuadran kanan
bawah ketika kuadran kiri bawah di palpasi) merupakan indikasi kuat dari peritoneal.1
Pada pemeriksaan fisik, localized tenderness dengan guarding pada right lower
quadrant dapat diketahui dengan palpasi satu jari. Ketika diminta untuk batuk, pasien
mungkin bisa menunjukkan lokasi nyeri, tanda iritasi peritoneal. Perkusi ringan juga
sakit. Walaupun rebound tenderness juga ada, itu tidak perlu ditemukan jika tanda diatas
sudah ada. Psoas sign (nyeri ketika paha kanan di extensikan) dan obturator sign (nyeri
8
dengan fleksi pasif dan rotasi internal pada paha kanan) merupakan indikasi inflamasi
dan diagnosis kuat appendicitis.
Cari obturator sign. Fleksikan paha kanan ke panggul pasien, dengan lutut
dibengkokkan, dan putar kaki kearah dalam panggul. Maneuver ini meregangkan
otot obturator internal.
Nyeri hypogastric kanan merupakan obturator sign positif, menunjukkan iritasi pada
otot oleh inflamasi appendix.
9
Dengan penekanan yang maksimal, Appendix diukur dalam diameter anterior-
posterior. Penilaian dikatakan positif bila terdapat pelebaran dan penebalan lumen
appendix 6 mm atau lebih dan atau ditemukannya appendicolith akan mendukung
diagnosis. Gambaran USG dari Appendix normal, yang dengan tekanan ringan
merupakan struktur akhiran tubuler yang kabur berukuran 5 mm atau kurang, akan
menyingkirkan diagnosis Appendicitisacut. Penilaian dikatakan negatif bila Appendix
tidak terlihat dan tidak tampak adanya cairan atau massa pericaecal. Sewaktu diagnosis
Appendicitis acuta tersingkir dengan USG, pengamatan singkat dari organ lain dalam
rongga abdomen harus dilakukan untuk mencari diagnosis lain. Pada wanita-wanita usia
reproduktif, organ-organ panggul harus dilihat baik dengan pemeriksaan transabdominal
maupun endovagina agar dapat menyingkirkan penyakit ginekologi yang mungkin
menyebabkan nyeri akut abdomen. Diagnosis Appendicitis acuta dengan USG telah
dilaporkan sensitifitasnya sebesar 55%-96% dan spesifitasnya sebesar 85%-98%. USG
sama efektifnya pada anak-anak dan wanita hamil, walaupun penerapannya terbatas pada
kehamilan lanjut.
Foto polos abdomen jarang membantu diagnosis Appendicitis acuta, tetapi dapat
sangat bermanfaat untuk menyingkirkan diagnosis banding. Pada pasien Appendicitis
acuta, kadang dapat terlihat gambaran abnormal udara dalam usus, hal ini merupakan
temuan yang tidak spesifik.Adanya fecalith jarang terlihat pada foto polos, tapi bila
ditemukan sangat mendukung diagnosis. Foto thorax kadang disarankan untuk
menyingkirkan adanya nyeri alih dari proses pneumoni lobus kanan bawah.
10
Diagnosis Banding
Diagnosis banding Appendicitis tergantung dari 3 faktor utama: lokasi anatomi
dari inflamasi Appendix, tingkatan dari proses dari yang simple sampai yang perforasi,
serta umur dan jenis kelamin pasien.
1. Adenitis Mesenterica Acuta
Diagnosis penyakit ini seringkali dikacaukan oleh Appendicitis acuta pada anak-
anak.Hampir selalu ditemukan infeksi saluran pernafasan atas, tetapi sekarang ini
telah menurun.Nyeri biasanya kurang atau bisa lebih difus dan rasa sakit tidak dapat
ditentukan lokasinya secara tepat seperti pada Appendicitis. Observasi selama
beberapa jam bila ada kemungkinan diagnosis Adenitis mesenterica, karena Adenitis
mesenterica adalah penyakit yang self limited. Namun jika meragukan, satu-satunya
jalan adalah operasi segera.
2. Gastroenteritis akut
Penyakit ini sangat umum pada anak-anak tapi biasanya mudah dibedakan dengan
Appendicitis.Gastroentritis karena virus merupakan salah satu infeksi akut self
limited dari berbagai macam sebab, yang ditandai dengan adanya diare, mual, dan
muntah.Nyeri hiperperistaltik abdomen mendahului terjadinya diare.Hasil
pemeriksaan laboratorium biasanya normal.
11
3. Diverticulitis Meckel
Penyakit ini menimbulkan gambaran klinis yang sangat mirip Appendicitis acuta.
Perbedaan preoperatif hanyalah secara teoritis dan tidak penting karena Diverticulitis
Meckel dihubungkan dengan komplikasi yang sama seperti Appendicitis dan
memerlukan terapi yang sama yaitu operasi segera.
4. Infeksi saluran kencing
Pyelonephritis acuta, terutama yang terletak di sisi kanan dapat menyerupai
Appendicitis acuta letak retroileal.Rasa dingin, nyeri costo vertebra kanan, dan
terutama pemeriksaan urine biasanya cukup untuk membedakan keduanya.
5. Kelainan–kelainan ginekologi
Umumnya kesalahan diagnosis Appendicitis acuta tertinggi pada wanita dewasa
muda disebabkan oleh kelainan–kelainan ginekologi. Angka rata-rata
Appendectomy yang dilakukan pada Appendix normal yang pernah dilaporkan
adalah 32%–45% pada wanita usia 15–45 tahun. Penyakit–penyakit organ reproduksi
pada wanita sering dikelirukan sebagai Appendicitis, dengan urutan yang tersering
adalah PID, ruptur folikel de Graaf, kista atau tumor ovarium, endometriosis dan
ruptur kehamilan ektopik. Laparoskopi mempunyai peranan penting dalam
menentukan diagnosis.
• Pelvic Inflammatory Disease (PID)
Infeksi ini biasanya bilateral tapi bila yang terkena adalah tuba sebelah kanan
dapat menyerupai Appendicitis.Mual dan muntah hampir selalu terjadi pada
pasien Appendicitis.Pada pasien PID hanya sekitar separuhnya.
• Ruptur Folikel de Graaf
Ovulasi sering mengakibatkan keluarnya darah dan cairan folikuler serta nyeri
yang ringan pada abdomen bagian bawah.Bila cairan sangat banyak dan berasal
dari ovarium kanan, dapat dikelirukan dengan Appendicitis.Nyeri dan nyeri
tekan agak difus.Leucositosis dan demam minimal atau tidak ada.Karena nyeri
ini terjadi pada pertengahan siklus menstruasi, sering disebut mittelschmerz.
12
Tatalaksana
Pengobatan awal, uncomplicated appendicitis adalah surgical appendectomy
pada kebanyakan pasien. Bila mungkin, lakukan laparoscopic. Sebelum di bedah, pasien
harus diberikan broad-spectrum antibiotics dengan gram-negative dan anaerobic untuk
mengurangi incidence infeksi postoperative.Yang direkomendasikan adalah dengan
regimen intravena termasuk cefoxitin atau cefotetan 1–2 g setiap 8 jam; ampicillin-
sulfabactam 3 g setiap 6 jam; atau ertapenem 1 g sebagai dosis tunggal.
Emergency appendectomy wajib pada pasien dengan perforated appendicitis dan
umumnya peritonitis.
Initial Management
Uncomplicated Appendicitis
Pasien dengan uncomplicated appendicitis, surgical treatment (appendectomy)
merupakan terapi standard sejak McBurney melaporkan penelitiannya.
Complicated Appendicitis.
Open Appendectomy
Biasanya dilakukan dengan pasien di bawah anestesi umum, pasien ditempatkan
pada posisi terlentang. Untuk apendisitis nonperforasi, sayatan kuadran kanan bawah
pada titik McBurney (sepertiga jarak dari tulang iliaka superior anterior ke umbilikus)
biasanya digunakan. Dibuat sayatan McBurney (oblique) atau Rocky-Davis (transversal)
pada otot kuadran kanan bawah. Jika dicurigai apendisitis perforasi atau diagnosisnya
diragukan, laparotomi garis tengah bawah dapat dipertimbangkan. Meskipun telah
dilaporkan bahwa posisi pangkalan apendiks dapat berubah dengan kehamilan,
penelitian prospektif telah menunjukkan bahwa kehamilan tidak mengubah proporsi
pasien dengan pangkalan apendiks dalam jarak 2 cm dari titik McBurney.
Teknik operasi:
13
1. Open Appendectomy
a. Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik.
b. Dibuat sayatan kulit:
Horizontal oblique
Keterangan gambar:
Satu incisi kulit yang rapi dibuat dengan perut mata pisau.Incisi kedua
mengenai jaringan subkutan sampai ke fascia M. Obliquus abdominis
externus.
b) Splitting M. Obliquus abdominis internus dari medial atas ke lateral
bawah.
14
Keterangan gambar:
Dari tepi rektus, fascia tipis M. obliquus internus diincisi searah dengan
seratnya ke arah lateral.
c) Splitting M. transversus abdominis arah horizontal.
Keterangan gambar:
Pada saat menarik M. obliquus internus hendaklah berhati-hati agar tak
terjadi trauma jaringan. Dapat ditambahkan, bahwa N. iliohipogastricus
dan pembuluh yang memperdarahinya terletak di sebelah lateral di antara
M. obliquus externus dan internus. Tarikan yang terlalu keras akan
merobek pembuluh dan membahayakan saraf.
d. Peritoneum dibuka.
Keterangan gambar:
Kasa Laparatomi dipasang pada semua jaringan subkutan yang terpapar.
Peritoneum sering nampak meradang, menggambarkan proses yang ada di
bawahnya. Secuil peritoneum angkat dengan pinset.Yang nampak di sini ialah
15
pinset jaringan De Bakey. Asisten juga mengangkat dengan cara yang sama pada
sisi di sebelah dokter bedah. Dokter bedah melepaskan pinset, memasang lagi
sampai dia yakin bahwa hanya peritoneum yang diangkat.
Keterangan gambar:
Appendix dengan hati-hati diangkat agar mesenteriumnya teregang.Klem
Babcock melingkari appenddix dan satu klem dimasukkan lewat mesenterium
seperti pada gambar.Cara lainnya ialah dengan mengklem ujung bebas
mesenterium di bawah ujung appenddix.Appendix tak boleh terlalu banyak
diraba dan dipegang agar tidak menyebarkan kontaminasi.
f. Appendix di klem pada basis (supaya terbentuk alur sehingga ikatan jadi lebih
kuat karena mukosa terputus sambil membuang fecalith ke arah Caecum). Klem
dipindahkan sedikit ke distal, lalu bekas klem yang pertama diikat dengan benang
yang diabsorbsi (supaya bisa lepas sehingga tidak terbentuk rongga dan bila
terbentuk pus akan masuk ke dalam Caecum).
16
g. Appendix dipotong di antara ikatan dan klem, puntung diberi betadine.
i. Bila no.7 tidak dapat dilakukan, maka Appendix dipotong dulu, baru dilepaskan
dan mesenteriolumnya (retrograde).
j. Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis.
17
2. Laparoscopic Appendectomy
Laparoscopy dapat dipakai sebagai sarana diagnosis dan terapeutik untuk pasien
dengan nyeri akut abdomen dan suspek Appendicitis acuta.Laparoscopy sangat
berguna untuk pemeriksaan wanita dengan keluhan abdomen bagian bawah. Dengan
menggunakan laparoscope akan mudah membedakan penyakit akut ginekologi dari
Appendicitis acuta.
3. Novel Technique
Tiga teknik baru telah diselidiki dalam kinerja apendektomi: apendektomi sayatan
tunggal, bedah endoskopi transluminal, dan appendektomi robotic. Apendektomi
sayatan tunggal belum terbukti meningkatkan hasil, termasuk hasil kosmetik, dalam
studi acak acak dan telah disarankan untuk memiliki tingkat hernia insisional yang
lebih tinggi. Pembedahan telah terbukti memiliki hasil kosmetik yang lebih baik dan
lebih sedikit rasa sakit pasca operasi dalam meta-analisis prosedur termasuk usus
buntu, walaupun hanya 40 pasien yang dimasukkan dalam analisis. Risiko
kontaminasi luminal dan penutupan mukosa enteral atau vagina tetap suboptimal;
untuk alasan ini, belum ada penyebaran luas dari teknik ini. Usus buntu robotik
memungkinkan gerakan fleksibel instrumen intraperitoneal dan karena itu unggul
dalam ergonomi untuk ahli bedah. Namun, itu sangat mahal dan membutuhkan
pelabuhan yang lebih besar berdasarkan sebagian besar platform saat ini; dengan
demikian, teknik ini juga tidak banyak digunakan.
4. Incidental Appendectomy
Insidental appendektomi adalah pengangkatan appendiks normal pada laparotomi
untuk kondisi lain. appendiks harus mudah diakses melalui sayatan perut ini, dan
pasien harus secara klinis cukup stabil untuk mentolerir waktu tambahan yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan prosedur. Karena sebagian besar kasus appendisitis
terjadi awal kehidupan, manfaat appendektomi insidental berkurang secara
substansial sekali orang yang lebih tua dari 30 tahun. penyakit Crohn yang
melibatkan sekum itu, radiasi pengobatan hingga ke kekebalan, sekum, dan cangkok
vaskular atau bioprostheses lain merupakan kontraindikasi untuk appendektomi
insidental karena peningkatan risiko komplikasi infeksi atau kebocoran tunggul
appendiks.
18
Komplikasi
1. Komplikasi Appendicitis acuta
• Appendicitis perforata
• Appendicular infiltrat
• Appendicular abscess
• Peritonitis
• Mesenterial pyemia
• Septic shock
2. Komplikasi post operasi
• Surgical Site Infection
• Stump Appendicitis
19