Anda di halaman 1dari 3

Penatalaksanaan

Stadium hiperakut

Tindakan pada stadium ini dilakukan diintalasi gawat darurat dan merupakan tindakan
resusitas sebro-kardio-pulmonal bertujuan agar kerusakan jaringan otak tidak meluas. Pada
stadium ini, pasien diberi oksigen 2 L/menit dan cairan krisloid;hindarin pemberian cairan
dekstrosa atau salin dalam H2O. Dilakukan pemeriksaan CT scan otak,elektrokardiografi, foto
toraks, darah perifer lengkap dan jumlah trombosit,protrombin time/INR,APTT, glukosa darah,
kimia darah (termasuk elekrolit); jika hipoksia dilakukan analisis gas darah. Tindakan lain di
intalasi rawat darurat adalah memberikan dukungan mental kepada pasien serta memberikan
penjelasan pada keluarga agar tetap tenang.

Stadium akut

Pada stadium ini,dilakukan penanganan factor-faktor etiologik maupun penyuit. Juga


dilakukan tindakan terapi fisik,okupasi,wicara dan psikologis serta telaah social untuk membantu
pemulihan pasien. Penjelasan dan edukasi kepada keluarga pasien perlu,menyangkut dampak
stroke terhadap pasien dan keluarga serta tata cara perawatan pasien yang dapat dilakukan
keluarga.

1. Stroke iskemik

Terapi umum; Letakan kepala pasien pada posisi 30°, kepala dan dada pada satu
bidang;ubah posisi tidur selama 2 jam ;mobilisasi dimulai bertahap bila hemodinamik sudah
stabil, selanjutnya, bebaskan jalan napas, beri oksigen 1-2 Liter/menit sampai didapatkan hasil
analisis gas darah. Jika perlu,dilakukan intubasi. Demam diatasi dengan kompreas dan antisipasi,
kemudian dicari penyebabnya; jika kandung kemih penuh, dikosongkan (sebaiknya dengan
kateter intermiten). Pemberian suatu nutrisi dengan cairan isotonik,kristaloid atau koloid 1500-
2000 ml, dan elektrolik sesuai kebutuhan, hindari cairan mengandung glukosa atau salin hotonik.
Pemberian nutrisi per erat hanya jika fungsi menelannya baik; jika didapatkan gangguan menelan
atau kesadaran menurun , dianjurkan melalui selang nasogastrik. Kadar gula darah >150 mg%
harus dikoreksi sampai batas gula darah sewaktu 150mg% dengan insulasi drip intravena kontinu
selama 2-3 hari pertama. Hipoglikemia (kadar gula darah <60 mg% atau <80mg% dengan
gejala) diatasi segera dengan dekstrosa 40% iv sampai kembali normal dan harus dicari
penyebabnya. Nyeri kepala atau mual dan muntah diatasi dengan pemberian obat-obat sesuai
gejala. Tekanan darah tidak perlu segera diturunkan, kecuali bila tekanan sistolik >220 mmHg,
diastolik >120 mmHg, mean arterial blood pressure (MAP) <130 mmHg (pada 2 kali
pengukuran dengan selang waktu 30 menit), atau didapatkan infrak mlokard akut, gagal jantung
kongreestif serta gagal ginjal. Penurunan tekanan darah maksimal 20%, dan obat yang
direkomendasikan: natrium nitroprusid, penyekat reseptor alfa-beta, penyekat ACE, atau
antagonis kalsium. Jika terjadi hipotensi, yaitu tekanan sistolik <90 mmHg ,diastolik <70
mmHg, diberi NaCI 0,9%250 Ml selam 1 jam, dilanjutkan 500 mL selama 4 jam dan 500 mL
selama 8 jam atau sampe hipotensis dapat diatasi. Jika belum terkoreksi, yaitu tekanan darah
sistolik masih >90 mmHg, dapat diberi dopamine 2-20 𝜇/kg/menit sampai tekanan darah sistolik
<110 mmHg. Jika kejang, diberi diazepam 5-20 mg iv pelan-pelan selama 3 menit, maksimal
100 mg per hari; dilanjutkan pemberian antikolvusan per oral (fenitoin,karbamezapin). Jika
kejang muncul setelah 2 minggu, diberikan antikolvusan peroral jangka panjang. Jika didapatkan
tekanan intracranial meningkat, diberi manitol bolus intravena 0,25 sampai 1g/kgBB per 30
menit, dan jika dicurigai fenomena rebound atau keadaan umum memburuk, dilanjutkan
0,25g/kgBB per 30 menit setiap 6 jam selama 3-5 hari. Harus dilakukan pemantauan osmolalitas
(<320 mmol); sebagai alternatif, dapat diberikan larutan hiportonik (NaCI3%) atau furosemid.

Terapi khusus ditunjukan untuk reperfusi dengan pemberian antiplatelet seperti aspirin
dan anti koagulan, atau yang dianjurkan dengan trombolit rt-PA (recombinant tissue Activator).
Dapat juga diberi agen neuroproteksi, yaitu sitikolin atau pirasetam (jika didapatkan afasia).

2. Stroke hemoragik
Terapi umum: pasien stroke hemoragik harus dirawat di ICU jika volume hematoma >30
ml, pendarahan intraventrikuler dengan hidrosefalus, dan keadaan klinis cendrung memburuk.
Tekanan darah harus diturunkan sampai tekanan darah premorbid atau 15-20% bila tekanan
sistolik >180 mmHg, diastolic >120 mmHg, MAP >130 mmHg, dan volume hematoma
bertambah. Bila terdapat gagal jantung, tekanan darah harus segera diturunkan dengan labetlov
iv 10 mg (pemberian dalam 2 menit) sampai 20 mg (pemberian dalam 10 menit) maksimun 300
mg; enalapril iv 625-1 25 mg per 6 jam; kaptopril 3 kali 6,25- 25 mg per oral. Jika didapatkan
tanda tekanan intraknial meningkat, posisi 30°, posisi kepala dan dada disuatu bidang,
pemberian manitol dan hiperventilasi (pCO2 20-30 mmHg). Penatalaksanaan umum H2
parenteral, sukraifat, atau inhibitor pompa proton; komplikasi saluran napas dicegah dengan
fisioterapi dan diobati dengan antibiotik sprektrum luas.
Terapi khusus; Neuroproktektor dapat diberikan kecuali yang bersifat vasolidator.
Tindakan bedah mempertimbangkan usia dan letak pendarahan yaitu pasien yang kondisi kian
memburuk dengan pendarahan sebelum berdiameter >3 cm2, hidrosefalus akut akibat pendarahan
intraventrikal atau sereblum, dilakukan VP-shuting, dan pendarahan lobar >60 mL dengan tanda
peningkatan tekanan intracranial akut dan ancaman herniasi. Pada pendarahan subaraknoid,
dapat digunakan antagonis kalsium (nimodipin) atau tindakan bedah (ligasi, embolisasi,
ekstrirpasi, maupun gamma knife) jika penyebabnya adalah aneurisma atau malformasi arteri-
vena (arteriovenous malformation, AVM).

Stadium sukabut

Tindakan medis berupa terapi kognitif, tingkah laku, menelan, terapi wicara, dan biadder
training (termasuk terapi fisik). Mengingat perjalanan penyakit yang panjang, dibutuhkan
penatalaksanaan khusus intesif pasca stroke dirumah sakit dengan tujuan kemandirian pasien,
mengerti, memahami dan melaksankan program preventif primer dan sekunder. Terapi fase
sukabut antara lain :

1) Melanjutkan terapi sesuai kondisi akut sebelumnya.


2) Penatalaksanaan kompilkasi
3) Restorasi/ rehabilitasi (sesuai kebutuhan pasien) yaitu fisioterapi, terapi
wicara, terapi kognitif, dan terapi okupasi
4) Prevensi sekunder
5) Edukasi keluarga dan discharge planning.

Anda mungkin juga menyukai