BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar belakang
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rectal lebih dari 380C) yang bukan disebabkan oleh proses intrakranial.
Kejang demam kompleks adalah kejang demam dengan durasi kejang lebih dari 15
menit dan dapat berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.1
Prevalensi kejang demam menurut WHO memperkirakan pada tahun 2010
terdapat lebih dari 21,65 juta penderita kejang demam dan lebih dari 216 ribu
diantaranya meninggal. Angka kejadian kejang demam bervariasi diberbagai negara.
Daerah Eropa Barat dan Amerika tercatat 2-4% angka kejadian kejang demam per
tahunnya. Sedangkan di India sebesar 5-10% dan di Jepang 8,8%. Hampir 80% kasus
kejang demam sederhana (kejang<15 menit, umum, tonik atau klonik, akan berhenti
sendiri, tanpa gerakan fokal atau berulang dalam waktu 24 jam sedangkan 20% kasus
merupakan kejang demam kompleks (kejang>15 menit, fokal atau kejang umum
didahului kejang parsial, berulang atau lebih dari satu kali dalam 24 jam).2 Sekitar 2–
5% pada anak balita, umumnya terjadi pada anak umur 6 bulan sampai 5 tahun.1,3
Berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2012, di
Indonesia tahun 2010 kejang demam termasuk sebagai lima penyakit anak terpenting
yaitu sebesar 17,4%.6
Menurut American academy pediatric pada tahun 2019 terdapat hampir 56%
kasus kejang demam kompleks.3 Angka kejadian kejang demam di Indonesia pada
tahun 2014 menurut penelitian dari Rini Nindela dkk, didapatkan 124 orang (67%)
yang mengalami kejang demam kompleks. Ada beberapa faktor yang ikut
mempengaruhi, diantaranya; usia, jenis kelamin, riwayat kejang dan epilepsi dalam
keluarga, dan normal tidaknya perkembangan neurologi.4 Dan pada tahun 2016 di
Indonesia menurut penelitian Jenyfer Kakalang dkk, didapatkan untuk klasifikasi
2
jenis kejang demam tertinggi terjadi pada kejang demam kompleks (60,7%). Dalam
penelitian sebelumnya oleh Imaduddin et al. kasus kejang demam didapatkan
sebagian besar kejang demam kompleks yaitu sebanyak 33 kasus (64,7%), Sebagian
besar kasus kejang demam kompleks dapat sembuh sempurna tetapi 2%-7%
berkembang menjadi epilepsi dengan angka kematian 0,64%-0,75%.5
Hasil survey pendahuluan dibagian rekam medis RSUD Raden Mattaher
Jambi didapatkan kejang demam kompleks pada tahun 2017 sebanyak 64 orang, pada
tahun 2018 sebanyak 52 orang dan pada tahun 2019 dari bulan januari sampai juli
didapatkan kejang demam kompleks sebanyak 22 orang.
Berdasarkan hasil uraian diatas maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan mengetahui gambaran klinis kejang demam kompleks pada anak
dengan meneliti usia, jenis kelamin, suhu tubuh, penyebab terjadinya kejang demam
kompleks, dan riwayat kejang demam dalam keluarga. Maka peneliti mengambil
judul “Gambaran Klinis Kejang Demam Kompleks Pada Anak di RSUD Raden
Mattaher Jambi”.