Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN Tn. A. DENGAN DIAGNOSA TB PARU


DI RUANGAN BAJI ATI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

OLEH :

NAMA : SITI HARTINA LOUW

NIM : 19193075

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

GUNUNG SARI MAKASSAR

2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN
TB PARU
A. DEFINISI
Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycrobakterium tuberculosis. Kuman batang aerobic yang tahan asam ini,
dapat merupakan mikroorganisme pathogen maupun saprofit. Ada beberapa
mikrobakteri pathogen, tapi hanya strain bovin dan manusia yang patogenik
terhadap manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4mm, ukuran ini
lebih kecil dari sel darah merah.

Tuberculosis adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim


paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan kedalam tubuh lainnya, termasuk
meninges, ginjal, tulang dan nodus limfe.

B. ETIOLOGI
Penyebab tuberkulosis adalah Myobacterium tuberculosae, sejenis kuman
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um.
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang
membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut
bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan
fisis. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan
dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena
kuman bersifat dormant, tertidur lama selama bertahun-tahun dan dapat
bangkit kembali menjadikan tuberkulosis aktif lagi. Di dalam jaringan, kuman
hidup sebagai parasit intraselular yakni dalam sitoplasma makrofag. Makrofag
yang semula memfagositasi malah kemudian disenanginya karena banyak
mengandung lipid (Asril Bahar,2001).
Cara penularan TB yaitu :
a. Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.
b. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan
sekitar 3000 percikan dahak.
c. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada
dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan,
sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat
bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.
d. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil
pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut.
e. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh
konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

C. PATOFISIOLOGI

Sebagian besar basil tuberculosis yang menginfeksi difagosis dengan


makrofag yang menyebar sebelum berkembang atau membentuk
hipersensitifitas atau imunitas sebagian besar akan bertahan didalam sel-sel
darah dan dibawa ke bagian linfe pulmonary melalui sistem limfa. Basil
kemudian akan menyebar keseluruh tubuh dengan demikian walaupun infeksi
kecil akan menyebar dengan cepat, lokasi infeksi primer bisa atau tidak
mengalami proses degenerasi nefrotik, yang menyebabkan rongga diisi oleh
masa basil tuberculosis seperti keju, sel-sel darah putih yang mati dan jaringan
paru nekrotik pada saat itu material akan mencari dan akan masuk ke batang
trakeobraonkial dan dikeluarkan sebagai sputum. Kebanyakan tuberculosis
primer sembuh dalam beberapa bulan melalui pembentukan jaringan parut
fibrosus dan akhirnya lesi yang mengapur. Lesi ini bisa berisi basil hidup yang
dapat aktif kembali setelah beberapa tahun dan dapat menyebabkan infeksi TB
post primer atau TB sekunder.

D. MANIFESTASI KLINIK

Gejala-gejala dan tanda-tanda fisik penyebab tuberkulosa, seperti:

a. Tanda :

1) Penurunan berat badan

2) Anoreksia

3) Dispneud

4) Sputum purulen/hijau, mukoid/kuning.

b. Gejala :

1) Demam
Biasanya menyerupai demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi
oleh daya tahan tubuh penderita dengan berat-ringannya infeksi kuman TBC
yang masuk.

2) Batuk

Terjadi karena adanya infeksi pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari
batuk kering kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif
(menghasilkan sputum). Pada keadaan lanjut berupa batuk darah karena
terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada ulkus
dinding bronkus.

3) Sesak nafas

Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana
infiltrasinya sudah setengan bagian paru.

4) Nyeri dada

Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura (menimbulkan


pleuritis).

5) Malaise

Dapat berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan turun, sakit
kepala, mering, nyeri otot, keringat malam.

E. PRONOSIS

Kematian sudah pasti bila penyakit TB tidak diobati. Makin dini penyakit
ini di diagnosis dan di obati, makin besar kemungkinan pasien sembuh tanpa
kerusakan serius yang menetap. Makin baik kesadaran pasien ketika
pengobatan dimulai, makin baik prognosisnya. Bila pasien dalam keadaan
koma, prognasis untuk sembuh sempurna sangat buruk. Sayangnya pada 10%-
30% pasien yang dapat bertahan hidup terdapat beberapa kerusakan menetap.
Oleh karena akibat dari penyakit ini sangat fatal bila tidak terdiagnosis.

F. PENATALAKSANAAN

Keperawatan

- Mengobservasi tanda-tanda vital

- Pemberian zat gizi tktp

- Pemberian obat dan pengontrolan minum obat secara teratur


- Menganjurkan pasien jika bersin atau batuk untuk menutup mulut

- Membuang sputum pada tempat yang khusus

Medis

- OAT harus diberikan dengan kombinasi sedikitnya dua obat yang bersifat
bakteri sida dengan atau tanpa obat ketiga. Tujuan pemberian OAT adalah:

- Membuat Konversi sputum bta positif menjadi negatif secepat mungkin


melalui kegiatan bakterisida.

- Mencegah kekambuhan pertama setelah pengobatan dengan kegiatan


sterilisasi

- Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan
imunologis.

A. Pengobatan tuberkulosis yang modern berdasarkan pemberian obat yang


efektif. Terapi harian dengan regimen termasuk isoniazid dan rifampin
selama 9 hingga 12 bulan mewakili pengobatan paling efektif yang tersedia
dan mampu mencapai hasil yang baik pada 99 % pasien. Banyak ahli
menambahkan obat ketiga pada awal pengobatan sampai uji sensitivitas
tersedia; pirazinamid 1,5-2 g merupakan obat ketiga yang optimal, dan
etambutol 15 mg/kg juga efektif. Pada negara berkembang yang harga obat
merupakan faktor dari isoniazid 300 mg dan tioasetazon 150 mg selama 12
hingga 18 bulan memberikan regimen yang dapat mencapai angka
penyembuhan 80 hingga 90 persen.

B. Program pengobatan jangka pendek paling baik dianjurkan yang terdiri


dari dua fase. Fase intensif dua bulan pertama dengan pemberian setiap hari
harus meliputi isoniazid 300 mg, rifampin 600 mg, dan pirazinamid 1,5-2
mg dan juga mencangkup baik streptomisin 0,75-1 g ataupun etambutol 15
mg/kg.

C. Individu yang memperlihatkan uji kulit tuberkulin positif setelah


sebelumnya negatif, bahkan jika individu tidak memperhatikan adanya
gejala aktif, biasanya mendapat antibiotik selama 6-9 bulan untuk
membantu respons imunnya dan meningkatkan kemungkinan eradikasi basil
total.
D. Jika tuberkulosis resisten obat muncul, obat yang lebih toksik akan
diprogramkan. Pasien mungkin tetap menginap di rumah sakit atau dibawah
pengawasan sejenis karantina jika tingkat kepatuhan terhadap terapi medis
cenderung rendah.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengumpulan data
Dalam pengumpulan data ada urutan – urutan kegiatan yang dilakukan yaitu :
a. Identitas klien
Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin, tempat
tinggal (alamat), pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi menengah
kebawah dan satitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya
penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan penderita TB patu yang
lain.
b. Riwayat penyakit sekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang
di rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat
malam, nafsu makan menurun dan suhu badan meningkat mendorong
penderita untuk mencari pengonbatan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh penderita
yang mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA efusi
pleura serta tuberkulosis paru yang kembali aktif.
a. Riwayat penyakit keluarga
Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita
penyakit tersebut sehingga sehingga diteruskan penularannya.
e. Riwayat psikososial
Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan sanitasi
kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah
punya riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis paru yang lain
f. Pemeriksaan fisik
Berdasarkan sistem – sistem tubuh
1) Sistem integumen
Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun
2) Sistem pernapasan
Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai

inspeksi : adanya tanda – tanda penarikan paru, diafragma, pergerakan


napas yang tertinggal, suara napas melemah.
Palpasi : Fremitus suara meningkat.
Perkusi : Suara ketok redup.
Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah, kasar dan
yang nyaring.
3) Sistem pengindraan
Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan
4) Sistem kordiovaskuler
Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 syang mengeras.
5) Sistem gastrointestinal
Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun.
6) Sistem muskuloskeletal
Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan
keadaan sehari – hari yang kurang meyenangkan.
7) Sistem neurologis
Kesadaran penderita yaitu komposments dengan GCS : 456
8) Sistem genetalia
Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia
2. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif


2. Gangguan Pertukaran Gas
3. resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3 Intervensi Keperawatan

N Diagnosa
Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi
o Keperawatan (Noc) (Nic)

1 Bersihan Jalan NOC : NIC :


Nafas tidak
Efektif  Respiratory status :  Buka jalan nafas, guanakan
Ventilation teknik chin lift atau jaw thrust
bila perlu
 Respiratory status : Airway
patency  Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
 Aspiration Control
 Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas
Kriteria Hasil : buatan

 Mendemonstrasikan batuk  Pasang mayo bila perlu


efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis dan  Lakukan fisioterapi dada jika
dyspneu (mampu perlu
mengeluarkan sputum,  Keluarkan sekret dengan batuk
mampu bernafas dengan atau suction
mudah, tidak ada pursed lips)
 Auskultasi suara nafas, catat
 Menunjukkan jalan nafas
adanya suara tambahan
yang paten (klien tidak
merasa tercekik, irama nafas,  Lakukan suction pada mayo
frekuensi pernafasan dalam
rentang normal, tidak ada  Berikan bronkodilator bila perlu
suara nafas abnormal)
 Berikan pelembab udara Kassa
 Mampu basah NaCl Lembab
mengidentifikasikan dan
mencegah factor yang dapat  Atur intake untuk cairan
menghambat jalan nafas mengoptimalkan keseimbangan.

 Monitor respirasi dan status O2

2 Gangguan NOC : NIC :


. Pertukaran gas
 Respiratory Status : Gas  Monitor rata – rata, kedalaman,
exchange irama dan usaha respirasi
 Respiratory Status :  Catat pergerakan dada,amati
ventilation kesimetrisan, penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
 Vital Sign Status supraclavicular dan intercostal
Kriteria Hasil :  Monitor suara nafas, seperti
 Mendemonstrasikan dengkur
peningkatan ventilasi dan  Monitor pola nafas : bradipena,
oksigenasi yang adekuat takipenia, kussmaul,
 Memelihara kebersihan hiperventilasi, cheyne stokes,
paru paru dan bebas dari biot
tanda tanda distress
 Catat lokasi trakea
pernafasan
 Monitor kelelahan otot
 Mendemonstrasikan
diagfragma (gerakan paradoksis)
batuk efektif dan suara nafas
yang bersih, tidak ada  Auskultasi suara nafas, catat
sianosis dan dyspneu area penurunan / tidak adanya
(mampu mengeluarkan ventilasi dan suara tambahan
sputum, mampu bernafas
dengan mudah, tidak ada  Tentukan kebutuhan suction
pursed lips) dengan mengauskultasi crakles
dan ronkhi pada jalan napas
 Tanda tanda vital dalam utama
rentang normal
 auskultasi suara paru setelah
tindakan untuk mengetahui
hasilnya

3 Ketidakseimban NOC : NIC :


. gan nutrisi
kurang dari  Nutritional Status : food and  Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan Fluid Intake
 Kolaborasi dengan ahli gizi
tubuh
Kriteria Hasil : untuk menentukan jumlah kalori
dan nutrisi yang dibutuhkan
 Adanya peningkatan berat pasien.
badan sesuai dengan tujuan
 Anjurkan pasien untuk
 Berat badan ideal sesuai meningkatkan intake Fe
dengan tinggi badan
 Anjurkan pasien untuk
 Mampu mengidentifikasi meningkatkan protein dan vitamin
kebutuhan nutrisi C
 Tidak ada tanda tanda  Berikan substansi gula
malnutrisi  Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk
 Tidak terjadi penurunan mencegah konstipasi
berat badan yang berarti
 Berikan makanan yang terpilih (
sudah dikonsultasikan dengan ahli
gizi)
 Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan harian.
 Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
 Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
 Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, arif M: Kapita Selekta Kedokteran UI, jilid 2. Jakarta: Media


Aesculapius, 2000.

Silvia A. Price & Lorraine M. Wilson: Patofisiologi, Vol 2. Jakarta: EGC, 2006

Suddarth & Brunner: Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC 2002.

Www. Geoogle. com

Anda mungkin juga menyukai