Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN GERONTIK

1. Konsep Gerontik
A. Definisi gerontik
Menurut (Setianto 2004 dalam Muhith & Siyata, 2016), seorang dikatakan lanjut usia
(lansia) apabila usianya 65 tahun keatas. Lansia menurut (Pudjiastuti 2003 dalam Muhith
& Siyata, 2016), lansia bukan penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan
stres lingkungan. Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak
secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya
menjadi tua.Lansia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia. Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan Lansia disebutkan bahwa
lanisa adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Dewi, 2012). Lansia
adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas.

B. Siklus hidup manusia


Siklus hidup manusia merupakan proses perjalanan hidup manusia sejak lahir sampai
meninggal dunia. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (Wahyudi, Nugroho 2000 dalam
Muhith & Siyata, 2016) siklus hidup lansia yaitu: (1) Usia pertengahan (middle age), ialah
kelompok usia 45 sampai 59 tahun, (2) lanjut usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun, (3)
lanjut usia tua (old), antara 60-75 dan 90 tahun, (4) usia sangat tua (very old), diatas 90
tahun.

C. Tipe-tipe lanjut usia


Tipe-tipe lanjut usia menurut:
a) Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah pengalaman menyesuaikan diri dengan perubahan jaman,
mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi
undangan, dan menjadi panutan.
b) Tipe mandiri
Mengganti kegiatan-kegiatan yang hilang dengan kegiatan-kegiatan baru, selektif
dalam mencari pekerjaan, teman pergaulan, serta memenuhi undangan.
c) Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses ketuaan, yang menyebabkan kehilangan
kecantikan, kehilangan daya tarik jasmaniah, kehilangan kekuasaan, status, teman yang
disayang, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani dan
pengkritik.
d) Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis gelap datang
terang, mengikuti kegiatan beribadah, ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.
e) Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder, menyesal,
pasif, mental, sosial dan ekonominya. Tipe ini antara lain: Tipe optimis, tipe
konstruktif, tipe ketergantungan (dependent), tipe defensif, tipe militan dan serius, tipe
marah atau frustasi (the angry man), tipe putus asa (benci pada diri sendiri) atau self
heating man.

D. Mitos-mitos lansia
1. Kedamaian dan ketenangan
Lanjut usia dapat santai menikmati hasil kerja dan jerih payahnya dimasa muda
dan dewasanya, badai dan berbagai goncangan kehidupan seakan-akan sudah berhasil
dilewati. Kenyataan : (1) Sering ditemui stres karena kemiskinan dan berbagai keluhan
serta penderitaan karena penyakit, (2) depresi, (3) kekhawatiran, (4) paranoid, (5)
masalah psikotik.
2. Mitos konservatisme dan kemunduran
Pandangan bahwa lanjut usia pada umumnya: (1) Konservatif, (2) Tidak kreatif,
(3) menolak inovasi, (4) berorientasi kemasa silam, (5) merindukan masa lalu, (6)
kembali kemasa kanak-kanak, (7) susah berubah, (8) keras kepala, (9) cerewet.
Kenyataannya: Tidak semua lanjut usia bersikap dan berpikir demikian.
3. Mitos berpenyakitan
Lanjut usia dipandang sebagai masa degenerasi biologis, yang disertai oleh
berbagai penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai proses menua (lanjut
usia merupakan masa berpenyakitan dan kemunduruan). Kenyataan: (1) Memang
proses penuan disertai dengan menurunnya daya tahan tubuh dan metabolisme,
sehingga rawan terhadap penyakit. (2) tetapi banyak penyakit yang masa sekarang
dapat dikontrol dan diobati.
4. Mitos senilitas
Lanjut usia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh kerusakan
bagian otak (banyak yang tetap sehat dan segar). Banyak cara untuk menyesuaikan diri
terhadap perubahan daya ingat.
5. Mitos tidak jatuh cinta
Lanjut usia tidak lagi jatuh cinta dan gairah pada lawan jenis tidak ada.
Kenyataan: perasaan cemas dan emosi setiap orang berubah sepanjang masa. Perasaan
cinta tidak berhenti hanya karena menjadi lanjut usia.
6. Mitos aseksualitas
Ada pandangan bahwa lanjut usia, hubungan seks itu menurun, minat, dorongan,
gairah, kebutuhan dan daya seks berkurang. Kenyataan: Menunjukkan bahwa
kehidupan seks pada lanjut usia normal saja. Memang frekuensi hubungan seksualitas
menurun, sejalan dengan meningkatnya usia, tetapi masih tetap tinggi.
7. Mitos ketidakproduktifan
Lanjut usia dipandang sebagai usia tidak produktif. Kenyataan: Tidak demikia,
banyak lanjut usia yang mencapai kematangan, kemantapan dan produktifitas mental
dan material.

E. Permasalahan lansia dengan berbagai kemampuannya


Proses menua di dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal yang wajar
akan dialami semua orang yang dikarunia umur panjang. Hanya cepat lambatnya proses
tersebut bergantung pada masing-masing individu yang bersangkutan. Adapun
permasalahan yang berkaitan dengan lanjut usia antara lain (Juniati dan Sahar 2001
dalam Muhith & Siyata, 2016):
a. Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah,
baik secara fisik, biologi, mental, maupun sosial ekonomis. Semakin lanjut usia
seseorang, ia akan mengalami kemunduruan terutama dibidang kemampuan fisik,
yang dapat mengakibatkan penurunan pada peran-peranan sosialnya. Hal ini juga
mengakibatkan timbulnya gangguan didalam hal mencakupi kebutuhan hidupnya
sehingga dapat meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang
lain.
b. Lanjut usia tidak hanya ditandai dengan kemunduran fisik. Kondisi lanjut usia
dapat pula berpengaruh terhadap kondisi mental. Semakin lanjut seseorang,
kesibukan sosialnya akan semakin berkurang. Hal itu akan dapat mengakibatkan
berkurangnya integrasi dengan lingkungannya. Hal ini dapat memberikan dampak
pada kebahagiaan seseorang.
c. Pada usia mereka yang telah lanjut, sebagian dari para lanjut usia tersebut masih
mempunyai kemampuan untuk bekerja. Permasalahan yang mungkin timbul
adalah bagiamana memfungsikan tenaga dan kemampuan mereka tersebut
didalam situasi keterbatasan kesempatan kerja.
d. Masih ada sebagian dari lanjut usia yang mengalami keadaan terlantar. Selain
tidak mempunyai bekal hidup dan pekerjaan/penghasilan, mereka juga tidak
mempunyai keluarga/sebatang kara.
e. Dalam masyarakat tradisional, biasanya lanjut usia dihargai dan dihormati
sehingga mereka masih dapat berperan yang berguna bagi masyarakat. Akan
tetapi, dalam masyarakat industri ada kecendrungan mereka kurang dihargai
sehingga mereka terisolasi dari kehidupan masyarakat.
f. Karena kondisinya, lanjut usia memerlukan tempat tinggal atau fasilitas
perumahan yang khusus.
KONDISI PENYAKIT

A. DEFISINI
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu yang menyebabkan peradangan, penyempitan
ini bersifat sementara.
Asma dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
1. Asma brongkial
Penderita asma brongkial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap rangsangan dari
luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap, dan bahan lain penyebab alergi.
Gejala kemunculannya sangat mendadak, sehingga gangguan asma bisa datang
tiba-tiba. Jika tidak mendapatkan pertolongan secepatnya, risiko kematian bisa saja
datang. Gangguan asma brongkial bisa muncul lantaran adanya radang yang
mengakibatkan penyempitan saluran pernafasan bagian bawah. Penyempitan ini
akibat berkerutnya otot polos saluran pernafasan, pembengkakan selaput lender,
dan pembentukan timbunan lender yang berlebihan.
2. Asma kardial
Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung, gejala asma kardial biasanya
terjadi pada malam hari, disertai sesak nafas yang hebat. Kejadian ini disebut
nocturnal paroxymul dyspnea. Biasanya terjadi pada saat penderita sedang tidur.

B. KLASIFIKASI
Berdasarkan penyebabnya asma bronkial dapat di klasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :
1. Ekstrinsik (alergin)
Ditandai dengan reaksi alergin yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang
spesifik seperti debu, serbuk bunga, bulu inatang, obat-obatan (anti biotik dan aspirin)
dan spora jamur.
2. Instrinsik (non alergin)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergin yang beraksi terhadap pencetus yang tidak
spesifik atau diketahui seperti udara dingin atau juga bisa disebabkan oleh adanya
instensi saluran pernafasan dan emosi.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk
alergin dan non alergin.

C. ETIOLOGI
Sebagai pemicu timbulnya serangan dapat berupa infeksi (infeksi virus RSV), iklim
(perubahan mendadak suhu, tekanan udara), inhalan (debu, kapuk, tungau, sisa-sisa
serangga mati, bulu binatang, serbuk sari, bau asap, uap cat), makanan (putih telur, susu
sapi, kacang tanah, coklat, biji-bijian, tomat), obat (aspirin), kegiatan fisik (olahraga
berat, kecapaian, tertawa terbahak-bahak) dan emosi.

D. PATOFISIOLOGI
Zat oksigen masuk dalam tubuh melalui pernafasan, mulut, dan kontak kulit. Dari
jenis allergen yang masuk ke dalam tubuh, bila pada orang yang atopic tidak akan
menyebabkan apa-apa. Bila jenis allergen masuk ke dalam tubuh orang yang mempunyai
factor keturunan untuk bereaksi terhadap bahan allergen akan menyebabkan alergik.
Akibat reaksi dari tubuh untuk melepaskan zat histamine menyebabkan reaksi
kontraksi otot-otot polos saluran pernafasan sehingga terjadi broncopasme. Broncopasme
akan timbul kerusakan dinding bronkus yang akan mengakibatkan pemeabilitas kapiler
yang berperan edema mukosa.
Dari edema mukosa akan menimbulkan peningkatan sekresi kelenjar mukosa dan
peningkatan produksi sputum sebagai akibatnya akan terjadi penyempitan saluran
pernafasan kemudian menghambat saluran pernafasan.
Karena hambatan aliran nafas yang menyebabkan gangguan aliran udara terjadi
hipoventilasi karena hipersekresi sputum yang tertahan sehingga menyebabkan jalan
nafas tidak efektif dimana gejala dan tanda yang munul pada pendeita asma bronkial
terjadi sesak nafas, bunyi nafas tidak normal (weezhing), batuk yang menerus dan
semakin lamam terjadinya serangan akan mengakibatkan kurangnya tenaga atau
kelemahan, serta tidak nafsu makan, dalam kondisi demikain akan mengakibatkan
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, gangguan pemenuhan istirahat tidur,
intileransi aktivitas dan mengalami penurunan perawatan diri sendiri.
E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang lazim muncul pada asma bronkial adalah batuk, dyspnea, dan mengi.
Biasanya penedrita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, tapi pada
saat seranagn penderita tampak bernafas cepat dan daam gelisah dan duduk dengan
menyangga ke depan, serta tanpa otot0otot bantu pernafasan bekerja dengan keras.
Selain gelisah tersebut ada beberapa gejala menyertainya :
1. Gelisah
2. Takipnea
3. Nyeri di abdomen karena terlihat otot abdomen dalam pernafasan
4. Tidak toleran terhadap aktivitas makan, berjalan, bahkan berbicara
5. Serangan biasanya bermula dengan batuk dan rasa sesak dalam dada dosertai
pernafasan lambat.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemerikasaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang
bertambahdan peleburan rongga intercostalis, serta difragma yang menurun.
2. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai allergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma
3. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3
bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada emfisema paru.
4. Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara
selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
G. Penatalksanaan
Perinsip umum pengibatan asma bronkial :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera
2. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
3. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai asma, baik
pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya

Pengobatan pada penyakit asma bronkial :

1. Pengoatan non farmakologi


- Memberikan penyuluhan
- Menghindari faktor pencetus
- Pemberian cairan
- Fisioterapi
- Beri Oksigen bila perlu
2. Pengobatan farmakologi
- Bronkodilator = obat yang melebarkan saluran nafas
- Kromalin
- Ketolifen
KONSEP MEDIS KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Proses pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan data tentang pasien agar dapat mengidentifikasi kongensi
masalahkesehatan dan keperawatan pasien.
1. Identitas klien
Meliputi : nama umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan, agama.
Penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, agama,
hubungan dengan klien.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama : merupakan eluhan yang dirasakan klien sehingga menjadi alasan
klien di bawah ke RS.
b. Riwayat sekarang : merupakan kronologis dari penyakit yang di derita saat ini
mulai awal hingga di bawah ke RS secara lengkap meliputi P,Q,R,S,T
c. Riwayat masuk RS : merupakan riwayat keluhan klien yang di derita
d. Riawayat masa lalu : merupakan penyakit yang di derita klien yang berhubungan
dengan penyakit saat ini atau penyakit yang mungkin dapat di
pengaruhi/mempengaruhi penyakit yang di derita klien saat ini
e. Riwayat kesehatan keluarga : untuk mengetahui penyakit yang di derita klein
apakah penyakit keturunan atau tidak.
3. Pola aktifitas dan latihan
Menggunakan tabel aktifitas meliputi makan, mandi, brpakain, eliminasi, mobilisasi
di tempat tidur, berpindah, ambulansi, naik tangga.
- Airway
Batuk kering/tidak produktif, wheezing yang nyaring, penggunaan otot-otot
aksesoris pernafasan (retraksi otot interkosta)
- Breathing
Perpanjangan ekspirasi dan perpendekan periode inspirasi, dyspnea, takipnea,
taktil fremitus menurun pada palpasi, suara tambahan ronkhi, hiperresonan pada
perkusi
- Circulation
Hipotensi, diaphoresis, sianosis, gelisah fatique, perubahan tingkat kesadaran,
pulpus paradoxus >10 mm
4. Pola istirahat tidur
- Jam berapa biasa mulai tidur dan bangun tdur
- Kualitas dan kuantitas tidur
5. Pola nutrisi dan metabolic
- Berapa kali makan sehari
- Makanan kesukaan
- Berat badan sebelum sesudah sakit
- Frekuensi dan kuantitas minum sehari
6. Pola eliminasi
- Frekuensi dan kuantitas BAK dan BAB sehari
- Nyeri
- Kuantitas
B. DIAGNOSA
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d secret tertahan di saluran nafas
2. Gangguan pertukaran gas b/d retensi karbon diogsida
3. Ketidakseimbangan nutrisi kuarang dari kebutuhan b/d laju metabolic, dospnea saat
makan, kelemahan otot pengunyah
C. INTERVENSI
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d secret tertahan di saluran nafas
Batasan karakteristik :
a. Tidak ada batuk
b. Suara nafas tambahan
c. Perubahan frekuensi nafas
d. Dispneu
NOC :
Respiratori status : ventilation
Respiratiryy status : airway patency
Kriteria hasil :
a. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis
dan dispneu
b. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
c. Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang dapat menhambat jalan
nafas
NIC :
1. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning
2. Berikan posisi yang nyaman untuk mengurangi dyspnea
3. Kolaborasi pemberian oksigen
2) Gangguan pertukaran gas b/d retensi karbon diogsida
Batasan karakterisktik :
- Pernafasan abnormal
- Sianosis
- Dyspnea
- Gelisah
NOC :
- Respiratory status : gas exchange
- Respiratory status : ventilation
- Vital sign status
Kriteria hasil :
1. Mendomenstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
2. Memelihara kebersihan paru-paru dsn bebas dari tanda-tanda distress pernafasan
3. Tanda-tanda vital dalam rentang normal
NIC :
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2. Auskultasi suuara nafas, catat adanya suara tambahan
3. Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi
otot supraclavicular dan intercostal.
3) Ketidakseimbangan nutrisi kuarang dari kebutuhan b/d laju metabolic, dospnea saat
makan, kelemahan otot pengunyah
Batasan karakteristik :
- Kurang makanan
- Kurang minat pada makanan
- Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
- Ketidakmampuan makan makanan
NIC :
- Nutritional status :
- Nutrisional status : food and flui intake
- Nutritional status : nutrient intake
- Weight control
Kriteria hasil :
1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
3. Mampi mengindentifikasi kebutuhan nutrisi
NOC :
1. Kaji adanya alergi makanan
2. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin c
3. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

D. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah tahap pelaksanaan terhadap tindakan keperawatan yang telah
ditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan
rencana setelah dilakukan validasi di samping itu juga dibutuhkan interpersonal,
intelektual, teknikal yang dilakukan dengan cermat dan efisien dalam situasi yang tepat
dengan selalu memperlibatkan keadaan psikososial.

E. EVALUASI
Merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan kegiatan evaluasi ini adalah
membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan dengan
tujuan yang diharapkan dalam perencanaan. 3 alternatif dalam menentukan tujuan
tercapai :
1. Berhasil, perilaku pasien sesuai pernyataan tujuan dalam waktu atau tanggal
ditetapkan tujuan
2. Tercapai, menunjukkan perilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan dalam tujuan
3. Belum tercapai, tidak mampu menunjukkan sama sekali perilaku yang diharapkan.
PENYIMAPNGAN KDM
Alergent

Reaksi tubuh terhadap alergent

Tubuh tidak tahan dengan reaksi alergent

Kontrasi otot pernafasan

Broncospasme

Hypersekresi

Penyempitan saluran pernafasan

Gangguan ventilasi (tuporventilasi) Hambatan aliran pernafasan

Jalan nafas tidak efktif Distribusi ventilasi yang tidak rata


dengan sirkulasi paru

Ketiakefektifan bersihan
Gangguan disfusi gas di tingkat alveoli
jalan nafas

Sesak nafas Gangguan pertukaran gas

Metabolisme tubuh

Gangguan pencernaan

Mortalitas

Mual

Nafsu makan berkurang

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2016). Nursing
Interventions Classification (6th ed.). Singapore: Elsevier.
Dewi, sofia rhosma. (2012). Buku ajar keperawatan gerontik. Yogyakarta: Deepublish.
Djafar, R. zainal, Purnomo, mulyadi eko, Halimi, entis s, Yudono, B., Suwandi, Hikayati, &
Djunaidi. (2014). Prosiding seminar hasil pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat
sumber dana DIPA unsri 2013. Palembang.
Inayah, vini nurul. (2017). Gambaran tentang kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas
sehari-hari di posbindu desa Sindangjawa kabupaten Cirebon. Cirebon.
Muhith, A., & Siyata, S. (2016). Pendidikan keperawatan gerontik. Yogyakarta: ANDI
OFFSET.
Nuratif Huda Amir, Kusuma Narasi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasrkan Diagnosa
Medis Dan NANDA NIC NOC. Yogyakarta.Medication Publishing.

Anda mungkin juga menyukai