Anda di halaman 1dari 35

Indonesia menjadi negara yang paling rawan terhadap bencana di dunia berdasar data

yang dikeluarkan oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Strategi Internasional


Pengurangan Risiko Bencana (UN-ISDR). Tingginya posisi Indonesia ini dihitung dari jumlah
manusia yang terancam risiko kehilangan nyawa bila bencana alam terjadi. Indonesia
menduduki peringkat tertinggi untuk ancaman bahaya tsunami, tanah longsor, gunung berapi.
Dan menduduki peringkat tiga untuk ancaman gempa serta enam untuk banjir.

1. News
2. Indonesia
3. 18 Desember 2018

5 Bencana Alam Indonesia yang Menyita


Perhatian Publik di Tahun 2018
#Replay2018 Banyak kerusakan dan korban jiwa

menlhk.go.id

Community Writer

PUTRI

Share to Facebook Share to Twitter

Bencana alam merupakan segala peristiwa yang terjadi yang disebabkan oleh alam itu sendiri
maupun prilaku manusia yang tidak menjaga alam seperti gempa, gunung meletus, tsunami dan
banjir.

Di sepanjang tahun 2018 ini ada beberapa bencana alam yang terjadi di Indonesia dan menyita
banyak perhatian publik. Berikut adalah 5 bencana alam yang terjadi Indonesia.
1. Gempa di Lebak-Banten (Januari)

instagram.com/anja

MAKALAH
RESPON PSIKOLOGI SAAT BENCANA

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 7 :

1. ANIR ISNEN
2. BASRI TUKANG
3. BANUATY
4. DENNY C HOHAKAY
5. IKRAM DUDUAKA
6. IRWAN MUSTAFA
7. JIHAN S KABALMAY
8. JUSNAINY WADJIR
9. MALKA HASAN
10. SUTRISNO SAID
11. SOLEMAN SANIAPON

POLTEKKES KEMENKES TERNATE


PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
RPL 2019
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan makalah
dengan judul “RESPON PSIKOLOGI SAAT BENCANA”. Makalah ini dibuat untuk menambah
wawasan tim penulis dalam penanggulan bencana di Indonesia. Tim Penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah
ini.
Tim Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, tim penulis telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan
baik. Oleh sebab itu, tim penulis dengan rendah hati menerima saran dan kritik guna
penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya tim penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan
memberikan referensi yang bermakna bagi para pembaca.

Ternate, 05 Desember 2019

Tim Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………..
DAFTAR ISI……………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………
1.2 Tujuan Penulisan……………………………………………........
1.3 Manfaat Penulisan………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Bencana…………………………………….
2.2 Jenis Bencana………………………………………………
2.3 Tahapan dan Kegiatan dalam Penanggulangan Bencana…………..
2.4 Prinsip-prinsip Penanggulangan Bencana……………………..
2.5 Asas-asas Penanggulangan bencana…………………………..
2.6 Pertolongan Pertama Pada Korban Bencana…………………..
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan…………………………………………………………
3.2 Saran……………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia menjadi negara yang paling rawan terhadap bencana di dunia berdasar data
yang dikeluarkan oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Strategi Internasional
Pengurangan Risiko Bencana (UN-ISDR). Tingginya posisi Indonesia ini dihitung dari jumlah
manusia yang terancam risiko kehilangan nyawa bila bencana alam terjadi. Indonesia
menduduki peringkat tertinggi untuk ancaman bahaya tsunami, tanah longsor, gunung berapi.
Dan menduduki peringkat tiga untuk ancaman gempa serta enam untuk banjir.1
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) selama Januari 2013 mencatat ada
119 kejadian bencana yang terjadi di Indonesia. BNPB juga mencatat akibatnya ada sekitar
126 orang meninggal akibat kejadian tersebut. kejadian bencana belum semua dilaporkan ke
BNPB. Dari 119 kejadian bencana menyebabkan 126 orang meninggal, 113.747 orang
menderita dan mengungsi, 940 rumah rusak berat, 2.717 rumah rusak sedang, 10.945 rumah
rusak ringan. Untuk mengatasi bencana tersebut, BNPB telah melakukan penanggulangan
bencana baik kesiapsiagaan maupun penanganan tanggap darurat. Untuk siaga darurat dan
tanggap darurat banjir dan longsor sejak akhir Desember 2012 hingga sekarang, BNPB telah
mendistribusikan dana siap pakai sekitar Rp 180 milyar ke berbagai daerah di Indonesia yang
terkena bencana.2
Namun, penerapan manajemen bencana di Indonesia masih terkendala berbagai masalah,
antara lain kurangnya data dan informasi kebencanaan, baik di tingkat masyarakat umum
maupun di tingkat pengambil kebijakan. Keterbatasan data dan informasi spasial kebencanaan
merupakan salah satu permasalahan yang menyebabkan manajemen bencana di Indonesia
berjalan kurang optimal. Pengambilan keputusan ketika terjadi bencana sulit dilakukankarena
data yang beredar memiliki banyak versi dan sulit divalidasi kebenarannya.3
Dari uraian diatas, terlihat bahwa masih terdapat kelemahan dalam sistem manajemen
bencana di Indonesia sehingga perlu diperbaiki dan ditingkatkan untuk menghindari atau
meminimalisasi dampak bencana yang terjadi.

1.2 Tujuan Penulisan


Mahasiswa mengerti tentang respon psikologi saat bencana dan dapat menambah
wawasan masyarakat secara umum sehingga dapat turut serta dalam upaya penanggulangan
bencana.

1.3 Manfaat Penulisan


1. Menambah pengetahuan dan wawasan pembaca dan tim penulis dalam hal respon
bencana.
2. Pembaca dapat menerapkan upaya penanggulangan bencana, terutama untuk para
petugas kesehatan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Bencana


Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana menyebutkan
bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Definisi
tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia.
Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tersebut juga mendefinisikan
mengenai bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.

2.2 Jenis Bencana


Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa
yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Bencana non alam adalah bencana yang
diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal
teknologi, gagal modernisasi, epidemi. dan wabah penyakit. Bencana sosial adalah bencana
yang diakibatkan oleh peristiwa atauserangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia
yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror.

2.3 Tahapan dan Kegiatan dalam Penanggulangan Bencana


Dalam melaksanakan penanggulangan bencana, maka penyelenggaraan penanggulangan
bencana meliputi tahap prabencana, tahap tanggap darurat, dan tahap pascabencana.
1. Pada Pra Bencana
Pada tahap pra bencana ini meliputi dua keadaan yaitu :
a. Situasi Tidak Terjadi Bencana
Situasi tidak ada potensi bencana yaitu kondisi suatu wilayah yang berdasarkan
analisis kerawanan bencana pada periode waktu tertentu tidak menghadapi
ancaman bencana yang nyata. Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam
situasi tidak terjadi bencana meliputi :
 perencanaan penanggulangan bencana;
 pengurangan risiko bencana;
 pencegahan;
 pemaduan dalam perencanaan pembangunan;
 persyaratan analisis risiko bencana;
 pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang;
 pendidikan dan pelatihan; dan
 persyaratan standar teknis penanggulangan bencana.
b. Situasi Terdapat Potensi Bencana
Pada situasi ini perlu adanya kegiatan-kegiatan:
 Kesiapsiagaan. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui
langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
 Peringatan Dini. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian
peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan
terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.
 Mitigasi Bencana. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi
risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Kegiatan-kegiatan pra-bencana ini dilakukan secara lintas sector dan multi
stakeholder, oleh karena itu fungsi BNPB/BPBD adalah fungsi koordinasi.
2. Tahap Tanggap Darurat
Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera
pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang
meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan
dasar, perlindungan, pengurusan, pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan
sarana
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat meliputi:
a. pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya
dilakukan untuk mengidentifikasi cakupan lokasi bencana, jumlah korban, kerusakan
prasarana dan sarana, gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta pemerintahan,
dan kemampuan sumber daya alam maupun buatan.
b. penentuan status keadaan darurat bencana. Penetapan status darurat bencana
dilaksanakan oleh pemerintah sesuai dengan skala bencana.
c. penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana, dilakukan dengan
memberikan pelayanan kemanusiaan yang timbul akibat bencana yang terjadi pada
suatu daerah melalui upaya pencarian dan penyelamatan korban, pertolongan darurat,
dan/atau evakuasi korban.
d. pemenuhan kebutuhan dasar, meliputi bantuan penyediaan kebutuhan air bersih dan
sanitasi, pangan, sandang, pelayanan kesehatan, pelayanan psikososial; dan
penampungan dan tempat hunian.
e. perlindungan terhadap kelompok rentan, dilakukan dengan memberikan prioritas
kepada kelompok rentan berupa penyelamatan, evakuasi, pengamanan, pelayanan
kesehatan, dan psikososial. Kelompok rentan yang dimaksud terdiri atas bayi, balita,
anak-anak, ibu yang sedang mengandung atau menyusui;, penyandang cacat, dan orang
lanjut usia.
f. pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.
Tahap tindakan dalam tanggap daruratdibagi menjadi dua fase yaitu fase akut dan
fase sub akut. Fase akut, 48 jam pertama sejak bencana terjadi disebut fase penyelamatan
dan pertolongan medis darurat sedangkan fase sub akut terjadi sejak 2-3 minggu.
3. Pasca Bencana
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap pasca bencana meliputi:
a. Rehabilitasi. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan
publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana
dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek
pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana.5
b. Rekonstruksi. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan
sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan
maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan
perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya
peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah
pascabencana.

2.4 Prinsip-Prinsip Penanggulangan Bencana


Prinsip-prinsip dalam penanggulangan bencana berdasarkan pasal 3 UU No. 24 tahun
2007, yaitu:
1. Cepat dan tepat. Yang dimaksud dengan “prinsip cepat dan tepat” adalah bahwa dalam
penanggulangan bencana harus dilaksanakan secara cepat dan tepat sesuai dengan
tuntutan keadaan.
2. prioritas. Yang dimaksud dengan “prinsip prioritas” adalah bahwa apabila terjadi
bencana, kegiatan penanggulangan harus mendapat prioritas dan diutamakan pada
kegiatan penyelamatan jiwa manusia.
3. koordinasi dan keterpaduan. Yang dimaksud dengan “prinsip koordinasi” adalah
bahwa penanggulangan bencana didasarkan pada koordinasi yang baik dan saling
mendukung. Yang dimaksud dengan “prinsip keterpaduan” adalah bahwa
penanggulangan bencana dilakukan oleh berbagai sektor secara terpadu yang
didasarkan pada kerja sama yang baik dan saling mendukung.
4. berdaya guna dan berhasil guna. Yang dimaksud dengan “prinsip berdaya guna” adalah
bahwa dalam mengatasi kesulitan masyarakat dilakukan dengan tidak membuang
waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan. Yang dimaksud dengan “prinsip berhasil
guna” adalah bahwa kegiatan penanggulangan bencana harus berhasil guna, khususnya
dalam mengatasi kesulitan masyarakat dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan
biaya yang berlebihan.
5. transparansi dan akuntabilitas. Yang dimaksud dengan “prinsip transparansi” adalah
bahwa penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat
dipertanggungjawabkan. Yang dimaksud dengan “prinsip akuntabilitas” adalah bahwa
penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan
secara etik dan hukum.
6. Kemitraan
7. Pemberdayaan
8. Nondiskriminatif. Yang dimaksud dengan “prinsip nondiskriminasi” adalah bahwa
negara dalam penanggulangan bencana tidak memberikan perlakuan yang berbeda
terhadap jenis kelamin, suku, agama, ras, dan aliran politik apa pun.
9. Nonproletisi. Yang dimaksud dengan ”nonproletisi” adalah bahwa dilarang
menyebarkan agama atau keyakinan pada saat keadaan darurat bencana, terutama
melalui pemberian bantuan dan pelayanan darurat bencana.

2.5 Asas-asas Dalam Penanggulangan Bencana


Penanggulangan bencana berdasarkan pasal 3 UU No. 24 Tahun 2007 berasaskan:5
1. kemanusiaan. Yang dimaksud dengan “asas kemanusiaan” termanifestasi dalam
penanggulangan bencana sehingga undang-undang ini memberikan perlindungan dan
penghormatan hak-hak asasi manusia, harkat dan martabat setiap warga negara dan
penduduk Indonesia secara proporsional.
2. Keadilan. Yang dimaksud dengan”asas keadilan” adalah bahwa setiap materi muatan
ketentuan dalam penanggulangan bencana harus mencerminkan keadilan secara
proporsional bagi setiap warga negara tanpa kecuali.
3. kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan. Yang dimaksud dengan “asas
kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan” adalah bahwa materi muatan
ketentuan dalam penanggulangan bencana tidak boleh berisi hal-hal yang membedakan
latar belakang, antara lain, agama, suku, ras, golongan, gender, atau status sosial.
4. keseimbangan, keselarasan, dan keserasian. Yang dimaksud dengan “asas
keseimbangan” adalah bahwa materi muatan ketentuan dalam penanggulangan
bencana mencerminkan keseimbangan kehidupan sosial dan lingkungan. Yang
dimaksud dengan “asas keselarasan” adalah bahwa materi muatan ketentuan dalam
penanggulangan bencana mencerminkan keselarasan tata kehidupan dan lingkungan.
Yang dimaksud dengan ”asas keserasian” adalah bahwa materi muatan ketentuan
dalam penanggulangan bencana mencerminkan keserasian lingkungan dan kehidupan
sosial masyarakat.
5. ketertiban dan kepastian hukum; Yang dimaksud dengan “asas ketertiban dan
kepastian hukum” adalah bahwa materi muatan ketentuan dalam penanggulangan
bencana harus dapat menimbulkan ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan
adanya kepastian hukum.
6. Kebersamaan. Yang dimaksud dengan “asas kebersamaan” adalah bahwa
penanggulangan bencana pada dasarnya menjadi tugas dan tanggung jawab bersama
Pemerintah dan masyarakat yang dilakukan secara gotong royong.
7. Kelestarian lingkungan hidup. Yang dimaksud dengan “asas kelestarian lingkungan
hidup” adalah bahwa materi muatan ketentuan dalam penanggulangan bencana
mencerminkan kelestarian lingkungan untuk generasi sekarang dan untuk generasi
yang akan datang demi kepentingan bangsa dan negara.
8. ilmu pengetahuan dan teknologi. Yang dimaksud dengan “asas ilmu pengetahuan dan
teknologi” adalah bahwa dalam penanggulangan bencana harus memanfaatkan ilmu
pengetahuan dan teknologi secara optimal sehingga mempermudah dan mempercepat
proses penanggulangan bencana, baik pada tahap pencegahan, pada saat terjadi
bencana, maupun pada tahap pascabencana

2.6 Pertolongan Pertama Pada Korban Bencana


Peran penting bidang kesehatan juga sangat dibutuhkan dalam penanggulangan
dampak bencana, terutama dalam penanganan korban trauma baik fisik maupun psikis.
Keberadaan tenaga kesehatan tentunya akan sangat membantu untuk memberi pertolongan
pertama sebelum proses perujukan ke rumah sakit yang memadai.11
Pengelolaan penderita yang mengalami cidera parah memerlukan penilaian yang cepat
dan pengelolaan yang tepat agar sedapat mungkin bisa menghindari kematian. Pada penderita
trauma, waktu sangatlah penting, karena itu diperlukan adanya suatu cara yang mudah
dilaksanakan. Proses ini dikenal sebagai Initial assessment (penilaian awal) dan Triase.
Prinsip-prinsip ini diterapkan dalam pelaksanaan pemberian bantuan hidup dasar pada
penderita trauma (Basic Trauma Life Support) maupun Advanced Trauma Life Support.11
Triage adalah tindakan mengkategorikan pasien menurut kebutuhan perawatan dengan
memprioritaskan mereka yang paling perlu didahulukan. Paling sering terjadi di ruang gawat
darurat, namun triage juga dapat terjadi dalam pengaturan perawatan kesehatan di tempat lain
di mana pasien diklasifikasikan menurut keparahan kondisinya. Tindakan ini dirancang untuk
memaksimalkan dan mengefisienkan penggunaan sumber daya tenaga medis dan fasilitas yang
terbatas.10
Triage dapat dilakukan di lapangan maupun didalam rumah sakit. Proses triage meliputi
tahap pra-hospital/lapangan dan hospital atau pusat pelayana kesehatan lainnya. Triage
lapangan harus dilakukan oleh petugas pertama yang tiba ditempat kejadian dan tindakan ini
harus dinilai lang terus menerus karena status triage pasien dapat berubah. Metode yang
digunakan bisa secara Mettag (triage Tagging System) atau sistem triage penuntun lapangan
Star (Simple Triage and Rapid Transportasi)
Penuntun Lapangan START berupa penilaian pasien 60 detik yang mengamati ventilasi,
perfusi, dan status mental untuk memastikan kelompok korban seperti yang memerlukan
transport segera atau tidak, atau yang tidak mungkin diselamatkan, atau mati. Ini
memungkinkan penolong secara cepat mengidentifikasikan korban yang dengan risiko besar
akan kematian segera atau apakah tidak memerlukan transport segera. Star merupakan salah
satu metode yang paling sederhana dan umum. Metode ini membagi penderita menjadi 4
kategori :
1. Prioritas 1 – Merah
Merupakan prioritas utama, diberikan kepada para penderita yang kritis keadaannya
seperti gangguan jalan napas, gangguan pernapasan, perdarahan berat atau
perdarahan tidak terkontrol, penurunan status mental
2. Prioritas 2 – Kuning
Merupakan prioritas berikutnya diberikan kepada para penderita yang mengalami
keadaan seperti luka bakar tanpa gangguan saluran napas atau kerusakan alat gerak,
patah tulang tertutup yang tidak dapat berjalan, cedera punggung.
3. Prioritas 3 – Hijau
Merupakan kelompok yang paling akhir prioritasnya, dikenal juga sebagai ‘Walking
Wounded” atau orang cedera yang dapat berjalan sendiri.
4. Prioritas 0 – Hitam
Diberikan kepada mereka yang meninggal atau mengalami cedera yang mematikan.
Pendekatan yang dianjurkan untuk memprioritisasikan tindakan atas korban adalah yang
dijumpai pada sistim METTAG. Prioritas tindakan dijelaskan sebagai :
1. Prioritas Nol (Hitam) : Pasien mati atau cedera fatal yang jelas dan tidak mungkin
diresusitasi.
2. Prioritas Pertama (Merah) : Pasien cedera berat yang memerlukan tindakan dan
transport segera (gagal nafas, cedera torako-abdominal, cedera kepala atau maksilo-
fasial berat, shok atau perdarahan berat, luka bakar berat).
3. Prioritas Kedua (Kuning) : Pasien dengan cedera yang dipastikan tidak akan
mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat (cedera abdomen tanpa shok, cedera
dada tanpa gangguan respirasi, fraktura mayor tanpa shok, cedera kepala atau tulang
belakang leher, serta luka bakar ringan).
4. Prioritas Ketiga (Hijau) : Pasien degan cedera minor yang tidak membutuhkan
stabilisasi segera (cedera jaringan lunak, fraktura dan dislokasi ekstremitas, cedera
maksilo-fasial tanpa gangguan jalan nafas serta gawat darurat psikologis).

Dalam kajian yang telah dilakukan oleh psychosocial support in disaster ada beberapa
tahapan psikologis yang bisa dilakukan dalam penanganan bencana banjir, yaitu :

Persiapan Sebelum Bencana (Preparedness)


Persiapan sebelum bencana terjadi merupakan langkah awal yang penting, khususnya
dalam menghadapi banjir tahunan persiapan fisik dan praktis akan sangat membantu bagi
orang untuk mengetahui bagaimana mempersiapkan psikologis sebelum bencana dan cara
mengatasinya secara emosional selama atau setelah bencana.
Langkah persiapan ini dilakukan supaya membantu orang untuk berpikir lebih jernih
menerima kenyataan bencana, membantu orang untuk membuat keputusan rasional tentang
bencana dan langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan pada saat darurat dan
mengurangi risiko cedera serius dan hilangnya nyawa atau harta benda.

Respon (Response)
Strategi respon merupakan tindakan yang diambil untuk menangani bencana pada
saat keadaan darurat, khususnya tindakan layanan darurat pertama di daerah bencana.
Respon juga melibatkan reaksi dan tindakan orang itu sendiri bersama-sama dengan strategi
untuk membantu orang-orang saat ini. Intervensi yang paling efektif dalam fase langsung
adalah bantuan praktis dan psikologis pada pertolongan pertama terjadinya bencana banjir.
Mereka yang terkena dampak bencana harus didekati dengan cara non klinis. Ini
berarti bahwa pakar kesehatan mental/psikologis profesional harus siap untuk mengambil
peran yang berbeda dari praktik normal mereka. Hal ini penting untuk tidak secara otomatis
membawa asumsi dan perilaku klinis dalam bencana. Tujuan pertama dari pakar kesehatan
mental/psikologi di pasca bencana biasa adalah untuk memastikan bahwa kebutuhan praktis
langsungterpenuhi.

Pemulihan (Recovery)
Kebanyakan orang akan pulih dari peristiwa traumatis seperti darurat dan bencana
tanpa intervensi profesional. Namun, beberapa di antara korban mungkin membutuhkan
dukungan tambahan untuk membantu mereka mengatasi masalah psikologis akibat bencana
tersebut. Biasanya sekitar 10-20% akan memerlukan perawatan kesehatan mental khusus.
Untuk itu perlu dilakukan observasi lebih dalam kepada para korban untuk
memastikan mereka tidak mengalami gangguan psikis yang berat sehingga memerlukan
penanganan yang lebih serius. Hal ini penting untuk mempertimbangkan berbagai tingkat
dukungan psikososial yang dapat ditawarkan kepada orang-orang yang terkena dampak
bencana , tergantung pada kebutuhan mereka yang berbeda .
Sangat penting bahwa dukungan psikososial yang terkoordinasi dan terintegrasi
dengan upaya pemulihan lainnya. Hal ini juga penting untuk mengenali dampak bencana
yang dapat memiliki pada kohesi sosial masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari kehidupan
pasca bencana misalnya keretakan yang kuat yang terjadi di dalam masyarakat yang
sebelumnya erat, karena emosi yang kuat (terutama amarah) yang dihasilkan oleh bencana
biasannya diarahkan pada teman dan tetangga. Penyedia layanan kesehatan perlu
memahami isu-isu sistemik dan mendukung masyarakat dalam membantu dirinya melalui
prosespemulihan. .
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan bencana sehingga diperlukan
manajemen atau penanggulangan bencana yang tepat dan terencana. Penanggulangan bencana
merupakan serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko
timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
Penanggulangan bencana di mulai dari tahap prabencana, tahap tanggap darurat, dan tahap
pascabencana.
Pertolongan pertama dalam bencana sangat diperlukan untuk meminimalkan kerugian
dan korban jiwa. Pertolongan pertama pada keadaan bencana menggunakan prinsip triage.

3.2 Saran
Masalah penanggulangan bencana tidak hanya menjadi beban pemerintah atau lembaga-
lembaga yang terkait. Tetapi juga diperlukan dukungan dari masyarakat umum. Diharapkan
masyarakat dari tiap lapisan dapat ikut berpartisipasi dalam upaya penanggulangan bencana.
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonymous. 2011. Indonesia negara rawan bencana.


http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2011/08/110810_indonesia_tsunami.sht
ml. Diakses tanggal 11 januari 2014.
2. Ledysia, Septiana. 2013. Januari 2013, Indonesia Dirundung 119 Bencana.
http://news.detik.com/read/2013/02/02/002615/2159288/10/januari-2013-indonesia-
dirundung-119-bencana. Diakses tanggal 11 Januari 2014.
3. Pusat Data, Informasi dan Humas. 2010. Sistem Penangulangan Bencana.
http://bnpb.go.id/page/read/7/sistem-penanggulangan-bencana. Diakses tanggal 11
Januari 2014
4. Pusat Data, Informasi dan Humas. 2012. Definisi dan Jenis Bencana.
http://www.bnpb.go.id/page/read/5/definisi-dan-jenis-bencana. diakses tanggal 12 Januari
2014.
5. Pasal 1 Undang-Undang No. 24 Tahun 2007. Jakarta: DPR RI dan Presiden RI
6. Sudiharto. 2011. Manajemen Disaster. http://bppsdmk.depkes.go.id/bbpkjakarta/wp-
content/uploads/2011/06/ManajemenDisaster.pdf. Diakses tanggal 12 Januari.
7. Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana. 2007. Pengenalan Karakteristik
Bencana dan Upaya Mitigasinya Di Indonesia. (2th ed). Jakarta: Direktorat Mitigasi.
8. Sinurat, Hulman., & Adiyudha, Ausi. 2012. Sistem Manajemen Penanggulangan Bencana
Alam Dalam Rangka Mengurangi Dampak Kerusakan Jalan Dan Jembatan. Jakarta:
Puslitbang Jalan dan Jembatan
9. Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2008. Peraturan Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Penanggulangan Bencana. Jakarta: BNPB
10. Kamus Kesehatan. http://kamuskesehatan.com/arti/triage/. Diakses tanggal 11 januari.
11. Udiyana, Nyoman Dwi Maha. Bencana datang Tanpa Rencana, Namun Penanggulangan
Harus terencana.
http://www.academia.edu/3716116/Bencana_datang_Tanpa_Rencana_Namun_Penanggu
langannya_Harus_Terencana. diakses tanggal 11 Januari 2014
MAKALAH
ASKEP FISIOLOGI MASA NIFAS
DOSEN PENGAMPUH : IBU ARINI KRISNAWATI, S.Kep. Ns.M.Pd.I

DISUSUN OLEH
KELOMPOK III
1. Agustinus Dodengo Nim : 19144010102 2. Amina Din Nim : 19144010104
3. Anita O Kawung Nim : 19144010106 4. Arie Pomboyan Nim : 19144010108
5. Asri Ibrahim Ode Madi Nim : 19144010110 6. Banuaty Nim : 19144010112
7. Burhanudin Teapon Nim : 19144010114 8. Erna Syukur Nim : 19144010116
9. Fadila Halim Nim : 19144010118 10. Ferdinan Hehega Nim : 19144010120
11. Frans Simange Nim : 19144010178 12. Hawa A. Hamzah Nim : 19144010123
13. Hidayat Duwila Nim : 19144010126 14. Idris M. Nur Nim : 19144010128
15. Iriani S. Djama Nim : 19144010130 16. Jihan S. Kabalmay Nim : 19144010132
17. Lasari Jamau Nim : 19144010134 18. Muhammad Nur Soamole Nim : 19144010136
19. Maimuna Ismail Nim : 19144010138 20. Muhammad A. Daraman Nim : 19144010140
21. Nirmawati Baba Nim : 19144010141 22. Nurbaya Hi. Noh Nim : 19144010143
23. Nurhaeda Sero Sero Nim : 19144010145 24. Marwan Polisiri Nim: 191440101
25. Jusnainy Wadjir Nim : 191440101

POLITEHNIK KESEHATAN KEMENKES TERNATE


PRODI D-III KEPERAWATAN
RPL 2019/2020
DAFTARA ISI

Halaman

JUDUL
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I 1
PENDAHULUAN……………………………………………………………………... 1
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah 1
……………………………………………………………………..
C. Tujuan
…………………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN 2
……………………………………………………………………... 2
A. Pengertian 2
…………………………………………………………………………….. 2
B. Periode Nifas …………………………………………………………………………. 6
C. Perubahan Fisiologis pada masa nifas ……………………………………………….. 8
D. Involusi dan Subinvolusi masa nifas ………………………………………………..
E. Pengkajian ……………………………………………………………………………
BAB III PENUTUP 11
…………………………………………………………………………... 11
A. Kesimpulan 11
……………………………………………………………………………
B. Saran
…………………………………………………………………………………..
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah swt, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami telah
mampu menyelesaikan makalah berjudul “ Fisiologi Nifas”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah keperawatan maternitas .

Kami menyadari bahwa selama penulisan ini kami banyak mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh sebab itu, kami mengucapkan terima kasih, semoga Allah SWT memberikan balasan yang
berlipat ganda. Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak kekurangan,
baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya semoga makalah ini bisa
memberikan manfaat bagi kami dan bagi pembaca. Amin.

Ternate, 25 November 2019

Tim Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan adalah akhir kehamilan dan titik dimulainya kehidupan diluar Rahim bayi baru
lahir. Dengan faktor-faktor insensial persalinan, proses persalinan itu sendiri, kemauan persalinan, dan
adabtasi ibu dan bayi, proses keperawatan baik pada wanita maupun pada keluarga.
Setelah persalinan wanita akan mengalami masa puerperium, untuk dapat mengembalikan alat
genitalia interna kedalam keadaan normal, dengan tenggang waktu sekitar 42 hari atau enam minggu
atau satu bulan tujuh hari. Masa nifas atau puerperium dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira
selama 6 minggu. Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan fisiologis,yaitu: Perubahan fisik,
Involusi uterus dan pengeluaran lochia. Dalam masa nifas, alat-alat genitalia interna maupun eksterna
akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan seblum hamil. Perubahan-perubahan alat-alat
genital ini dalam keseluruhannya disebit involusi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian masa nifas ?
2. Apa saja periode masa nifas?
3. Bagaimana Involusi dan Subinvolusi pada masa nifas?
4. Bagaimana perubahan fisiologis pada masa nifas ?
C. Tujuan

Dari rumusan diatas penyusunan makalah ini bertujuan :


1. Untuk mengetahui pengertian masa nifas
2. Untuk mengetahui periode nifas
3. Untuk mengetahui perubahan fisiologi pada masa nifas
4. Untuk mengetahui involusi dan subinvolusi pada masa nifas
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian

Masa nifas (Puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-
alat kandungan kembali seperti pra- hamil. Lama nifas ini yaitu 6-8 minggu. (Mochtar, 1998 : 115).
Nifas ialah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang
lamanya 6 minggu. Masa nifas mulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu.
(Saifudin, 2000 : 35) Perperium adalah periode dari ekspulsi/ pengeluaran plasenta saat organ – organ
reproduksi kembali ke kondisi pregravid selama 6 minggu. Adapun karakteristik ditandai ciri – ciri
sebagai berikut :
1. organ – organ reproduksi kembali pada posisi sebelum kehamilan
2. perubahan – perubahan psikologis lain yang terjadi selama kehamilan berbalik
3. masa menyusui anak dimulai
4. HCG (Human chorionic gonadotropin, Human placenta lactogen, estrogen dan
progesterone menurun.

B. Periode Nifas

Nifas dibagi dalam 3 periode, yaitu :


1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
3. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sempurna bisa
berminggu-minggu, bulanan, atau tahunan.(Mochtar, 1998 : 115)

C. Perubahan Fisiologis pada masa nifas


Perubahan – perubahan yang terjadi yaitu :
1. Sistem Reproduksi
a. Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil ( involusi ) sehingga akhirnya kembali seperti
sebelum hamil.
Involusi TFU Berat Uterus Diameter Bekas Keadaan Cerix
Melekat Plasenta
Setelah plasenta Sepusat 1000gr 12,5 cm Lembik
lahir
1 minggu Pertengahan pusat 500 gr 7,5 cm Dapat dilalui 2 jari
symphisis
2 minggu Tak teraba 350 gr 5 cm Dapat dimasuki 1
jari
6 minggu Sebesar hamil 2 50gr 2,5 cm
minggu

b. Lochia

Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
Macam-macam Lochia :
1) Lochia Rubra ( Cruenta ) : Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban , sel-sel
desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari post partum.
2) Lochia Sanguinolenta : Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari 3-7 post
partum.
3) Lochia Serosa : Berwarna kuning, cairan tidak darah lagi, pada hari ke 7-14 post partum.
4) Lochia Alba : Cairan putih, setelah 2 minggu.
5) Lochia Purulenta : Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
6) Lochiastasis: Lochia tidak lancar keluarnya. (Mochtar, 1998 : 116) c.

c. Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan, ostium eksterna dapat
dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks menutup.

d. Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses
melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini
tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada
keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali
sementara labia menjadi lebih menonjol.
e. Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh
tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke 5, Perineum sudah
mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap kendur dari pada keadaan
sebelum melahirkan.

f. Payudara

Setelah kelahiran plasenta, konsentrasi estrogen dan progesterone menurun, prolactin


dilepaskan dan sintesis ASI dimulai. ASI yang alkan pertama muncul pada awal nifas adalah
ASI kolostrum yang sudah terbentuk dalam tubuh ibu pada usia kehamilan + 12 minggu.
Perubahan pada payudara dapat meliputi :
1) Penurunan kadar progesterone secara tepat dengan peningkatan hormone prolaktin
setelah persalinan.
2) Kolostrum sudah ada saat persalinan. Produksi ASI terjadi pada hari ke-2 atau hari ke-
3 setelah persalinan.
3) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi.

2. Sistem Perkemihan

Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan
dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen
yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan
diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.

3. Sistem Kardiovaskuler

Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume darah
kembali kapada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan haemoglobin kembali normal
pada hari ke-5. Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama masa
nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada normal. Plasma darah tidak begitu
mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus
dicegah dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulansi dini.
Cardiac output terus meningkat selama kala I dan kala II persalinan. Cardiac output
tetap tinggi dalam beberapa waktu sampai 48 jam post partum, ini umumnya mungkin diikuti
dengan peningkatan stroke volume akibat dari peningkatan venosus return, bradicardi terlihat
selama waktu ini. Cardiac output akan kembali ke keadaan semula seperti sebelum hamil dalam
2 – 3 minggu.

4. Sistem Gastrointestinal / Pencernaan

Beberapa wanita mengalami konstipasi pada masa nifas, dikarenakan kurangnya makanan
berserat selama proses persalinana dan adanya rasa takut dari ibu karena perineum sakit, terutama
jika terdapat luka perineum. Namaun kebanyakan kasus sembuh secara spontan, dengan adanya
ambulasi dini dan dengan mengonsumsi makanan yang berserat. Jika tidak, dapat diberikan
supositoria biskodil per rektal untuk melunakan tinja. Defakasi harus terjadi dalam 3 hari post
partum.
Kerapkali dibutuhkan 3 – 4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar
progesterone menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami penurunan
selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika
sebelum melahirkan diberikan enema.

5. Sistem Hematologi

a. Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor
pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma
akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga
meningkatkan faktor pembekuan darah.
b. Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih sebanyak 15.000 selama
persalinan dan tetap tinggi dalam beberapa postpartum. Jumlah sel darah putih normal rata
– rata pada wanita hamil kira – kira 12000/mm3. Selama 10 – 12 hari setelah persalinan
umumnya bernilai antara 20000 – 25000/mm3. Sel darah putih, bersama dengan
peningkatan normal pada kadar sedimen eritrosit, mungkin sulit diinterpretasikan jika terjadi
infeksi akut pada waktu ini.
c. Factor pembekuan, yakni suatu aktivasi factor pembekuan darah terjadi setelah persalinan.
Aktivasi ini, bersamaan dengan tidak adanya pergerakan, trauma atau sepsis, yang
mendorong terjadinya tromboemboli. Keadaan produksi tertinggi dari pemecahan fibrin
mungkin akibat pengeluaran dari tempat plasenta

6. Sistem Endokrin

a. Hormon placenta
Hormon placenta menurun dengan cepat setelah persalinan. HCG (Human Chorionic
Gonadotropin) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-
7 post partum dan sebagai omset pemenuhan mamae pada hari ke-3 post partum.

b. Hormone pituitary
Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita yang tidak menyusui, prolaktin
menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH akan meningkat pada fase konsentrasi
folikuler ( minggu ke-3) dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.

c. Hypotalamik pituitary ovarium


Lamanya seorang wanita mendapatkan menstruasi juga di pengaruhi oleh faktor menyusui.
Sering kali menstruasi pertama ini bersifat anovulasi karena rendahnya kadar estrogen dan
progesteron.

d. Kadar estrogen
Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang bermakna sehingga aktifitas
prolaktin yang juga sedang meningkat dapat mempengaruhi kelenjar mamae dalam
menghasilkan ASI.

e. Sistem Muskuloskeletal
Ambulasi pada umumnya dimulai 4- 8 jam post partum. Ambulasi dini sangat membantu
untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses involusi.
Tulang – tulang sendi dan ikatan – ikatan sendi saat kehamilan secara gradual kembali ke
posisi normal selama 3 bulan. Otot – otot prut dan dasar panggul secara gradual juga
kembali seperti semula melalui pelatihan pasca melahirkan.
f. Sistem integument
1) Penurunan melanin umumnya setelah persalinan menyebabkan berkurangnya
hiperpigmentasi kulit
2) Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena kehamilan dan akan
menghilang pada saat estrogen menurun.

D. Involusi dan Subinvolusi masa nifas

a. Involusi
Involusi uteri merupakan pengecilan yang normal dari suatu organ setelah organ tersebut
memenuhi fungsinya, misalnya pengecilan uterus setelah melahirkan. Involusi uteri adalah
mengecilnya kembali rahim setelah persalinan kembali ke bentuk asal.
1) Ischemia pada myometrium disebut juga local ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus.
Kekurangan darah ini bukan hanya karena kontraksi dan retraksi yang cukup lama seperti
tersebut di atas tetapi disebabkan oleh pengurangan aliran darah yang pergi ke uterus di
dalam masa hamil, karena uterus harus membesar menyesuaikan diri dengan pertumbuhan
janin.
2) Autolysis adalah penghancuran jaringan otot uterus yang tumbuh karena adanya hyperplasi,
dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang 10 kali dan menjadi 5 kali lebih
tebal dari sewaktu masa hamil, akan susut kembali mencapai keadaan semula.
3) Aktifitas otot-otot adalah adanya retraksi dan kontraksi dari otot-otot setelah anak lahir, yang
diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya kontraksi dan retraksi
yang terus menerus ini menyebabkan terganggunya peredaran darah di dalam uterus yang
mengakibatkan jaringan-jaringan otot tersebut menjadi lebih kecil.

b. Subinvolusi Subinvolusi adalah kegagalan perubahan fisiologis pada sistem reproduksi pada masa
nifas yang terjadi pada setiap organ dan saluran yang reproduktif. Subinvolusi dapat terjadi pada:
1) Subinvolusi uterus
2) Pucat, pusing, dan tekanan darah rendah serta suhu tubuh tinggi
3) Subinvolusi tempat plasenta
4) Subinvolusi ligament
5) Subinvolusi serviks
6) Subinvolusi lochea
7) Subinvolusi vulva dan vagina
8) Subinvolusi perineum

Pengkajian di lakukan pada tanggal 20 Nopember 2019 jam 08.00 WIT

1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. E
Umur : 24 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Maliaro
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. R
Umur : 24 tahun
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Maliaro
Hubungan dengan pasien : Suami
c. Catatan Medis
No. RM : 069689
Tanggal Masuk : 19 Nopember 2019 jam 18.45 WIT
Ruang : Mawar

PENGKAJIAN

1. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien menyatakan nyeri pada luka jahitan post partum spontan
P : nyeri karena tindakan epistomy pada perineum
Q : seperti ditusuk – tusuk
R : di daerah perineum
S : skala nyeri 7
T : nyeri dirasakan saat darah keluar dari jalan lahir dan ketika mengejan, nyeri hilang saat
darah tidak keluar, tidak mengejan dan tidak banyak bergerak.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien dating ke IGD hari selasa tanggal 19 Nopember 2019 Jam 18.30 WIT diantar suami
dan ibunya dengan G1 P0 A0 hamil 36 minggu, perut terasa sakit mulai jam 10.30 sampai
13.45 dan sudah keluar lender darah.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien menyetakan belum pernah mondok di rumah sakit. Pernah mengalami sakit panas tetapi
hanya dirawat dirumah.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang mempunyai penyakit keturunan
e. Riwayat Kesehatan Obstetric
Menarche : 13 tahun
Siklus haid : 30 hari
Lama haid : 7 hari
HPHT : 11 Maret 2019
HPL : 5 Desember 2019
Riwayat KB : pasien belum pernah menggunakan KB
f. Riwayat Kehamilan
Usia : 1 hari
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Cara : Normal
Penolong : Dokter
Tempat : RSU
Lahir : Hidup
BB : 2200 gram
PB : 40 cm
Jenis Persalinan : Spontan
Diagnosa keperawatan yang muncul dalam kasus Ny. E yaitu :

a. Nyeri berhubungan dengan agen injuri fisik

Nyeri adalah pengalaman sensor dan emosi yang tidak menyenangkan akibat adanya
kerusakan jaringan actual atau potensial, atau digambarkan dengan awitan yang tiba-tiba atau perlahan
dengan intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan
durasinya kurang dari enam bulan (Wilkinson, 2011).
Pada kasus nyata ditemukan data-data yang menunjang penegakan diagnosa tersebut, data
diperoleh pada saat pengkajian hari pertama post partum. Pasien mengatakan nyeri pada luka jahitan
post partum dengan nyeri seperti ditusuk pada daerah jahitan dengan skala nyeri 7, nyeri dirasakan
saat darah keluar atau bergerak, nyeri hilang saat darah tidak keluar dan tidak banyak bergerak.

b. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan

Resiko infeksi adalah keadaan yang beresiko terhadap invasi organisme pathogen. Luka
episiotomy post partum rentan terhadap infeksi bakteri maupun virus dan dikhawatirkan apabila tidak
mendapatkan penanganan yang tepat akan terjadi infeksi.
Pada kasus nyata tanda-tanda infeksi yang muncul adalah luka tidak terjadi kemerahan, nyeri
luka jahitan post partum, suhu badan 370C, tidak terdapat pembengkakan, vulva tampak kotor, leokosit
16.300 x 103/mm3 jahitan 3, serta nyeri pada saat bergerak.

c. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang payudara

Kurangnya pengetahuan adalah suatu keadaan dimana individu atau kelompok mengalami
kekurangan pengetahuan kognitif atau ketrampilan psikomotor mengenai status keadaan dan rencana
tindakan pengobatan (Wilkinson, 2011).
Diagnosa tersebut tidak memerlukan penanganan yang medis, cukup dengan pemberian
pendidikan kesehatan pasien akan segera mengerti tentang masalah yang dialami. Didalam kasus
pasien mangatakan ASI keluar dan tidak mengetahui tentang cara perawatan payudara yang benar,
data obyektif payudara keras dan hangat, puting tampak kotor.
Puting pendek, tetapi jika masalah ini tidak diangkat maka akan menimbulkan masalah dalam
menyusui, misalnya payudara menjadi bengkak, abses payudara dan ASI tidak biasa lancar ataupun
keluar.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik

Intoleransi aktivitas adalah ketidak cukupan energy fisiologis dan psikologis untuk
menunjukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang ingin atau harus dilakukan.
Dalam kasus ini pasien mengatakan daerah vulva belum dibersihkan, pasien takut bergerak
karena baru pertama kali melahirkan. Post partum melahirkan anak pertama dengan terlihatnya vulva
tampak kotor. Fungsi ADL berpakaian, makan, mandi dan mencuci rambut dibantu orang lain atau
keluarga dengan terpasang infus RL 20 tpm.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Persalinan adalah akhir kehamilan dan titik dimulainya kehidupan diluar Rahim bayi baru
lahir. Dengan faktor-faktor insensial persalinan, proses persalinan itu sendiri, kemauan persalinan, dan
adabtasi ibu dan bayi, proses keperawatan baik pada wanita maupun pada keluarga.
Nifas ialah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan
yang lamanya 6 minggu. Masa nifas mulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6
minggu. (Saifudin, 2000 : 35). Nifas dibagi dalam 3 periode, yaitu Puerperium dini, Puerperium,
Remote puerperium. Involusi dan Subinvolusi masa nifas Involusi uteri adalah mengecilnya kembali
rahim setelah persalinan kembali ke bentuk asal. Subinvolusi adalah kegagalan perubahan fisiologis
pada sistem reproduksi pada masa nifas yang terjadi pada setiap organ dan saluran yang reproduktif
Perubahan Fisiologis yang terjadi pada masa nifas yaitu : dari sistem Reproduksi, Sistem Perkemihan,
Sistem Kardiovaskuler, Sistem Gastrointestinal / Pencernaan, sistem Hematologi, Sistem Endokrin
dan Sistem integument.

B. Saran

Tenaga kesehatan terutama bidan diharapkan dapat mengetahui dan mengerti tentang asuhan
pada ibu nifas sehingga dapat memberikan pelayanan seoptimal mungkin pada setiap ibu postpartum
agar keadaan ibu dan janin tetap baik.
DAFTAR PUSTAKA

Judith M. Wilkinson, (2011). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Dialihbahasakan oleh Esti W. Jakarta :
EGC

Masiroh, S. (2013). Keperawatan Obstetri dan Ginekologi. Yogyakarta : Imperium

Walyani, E dan Purwoastuti, E. (2015). Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui Yogyakarta :
Pustakabarupress

https://asuhankeperawatankesehatan.blogspot.co.id/2016/09/makalah-fisiologi-nifas.html

http://qonitafatma18.blogspot.co.id/2015/04/fisiologi-nifas-mata-kuliah- biologi.html

Anda mungkin juga menyukai