1. News
2. Indonesia
3. 18 Desember 2018
menlhk.go.id
Community Writer
PUTRI
Bencana alam merupakan segala peristiwa yang terjadi yang disebabkan oleh alam itu sendiri
maupun prilaku manusia yang tidak menjaga alam seperti gempa, gunung meletus, tsunami dan
banjir.
Di sepanjang tahun 2018 ini ada beberapa bencana alam yang terjadi di Indonesia dan menyita
banyak perhatian publik. Berikut adalah 5 bencana alam yang terjadi Indonesia.
1. Gempa di Lebak-Banten (Januari)
instagram.com/anja
MAKALAH
RESPON PSIKOLOGI SAAT BENCANA
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 7 :
1. ANIR ISNEN
2. BASRI TUKANG
3. BANUATY
4. DENNY C HOHAKAY
5. IKRAM DUDUAKA
6. IRWAN MUSTAFA
7. JIHAN S KABALMAY
8. JUSNAINY WADJIR
9. MALKA HASAN
10. SUTRISNO SAID
11. SOLEMAN SANIAPON
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………..
DAFTAR ISI……………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………
1.2 Tujuan Penulisan……………………………………………........
1.3 Manfaat Penulisan………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Bencana…………………………………….
2.2 Jenis Bencana………………………………………………
2.3 Tahapan dan Kegiatan dalam Penanggulangan Bencana…………..
2.4 Prinsip-prinsip Penanggulangan Bencana……………………..
2.5 Asas-asas Penanggulangan bencana…………………………..
2.6 Pertolongan Pertama Pada Korban Bencana…………………..
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan…………………………………………………………
3.2 Saran……………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia menjadi negara yang paling rawan terhadap bencana di dunia berdasar data
yang dikeluarkan oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Strategi Internasional
Pengurangan Risiko Bencana (UN-ISDR). Tingginya posisi Indonesia ini dihitung dari jumlah
manusia yang terancam risiko kehilangan nyawa bila bencana alam terjadi. Indonesia
menduduki peringkat tertinggi untuk ancaman bahaya tsunami, tanah longsor, gunung berapi.
Dan menduduki peringkat tiga untuk ancaman gempa serta enam untuk banjir.1
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) selama Januari 2013 mencatat ada
119 kejadian bencana yang terjadi di Indonesia. BNPB juga mencatat akibatnya ada sekitar
126 orang meninggal akibat kejadian tersebut. kejadian bencana belum semua dilaporkan ke
BNPB. Dari 119 kejadian bencana menyebabkan 126 orang meninggal, 113.747 orang
menderita dan mengungsi, 940 rumah rusak berat, 2.717 rumah rusak sedang, 10.945 rumah
rusak ringan. Untuk mengatasi bencana tersebut, BNPB telah melakukan penanggulangan
bencana baik kesiapsiagaan maupun penanganan tanggap darurat. Untuk siaga darurat dan
tanggap darurat banjir dan longsor sejak akhir Desember 2012 hingga sekarang, BNPB telah
mendistribusikan dana siap pakai sekitar Rp 180 milyar ke berbagai daerah di Indonesia yang
terkena bencana.2
Namun, penerapan manajemen bencana di Indonesia masih terkendala berbagai masalah,
antara lain kurangnya data dan informasi kebencanaan, baik di tingkat masyarakat umum
maupun di tingkat pengambil kebijakan. Keterbatasan data dan informasi spasial kebencanaan
merupakan salah satu permasalahan yang menyebabkan manajemen bencana di Indonesia
berjalan kurang optimal. Pengambilan keputusan ketika terjadi bencana sulit dilakukankarena
data yang beredar memiliki banyak versi dan sulit divalidasi kebenarannya.3
Dari uraian diatas, terlihat bahwa masih terdapat kelemahan dalam sistem manajemen
bencana di Indonesia sehingga perlu diperbaiki dan ditingkatkan untuk menghindari atau
meminimalisasi dampak bencana yang terjadi.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam kajian yang telah dilakukan oleh psychosocial support in disaster ada beberapa
tahapan psikologis yang bisa dilakukan dalam penanganan bencana banjir, yaitu :
Respon (Response)
Strategi respon merupakan tindakan yang diambil untuk menangani bencana pada
saat keadaan darurat, khususnya tindakan layanan darurat pertama di daerah bencana.
Respon juga melibatkan reaksi dan tindakan orang itu sendiri bersama-sama dengan strategi
untuk membantu orang-orang saat ini. Intervensi yang paling efektif dalam fase langsung
adalah bantuan praktis dan psikologis pada pertolongan pertama terjadinya bencana banjir.
Mereka yang terkena dampak bencana harus didekati dengan cara non klinis. Ini
berarti bahwa pakar kesehatan mental/psikologis profesional harus siap untuk mengambil
peran yang berbeda dari praktik normal mereka. Hal ini penting untuk tidak secara otomatis
membawa asumsi dan perilaku klinis dalam bencana. Tujuan pertama dari pakar kesehatan
mental/psikologi di pasca bencana biasa adalah untuk memastikan bahwa kebutuhan praktis
langsungterpenuhi.
Pemulihan (Recovery)
Kebanyakan orang akan pulih dari peristiwa traumatis seperti darurat dan bencana
tanpa intervensi profesional. Namun, beberapa di antara korban mungkin membutuhkan
dukungan tambahan untuk membantu mereka mengatasi masalah psikologis akibat bencana
tersebut. Biasanya sekitar 10-20% akan memerlukan perawatan kesehatan mental khusus.
Untuk itu perlu dilakukan observasi lebih dalam kepada para korban untuk
memastikan mereka tidak mengalami gangguan psikis yang berat sehingga memerlukan
penanganan yang lebih serius. Hal ini penting untuk mempertimbangkan berbagai tingkat
dukungan psikososial yang dapat ditawarkan kepada orang-orang yang terkena dampak
bencana , tergantung pada kebutuhan mereka yang berbeda .
Sangat penting bahwa dukungan psikososial yang terkoordinasi dan terintegrasi
dengan upaya pemulihan lainnya. Hal ini juga penting untuk mengenali dampak bencana
yang dapat memiliki pada kohesi sosial masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari kehidupan
pasca bencana misalnya keretakan yang kuat yang terjadi di dalam masyarakat yang
sebelumnya erat, karena emosi yang kuat (terutama amarah) yang dihasilkan oleh bencana
biasannya diarahkan pada teman dan tetangga. Penyedia layanan kesehatan perlu
memahami isu-isu sistemik dan mendukung masyarakat dalam membantu dirinya melalui
prosespemulihan. .
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan bencana sehingga diperlukan
manajemen atau penanggulangan bencana yang tepat dan terencana. Penanggulangan bencana
merupakan serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko
timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
Penanggulangan bencana di mulai dari tahap prabencana, tahap tanggap darurat, dan tahap
pascabencana.
Pertolongan pertama dalam bencana sangat diperlukan untuk meminimalkan kerugian
dan korban jiwa. Pertolongan pertama pada keadaan bencana menggunakan prinsip triage.
3.2 Saran
Masalah penanggulangan bencana tidak hanya menjadi beban pemerintah atau lembaga-
lembaga yang terkait. Tetapi juga diperlukan dukungan dari masyarakat umum. Diharapkan
masyarakat dari tiap lapisan dapat ikut berpartisipasi dalam upaya penanggulangan bencana.
DAFTAR PUSTAKA
DISUSUN OLEH
KELOMPOK III
1. Agustinus Dodengo Nim : 19144010102 2. Amina Din Nim : 19144010104
3. Anita O Kawung Nim : 19144010106 4. Arie Pomboyan Nim : 19144010108
5. Asri Ibrahim Ode Madi Nim : 19144010110 6. Banuaty Nim : 19144010112
7. Burhanudin Teapon Nim : 19144010114 8. Erna Syukur Nim : 19144010116
9. Fadila Halim Nim : 19144010118 10. Ferdinan Hehega Nim : 19144010120
11. Frans Simange Nim : 19144010178 12. Hawa A. Hamzah Nim : 19144010123
13. Hidayat Duwila Nim : 19144010126 14. Idris M. Nur Nim : 19144010128
15. Iriani S. Djama Nim : 19144010130 16. Jihan S. Kabalmay Nim : 19144010132
17. Lasari Jamau Nim : 19144010134 18. Muhammad Nur Soamole Nim : 19144010136
19. Maimuna Ismail Nim : 19144010138 20. Muhammad A. Daraman Nim : 19144010140
21. Nirmawati Baba Nim : 19144010141 22. Nurbaya Hi. Noh Nim : 19144010143
23. Nurhaeda Sero Sero Nim : 19144010145 24. Marwan Polisiri Nim: 191440101
25. Jusnainy Wadjir Nim : 191440101
Halaman
JUDUL
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I 1
PENDAHULUAN……………………………………………………………………... 1
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah 1
……………………………………………………………………..
C. Tujuan
…………………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN 2
……………………………………………………………………... 2
A. Pengertian 2
…………………………………………………………………………….. 2
B. Periode Nifas …………………………………………………………………………. 6
C. Perubahan Fisiologis pada masa nifas ……………………………………………….. 8
D. Involusi dan Subinvolusi masa nifas ………………………………………………..
E. Pengkajian ……………………………………………………………………………
BAB III PENUTUP 11
…………………………………………………………………………... 11
A. Kesimpulan 11
……………………………………………………………………………
B. Saran
…………………………………………………………………………………..
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah swt, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami telah
mampu menyelesaikan makalah berjudul “ Fisiologi Nifas”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah keperawatan maternitas .
Kami menyadari bahwa selama penulisan ini kami banyak mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh sebab itu, kami mengucapkan terima kasih, semoga Allah SWT memberikan balasan yang
berlipat ganda. Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak kekurangan,
baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya semoga makalah ini bisa
memberikan manfaat bagi kami dan bagi pembaca. Amin.
Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan adalah akhir kehamilan dan titik dimulainya kehidupan diluar Rahim bayi baru
lahir. Dengan faktor-faktor insensial persalinan, proses persalinan itu sendiri, kemauan persalinan, dan
adabtasi ibu dan bayi, proses keperawatan baik pada wanita maupun pada keluarga.
Setelah persalinan wanita akan mengalami masa puerperium, untuk dapat mengembalikan alat
genitalia interna kedalam keadaan normal, dengan tenggang waktu sekitar 42 hari atau enam minggu
atau satu bulan tujuh hari. Masa nifas atau puerperium dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira
selama 6 minggu. Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan fisiologis,yaitu: Perubahan fisik,
Involusi uterus dan pengeluaran lochia. Dalam masa nifas, alat-alat genitalia interna maupun eksterna
akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan seblum hamil. Perubahan-perubahan alat-alat
genital ini dalam keseluruhannya disebit involusi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian masa nifas ?
2. Apa saja periode masa nifas?
3. Bagaimana Involusi dan Subinvolusi pada masa nifas?
4. Bagaimana perubahan fisiologis pada masa nifas ?
C. Tujuan
A. Pengertian
Masa nifas (Puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-
alat kandungan kembali seperti pra- hamil. Lama nifas ini yaitu 6-8 minggu. (Mochtar, 1998 : 115).
Nifas ialah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang
lamanya 6 minggu. Masa nifas mulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu.
(Saifudin, 2000 : 35) Perperium adalah periode dari ekspulsi/ pengeluaran plasenta saat organ – organ
reproduksi kembali ke kondisi pregravid selama 6 minggu. Adapun karakteristik ditandai ciri – ciri
sebagai berikut :
1. organ – organ reproduksi kembali pada posisi sebelum kehamilan
2. perubahan – perubahan psikologis lain yang terjadi selama kehamilan berbalik
3. masa menyusui anak dimulai
4. HCG (Human chorionic gonadotropin, Human placenta lactogen, estrogen dan
progesterone menurun.
B. Periode Nifas
b. Lochia
Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
Macam-macam Lochia :
1) Lochia Rubra ( Cruenta ) : Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban , sel-sel
desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari post partum.
2) Lochia Sanguinolenta : Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari 3-7 post
partum.
3) Lochia Serosa : Berwarna kuning, cairan tidak darah lagi, pada hari ke 7-14 post partum.
4) Lochia Alba : Cairan putih, setelah 2 minggu.
5) Lochia Purulenta : Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
6) Lochiastasis: Lochia tidak lancar keluarnya. (Mochtar, 1998 : 116) c.
c. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan, ostium eksterna dapat
dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks menutup.
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses
melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini
tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada
keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali
sementara labia menjadi lebih menonjol.
e. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh
tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke 5, Perineum sudah
mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap kendur dari pada keadaan
sebelum melahirkan.
f. Payudara
2. Sistem Perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan
dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen
yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan
diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.
3. Sistem Kardiovaskuler
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume darah
kembali kapada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan haemoglobin kembali normal
pada hari ke-5. Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama masa
nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada normal. Plasma darah tidak begitu
mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus
dicegah dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulansi dini.
Cardiac output terus meningkat selama kala I dan kala II persalinan. Cardiac output
tetap tinggi dalam beberapa waktu sampai 48 jam post partum, ini umumnya mungkin diikuti
dengan peningkatan stroke volume akibat dari peningkatan venosus return, bradicardi terlihat
selama waktu ini. Cardiac output akan kembali ke keadaan semula seperti sebelum hamil dalam
2 – 3 minggu.
Beberapa wanita mengalami konstipasi pada masa nifas, dikarenakan kurangnya makanan
berserat selama proses persalinana dan adanya rasa takut dari ibu karena perineum sakit, terutama
jika terdapat luka perineum. Namaun kebanyakan kasus sembuh secara spontan, dengan adanya
ambulasi dini dan dengan mengonsumsi makanan yang berserat. Jika tidak, dapat diberikan
supositoria biskodil per rektal untuk melunakan tinja. Defakasi harus terjadi dalam 3 hari post
partum.
Kerapkali dibutuhkan 3 – 4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar
progesterone menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami penurunan
selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika
sebelum melahirkan diberikan enema.
5. Sistem Hematologi
a. Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor
pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma
akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga
meningkatkan faktor pembekuan darah.
b. Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih sebanyak 15.000 selama
persalinan dan tetap tinggi dalam beberapa postpartum. Jumlah sel darah putih normal rata
– rata pada wanita hamil kira – kira 12000/mm3. Selama 10 – 12 hari setelah persalinan
umumnya bernilai antara 20000 – 25000/mm3. Sel darah putih, bersama dengan
peningkatan normal pada kadar sedimen eritrosit, mungkin sulit diinterpretasikan jika terjadi
infeksi akut pada waktu ini.
c. Factor pembekuan, yakni suatu aktivasi factor pembekuan darah terjadi setelah persalinan.
Aktivasi ini, bersamaan dengan tidak adanya pergerakan, trauma atau sepsis, yang
mendorong terjadinya tromboemboli. Keadaan produksi tertinggi dari pemecahan fibrin
mungkin akibat pengeluaran dari tempat plasenta
6. Sistem Endokrin
a. Hormon placenta
Hormon placenta menurun dengan cepat setelah persalinan. HCG (Human Chorionic
Gonadotropin) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-
7 post partum dan sebagai omset pemenuhan mamae pada hari ke-3 post partum.
b. Hormone pituitary
Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita yang tidak menyusui, prolaktin
menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH akan meningkat pada fase konsentrasi
folikuler ( minggu ke-3) dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
d. Kadar estrogen
Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang bermakna sehingga aktifitas
prolaktin yang juga sedang meningkat dapat mempengaruhi kelenjar mamae dalam
menghasilkan ASI.
e. Sistem Muskuloskeletal
Ambulasi pada umumnya dimulai 4- 8 jam post partum. Ambulasi dini sangat membantu
untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses involusi.
Tulang – tulang sendi dan ikatan – ikatan sendi saat kehamilan secara gradual kembali ke
posisi normal selama 3 bulan. Otot – otot prut dan dasar panggul secara gradual juga
kembali seperti semula melalui pelatihan pasca melahirkan.
f. Sistem integument
1) Penurunan melanin umumnya setelah persalinan menyebabkan berkurangnya
hiperpigmentasi kulit
2) Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena kehamilan dan akan
menghilang pada saat estrogen menurun.
a. Involusi
Involusi uteri merupakan pengecilan yang normal dari suatu organ setelah organ tersebut
memenuhi fungsinya, misalnya pengecilan uterus setelah melahirkan. Involusi uteri adalah
mengecilnya kembali rahim setelah persalinan kembali ke bentuk asal.
1) Ischemia pada myometrium disebut juga local ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus.
Kekurangan darah ini bukan hanya karena kontraksi dan retraksi yang cukup lama seperti
tersebut di atas tetapi disebabkan oleh pengurangan aliran darah yang pergi ke uterus di
dalam masa hamil, karena uterus harus membesar menyesuaikan diri dengan pertumbuhan
janin.
2) Autolysis adalah penghancuran jaringan otot uterus yang tumbuh karena adanya hyperplasi,
dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang 10 kali dan menjadi 5 kali lebih
tebal dari sewaktu masa hamil, akan susut kembali mencapai keadaan semula.
3) Aktifitas otot-otot adalah adanya retraksi dan kontraksi dari otot-otot setelah anak lahir, yang
diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya kontraksi dan retraksi
yang terus menerus ini menyebabkan terganggunya peredaran darah di dalam uterus yang
mengakibatkan jaringan-jaringan otot tersebut menjadi lebih kecil.
b. Subinvolusi Subinvolusi adalah kegagalan perubahan fisiologis pada sistem reproduksi pada masa
nifas yang terjadi pada setiap organ dan saluran yang reproduktif. Subinvolusi dapat terjadi pada:
1) Subinvolusi uterus
2) Pucat, pusing, dan tekanan darah rendah serta suhu tubuh tinggi
3) Subinvolusi tempat plasenta
4) Subinvolusi ligament
5) Subinvolusi serviks
6) Subinvolusi lochea
7) Subinvolusi vulva dan vagina
8) Subinvolusi perineum
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. E
Umur : 24 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Maliaro
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. R
Umur : 24 tahun
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Maliaro
Hubungan dengan pasien : Suami
c. Catatan Medis
No. RM : 069689
Tanggal Masuk : 19 Nopember 2019 jam 18.45 WIT
Ruang : Mawar
PENGKAJIAN
1. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien menyatakan nyeri pada luka jahitan post partum spontan
P : nyeri karena tindakan epistomy pada perineum
Q : seperti ditusuk – tusuk
R : di daerah perineum
S : skala nyeri 7
T : nyeri dirasakan saat darah keluar dari jalan lahir dan ketika mengejan, nyeri hilang saat
darah tidak keluar, tidak mengejan dan tidak banyak bergerak.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien dating ke IGD hari selasa tanggal 19 Nopember 2019 Jam 18.30 WIT diantar suami
dan ibunya dengan G1 P0 A0 hamil 36 minggu, perut terasa sakit mulai jam 10.30 sampai
13.45 dan sudah keluar lender darah.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien menyetakan belum pernah mondok di rumah sakit. Pernah mengalami sakit panas tetapi
hanya dirawat dirumah.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang mempunyai penyakit keturunan
e. Riwayat Kesehatan Obstetric
Menarche : 13 tahun
Siklus haid : 30 hari
Lama haid : 7 hari
HPHT : 11 Maret 2019
HPL : 5 Desember 2019
Riwayat KB : pasien belum pernah menggunakan KB
f. Riwayat Kehamilan
Usia : 1 hari
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Cara : Normal
Penolong : Dokter
Tempat : RSU
Lahir : Hidup
BB : 2200 gram
PB : 40 cm
Jenis Persalinan : Spontan
Diagnosa keperawatan yang muncul dalam kasus Ny. E yaitu :
Nyeri adalah pengalaman sensor dan emosi yang tidak menyenangkan akibat adanya
kerusakan jaringan actual atau potensial, atau digambarkan dengan awitan yang tiba-tiba atau perlahan
dengan intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan
durasinya kurang dari enam bulan (Wilkinson, 2011).
Pada kasus nyata ditemukan data-data yang menunjang penegakan diagnosa tersebut, data
diperoleh pada saat pengkajian hari pertama post partum. Pasien mengatakan nyeri pada luka jahitan
post partum dengan nyeri seperti ditusuk pada daerah jahitan dengan skala nyeri 7, nyeri dirasakan
saat darah keluar atau bergerak, nyeri hilang saat darah tidak keluar dan tidak banyak bergerak.
Resiko infeksi adalah keadaan yang beresiko terhadap invasi organisme pathogen. Luka
episiotomy post partum rentan terhadap infeksi bakteri maupun virus dan dikhawatirkan apabila tidak
mendapatkan penanganan yang tepat akan terjadi infeksi.
Pada kasus nyata tanda-tanda infeksi yang muncul adalah luka tidak terjadi kemerahan, nyeri
luka jahitan post partum, suhu badan 370C, tidak terdapat pembengkakan, vulva tampak kotor, leokosit
16.300 x 103/mm3 jahitan 3, serta nyeri pada saat bergerak.
Kurangnya pengetahuan adalah suatu keadaan dimana individu atau kelompok mengalami
kekurangan pengetahuan kognitif atau ketrampilan psikomotor mengenai status keadaan dan rencana
tindakan pengobatan (Wilkinson, 2011).
Diagnosa tersebut tidak memerlukan penanganan yang medis, cukup dengan pemberian
pendidikan kesehatan pasien akan segera mengerti tentang masalah yang dialami. Didalam kasus
pasien mangatakan ASI keluar dan tidak mengetahui tentang cara perawatan payudara yang benar,
data obyektif payudara keras dan hangat, puting tampak kotor.
Puting pendek, tetapi jika masalah ini tidak diangkat maka akan menimbulkan masalah dalam
menyusui, misalnya payudara menjadi bengkak, abses payudara dan ASI tidak biasa lancar ataupun
keluar.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik
Intoleransi aktivitas adalah ketidak cukupan energy fisiologis dan psikologis untuk
menunjukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang ingin atau harus dilakukan.
Dalam kasus ini pasien mengatakan daerah vulva belum dibersihkan, pasien takut bergerak
karena baru pertama kali melahirkan. Post partum melahirkan anak pertama dengan terlihatnya vulva
tampak kotor. Fungsi ADL berpakaian, makan, mandi dan mencuci rambut dibantu orang lain atau
keluarga dengan terpasang infus RL 20 tpm.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persalinan adalah akhir kehamilan dan titik dimulainya kehidupan diluar Rahim bayi baru
lahir. Dengan faktor-faktor insensial persalinan, proses persalinan itu sendiri, kemauan persalinan, dan
adabtasi ibu dan bayi, proses keperawatan baik pada wanita maupun pada keluarga.
Nifas ialah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan
yang lamanya 6 minggu. Masa nifas mulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6
minggu. (Saifudin, 2000 : 35). Nifas dibagi dalam 3 periode, yaitu Puerperium dini, Puerperium,
Remote puerperium. Involusi dan Subinvolusi masa nifas Involusi uteri adalah mengecilnya kembali
rahim setelah persalinan kembali ke bentuk asal. Subinvolusi adalah kegagalan perubahan fisiologis
pada sistem reproduksi pada masa nifas yang terjadi pada setiap organ dan saluran yang reproduktif
Perubahan Fisiologis yang terjadi pada masa nifas yaitu : dari sistem Reproduksi, Sistem Perkemihan,
Sistem Kardiovaskuler, Sistem Gastrointestinal / Pencernaan, sistem Hematologi, Sistem Endokrin
dan Sistem integument.
B. Saran
Tenaga kesehatan terutama bidan diharapkan dapat mengetahui dan mengerti tentang asuhan
pada ibu nifas sehingga dapat memberikan pelayanan seoptimal mungkin pada setiap ibu postpartum
agar keadaan ibu dan janin tetap baik.
DAFTAR PUSTAKA
Judith M. Wilkinson, (2011). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Dialihbahasakan oleh Esti W. Jakarta :
EGC
Walyani, E dan Purwoastuti, E. (2015). Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui Yogyakarta :
Pustakabarupress
https://asuhankeperawatankesehatan.blogspot.co.id/2016/09/makalah-fisiologi-nifas.html
http://qonitafatma18.blogspot.co.id/2015/04/fisiologi-nifas-mata-kuliah- biologi.html