Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KEPERAWATAN KOMUNITAS 2
KONSEP JAMINAN MUTU KEPERAWATAN KOMUNITAS
Disusun Oleh:
Kelompok 09/Kelas 6A
Anggota:
Nurul Maulida 1130017013
Devi Kusuma Wardani 1130017020
Tuhfatul Aliyah 1130017038
Fasilitator :
DR. Ima Nadatien, SKM., M.Kes.
Definisi
Dalam bahasan ini akan dijelaskan mengenai konsep jaminan mutu
keperawatan komunitas. Menurut pendapat Imbalo S. Pohan (2006) mutu diartikan
sebagai keseluruhan karakteristik barang atau jasa yang menunjukkan
kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan konsumen, baik berupa kebutuhan
yang dinyatakan maupun kebutuhan yang tersirat. Mutu tidak lepas dari kata
kualitas atau mutu itu sendiri. Kata kualitas mengandung banyak definisi atau
makna lain, seperti:
1. Mutu adalah kualitas
2. Bebas dari kerusakan atau cacat
3. Kesesuaian, penggunaan (fitness of use), persyaratan atau tuntunan
4. Melakukan segala sesuatu secara benar semenjak awal
5. Pemenuhan kebutuhan pelanggan semenjak awal dan setiap saat
6. Kepuasan klien, dalam arti klien itu sendiri maupun keluarganya
Layanan kesehatan yang bermutu sering diartikan sebagai suatu layanan
kesehatan yang dibutuhkan, dalam hal ini akan ditentukan oleh profesi layanan
kesehatan dan sekaligus diinginkan baik oleh klien (individu) maupun masyarakat
serta terjangkau oleh daya beli masyarakat. (Efendi, Ferry, 2009)
Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan prinsip dan bentuk jaminan mutu layanan kesehatan.
2. Menjelaskan standar mutu pelayanan kesehatan.
3. Mempelajari program jaminan mutu keperawatan komunitas
4. Mempelajari evaluasi dan penilaian mutu pelayanan keperawatan
komunitas.
1
A. Prinsip dan Bentuk Jaminan Mutu Layanan Kesehatan
Prinsip yang digunakan dalam menjaga mutu menurut Bustami (2011),
sebagai berikut :
1. Bekerja dalam tim
2. Memberikan focus perubahan pada prosess
3. Mempunyai orientasi kinerja pada pelanggan
4. Pengambilan keputusan berdasarkan data
5. Adanya komitmen pimpinan dan keterlibatan bawahan dalam perbaikian
proses pelayanan.
6. Selalu berusaha meningkatkan mutu (continuity improvement)
7. Perhatian ditujukan pada tiap langkah dalam proses
8. Semua orang berpartisipasi aktif dalam upaya meningkatkan mutu
9. Berorientasi pada kepuasan klien dan karyawan
2
Menurut Herlambang (2016), sesuai dengan peranan yang dimiliki oleh masing-
masing unsur pelayanan kesehatan, standar dalam program menjaga mutu secara
umum dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
1. Standar persyaratan minimal
Standar persyaratan minimal adalah yang menunjuk kepada keadaan minimal
yang harus dipenuhi untuk dapat menjamin terselenggaranya pelayanan
kesehatan bermutu.
a. Standar masukan
Dalam standar masukan ditetapkan persyaratan minimal unsur masukan yang
diperlukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang
bermutu yaitu jenis, jumlah dan kualifikasi tenaga pelaksana , jenis, jumlah
dan spesifikasi pada tenaga pelaksana serta jumlah danaa (standar tenaga,
standar saraana).
b. Standar lingkungan
Dalam standar lingkungan ditetapkan persyaratan minimal unsur lingkungan
yang diperlukan untuk dapat menyeleggarakan pelayanan kesehatan yang
bermutu, yaitu garis-garis besar kebijakan, pola organisasi serta sistem
manajemen yang harus dipenuhi oleh setiap pelaksana pelayanan (standar
organisasi dan manjemen).
c. Standar proses
Dalam standar proses ditetapkan persyaratan minimal unsure proses yang
harus dilakukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang
bermutu yaitu tindakan medis daan tindakan nonmedis pelayanan kesehatan
(standar tindakan).
2. Standar penampilan minimal
Standar penampilan minimal adalah yang menunjuk kepada penampilan
pelayanan kesehatan yang masih dapat diterima. Standar ini, karena menunjuk
kepada unsur keluaran, disebut dengan nama standar keluaran atau standar
penampilan.
Untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan keempat standar ini
perlulah dipantau serta dinilai secara obyektif dan berkesinambungan. Apabila
ditemukan penyimpangan, perlu segera diperbaiki. Pemantauan dan penilaian
3
standar ini diukur dari indikator yang sesuai, yang seacra umum dapat dibedakan
menjadi empat macam, yaitu indikator masukan indicator proses, indikator
lingkungan , serta indikator keluaran.
Menurut Azwar (1996) dalam Herlambang (2016), menyatakan bahwa syarat
pokok dalam memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu adalah:
a. Tersedia dan berkesinambungan
Syarat pokok pertama pelayaanan kesehatan yang baik adalah pelayanan
tersebut harus tersedia di masyarakat (available) serta bersifat
berkesinambungan (continuous). Artinya semua jenis pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan oleh masyarakat dan mudah dicapai oleh masyarakat.
b. Dapat diterima dan wajar
Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah apa yang dapat
diterima (acceptable) oleh masyarakat serta bersifat wajar (appropriate).
Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan adat
istiadaat, kebudayaan, keyakinan, kepercayaan masyaraakat dan bersifat
wajar.
c. Mudah dicapai
Syarat pokok ketiga pelayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah
dicapai (accessible) oleh masyarakat. Pengertian ketercapaian yang dimaksud
disini terutama dalam sudut lokasi. Dengan demikian untuk mewujudkan
pelayanan kesehatan yang baik, maka pengaturan sarana kesehatan menjadi
sangat penting.
d. Mudah dijangkau
Syarat pokok pelayanan kesehatan yang keempat adalah mudah dijangkau
(affordable) oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan disini terutama dari
sudut jarak dan biaya. Untuk mewujudkan keadaan seperti ini harus
diupayakan pendekatan sarana pelayanan kesehatan dan biaya kesehatan
diharapkan sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.
e. Bermutu
Syarat pokok pelayanan kesehatan yang kelima adalah yang bermutu
(quality), pengertian mutu yang dimaksud adalah yang menunjuk pada tingkat
kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang di satu pihak
4
dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan pihak lain tata cara
penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah
ditetapkan.
5
Jika sebuah organisasi kesehatan ingin menerapkan manajemen mutu,
maka harus dirumuskan tujuannya terlebih dahulu. Dua tujuan tersebut adalah
tujuan antara dan tujuan akhir. Tujuan antara adalah tujuan pengembangan
mutu. Pimpinan dan staf organisasi tersebut harus merumuskan masalah mutu
pelayanan. Masalah mutu ini dijadikan dasar untuk menetapkan tujuan
peningkatan mutu yang ingin dicapai (benchmarking). Sedangkan tujuan akhir
ditetapkan untuk menjaga mutu pelayanan kesehatan adalah meningkatnya
mutu produk dan jasa pelayanan kesehatan. Tujuan ini terkait dengan kepuasan
konsumen, termasuk turunnya biaya (cost) produksi jasa layanan. (Efendi,
Ferry, 2009)
3. Tahapan kegiatan program jaminan mutu
Pengertian operasional jaminan mutu layanan kesehatan adalah upaya yang
sistematis dan berkesinambungan dalam memantau dan mengukur mutu serta
melakukan peningkatan mutu yang diperlukan agar mutu layanan kesehatan
senantiasa sesuai dengan standar layanan kesehatan yang disepakati. Pada
dasarnya, pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan dilaksanakan melalui
tahap-tahap sebagai berikut. (Efendi, Ferry, 2009)
a. Sadar mutu
b. Menyusun standar
c. Mengukur apa yang tercapai
d. Membuat rencana peningkatan mutu layanan kesehatan
e. Melakukan peningkatan mutu layanan kesehatan yang diperlukan
Untuk menyederhanakan dan memudahkan pemahamannya, langkah-
langkah dasar pelaksanaan jaminan mutu layanan kesehatan dibagi menjadi
dua langkah utama, yaitu pengukuran mutu dan peningkatan mutu. Langkah-
langah itu dimodifikasi dari siklus jaminan mutu (quality assurance cycle).
Siklus jaminan mutu itu sendiri terdiri atas sepuluh langkah antara lain
pembuatan rencana, penyususnan standar, penyebar luasan standar,
pemantauan mutu, penetapan masalah dan prioritas, perumusan masalah,
penyusunan kelompok pemecah masalah, analisis penyebab masalah,
penyusunan pemecahan masalah, serta pemecahan masalah dan evaluasi.
(Efendi, Ferry, 2009)
6
Sebagai contoh di puskesmas, program jaminan mutu meliputi mutu
petugas, termasuk kualivikasi, mutu kerja, bahan, alat, fasilitas, obat,
pelayanan, dan informasi. Sasaran yang ingin dicapai dalam upaya peningkatan
mutu di puskesmas adalah sebagai berikut. (Efendi, Ferry, 2009)
a. Menurunkan angka kematian
b. Menurunkan angka kecacatan
c. Meningkatkan kepuasan masyarakat dan pemberi pelayanan kesehatan
kepada masyarakat terutama di wilayah kerjanya.
d. Penggunaan obat secara rasional serta tindakan pengobatan yang wajar.
7
c. Standardisasi
Dengan menetapkan standardisasi, seperti standardisasi peralatan, tenaga,
gedung, sistem, organisasi, anggaran, dll. Setiap fasilitas layanan kesehatan
yang memiliki standar yang sama dapat menyelenggarakan layanan
kesehatan yang sama mutunya. Contohnya, standardisasi layanan rumah
sakit akan mengelompokkan atau mengklasifikasikan rumah sakit kedalam
berbagai kelas tertentu misalnya, rumah sakit umum kelas A, kelas B, kelas
C, dan kelas D, rumah sakit jiwa kelas A dan kelas B.
d. Sertifikasi
Merupakan langkah selanjutnya dari perizinan. Pengakuan sebagai ners
yang teregistrasi adalah contoh sertifikasi. Di Indonesia, perizinan seperti
itu dilakukan oleh Departemen Kesehatan atau Dinas Kesehatan dengan
rekomendasi Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)
e. Akreditasi
Merupakan pengakuan bahwa suatu institusi layanan kesehatan seperti
rumah sakit telah memenuhi beberapa standar layanan kesehatan tertentu.
Pengukuran mutu prospektif berfokus kepada penilaian sumber daya,
bukan pada kinerja penyelenggaraan layanan kesehatan.
2. Pengukuran mutu retrospektif
Merupakan pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan yang dilakukan
setelah penyelenggaraan layanan kesehatan selesai dilaksanakan. Pengukuran
ini biasanya merupakan gabungan dari beberapa kegiatan seperti penilaian
catatan keperawatan (nursing record), wawancara, pembuatan questioner, dan
penyelenggaraan pertemuan. (Efendi, Ferry, 2009)
3. Pengukuran mutu konkuren
Merupakan pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan yang dilakukan
selama layanan kesehatan dilangsungkan atau diselenggarakan. Pengukuran ini
dilakukan melalui pengamatan langsung dan kadang-kadang perlu dilengkapi
dengan peninjauan pada catatan keperawatan serta melakukan wawancara dan
mengadakan pertemuan dengan klien, kleuarga, dan petugas kesehatan. (Efendi,
Ferry, 2009)
8
Ringkasan
9
DAFTAR PUSTAKA
Efendi, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Prastiwi, Elyana Niken. 2010. Analisis Mutu Pelayanan Intensive Care Unit
(ICU) melalui Audit Kematian di RSUD Kota Bekasi Tahun 2009.
Depok:Universitas Indonesia.
10