Isi HK Peradilan Agama
Isi HK Peradilan Agama
PENDAHULUAN
1
Ahmad Fathomi Ramli, Administrasi Peradilan Agama, Jakarta: Mandar Maju, 2013, hlm.
12
1
nasehat hukum Islam kepada instansi pemerintah di daerah hukumnya apabila
diminta dan memberikan itsbat kesaksian rukyat hilal serta penentuan arah kiblat
dan waktu sholat serta tugas dan kewenangan lain yang diberikan oleh atau
berdasarkan Undang-undang (Pasal 49 dan 52 UU No. 3 Tahun 2006 tentang
Perubahan atas UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama). 2
Seringkali pengertian gugatan disama artikan dengan permohonan oleh
sebagian orang yang belum memahami secara menyeluruh mengenai hukum
acara perdata (peradilan agama). Dan dalam beracara di Peradilana agama kita
juga mengenal gugatan dan permohonan juga pemeriksaan perkara. gugatan
adalah, surat yang diajukan oleh penggugat kepda ketua pengadilan agama yang
berwenang yang didalamnya memuat mengenai tuntutan hak. sedangkan
Permohonan adalah, surat permohonan yang didalamnya berisi tuntutan hak
perdata oleh suatu pihak yang berkepentingan terhadap sesuatu yang tidak
mengandung sengketa.
Hadirnya pengadilan Agama yaitu memenuhi kebutuhana masyarakat di
Indonesia yang mana mayoritas warganegara nya adalah beragam muslim.
tentunya dalam setiap penyelesaian perkara yang berkaitan dengan Agama harus
diberikan kepada lembaga peradilan yang berdasarkan kepada konsep-konsep
agama islam.
b. Bagaimana isi dan ciri-ciri dari surat permohonan dan surat gugatan?
2
Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Peradilan Agama, Pasal 49 dan 52.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Gugatan :
Penggugat mungkin saja adalah satu orang atau gabungan dari beberapa orang
begitu juga dengan tergugat juga mungkin sendiri atau atau mungkin gabungan
dari beberapa orang/ memakai kuasa. 5 Gabungan dari penggugat atau tergugat
disebut “ kumulasi subjektif”6
b. Aktifitas hakim yang memeriksa hanya terbatas pada apa yang diperkerakan
untuk diputuskan.
3
Abdullah Tri Wahyudi. Pengadilan Agama di Indonesia, Yogyakarta : Pustaka Pelajar,2004,
hlm.126
4
Wulan Soentantio Retno dan Iskandar, Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek,
Bandung : Mandar Maju,1997, hlm.10
5
Roihan A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2007,
hlm.58
6
ibid, hlm.59
3
c. Hakim hanya memperhatikan dan menerapkan apa yang telah di tentukan
undang-undang dan tidak berada dalam tekanan atau pengaruh siapapun.
2. Permohonan :
b. Aktifitas hakim lebih dari apa yang dimihinkan oleh pihak yang bermohon
karena hanya bersifat administrative.
Permohonan atau gugatan pada prinsipnya secara tertulis namun apabila para
pihak tidak mampu membaca dan menulis (buta huruf) permohonan/gugatan
dapat diajukan secara lisan ke Ketua Pengadilan Agama atau dilimpahkan kepada
hakim untuk disusun permohonan/gugatan kemudian dibacakan dan diterangkan
maksud dan isinya kepada pihak kemudian ditandatangani oleh Ketua Pengadilan
Agama atau hakim yang ditunjuk. 7 Kesimpulannya untuk di lingkungan peradilan
7
Abdullah Tri Wahyudi. Hukum Acara Peradilan Agama Dilengkapi Contoh Surat-Surat dalam
Praktik Hukum Acara di Peradilan Agama, Bandung : Mandar Maju, 2018, Hl m.93
4
agama, dalam perkara-perkara perkawinan, walaupun disebutkan “pemohon”
atau “termohon” tidaklah mutlak selalu perkara voluntaria sepenuhnya seperti
teori umum hokum acara perdata.8
1. Identitas pemohon;
3. Permohonan(petitum);
3. Tidak ada pihak lain atau pihak ketiga yang dijadikan lawan.
a. Isi surat gugatan secara garis besar memuat hal-hal sebagai berikut :
8
Roihan A. Rasyid, Op.cit, hlm.61
5
1) Identitas para pihak9
3) Permohonan (petitum)
Petitum atau tuntutan berisi rincian apa saja yang diminta dan diharapkan
penggugat untuk dinyatakan dalam putusan penetapan kepada para pihak
terutama pihak tergugat dalam putusan perkara. 10
2) Surat Permohonan
9
H. A. Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2008).,hlm 28
10
Abdullah Tri Wahyudi, Op.cit, hlm.93-94
11
Roihan A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2007,
hlm.67
12
Ibid
6
hukum atau peristiwa hukum yang dijadikan dasar terhadap apa yang
dimohonkankan oleh pemohon dalam bagian petita 13.
1. Tahap Persiapan
Permohonan atau gugatan pada prinsipnya secara tertulis (pasal 18 HIR) namun
para pihak tidak bisa baca tulis (buta huruf) permohonan atau gugatan dapat
dilimpahkan kepada hakim untuk disusun permohonan gugatan keudian
dibacakan dan diterangkan maksud dan isinya kepada pihak kemudian
ditandatangani oleh ketua pengadilan agama hakim yang ditunjuk berdasarkan
pasal 120 HIR.15
13
Ibid
14
A. Mukti Arto , 0p.Cit, hlm.131
15
ibid, hlm. 59
7
perkara. Dengan membayar biaya panjar perkara maka penggugat atau
pemohon mendapatkan nomor perkara dan tinggal menunggu panggilan siding.
Pada hari sidang telah ditentukan apabila satu pihak atai kedua belah pihak tidak
hadir maka persidangan ditunda dan menetapkan hari sidang berikutnya kepada
yang hadir diperintahkan menghadiri sidang berikutnya tanpa dipanggil dan yang
tidak hadir dilakukan pemanggilan sekali lagi. Dalam praktek pemanggilan pihak
yang tidak hadir dilakukan maksimal tiga kali apabila :
a. Penggugat tidak hadir maka gugatan gugur. Tergugat tidak hadir maka
pemeriksaan dilanjutkan dengan putusan verstek atau putusan tanpa hadirnya
pihak tergugat.
b. Apabial terdapat beberapa tergugat yang hadir ada yang tidak hadir,
pemeriksaan tetap dilakukan dan kepada yang tidak hadir dianggap tidak
menggunakan haknya untuk membela diri.
16
ibid, hlm.60
8
Sebelum surat gugatan dibacakan, jika perkara perceraian, hakim wajib
menyatakan sidang tertutup untuk umum, sementara perkara perdata umum
sidangnya selalu terbuka. Pencabutan gugatan itu sendiri terjadi apabila pihak ke
penggugat mencabut gugatan sewaktu atau selama proses persidangan
berlangsung17. Pencabutan gugatan ini boleh dilakukan dengan sendiri dalam
perkara yang penggugatnya sendiri. Namun dengan catatan apabila tergugat
terdiri dari beberapa orang, ada yang mencabutnya saja, sedangkan perkara
masih tetap jalan.
2. Mediasi
3. Jawaban tergugat
a. Jawaban gugatan
1. Jawaban yang tidak langsung mengenai pokok perkara disebut ekspensi atau
tangkisan
17
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata (Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian dan
Putusan Pengadilan, Jakarta: Sinar Grafiak, 2008, hal. 81
9
A. jawaban yang tidak langsung mengenai pokok perkara disebut ekspesi atau
tangkisan
2. Ekspesi
3. Rekonvensi
Rekonvensi disebut juga gugat balik atau gugatan balasan yaitu gugatan yang
diajukan oleh tergugat kepada penggugat di dalam proses pemeriksaan yang
sedang berlangsung.
5. Replik
6. Duplik
18
Abdullah Tri Wahyudi, Hukum Acara Peradilan Agama di Lengkapi Contoh Surat-surat dalam
Praktik Hukum Acara di Peradilan Agama, Bandung: Mandar Maju, 2014.123
10
8. Pemeriksaan Saksi
Setelah semua pemeriksaan bukti surat penggugat dan tergugat selesai maka
pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan saksi. Dalam pemeriksaan saksi,
yang diberi kesempatan mengajukan saksi adalah pihak penggugat. Selanjutnya
apabila semua saksi dari penggugat sudah diperiksa dan sudah tidak lagi
mengajukan saksi maka kesempatan diberikan kepada tergugat untuk
mengajukan saksi-saksi nya ke dalam persidangan.
Keterangan ahli dapat diminta oleh para pihak yang berperkara atau atas
perintah Hakim karena jabatannya. Keterangan ahli bertujuan untuk dapat
membuat jelas atau terang suatu perkara
sedang diperiksa. Keterangan ahli tidak mengikat pada Hakim yang memeriksa
perkara kalau keterangan yang berlawanan dengan keyakinan Hakim.
11. Kesimpulan
Pada tahap ini, setelah proses persidangan seluruhnya selesai maka masing-
masing pihak diberi kesempatan untuk mengajukan kesimpulan. Kesimpulan ini
sifatnya tidak wajib, masing-masing pihak boleh mengajukan kesimpulan dan
diperbolehkan pula apabila tidak mengajukan kesimpulan.
12. Putusan
Setelah selesai musyawarah majelis hakim, Sesuai dengan jadwal sidang, pada
tahap ini di bacakan putusan majelis hakim. Setelah dibacakan putusan tersebut,
penggugat dan tergugat berhak mengajukan upaya hukum banding dalam
tenggang waktu 14 hari setelah putusan diucapkan. Apabila pengguga tergugat
tidak hadir saat di bacakan putusan, Maka jurusita pengadilan agama akan
menyampaikan isi atau Amar putusan itu kepada pihak yang tidak hadir, dan
19
Abdullah Tri Wahyudi, Hukum Acara Peradilan Agama Dilengkapi contoh Surat-Surat dalam
Praktik Hukum Acara di Peradilan Agama, Bandung : Mandar Maju , 2018, hal.138
11
putusan baru berkekuatan hukum tetap setelah 14 Hari Amar putusan diterima
oleh pihak yang tidak hadir itu.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
12
Gugatan adalah permasalahan perdata yang mengandung sengketa
antara dua pihak atau lebih yang diajukan kepada ketua pengadilan negeri di
mana salah satu pihak sebagai penggugat dan salah satunya lagi adalah
tergugat. Antara gugatan dan permohonan adalah bahwa bahwa dalam perkara
gugatan atau perkara contentiosa ada suatu sengketa, suatu konflik yang harus
diselesaikan yang diputus oleh pengadilan. Dalam dalam perkara yang disebut
permohonan foto perkara voluntair tidak ada sengketa.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
13
Ahmad Fathomi Ramli, 2013,Administrasi Peradilan Agama, Jakarta: Mandar
Maju
H. A. Mukti Arto,2008, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama ,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
M. Yahya Harahap,2008, Hukum Acara Perdata (Gugatan, Persidangan, Penyitaan,
Pembuktian dan Putusan Pengadilan, Jakarta: Sinar Grafiak
Roihan A. Rasyid,2007, Hukum Acara Peradilan Agama, Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada
Wulan Soentantio Retno dan Iskandar, 1997, Hukum Acara Perdata dalam Teori
dan Praktek, Bandung : Mandar Maju
14