Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lanjut usia adalah individu yang berusia 60 tahun yang pada umumnya memiliki tanda
tanda penurunan fungsi biologis, psikologis dan ekonomi. Di indonesia, istilah untuk kelompok
usia ini belum baku, orang memiliki sebutan yang berbeda-beda, ada yang menggunakan
istilah usia lanjut, lanjut usia ada pula istilah jompo dengan kata dalam bahasa inggris bisa
disebut the aged, the elders, older adult, (Noorkasiani, 2009).
Maryam (2008) menyatakan, menjadi lanjut usia bukanlah suatu penyakit, tetapi
merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan baik dari
dalam maupun dari luar tubuh. Tidak ada batasan yang tegas pada usia berapa penampilan
seseorang melalui menurun dan pada setiap orang fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda
baik dalam hal pencapaian puncak maupun saat menurunnya. Lansia merupakan suatu proses
alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses
menjadi tua dan masa tua meruupakan masa hidup manusia yang terakhir. Saat lanjut usia
seseorang mengalami kemunduran fisik, mental, sosial secara bertahap (Azizah, 2011).

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Untuk memenuhi salah satu tugas dari Mata Kuliyah Keperawatan Gerontik serta
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan lansia.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa mengetahui aspek lansia
b. Agar mahasiswa mengetahui masalah-masalah kesehatan lansia
c. Agar mahasiswa mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan lansia

1.3 Manfaat
Manfaat yang diharapkan oleh penulis adalah sebagai berikut :
1. Untuk masyarakat: sebagai bahan informasi untuk menambah pengetahuan kesehatan

1
2. Untuk Mahasiswa: di harapkan makalah ini dapat bermanfaat sebagai bahan pembanding
tugas serupa.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia
(Budi Anna Keliat, 1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998
tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih
dari 60 tahun.
1. Klasifikasi Lansia
a. Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
b. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c. Lansia Resiko Tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun dengan
masalah kesehatan (Depkes RI, 2003)
d. Lansia Potensial
Lansia yagn masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang dapat
menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003)
e. Lansia tidak Potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada
orang lain (Depkes RI, 2003)
2. Karakteristik Lansia
Menurut Budi Anna Keliat (1999), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang
Kesehatan)
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta kondisi adaptif hingga kondisi
maladaptif
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervasiasi
3. Tipe Lansia

3
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, penglaman hidup, lingkungan,
kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2000). Tipe tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut:

a. Tipe arif bijaksana


Kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman,
mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan,
memenuhi undangan dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari
pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak
sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik, dan banyak menuntut.
d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan
pekerjaan apa saja.
e. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan
acuh tak acuh.

2.2 Batasan-batasan Lansia


Umur yang dijadikan patokan sebagai lanjut usia berbeda-beda, umumnya berkisar antara
60-65 tahun. Menurut WHO ada empat tahap batasan umur yaitu usia pertengahan (middle age)
antara 45-59 tahun, usia lanjut (eldery) antara 60-74 tahun, dan usia lanjut usia (old) antara 75-
90 tahun, serta usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun (WHO dalam Kushariyadi, 2009).
Lanjut usia menurut Azizah ( 2011) dikelompokan menjadi usia dewasa muda (eldery
adult) yaitu 18 atau 25-29 tahun, usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas yaitu 30-60
tahun atau 65 tahun, lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 75 tahun yang dibagi lagi
dengan 70-75 tahun (young old), 75-80 tahun (old), lebih dari 80 (very old).

4
2.3 Aspek-aspek penuaan lansia
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki keerusakan yang
diderita (constantinides, 1994). Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami
berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut penyakit degeneratif.
1. Aspek Biologi
Aspek biologi mencakup teori genetik dan mutasi, immunology slow theory, teori stress,
teori radikal bebas dan teori rantai silang.
a. Teori genetik dan mutasi
Menurut teori genetik dan mutasi menua terprogram secara genetik untuk spesies-
spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat perubahan biokimia yang diprogram oleh
molekul-molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi, sebagai
contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan
fungsi sel).
Terjadi pengumpulan pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut teori akumulasi
dari produk sisa, sebagai contoh adalah adanya pigmen lipofusin di sel otot jantung dan
sel susunan saraf pusat pada lansia yang mengakibatkan teganggunya fungsi sel itu
sendiri.
Pada aspek biologi dikenal istilah “pemakaian dan perusakan” (wear and tear) yang
terjadi karena kelebihan usaha dan stress yang menyebabkan sel-sel tubuh menjadi lelah
(pemakaian). Pada teori ini juga didapatkan terjadinya peningkatan jumlah kolagen dalam
tubuh lansia, tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit, dan kekurangan gizi.
b. Immunology slow theory
Menurut immunology slow theory, sistem imun menjadi efektif dengan
bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam tubuh yang dapat menyebabkan
kerusakan organ tubuh.
c. Teori stress
Teori stress mengungkapkan terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa yang biasa
digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan

5
lingkungan internal, kelebihan usaha, dan stress yang menyebabkan sel-sel tubuh lelah
dipakai.
d. Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti
karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan
regenerasi.
e. Teori rantai silang
Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi kimia sel-sel yang tua atau usang
menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan
kurangnya elastisitas, kekacauan dan hilangnya fungsi sel.

2. Aspek Ekonomi
Aspek ekonomi menjelaskan bahwa penduduk lanjut usia dipandang lebih sebagai beban
dari pada potensi sumber daya bagi pembangunan.Warga tua dianggap sebagai warga yang tidak
produktif dan hidupnya perlu ditopang oleh generasi yang lebih muda. Bagi penduduk lanjut
usia yang masih memasuki lapangan pekerjaan, produktivitasnya sudah menurun dan
pendapatannya lebih rendah dibandingkan pekerja usia produktif. Akan tetapi, tidak semua
penduduk yang termasuk dalam kelompok umur lanjut usia ini tidak memiliki kualitas dan
produktivitas rendah.

3. Aspek Sosial
Ada beberapa aspek sosial yang berkaitan dengan proses penuaan yaitu teori interaksi
sosial (social exchange theory), teori penarikan diri (disengagement theory), teori aktivitas
(activity theory), teori perkembangan (development theory) dan teori stratifikasi usia ( age
stratification theory).
1. Teori interaksi social
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu situasi
tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Mauss (1954), Homans
(1961) dan Blau (1964) mengemukakan bahwa interaksi sosial terjadi berdasarkan atas
hukum pertukaran barang dan jasa. Sedangkan pakar lain Simmons (1945),

6
mengemukakan bahwa kemampuan lansia untuk terus menjalin interaksi sosial
merupakan kunci untuk mempertahankan status sosialnya atas dasar kemampuannya
untuk melakukan tukar menukar.
Menurut Dowd (1980), interaksi antara pribadi dan kelompok merupakan upaya
untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya dan menekan kerugian hingga sesedikit
mungkin. Kekuasaan akan timbul apabila seseorang atau kelompok mendapatkan
keuntungan lebih besar dibandingkan dengan pribadi atau kelompok lainnya.
Pada lansia, kekuasaan dan prestisenya berkurang, sehingga menyebabkan interaksi
sosial mereka juga berkurang, yang tersisa hanyalah harga diri dan kemampuan mereka
untuk mengikuti perintah.
Pokok-pokok teori interaksi sosial adalah sebagai berikut:
a. Masyarakat terdiri atas faktor-faktor sosial yang berupaya mencapai
tujuannya masing-masing.
b. Dalam upaya tersebut terjadi interaksi sosial yang memerlukan biaya dan
waktu.
c. Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang aktor harus
mengeluarkan biaya.
d. Aktor senantiasa mencari keuntungan dan mencegah terjadinya kerugian.
e. Hanya interaksi yang ekonomis saja yang dipertahankan olehnya.

4. Aspek Psikologi
Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara ilmiah seiring dengan penambahan usia.
Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan
keadaan fungsional yagn efektif.
Keperibadian individu yagn terdiri atas motivasi dan intelegensi dapat menjadi
karakteristik konsep diri dari seorang lansia. Konsep diri yang positif dapat menjadikan seorang
lansia mampu berinteraksi dengan mudah terhadap nilai-nilai yang ditunjang dengan status
sosialnya.
Adanya penurunan dari inteletualitas yang meliputi persepsi, kemampuan kognitif, memori
dan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit dipahami dan berinteraksi. Persepsi
merupakan kemampuan interpretasi pada lingkungan. Dengan adanya penurunan kemampuan

7
fungsi sistem sensorik, maka akan terjadi pula penurunan kemampuan untuk menerima,
memproses dan merespon stimulus sehingga terkadang akan muncul aksi atau reaksi yang
berbeda dari stimulus yang ada.
Kemampuan kognitif dapat dikaitkan dengan penurunan fisiologis organ otak. Namun
untuk fungsi-fungsi positif yang dapat dikaji ternyata mempunyai fungsi yang lebih tinggi,
seperti simpanan informasi usia lanjut, kemampuan memberi alasan secara abstrak dan
melakukan penghitungan.
Memori adalah kemampuan daya ingat lansia terhadap suatu kejadian atau peristiwa baik
jangka pendek maupun jangka panjang. Memori terdiri dari atas tiga komponen sebagai berikut:
1. Ingatan paling singkat dan segera. Contohnya pengulangan angka.
2. Ingatan jangka pendek. Contohnya peristiwa beberapa menit hingga beberapa
hari yang lalu.
3. Ingatan jangka panjang.
Kemampuan belajar yang menurun dapat terjadi karena banyak hal. Selain keadaan
fungsional organ otak, kurangnya motivasi pada lansia juga berperan. Motivasi akan semakin
menurun dengan menganggap bahwa lansia sendiri merupakan beban bagi orang lain dan
keluarga.

8
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia
(Budi Anna Keliat, 1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998
tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih
dari 60 tahun.

3.2 Saran
Sebagaimana dalam pandangan islam, orang tua atau orang yang lebih tua dari kita harus
dihormati, dikasihi serta disayangi dan diperhatikan. Betapa beruntungnya menjadi tua, ada
banyak sekali orang yang tidak bisa menginjak usia tua, ada banyak sekali mereka yang tidak
bisa melihat anak serta cucunya tumbuh menjadi dewasa. Jadi, ketika kita bisa melihat orang
tua kita menjadi tua atau menginjak usia lanjut itulah saatnya kesempatan untuk kita
menyenangkan masa-masa tua mereka dengan kesuksesan anak-anaknya.
Sebagai perawat yang profesional yang sudah mempelajari ilmu gerontologi sudah
sewajarnya memberikan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya untuk para lansia tidak hanya
memberikan pelayanan terhadap kebutuhan biologisnya saja tetapi mencakup kebutuhan
psikologis dan spiritualnya.

9
DAFTAR PUSTAKA
Beare, Stanley. 2012. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi ke-2. Jakarta: ECG
http://miracleofnursing.blogspot.com/2012/10/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html?m=1
(diakses pada 17 februari 2020)
http://yenitarosaria.blogspot.com/2012/01/masalah-masalah-pada -lanjut-usia.html?m=1 (diakses
pada 17 februari 2020)
Maryam, R. Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika

10

Anda mungkin juga menyukai