Anda di halaman 1dari 82

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu atau seni yang mempelajari tentang peracikan dan
pembuatan obat. Dalam dunia farmasi ada beberapa ilmu yang digunakan untuk
mendukung pembuatan dan peracikan obat tersebut, salah satunya adalah
farmakognosi. Farmakognosi merupakan salah satu ilmu yang mempelajari
tentang bagian - bagian tanaman atau hewan yang dapat digunakan sebagai obat
alami yang telah melewati berbagai macam uji seperti uji farmakodinamik, uji
toksikologi dan uji biofarmasetika.
Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan modern yang semakin pesat dan
canggih di zaman sekarang ini, ternyata tidak mampu menggeser atau
mengesampingkan begitu saja obat tradisional, tetapi justru hidup berdampingan
dan saling melengkapi. Hal ini terbukti dari banyaknya peminat pengobatan
tradisional. Namun yang menjadi masalah dan kesulitan bagi para peminat obat
tradisional adalah kurangnya pengetahuan dan informasi yang memadai
mengenai berbagai jenis tumbuhan yang dipakai sebagai obat tradisional untuk
pengobatan penyakit tertentu ( Dalimartha, 2000).
Prospek pengembangan produksi tanaman obat semakin pesat saja
mengingat perkembangan indunstri obat modern dan obat tardisional terus
meningkat.kondisi ini terus dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat yang semakin
meningkat tentang manfaat tanaman sebagai obat masyarakat semakin sadar akan
pentingnya kembali ke alam (back to nature) dengan memanfaatkan obat-obat
alami. Banyak masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan dengan
mengonsumsi produk alami ( djauhariya dan hernani, 2004).
Memang obat modern berkembang cukup pesat, namun potensi obat
tradisional terutama yang berasal dari tumbuhan tetap tinggi. Hal ini disebabka
obat tradisinal dapat diperoleh tanpa resep dokter, dapat diramu sendiri, bahan
baku tidak perlu diimpor, dan tanaman obat dapat ditanam sendiri oleh
pemakainya (Djauhariya dan Hernani, 2004).

1
Tumbuhan merupakan gudang berbagai jenis senyawa kimia serta beragam
jenis sifat atau ciri – ciri yang dimilikinya yang dimanfaatkan sebagai suatu
tumbuhan obat. Hal semacam ini mempunyai hubungan yang baik dengan objek
yang dituju dalam hal ini manusia yang kemudian dimanfaatkan untuk
dikembangbiakkan atau dibudidayakan sebagai suatu usaha atau bisnis tumbuhan
obat yang dapat mendatangkan banyak keuntungan serta memberikan manfaat
yang besar bagi bagi masyarakat khususnya sebagai konsumen. Beragam
upayapun dilakukan dalam pencarian tumbuhan berkhasiat obat dimulai dari
mengidentifikasi kandungan zat kimia apa didalamnya serta bentuk morfologi dari
tumbuhan tersebut yang memberikan ciri khas. Namun, tidak semua tumbuhan
berkhasiat sebagai obat yang memberikan ciri khas itu dapat dikategorikan
sebagai tumbuhan berkhasiat obat. Oleh karena itu diadakannya praktek kerja
lapangan ini untuk mengetahui berbagai macam tumbuhan berkhasiat.
1.2 Tujuan PKL
1. Untuk mengetahui tanaman obat apa saja yang terdapat dilokasi dan sering
digunakan oleh masyarakat untuk pengobatan
2. Untuk mengetahui hasil data yang diperoleh dari lapangan kemudian di
identifikasi dan di kelompokkan sebagai bahan reverensi bagi mahasiswa
untuk mempermudah menemukan populasi dari suatu jenis tanaman obat
1.3 Manfaat PKL
1. Praktikan dapat mengetahui tentang penggunaan bahan tanaman sebagai
bahan pengobatan obat tradisional
2. Praktikan dapat mengasah kemampuan dalam berinteraksi dengan
masyarakat mengenai cara penggunaan tanaman obat tradisional.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Herbarium
Herbarium berasal dari kata “hortus dan botanicus”, artinya kebun botani
yang dikeringkan. Secara sederhana yang dimaksud herbarium adalah koleksi
spesimen yang telah dikeringkan, biasanya disusun berdasarkan sistim klasifikasi
(Onrizal, 2005).
Herbarium merupakan suatu spesimen dari bahan tumbuhan yang telah
dimatikan dan diawetkan melalui metoda tertentu dan dilengkapi dengan data-data
mengenai tumbuhan tersebut. Membuat herbarium yaitu pengumpulan tanaman
kering untuk keperluan studi maupun pengertian, tidaklah boleh diabaikan. Yaitu
melalui pengumpulan, pengeringan, pengawetan, dan dilakukan pembuatan
herbarium (Steenis, 2003).
Herbarium merupakan karya referensi tiga dimensi, herbarium bukan hanya
untuk mendefinisikan suatu pohon, namun segala sesuatu dari pohon. Mereka
memegang bagian yang sebenarnya dari bagian mereka itu. Nama latin untuk
koleksi ini ataupun Herbarium adalah Siccus Hortus, yang secara harfiah berarti
taman kering, dan setiap specimen menekan yang terpasang pada selembar kertas
yang diulisi dengan apa tanaman yang dikumpulkan itu, kapan dan dimana
ditemukannya (Stacey, 2004).
Herbarium merupakan tempat penyimpanan contoh koleksi spesiemen
tanaman atau tumbuhan yaitu herbarium kering dan herbarium basah. Herbarium
yang baik selalu disertai identitas, pengumpul (nama pengumpul atau kolektor dan
nomor koleksi). Serta dilengkapi keterangan lokasi asal material dan keterangan
tumbuhan tersebut untuk kepentingan penelitian dan identifikasi.
Pengendalian inanditatif dengan penggunaan semacam cendawan
Pathogen dengan pelaksanaan herbisida jangka pendek, agar gulma yang
dapat diberantas (Moenandir, 1996).
Pada masa sekarang herbarium tidak hanya merupakan suatu spesimen yag
diawetkan tetapi juga mempunyai suatu lingkup kegiatan botani tertentu, sebagai

3
sumber informai dasar untuk para ahli taksonomi dan sekaligus berperan sebagai
pusat penelitian dan pengajaran , juga pusat informasi bagi masyarakat umum.
Herbarium diartikan juga sebagai bank data dengan sejumlah data mentah yang
belum diolah. Masing-masing specimen dapat memberikan bermacam-macam
informasi, tergantung kelengkapan spesimen, data dan asal-usul materialnya.
(Balai Taman Nasional Baluran, 2004).
Kelebihan dari Herbarium kering dibandingkan dengan herbarium basah
adalah dapat bertahan lama hingga ratusan tahun. Terdapat beberapa kelemahan
pada herbarium yaitu; spesimen mudah mengalami kerusakan akibat perawatan
yang kurang memadai maupun karena frekuensi pemakaian yang cukup tinggi
untuk identifikasi dan pengecekan data secara manual, tidak bisa diakses secara
bersama-sama oleh berberapa orang, biaya besar,tidak bisa diakses sewaktu-waktu
dan tidak dapat diakses dari jarak jauh (Wibobo dan Abdullah, 2007).
Herbarium kering yang baik adalah herbarium yang lengkap organ vegetatif
dan organ generatifnya. Selain itu kerapian herbarium juga akan menentukan nilai
estetikanya serta faktor-faktor yang mempengaruhi koleksi herbarium adalah lama
pembuatan herbarium, tempat penyimpanan dan faktor lingkungan seperti suhu
(Subrahmanyam, 2002).
2.1.1.1 Kegunaan Herbarium
Kegunaan herbarium secara umum antara lain:
1. Sebagai pusat referensi : Merupakan sumber utama untuk identifikasi
tumbuhan bagi para ahli taksonomi, ekologi, petugas yang menangani
jenis tumbuhan langka, pecinta alam, para petugas yang bergerak dalam
konservasi alam.
2. Sebagai lembaga dokumentasi : Merupakan koleksi yang mempunyai nilai
sejarah, seperti tipe dari taksa baru, contoh penemuan baru, tumbuhan
yang mempunyai nilai ekonomi dan lain lain.3. Sebagai pusat
penyimpanan data : Ahli kimia memanfaatkannya untuk mempelajari
alkaloid, ahli farmasi menggunakan untuk mencari bahan ramuan untuk
obat kanker, dan sebagainya (Onrizal, 2005).

4
2.1.1.2 Pembagian Herbarium
Herbarium basah, setelah material herbarium diberi label gantung dan
dirapikan, kemudian dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran. Satu lipatan
kertas koran untuk satu specimen (contoh). Tidak benar digabungkan beberapa
specimen di dalam satu lipatan kertas. Selanjutnya, lipatan kertas koran berisi
material herbarium tersebut ditumpuk satu diatas lainnya. Tebal tumpukan
disesuaikan dengan dengan daya muat kantong plastik (40 × 60) yang akan
digunakan. Tumpukkan tersebut dimasukkan ke dalam kantong plastik dan
disiram alcohol 70 % atau spiritus hingga seluruh bagian tumbukan tersiram
secara merata, kemudian kantong plastic ditutup rapat dengan isolatip atau hekter
supaya alcohol atau spiritus tidak menguap keluar dari kantong plastik (Onrizal,
2005).
Herbarium kering, cara kering menggunakan dua macam proses yaitu:
1. Pengeringan langsung, yakni tumpukan material herbarium yang tidak
terlalu tebal di pres di dalam sasak, untuk mendpatkan hasil yng
optimum sebaiknya di pres dalam waktu dua minggu kemudian
dikeringkan diatas tungku pengeringan dengan panas yang diatur di
dalam oven. Pengeringan harus segera dilakukan karena jika terlambat
akan mengakibatkan material herbarium rontok daunnya dan cepat
menjadi busuk.
2. Pengeringan bertahap, yakni material herbarium dicelup terlebih
dahulu di dalam air mendidih selama 3 menit, kemudian dirapikan lalu
dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran. Selanjutnya, ditempuk dan
dipres, dijemur atau dikeringkan di atas tungku pengeringan. Selama
proses pengeringan material herbarium itu harus sering diperiksa dan
diupayakan agar pengeringan nya merata. Setelah kering, material
herbarium dirapikan kembali dan kertas koran bekas pengeringan tadi
diganti dengan kertas baru. Kemudian material herbarium dapat
dikemas untuk diidentifikasi (Onrizal, 2005)

5
2.1.2 Simplisia
Simpisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang
telah dikeringkan (Dirjen POM,1979).
2.1.2.1 Penggolongan Simplisia
Simplisia terbagi 3 golongan yaitu (Team teaching, 2014):
1. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian
tanaman dan eksudat tanaman. Eskudat tanaman ialah isi yang spontan
keluar dari tanaman atau isi sel yang dikeluarkan dari selnya, dengan cara
tertentu atau zat yang dipisahkan dari tanamannya dengan cara tertentu
yang masih belum berupa zat kimia murni.
2. Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh, bagian hewan atau
zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia
murni.
3. Simplisia mineral adalah simplisia yang berupa bahan pelican (mineral)
yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum
berupa zat kimia murni.
Selain ketiga jenis simplisia diatas juga terdapat hal lain, yaitu benda
organik asing yang disingkat benda asing, adalah satu atau keseluruhan dari apa-
apa yang disebut dibawah ini (Amin, 2010):
1. Fragmen, merupakan bagian tanaman asal simplisia selain bagian tanaman
yang disebut dalam paparan makroskopik, atau bagian sedemikian nilai
batasnya disebut monografi.
2. Hewan hewan asing, merupakan zat yang dikeluarkan oleh hewan, kotoran
hewan, batu tanah atau pengotor lainnya.
Kecuali yang dinyatakan lain, yang dimaksudkan dengan benda asing pada
simplisia nabati adalah benda asing yang berasal dari tanaman. Simplisia nabati
harus bebas serangga, fragme hewan, atau kotoran hewan tidak boleh
menyimpang bau dan warnanya, tidak boleh mengandung lendir, atau cendawan,
atau menunjukkan adanya zat pengotor lainnya.Pada perhitunganpenetapan kadar
abu yang tidak larut dalam asam, kadar abu yang larut dalam air , sari yang larut

6
dalam air, atau sari yang larut dalam etanol didasarkan pada simplisia yang belum
ditetapkan susut pengeringannya.Sedangkan susut pengering sendiri adalah
banyaknya bagian zat yang mudah menguap termasuk air, tetapkan dengan cara
pengeringan, kecuali dinyatakan lain, dilakukan pada suhu 150 oC hingga bobot
tetap.
2.1.2.2 Cara Pembuatan Simplisia
Pembuatan simplisia merupakan proses memperoleh simplisia dari alam
yang baik dan memenuhi syarat-syarat mutu yang dikehendaki, dengan langkah
langkah sebagi berikut (Team teaching, 2014):
1. Teknik pengumpulan
Pengumpulan atau panen dapat dilakukan dengan tangan atau
menggunakan alat (mesin).Apabila pengambilan dilakukan secara
langsung (pemetikan) maka harus memperhatikan keterampilan si
pemetik, agar diperoleh tanaman/bagian tanaman yang dikehendaki,
misalnya dikehendaki daun yang muda, maka daun yang tua jangan dipetik
dan jangan merusak bagian tanaman lainnya.misalnya jangan
menggunakan alat yang terbuat dari logam untuk simplisia yang
mengandung senyawa fenol dan glikosa.
a. Waktu pengumpulan atau panen
Kadar kandungan zat aktif suatu simplisia ditentukan oleh waktu
panen, umur tanaman, bagian tanaman yang diambil dan lingkungan
tempat tumbuhnya, pada umumnya waktu pengumpulan sebagai
berikut :
1) Daun dikumpulkan sewaktu tanaman berbunga dan sebelum buah
menjadi masak, contohnya, daun Athropa belladonna mencapai
kadar alkaloid tertinggi pada pucuk tanaman saat mulai berbunga.
Tanaman yang berfotosintesis diambil daunnya saat reaksi
fotosintesis sempurna yaitu pukul 09.00-12.00.
2) Bunga dikumpulkan sebelum atau segera setelah mekar.
3) Buah dipetik dalam keadaan tua, kecuali buah mengkudu dipetik
sebelum buah masak.

7
4) Biji dikumpulkan dari buah yang masak sempurna.
5) Akar, rimpang (rhizome), umbi (tuber) dan umbi lapis (bulbus),
dikumpulkan sewaktu proses pertumbuhannya berhenti.
b. Bagian Tanaman
1) Klika batang/klika/korteks
Klika diambil dari batang utama dan cabang, dikelupas
dengan ukuran panjang dan lebar tertentu, sebaliknya dengan
cara berselang-seling dan sebelum jaringan kambiumnya, untuk
klika yang mengandung minyak atsiri atau senyawa fenol
gunakan alat pengelupas yang bukan terbuat dari logam.
2) Batang (Caulis)
Batang diambil dari cabang utama sampai leher akar,
dipotong-potong dengan panjang dan diameter tertentu.
3) Kayu (Lignum)
Kayu diambil dari batang atau cabang, kelupas kuliltnya
dan potong-potong kecil.
4) Daun (Folium)
Daun tua atau muda (daun kelima dari pucuk) dipetik satu
persatu secara manual.
5) Bunga (Flos)
Tergantung yang dimaksud, dapat berupa kuncup atau
bunga mekar atau mahkota bunga atau daun bunga, dapat
dipetik langsung dengan tangan.
6) Akar (Radix)
Bagian yang digunakan adalah bagian yang berada di
bawah permukaan tanah, dipotong-potong dengan ukuran
tertentu.
7) Rimpang (Rhizoma)
Tanaman dicabut, rimpang diambil dan dibersihkan dari
akar, dipotong melintang dengan ketebalan tertentu.

8
8) Buah (Fructus)
Dapat berupa buah yang masak, matang atau buah muda,
dipetik dengan tangan.
9) Biji (Semen)
Buah yang dikupas kulit buahnya menggunakan tangan
atau alat, biji dikumpulkan dan dicuci.
10) Bulbus
Tanaman dicabut, bulbus dipisahkan dari daun dan akar
dengan memotongnya.
2. Pencucian dan Sortasi Basah
Pencucian dan sortasi basah dimaksudkan untuk membersihkan
simplisia dari benda-benda asing dari luar (tanah, batu dan
sebagainya), dan memisahkan bagian tanaman yang tidak
dikehendaki.Pencucian dilakukan bagi simplisia utamanya bagian
tanaman yang berada di bawah tanah (akar, rimpang,), untuk
membersihkan simplisia dari sisa-sisa tanah yang melekat.
3. Perajangan
Perajangan dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan
dan pewadahan setelah dicuci dan dibersihkan dari kotoran atau benda
asing, materi/sampel dijemur dulu ±1 hari kemudian dipotong-potong
kecil dengan ukuran antara 0,25-0,06 cm yang setara dengan ayakan
4/18 (tergantung jenis simplisia). Pembuatan serbuk simplisia kecuali
dinyatakan lain, seluruh simplisia harus dihaluskan menjadi serbuk
(4/18). Semakin tipis perajangan maka semakin cepat proses
pengeringan kecuali tanaman yang mengandung minyak menguap
perajangan tidak boleh terlalu tipis karena menyebabkan berkurangnya
atau hilangnya zat aktif. Sebaliknya bila perajangan terlalu tebal
pengeringannya lama dan mudah berjamur.

9
4. Pengeringan
Tujuan pengeringan pada tanaman atau bagian tanaman adalah :
1. Untuk mendapatkan simplisia yang awet, tidak rusak dan dapat
digunakan dalam jangka relatif lama.
2. Mengurangi kadar air, sehingga mencegah terjadinya pembusukan
oleh jamur atau bakteri karena terhentinya proses enzimatik dalam
jaringan tumbuhan yang selnya telah mati. Agar reaksi enzimatik
tidak dapat berlangsung, kadar air yang dainjurkan adalah kurang
dari 10 %.
3. Mudah dalam penyimpanan dan mudah dihaluskan bila ingin
dibuat serbuk.
a. Pengeringan alamiah
Tergantung dari kandungan zat aktif simplisia, pengeringan
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Sinar matahari langsung, terutama pada bagian tanaman
yang keras (kayu, kulit biji, biji dan sebagainya) dan
mengandung zat aktif yang relatif stabil oleh panas)
2. Diangin-anginkan dan tidak terkena sinar matahari secara
langsung, umumnya untuk simplisia bertekstur lunak
(bunga, daun dan lain-lain) dan zat aktif yang
dikandungnya tidak stabil oleh panas (minyak atsiri).
b. Pengeringan buatan
Cara pengeringan dengan ,menggunakan alat yang dapat
diatur suhu, kelembaban, tekanan atau sirkulasi udaranya.
5. Pewadahan dan penyimpanan simplisia
Sortasi kering dilakukan sebelum pewadahan simplisia bertujuan
memisahkan sisa-sisa benda asing atau bagian tanaman yang tidak
dikehendaki yang tidak tersortir pada saat sortasi basah.Simplisia yang
diperoleh diberi wadah yang baik dan disimpan pada tempat yang
dapat menjamin terpeliharanya mutu dari simplisia.Wadah terbuat dari
plastik tebal atau gelas yang berwarna gelap dan tertutup kedap

10
memberikan suatu jaminan yang memadai terhadap isinya, wadah dari
logam tidak dianjurkan agar tidak berpengaruh terhadap simplisia.
Ruangan penyimpanan simplisia harus diperhatikan suhu, kelembaban
udara dan sirkulasi udara ruangannya.
2.2 Uraian Tanaman
2.2.1 Awar-Awar (Steenis, 2008)
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Urticales
Famili : Moraceae
Genus : Ficus Gambar 2.2.1 Awar-awar
(Ficus septica Burm F.)
Spesies : Ficus septica Burm F
2.2.2 Bandotan (Sutrisna, 2016)
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Ageratum Gambar 2.2.2 Bandotan
(Ageratum conyzoides L.)
Spesies : Ageratum conyzoides L.
2.2.3 Pandan ( USDA (The US Department of Agriculture, 2003)
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Pandales
Famili : Pandanaceae
Genus : Pandanus
Spesies : Pandanus odoratissimus Gambar 2.2.3 Pandan hutan
(Pandanus odoratissimus L.F.)

11
2.2.4 Tembelekan (Suparmi, ulandari A., 2012)
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Lamiales
Famili : Verbenaceae
Genus : Lantana Gambar 2.2.4 Tembelekan
Spesies : Lantana camara L. Lantana camara L
2.2.5 Jambu (Satyawan, 2004)
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Gambar 2.2.5 Jambu
Genus : Psidium
Psidium guajaya
Spesies : Psidium guajava L.
2.4 Uraian Bahan
1. Aquadest (dirjen POM edisi III 1978 : 96)
Nama resmi : Aquadestilla
Nama Lain : Air suling, Aquadest
Berat Molekul : 18,2
RumusMolekul : H2O
Rumus Struktur :

H H

Pemberian : Cairan jernih tidak, tidak berwarna, tidak berbau, tidak


mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut

12
2. Etanol (Farmakope Indonesia edisi III : 65)
Nama resmi : Aethanolum
Nama Lain : Alkohol, Etanol, Ethyl alkohol
Berat Molekul : 46.06844 g/mol / 46.07 g/mol
Rumus molekul : C2H5OH
Rumus Struktur : H H

H C C OH

H H

Pemberian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan


mudah bergerak; bau khas rasa panas, mudah
terbakar dan memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari cahaya,
ditempat sejuk jauh dari nyala api.
Kegunaan : Sebagai zat tambahan, juga dapat sebagain antiseptic.

13
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Praktek kerja lapangan ini dilakukan di Desa Bone Da’a dan Desa Bonda
Raya, Kecamatan Suwawa Selatan, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo
pada tanggal 6-9 September 2018.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Herbarium
A. Alat
1. Cutter
2. Gunting
B. Bahan
1. Alkohol 70%
2. Bambu
3. Kapas
4. Kardus
5. Koran
6. Lakban hitam
7. Selotip
8. Tali rapiah
9. Tripleks
10. ATK
3.2.1 Simplisia
A. Alat
1. Amplop cokelat
2. Botol semprot
3. Cutter
4. Gunting
5. Karung
6. Papan identifikasi

14
B. Bahan
1. Air
2. Alkohol
3. Batang Tembelekan
4. Bunga Bandotan
5. Daun Awar-awar
6. Kulit batang Awar-awar
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Herbarium
1. Tanaman Jambu Biji

Sampel
- Diambil sampel
- Disortasi basah
- Dilakukan pencucian sampel dengan air mengalir
- Dilakukan pengolesan sampel dengan alkohol 70%
- Dikeringkan sampel dengan cara diangin-anginkan
- Ditempel sampel yang telah diolesi alkohol pada koran
menggunakan selotip dan kertas
- Dimasukkan sampel pada sasak bambu yang sudah dibuat
- Dipress sasak dengan cara diikat dengan tali rapiah

Hasil

15
3.3.2 Simplisia

1. Batang Tembelekan
Sampel

- Diambil sampel
- Disortasi basah
- Dilakukan pencucian sampel dengan air mengalir
- Dirajang batang dengan panjang 3-4 cm
- Dikeringkan sampel dengan cara diangin-anginkan
- Disortasi kering
- Dilakukan penyemprotan sampel dengan alkohol 70%
- Disimpan sampel di amplop cokelat

Hasil

2. Bunga Bandotan

Sampel
- Diambil sampel
- Disortasi basah
- Dilakukan pencucian sampel dengan air mengalir
- Dikeringkan sampel dengan cara diangin-anginkan
- Disortasi kering
- Dilakukan pengolesan sampel dengan alkohol 70%
- Disimpan sampel di amplop cokelat

Hasil

16
3. Daun Awar-Awar

Sampel
- Diambil sampel
- Disortasi basah
- Dilakukan pencucian sampel dengan air mengalir
- Dirajang daun awar-awar
- Dikeringkan sampel dengan cara diangin-anginkan
- Disortasi kering
- Dilakukan penyemprotan sampel dengan alkohol 70%
- Disimpan sampel di amplop cokelat

Hasil

4. Kulit batang Awar-awar


Sampel
- Diambil sampel
- Disortasi basah
- Dilakukan pencucian sampel dengan air mengalir
- Dirajang kulit batang Awar-awar
- Dikeringkan sampel dengan cara diangin-anginkan
- Disortasi kering
- Dilakukan penyemprotan sampel dengan alkohol 70%
- Disimpan sampel di amplop cokelat

Hasil

17
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

Herbarium Simplisia
4.2 Pembahasan
4.2.1 Herbarium
Herbarium berasal dari bahasa kata hortus dan botanicus, artinya kebun
botani yang dikeringkan. Herbarium merupakan suatu specimen dari bahan
tumbuhan yang telah diawetkan melalui metode tertentu dan dilengkapi dengan
data-data mengenai tumbuhan tersebut. Herbarium merupakan tempat
penyimpanan tanaman yang diawetkan dengan cara dikeringkan (Steenis, 2003;
Onrizal, 2005).
Herbarium terbagi atas dua yaitu herbarium basah dan herbarium kering.
Pada Praktek Kerja Lapangan kali ini kami membuat herbarium kering.
Herbarium kering adalah awetan yang dibuat dengan cara pengeringan namun
tetap terlihat ciri-ciri morfologinya sehingga masih biasa diamati dan dijadikan
perbandingan pada saat determinasi selanjutnya (Tjitrosoepomo, 2005).
Hal pertama yang dilakukan adalah pengambilan sampel herbarium. Pada
pembuatan herbarium kali ini kami menggunakan tanaman jambu biji (Psydium
guajava). Untuk pengambilan sampel dilakukan pada pukul 09.00-12.00. Menurut
Suharmiyati (2003), pada saat itulah tanaman sedang melakukan proses
fotosintesis dimana penyusun zat di dalam tanaman dalam keadaan bergerak dan

18
tingkat kenaikan zat aktifnya sangat tinggi sehinggan sangat bagus dijadikan
sampel.
Setelah pengambilan sampel, proses selanjutnya yaitu sortasi basah.
Menurut Widhi (2012), sortasi basah adalah kegiatan atau proses pemisahan
bagian-bagian tanaman yang rusak atau tidak layak digunakan sebagai sampel dari
suatu tanaman.
Selanjutnya dilakukan proses pencucian. Sampel dicuci menggunakan air
yang mengalir. Hal ini bertujuan agar kotoran yang menenpel pada tanaman ikut
hanyut dengan air tersebut (Tapundu, 2015).
Selanjutnya dilakukan proses pengeringan dan pengawetan sampel.
Pengeringan dilakukan dengan cara diangin-anginkan sedangkan pengawetan
dilakukan dengan cara dibersihkan menggunakan alkohol 70%. Menurut
Tjitrosoepomo (2007), alasan digunakannya alkohol 70% yaitu untuk
menghilangkan mikroorganisme yang terdapat dalam sampel.
Setelah sampel dikeringkan dan diawetkan, dilakukanlah sortasi kering.
Menurut Onrizal (2005), sortasi kering dilakukan untuk memisahkan benda-benda
asing yang tidak diperlukan yang menempel pada sampel yang dapat merusak
kualitas sampel tersebut.
Setelah itu dilakukan pengepakan sampel. Pengepakan tersebut dilakukan di
atas kardus yang telah dilapisi dengan kertas koran yang direkatkan menggunakan
selotip. Menurut Mulyani (2011), alasan menggunakan kertas koran yaitu sebagai
wadah untuk meletakkan sampel serta mempercepat proses pengeringan karena
meilhat sifat kertas koran yang mudah menyerap air dan lembab. Adapun pada
proses penempelan, daun pada tanaman utuh ditempel secara bolak-balik untuk
mengetahui ciri morfologi tanaman secara keseluruhan. Setelah sampel
ditempelkan pada koran, sampel ditutup kembali dengan menggunakan kertas
koran untuk mempercepat proses pengeringan.
Setelah itu dilakukan proses pengepresan, sampel dipres menggunakan sasak
bambu yang diikat menggunakan tali jepang. Alasan menggunakan sasak yaitu
untuk menjaga bentuk dari sampel agar tetap sama seperti bentuk aslinya dan
tidak rusak.

19
Selanjutnya herbarium disimpan pada suhu kamar terkendali, yaitu 15°C-
30°C. Karena suhu penyimpanan herbariumperlu dijaga, apabila suhu yang terlalu
tinggi atau rendah akan mengakibatkan bahan menjadi rusak atau terserang jamur.
Ruang penyimpanan harus bersih, udara cukup dan bercentilasi (Herawati, 2012;
Matnawy, 1994).
4.2.2 Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan untuk obat dan belum
mengalami pengolahan apapun, kecuali dinyatakan lain merupakan bahan yang
dikeringkan (Depkes RI, 1989).
Simplisis ada 3 macam yaitu simplisia nabati, simplisia hewani, dan
simplisia pelican atau mineral. Simplisia yang akan dibuat adalah simplisia nabati.
Simplisia nabati adalah simplisia berupa tanaman utuh, bagian tanaman dan
eksudat tanaman (Dirjen POM, 1979).
Pada Praktek Kerja Lapangan ini sampel yang kami ambil adalah daun
awar-awar (Ficus septica Burm F. Folium), buah bandotan (Ageratum conyzoides
L. Fructus), biji awar-awar (Ficus septica Burm F. Semen), batang tembelekan
(Lantara camara Linn Caulis), dan daun pandan hutan (Pandanus odoratissimus
L.f. Folium).
Hal pertama yang dilakukan adalah pengumpulan sampel yang akan dibuat
menjadi simplisia srbuk dan juga simplisia haksel.
Tumbuh-yumbuhan di atas didapat dalam keadaan masih segar. Dalam
pembuatan simplisia ada beberapa langkah yang harus dilakukan yaitu panen,
sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering pengawetan, dan
penyimpanan.
Langkah pertama adalah proses panen daun awar-awar (Ficus septica Burm
F. Folium). Pengambilan daun awar-awar (Ficus septica Burm F. Folium)
dilakuka pada pukul 09.00 sampai 12.00 karena pada pukul tersebut tanaman
mengalami fotosintesis sehingga banyak mengandung zak aktif (Agoes, 2007).
Cara pengambilan dilakukan dengan car pemangkasan menggunakan
pisau/gunting bersih . kecuali bahan yang mengandung minyak atsiri tidak bias
dipotong menggunakan alat yang berbahan logam. Karena bebrapa bahan logam

20
rentan terhadap minyak atsiri itu sendiri. Biasanya minyaka akan terlihat gelap
dan berwarna kehitaman atau sedikit sehijauan akibat kontaminasi dari logam
tersebut (Darmawan, 2013).
Sampel selanjutnya yang dipanen adalah buah bandotan (Ageratum
conyzoides L. Fructus). Buah bandotan dipanen dengan cara dipetik dan diambil
pada saat buah telah matang ditandai dengan berubahnya warna buah bandotan
dari putih ke hijau. Karena pada saat itulah zat aktif yang ada di dalammnya sudah
terbentuk sempurna (Wahyu, 2014).
Pengambilan sampel berikutnya adalah biji awar-awar (Ficus septica Burm
F. Semen). Pemanenan biji dilakukan pada saat saat buah sudah matang sempurna.
Karena pada saat itu kandungan zat aktif dalam biji sudah terbentuk sempurna dan
kandungan air dalam biji sudah berkurang sehingga biji sudah siap untuk ditanam
kembali (Bambang, 2014).
Selanjutnya yaitu proses pemanenan pada batang tembelekan (Lantara
camara Linn Caulis). Batang dipanen dengan cara dipotong dari cabang utama
sampai leher akar, yang dipotong-potong dengan panjang dan diameter tertentu.
Pemanenan batang dilakukan saat tanaman sudah cukup umur. Saat panen yang
paling baik adalah pada awal musim kemarau. Menurut Soepardi (1983), pada
musim kemarau proses pengankutan zat hara dari tanah ke seluruh tubuh
tumbuhan berkurag sehingga zat aktif yang dibutuhkan tertumpuk di batang.
Pengambilan sampel berikutnya adalah daun pandan hutan (Pandanus
odoratissimus L.f. Folium). Cara pemanenan dau dilakukan dengan cara
pemangkasan menggunakan pisau atau gunting yang bersih, kecuali untuk daun
yang mengandung minyak atsiri. Daun yang diambil yaitu daun ke 3-5 dari pucuk.
Menurut Hermawati (2012), jika diambil daun 1-2 dekat pucuk (daun muda) zat
aktif yang terkandung di dalamnya belum terbentuk sempurna sedangkan bila
diambil daun di atas 5 dari pucuk daun tersebut sudah terlalu tua dan sudah
dimakan oleh serangga sehingga zat aktif yang terkandung di dalamnya telah
berkurang.
Setelah proses pemanenan dilakukan sortasi basah. Sortasi basah dilakukan
pada saat tumbuhan masih segar dengan tujuan untuk memisahkan kotoran-

21
kotoran atau daun-daun yang tidak layak dijadikan sebagai simplisi karena sudah
terserang ole hama.
Setelah bahan disortasi kemudian dilakukanlah proses pencucian di bawah
air yang mengalir. Menrut Nuhroho (2008), tujuan sampel dicuci dengan air yang
mengalir yaitu agar kotoran-kotoran dan debu yang menempel pada sampel dapat
ikut serta terbawa oleh air tersebut.
Setelah itu dilakukan proses perajangan. Proses perajangan dilakukan untuk
mempermudah proses pengeringa. Menurut Dapundu (2015), semakin kecil
ukurang partikel semakin besar luas permukaan sehingga semakin besar peluang
sampel untuk kontak langsung dengan udara.
Sampel yang dirajang tidak bisa terlalu tebal maupun terlalu tipis. Menurut
Sumardi (2002), jika sampel dirajang terlalu tebal maka akan membutuhkan
waktu pengeringan yang sangat lama sehingga besar kemungkinan sampel
tersebut akan ditumbuhi jamur sedangkan jika rirajang terlalu tipis maka bisa saja
senyawa yang ada di dalam tanaman tersebut akan mudah terdegradasi sehinggan
senyawa yang ada di dalamnya akan menghilang.
Setelah itu dilakukan proses pengeringan. Pengeringan dilakukan untuk
mendapatkan awetan yang tahan lama. pengeringan terbagi menjadi dua yaitu
secara alamiah dan buatn. Pengeringan seraca alamiah dilakukan dengan cara
dikeringkan langsung di bawah sinar matahari maupun hanya diangin-anginkan.
Sedangkan pengeringan secara buatan yaitu diakukan dengan cara pengeringan
menggunkan oven (Budhi, 2008).
Setelah sampel dikeringkan dilakukan kembali sortasi kering. Sortasi kering
adalah penyortiran ulang pada tanaman yang sudah dikeringkan agar sisa-sisa
kotorang yang masih menempel pada tanaman tidak terbawa saat akan dikemas
(Haidar, 2015).
Setelah sortasi kering kemudian dilakukan pengawatan dengan cara
penyemprotan alkohol 70% menggunakan botol semprot. Menurut Susanti
(2005), penggunaan alkohol bertujuan untuk membunuh mikroba yang adal pada
tanaman dan dapat mempercepat pengeringan.

22
Setelah itu dilakukan pengemasan. Simplisia yang sudah kering tersebut
kemudian dikemas menggunakan amplop coklat. Pengemasan tersebut dilakukan
agar tanaman tersebut tidak terkena sinar matahari dan kontak dengan lingkunan
yang memungkinkan terjadinya kerusakan pada simplisia tersebut (Hariana,
2007).

23
BABV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Tanaman obat atau sampel tanaman obat yang kita dapatkan di lokasi pkl
tersebut, itu bisa dijadikan sebagai media informasi yang baru bagi kami yang
nantinya akan di bawa ke laboratorium untuk diteliti senyawa yang terkandung di
dalamnya yang bisa memberikan khasiat sebagai obat.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Asisten:
1. Diharapkan agar kerja sama antara asisten dengan praktikan lebih
ditingkatkan denganbanyak memberi wawasan tentang Praktek Kerja
Lapangan Farmakognosi (Simplisia) ini.
2. Hubungan asisten dengan praktikan diharapkan selalu terjaga
keharmonisannya agar dapat tercipta suasana kerja sama yang baik.
5.2.2 Saran Untuk Praktikan:
1. Untuk praktikan diharapkan lebih banyak menguasai materi mengenai
Praktek Kerja Lapangan Farmakognosi (Simplisia) ini.
2. Praktikan diharapkan dapat tepat waktu dalam mengantar tugas dan lainnya
sebagainya.
3. Praktikan diharapkan dapat bekerja sesuai dengan prosedur yang telah di
tetapkan agar mendapatkan hasil yang maksimal.
5.2.3 Saran Untuk Praktikan Selanjutnya:
1. Praktikan selanjutnya diharapkan dapat menguasai materi mengenai Praktek
Kerja Lapangan Farmakognosi (Simplisia).
2. Bila sedang praktik jangan sambil bercanda dan patuhi tata tertib yang
berlaku.
3. Bertindaklah dewasa dalam hal pola pikir dan perilaku agar pelaksanaan
PKL dapat berjalan dengan baik dan lancar.
4. Praktikan diharapkan membawa alat dan bahan yang sudah ditetapkan.

24
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
1. Alat Dan Bahan
a. Alat dan bahan herbarium
1). Alat
No Nama Gambar Kegunaan
1 Bambu Untuk menahan
sampel herbarium
agar tertahan dengan
baik
2 Dos Untuk tempat
menahan sampel
pada sasak.

3 Gunting Untuk mengunting


sampel atau bahan
lain

4 Kater Untuk memotong


kardus dan sampel
yang terlalu besar.

5 Koran Untuk tempat


menempel sampel.

6 Parang Untuk memotong


bambu yang akan
digunakan sebagai
sasak.

25
2). Bahan
No Nama Gambar Manfaat
1 Alkohol Sebagai antiseptik
pembunuh bakteri

2 Kapas Untuk
mengoleskan
alkohol pada
sampel.
3 Lakban Untuk mengepres
dos.

4 Selotif Untuk menahan


sampel pada koran

5 Tali Untuk mengikat


bambu.

26
b. Alat dan bahan simplisia
1). Alat
No Nama Gambar Kegunsaan
1 Botol Untuk
semprot menyemprotkan
alkohol pada sampel

2 linggis Untuk mengambil


sampel seperti umbi-
umbian.

3 Parang Untuk mengambil


sampel yang
berukuran besar.

4 Kater Untuk merajang


sampel yang
bertekstur agak keras
dan besar.
5 Gunting Untuk merajang dan
memotong

27
2). Bahan
No Nama Gambar Manfaat
1 Alkohol Sebagai
antiseptik
pembunuh kuman

2 Amplop coklat Sebagai tempat


simplisia yang
telah dirajang

28
LAMPIRAN 2
2. SEKEMA KERJA
a. Sekema kerja herbarium

Memanen sampel Sortasi basah Pengeringan


sampel

Pengolesan
Pengepresan Penempelan
alkohol dan
sasak sampel pada
sortasi kering
sasak

Pengepakan dan
penyimpanan.

29
b. Skema kerja simplisia

Sortasi basah dan Perajangan


Pemanenan
pencucian
sampel

Memasukan Penyemprotan Pengeringan dan


sampel pada alkohol pada sortasi basah
amplop coklat sampel

Penyimpanan

30
LAMPIRAN 3
 Tugas pendahuluan herbarium
1. a. Jelaskan pengertian farmakognosi menurut 5 literatur indonesia dan
inggris
 farmakognosi adalah cabang ilmu farmakologi yang mempelajari
sifat sifat tumbuhan dan bahan lain yang merupakan sumber obat
(wero sujati, 2016).
 Farmakognosi adalah ilmu yang mempelajari tentang bagian-
bagian tanaman atau hewan yang digunakan sebagai bahan obat
(joyca l.kee, 1996).
 Salah satu ilmu yang mempelajari tentang bagian bagian tanaman
atau hewan yang dapat digunakan sebagai obat alami yang telah
melewati berbagai mcama uji seprti uji toksikologi, uji farmasetika
(depkes RI, 2004)
 Farmakognosis adalah bagian biofarmasi, biokimia dan kimia
sintesa sehingga ruang lingkup nya menjadi luas seperti yang
diuraikan dalam definisi (Betram g katzing, 2011).
 Farmakognosis adalah imu yang mempelajari ilmu terapan yang
membahas obat alamiah dan konstituennya dari segi pandang
biologi dan biokimia yang berasal dari tanaman dan hewan yang
dapat dijadikan sebagai obat (Ganzinger. 1982).
 The subject of pharmacognosy deals with natural product , used as
drug or for the production dan discovery of drugs ( samuellson,
1999)
 Pharmacognosy is multidicipunary subject when compisud parts of
botani, organik chemistry, biologis and phamarkologi (samuelsson,
1991)
 Phamarcognosy a study of natural product and their appocation in
the improven of health (penzzetu, 2005)
 Pharmacognosy is the branch of pharmacology that studies drugs
in their and natural states ( I.E cook, 2011)

31
 Pharmacognosy which uterally means studingmedications of
natural sources has been a part medical dan saences firts to healt
(kacena manhe, 2011).
b. jelaskan manfaat mempelajari farmakognosy bagi ilmu pertanian, peternakan,
kimia, fisika, biologi, ekonomi dan perikanan beserta 7 manfaat.
1. Pertanian (nasution, 1986)
a). Membantu dalam menentukan terutama bahan tanaman yang dapat dibuat obat.
b). Dapat menemukan berbagai obat dan pengobatan tanaman untuk penyakit.
c). Dapat menemukan bibit unggul tanaman obat yang bisa meningkatkan
produksi tanaman obat.
d). Dapat mengungkapkan rahasia proses proses kehidupan pemeriksaan sifat dan
gen sehingga dapat digunakan untuk merubah sifat-sifat pada tanmaan obat
menjadi unggul
e). Lahan pertanian yang luas dapat dijadikan budidaya berbagai jenis tanaman
obat
f). Tanah yang subur akan mendukung terciptanya tanaman utuh
g). Perawatan dan pemberian pestisida yang sesuai
2. Peternakan (Widyanigsih, 2015)
a). Salah satu bahan baku yang dapat dijadikan obat yaitu hewan
b). Penggunaan cacing tanah sebagai obat types
c). produksi protein berasal dari hewan tanah yang memiliki manfaat
d). Pemelihaaran terhadap hewan ternak yang baik
e). Dapat dijadikan sebagai penelitian senyawa baru yang terkandung
f). Pemberian vaksin pada hewan ternak agar terhindar dari penyakit
g). Ekstrasi gluksoma dari ceker ayam
3. perikanan (marina, 2011)
a). Eksplorasi pencarian senyawa baru dengan menggunakan biota laut
b). Eksplorasi biota laut sebagai bahan baku obat
c). Limbah perikanan seperti sisik dan tulang dapat diubah menjadi kolagen
d). Peningkatan produksi dibidang pengolahan
e). Penggunana biota laut sebagai sampel

32
f). Pemanfaatn ikatan laut sebagai alternatif sumber obat-obatan
g). Ekstrasi minyak ikan dari minyak dan lemak
4. Fisika ( Steceey, 2004)
a). sebagian besar obat modern mengandung 50% tanaman yang berhubungan
dengan kelarutan
b). Analisa sifat-sifat fisika obat yang diperoleh dari tumbuhan
c). Kecepatan absorbsi suatu obat ditubuh
d). Membantu informasi tenatng sifat kimia obat
e). Pelepasan obat zat aktif pada tubuh
f) sifat fisika dari berbagai zat dapat dibuat sediaan
g). Kestabilan sediaan agar obat tetap berkualitas
5. Kimia (siregar, 2006)
a). Menggembangkan ilmu kimia dalam bahan alam yang dibuat obat
b). Memodifikasi sumber senyawaa untuk mneghasilkan senyawa dengan sifat
kimia
c). proses pembuatan zat secara sintesis
d). Penggunaan simplisia sebagai sediaan gelanik
e). Analisa sifat-sifat kimia obat dari rumbuhan
f). Penelitian terhadap proses dari reaksi kimia
g). Menganalisis zat-zat aktif dari suatu ekstrak tumbuhan
6. Biologi (Sutyatno, 2004)
a). Dapat menghasilkan berbagai obat-obat yang dibutuhkan
b). Memiliki penyakit yang dapat diobati
c). memasukkan perkembangan obat-obatan
d). Membantu biologis dalam pembuatan senyawa obat
e). Membantu dlam menemukan spesies tanaman dan hewan menjadi obat
f). Memahami biologis dalam pembentukan organ dan sel tumbuhan
g). Meningkatkan mutu kesehatan.
7. Ekonomi (Setyawa, 2004)
a). Penentuan pemiliihan terapi bagi pasien
b). Menetapkan tumbuhan obat menjadi fitofarmaka

33
c). pembuaatn jamu dapat memperluas lapangan kerja
d). Menciptakan penemuan baru dari penelitian
e). Peningkatan kualitas tanaman obat
f). Pembagian penemuan baru tumbuhan obat dan manfaatnya
g). Memperkenalkan tumbuhan obat kenegara lain dengan cara pemasaran.
2. a. Jelaskan pengertian herbarium 5 literatur indonesia dan 2 inggris
1). Herbarium berasal dari kata “hartus dan botencus” artinya kebun botani yang
dikeringkan secara sederhana yang dimaksud dengan herbarium adalah spesimen
yang telah dimatikan kemudian diawetkan biasanya disusun sistem klasifikasi
(Onrizal, 2005)
2). Herbarium merupakan suatu spesimen dari bahan tumbuhan yang telah
dimatikan dan diawetkan melalui metode tertentu dan dilengkapi dengan data-data
mengenai tumbuhan (steenis, 2003)
3). Herbarium adalah karya referensi 3 dimensi, herbarium bukan hanya
mendefinisikan suatu pohon namun segala sesuatu dari pohon ( Staceey, 2004)
4). Herbarium adalah tempat penympanan sebuah koleksi spesimen tanaman
tumbuhan kering dan basah (Moenandir, 1996)
5). Herbariuam adalah salah satu sumber pembelajaran yang penting dalam ilmu
biologi tumbuhan sekaligus koleksi barang kering yang dibuat berdasarkan
prosedur tertentu (Hyaam, 2012)
6). Herbarium a special a kind of natural, can also be reginde ad datawith a
quantitas of row data each specimen her information of vegetation ( Rollins, 1965)
7). A herbarium is collection of plants samples with associated data press for long
team study there material may include plants (Bridson, 1998)
b. jelaskan 5 tujuan herbarium
menurut Onrizal (2005)
1. Sebagai pusat referensi yaitu sumber utama untuk mengidentifikasi
tumbuhan bagi para ahli taksonomi.
2. Sebagai lembaga dokumentasi yaitu koleksiyang mempunyai nilai sejarah
seperti tipe tumbuhan penemuan baru yang memiliki ekstral.
3. Sebagai pussat penyimpanan data

34
4. Material herbarium sangat penting sebagai koleksi identifikasi
5. Material pelajaran botani
c. jelaskan penggolongan dari herbarium menurut 3 literatur
a). Herbarium kering
1. herbarium kering adalan pengawetaan yang dibuat dengan cara pengeringan
namun tetap terlihat ciri-ciri morfologinya sehingga masih bisa diamati dan
dijadikan perbandingan (Andium, 1990)
2. herbarium kering adalah awetan yang dibuat dengan cara pengeringan namun
tetap terlihat morfologinya sehingga dapat diamati (Steenis, 2003)
3. herbarium kering merupakan material herbarium yang telah diawetkan dengan
cara dikeringkan (Dujuti, 1992)
b) Herbariu basah
1. Herbarium basah adalah spesimen tumbuhan atau hewan yang telag diawetkan
disimpan dalam suatu larutan yang dibuat dari komponen macam zat komposisi
yang berbeda (tata soepomo, 2005)
2. herbarium basah adalah spesimen tumbuhan yang telah diawetkan disimpan
dalam suatu larutan yang dibuat dari kompisisi berbeda-beda , contohnya tomat.
(purmawanty, 2012)
3. herbarium basah adalah awetan dari suatu hasil ekplasi yang mudah di
identifikasi dan ditanam bukan pada habitat aslinya (Steenis, 2003).
3. a jelaskan syarat tanaman yang dapat diherbairum 5 literatur
1). Menurut sukardiman (2014)
a). Harus mempunyai organ yang penting untuk dideterminasi sperti buah, bunga,
dan biji
b). Tumbuhan tidak rusak oleh serangga
c). tumbuhan herba yang tingganya kecil dari 40 cm diambil lengkap
d). Tumbuhan yang semi parasit maka inangnya pu diambil
2). Menurut Gembong (1997)
a). Tanaman yang digunakan yaitu tanaman yang segar dan mudah diawetkan
3). Menurut maranung (2012)
a). Harus lengkap organ tumbuhan

35
4). Menurut Widhi (2012)
a). Spesimen yang telah dewasa, tidak terkena penyakit
b. jelaskan bagaimana teknik pengambilan sampel herbarium
1). Menurut Widystuti (2004)
- bagi tanaman panen dilakukan saat bagian atas menua
- daun dipungut sewaktu proses fotosintesis
- bunga dipetik selagi kuncup
- biji dipungut saat buah telah masak
- kulit diambi; sewaktu bertunas
2). Menurut Prasetyo dan inonan (2013)
- pengambilan biji ketika buah mengering dan pecah
- buah ketiak masak
- panen daun saat fotosintesis
- kulit batang ketika cukup umur
- umbi lapis ketika besar
- Rimpang saat musim kemarau
- akar saat pertumbuhan terhenti
3). Menurut Emilen, tonny (2011)
- pengumpulan panen dilakukan dengan tangan dan mesin, apabila pengambilan
secara langsung pemetikan maka harus keterampilan sistematik, jang
menggunakan alat yang terbuat lagi logam saat pengambilan rimpang
mengandung senyawa tertentu
4). Menurut Depkes RI (1985)
- daun diambil sewaktu tanamana bunga dan sebelum buah masak, tanaman yang
berfotosintesis diambil pada jam 09.00- 12.00.
- bunga sebelum mekar
- buah dipetik dalam keadaan tua
- biji dikumpulkan dari buah masak
- akar, rimpang dan umbi lapis ketika proses pertumbuhan terhenti.
5). Menurut Setyawam (2005)

36
- pengambilan sampel diambil ketika sampel sedang terjadi fotosintensis terutama
dibagian daun karena terdapat senyawa aktif dalam jumlah besar.
c. sebutkan 10 hal penting yang perlu dalam herbarium
1. mengambil sampel dengan teknik yang besar
2. memperhatikan waktu pengambilan sampel
3. mensortasi sampel dengan teliti baik basah dan kering
4. mengikuti tahap tahap dengan benar
5. menyesuaikan ukuran sasak dengaan ukuran tanaman
6. mempehatikan tempat penyimpanan sasak
7. meneliti kembali bambu yang akan digunakan
8. mencuci sampel dengan bersih
9. mengeringkan sampel
10. sampel dijaga agar terhindaru dari kotoran
4. a. Jelaskan pengertian sasak mneurut 3 literatur
1). Sasak atau pengepresan merupakan anyaman bambu atau papan serta kertas
koran dengan potongan kardus, terdapat etiket gantung yang mencakup
keterangan ( Lipi, 2010)
2). Sasak adalah alat press yang terbuat dari bambu atau kayu dengan ukuran
tertentu yang akan digunakan dalam pengepresan tumbuhan (Rusli, 2009)
3). Menurut KBBI sasak adalah anyaman ( bilah bambu) kasar untuk pagar dan
sebagaunya dimana disusun menjadi satu.
b. jelaskan 3 fungsi sasak dalam herbarium (3 literatur)
1. menurut Triharso (1996)
a). Media pengeringan herbarium
b). Media sirkulasi udara
c). mengurangi kadar kelembaban pada spesimen
2. menurut Tjirosoepomo (1997)
a). Cara penggepakkan herbarium kering
b). Media mempercepat reaksi pengeringan
c). agar tetap rapi dan aman
3. menurut setaywan dkk (2005)

37
a). Sarana tempat sampel
b). Media perlindungan sampek
c). dapat terjadi sirkulasi udara sehingga sampel aman.
c. sebutkan bahan-bahan yang sering digunakan dalam herbarium
1). Sasak triplesk
- tripleks 60x60 cm
- koran banyak
- lakban
- selotip
2). Sasak bambu
- bambu yang keras dipotong sebanyak 32
- koran bekas
- kardus
- lakban
- gunting
- selotip
- tali
Untuk kedua sasak yang paling terbaik adalah sasak bambu karena memiliki
banyak kelebihan yaitu lebih terjangkau, aman dan mudah didapatkan.
5 a. Kenapa saat pengawetan menggunakan alkohol 70% ( 5 literatur)
1). Pada pelarut campuran alkohol dan air 7: 3 paling sesuai untuk bahan baku
simplisia yang berupa akar, batang dari tanaman ( wijesteker, 1991)
2). Efektifitas alkohol 70% terhadap kuman pada membran dengan
menyemprotkan selama 10 menit mampu mereduksi jumlah kuman sampai 100%
kedalam membran (setywan, 2004)
3). Alkohol 70% dipakai dengan alasan kerja etena dalam merusak sel bakteri
dengan mendenatyarsi protein (sukardin, 2001)
4). Hasil pengolesan angka kuman dan perendaman selama 2 menit menggunakan
alkohol 70% mampu menurukan (jajak sertaso, 2016)
5). Etil alkohol sangat efektif pada kadar 70% dari pada 100% karena tidak
membunuh spora (Gupte, 1990)

38
b. sebutkan cairan pelarutan untuk herbarium basah 7 literatur
1). Formalin, Asam Asetan, Alkohol ( H Sudjaminah, 2012)
2). Aquadets, Formalin, asam cuka, alkohol, gliserin (manarul, 1989)
3). Alkohol, Aquadets, gliserin (widy, purwanto, 2012)
4). Formalin (Tim penyusun farmasi, 2008)
5). Aquadets, formalin asam cuka (parastyo, 2007)
6). Formalin alkohol ( setyawan dkk, 2005)
7). Alkohol, gliserin, formalin 50% ( widhi astuti, 2011)
c. sebutkan kompisi cairan pengawet , jika cairan lebih dari satu pelarut.
1). Fiksasi untuk molusca dengan formalin 2-4% yang dinetralkan dengan boraks
dan larutan brown. Formalin diencerkan dengan air laut, sampel dimatikan
direndam selama 1-2 hari. Untuk koleksi basah spesimen harus dibungkus dengan
kapas atau kain yang telah direndam dalam formalin 2% dan alkohol 70%
kemudian dimasukkan kedalam kantung plastik. (Pratiwi, 2009)
2). Larutan umum yang dipakai untuk koleksi basah yaitu alkohol 95% sebanyak
3500 ml ( 70%) dan Aquadets 100 ml ( 30%) sehingga total 500 ml dan larutan
terdiri dari dari gliserol 250 ml (purnawaty, 2012)
3). Penambahan bahan pengawet dengan komposisi sukrosa dan asam sitrat (irani,
2009)
6 a. Jelaska perbedaan Herba, Herbal dan herbarium 5 literatur
1) Herba adalah tumbuhan yang memilki ciri dengan batang yang lunak
karena tidak membentuk kayu memiliki tinggi kecil dari 2 m, termasuk
kedalam jenis rumputan sayuran seperti bayam (wiwindo, 2011)
2) Herba adalah tumbuhan terna ( KBBI, 2015)
3) Herba adalah semua tumbuhan yang memiliki tinggi 2 m kecuali
permukaan pohon diatas permukaan tanah , siklus hidup yang pendek
dengan jaringan yang lunak ( Wilson, 1962)
4) Herba adalah tumbuhan yang memiliki organ tumbuhan yang tidak tetap
diatas permukaan tanah yang ditemukan dihutan pedalaman (richard,
1981)

39
5) Herba adalah tumbuhan yang memiliki akar dan batang didalam tanah
yang tetap hidup didalam tanah walaupun musim kering (sowardo, 1992)

1) Herbal menurut WHO adalah tanaman yang bagian daun, bunga, biji, akar,
batang, kulit kayu dapat difregmentasikan
2) Herbal adalah tanaman yang memiliki khasiat obat dan digunakan sebagai
obat dan penyembuhan maupun dalam pencegahan penyakit ( A, setiawan
2011)
3) Herbal adalah tanaman atau produk yang mempunyai kegunaan atau nilai
lebih dalam pengobatan (Nurul, 2015)
4) Herbal adalah product yang ditemukan di alam yang berasal dari
tumbuhan (gede cahyani, 2015)
5) Herbal adalah tumbuhan yang mempunyai kegunaan nilai lebih untuk
pengobatan (ide bogor, 2017)

1). Herbarium berasal dari kata “hartus dan botencus” artinya kebun botani yang
dikeringkan secara sederhana yang dimaksud dengan herbarium adalah spesimen
yang telah dimatikan kemudian diawetkan biasanya disusun sistem klasifikasi
(Onrizal, 2005)
2). Herbarium merupakan suatu spesimen dari bahan tumbuhan yang telah
dimatikan dan diawetkan melalui metode tertentu dan dilengkapi dengan data-data
mengenai tumbuhan (steenis, 2003)
3). Herbarium adalah karya referensi 3 dimensi, herbarium bukan hanya
mendefinisikan suatu pohon namun segala sesuatu dari pohon ( Staceey, 2004)
4). Herbarium adalah tempat penympanan sebuah koleksi spesimen tanaman
tumbuhan kering dan basah (Moenandir, 1996)
5). Herbariuam adalah salah satu sumber pembelajaran yang penting dalam ilmu
biologi tumbuhan sekaligus koleksi barang kering yang dibuat berdasarkan
prosedur tertentu (Hyaam, 2012)
b. jelaskan mengapa pengambilan sampel dilakukan dijam 9-12 ( 3 literatur)

40
1). Pengambilan sampel yang dilakukan pada pukul 09.00- 12.00 pagi karena pada
saat inilah tanaman terdapat banyak senyawa aktif dalam jumlah besar (
manarung, 2015)
2). Pemanenan harus dilakukan pada saat tanaman terdapat banya senyawa aktif
yaitu saat proses foto sintesis berlanngsung
3). Pengambilan sampel pada jam 09.00- 12.00 saat proses fotosintesis dimana
penyusun zat didalam tanaman tersebut dalam keadaan banyak sehingga bagus
untuk sampel (widhi, 2012)
c. mengapa pengambilan sampel yang mengandung minyak atsiri tidak dapat
mengunakan logam (3 literatur)
1). Penyimpanan pada wadah logam dapat menyebabkan logam reaktan terhadap
minyak atsiri sehingga dapat warna maupun orama minyak dapat berubah
(sastrowidjo, 2004)
2). Minyak atsirh yang disimpan dalam logam dapat berubah warna dari kuning
menjadi kecoklattan karena adanya reaksi dari logam
3). Minyak atsiri akan terlihat kecoklatan akibat kontaminasi dari logam Fe dan
Cu dan berpengaruh pada sifat fisika dan kimia minyak (Harmoni, 1989)
7 a. Jelaskan masing-masing dari kondisi berikut :
a). Untuk rimpang dijadikan sampel dapat diris melintang dan membujur dibagian
tepi dengan ketebalan 3-5 cm dan ditempelkan dengan sisi depan dan belakang
akan terlihat kedua sisinya.
b). Untuk tumbuhan panjang dapat dipotong dengan membujur agar menyerong
dipisah menjadi 3 bagian aga mudah disambungkan kembali (susilo,2005)
c). Bawang dapat dengan herbarium basah sampel dibelah menjadi membujur dan
melintang agar nampak struktur kemudian dimasukkan kedalam toples yang
terdapat pengawet (wirna, 2012)
d) jika sampel memiliki daun yang banyak dan berukuran lebih panjang maka
dapat dapat ditata dengan baik (wirna,2012)
e). Memiliki buah dapat dibelah menjadi dua dengan posisi melintang atau
membujur untuk melihat bagian dalam dengan menggunakan herbarium basah
(horwa, 2011)

41
b perbedaan pengawetan herbarium basah dan kering
1). Herbarium kering diawetkan dengan pengeringan namun tetap terliaht ciri-ciri
morfologinya sehingga masih dpat diamati sedangkan herbarium basah digunakan
untuk spesimen yang berair dan lembek seperti buah (Setyawa et al, 2004)
2). Awetan spesimen kering dengan cara proses pengeringan sedangkan untuk
herbarium basah dengan cara merendam kedalam larutan pengawet baik itu
hewan maupun tumbuhan yang bertekstur keras ( lawrence, 1951)
3). Pengawetan basah dan kering dapat dilakukan. Untuk pengawetan bervariasi
tergantung dari sampel, organ tumbuhan seperti buah biasanya diawetkan basah
dengan formalin sedangkan daun, batang dan akar dengan proses pengeringan.
c. cara pembuatan hebarium kelebihan dan kekurangan
a) cara pembuatan herbarium menurut yos de lopes ( 2014)
1). Ambil salah satu tanaman atau bagian tanaman sebagai sampel
2). Cara 1 : masukkan tanaman pada sasak bambu yang telah dibuat dan
dikeringkan dengan penjemuran
3). Cara 2 : atur posisi tanamana pada koran , lapisi lagi dengan koran sebanyak
mungkin kemudian tutup dengan tripleks
4). Tanaman dikatakan kering jika sudah cukup kaku
5). Tanaman yang akan dibuat herbarium sebaiknya lengkap
6) tempelkan tanaman yang telah dikeringkan pada koran
7) lengkapi dengan keterangan
b) cara pembuatan herbarium basah
1) siapkan spesimen yang akan diawetkan
2). Sediakan formulasi pengawet yang telah diencerkan
3) masukkan spesimen yang telah ada kedalam botol
4) tutup rapat botol dan kemudian beri label nama dan keterangan mengenai
spesimen tersebut
c) kelebihan dan kekurangan herbarium kering
1) kelebihan
- dapat bertahan lama hingga ratusan tahun (wibowo, 2007)
- dapat dipakai jangka waktu yang lama (setyawan dkk, 2005)

42
- dapat disimpan dalam waktu lama (moenandir, 1996)
- dapat dijadikan sebagai referensi (Ramdahni, 2003)
- dapat tahan lama ( setyawan , 2004)
2) kekurangan
- tanaman yang dikeringkan beresiko hancur ( wibowo, 2007)
- mudah rusak (Rahmdani, 2007)
- spesimen mudah mengalami kerusakkan (moenandir, 1996)
- mudah rusak jika perawatan kurang (leverty ,2004)
- tidak bisa untuk spesimen yang basah, berair dan lembek ( setyawan, 2005)
d. kelebihan dan kekurangan herbarium basah
1) kelebihan
- dapat digunakan untuk spesimen yang berair, lembek seperti buah dan biota laut
(Nasution, 1986)
- tanaman yang diawetkan tidak mudah rusak (moenandir, 1996)
- proses pembuatan tidak terlalu panjang (Tjrosoepomo, 1996) mudah
- mudah dalam proses pembuatan (susilo, 2005)
- tanaman yang digunakan tidak mudah rusak (stancey , 2004)
2) kekurangan
- ciri-ciri morfologinya sulit diamati (steenis, 2003)
- tidak dapat bertahan lama (nasution, 1986)
- spesimen sulit dilihat secara langsung ketika warna larutan pengawet menjadi
keruh
- botol harus disimpan ditempat yang aman (moenandir, 1996)
- spesimen mudah rusak karena tidak akan bertahan lama (steceey, 2004)
 Tugas pendahuluan simplisia
1. Jelasakan pengertian ; 5 lit
a - Simplisia
- Serbuk
- Haksel
- Obat tradisional
- OHT

43
- Fitafarmako
Jawab :
1. aSimplisia.
 Simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum
mengalami perubahan proses apapun dan kecuali dinyatakan lain umumnya
berupa bahan yang telah dikeringkan. (Dirjen POM, 1979).
 Simplisia adalah bahan alami yang dipakai sebagai obat yang baru
mengalami proses setengah jadi, seperti penyaringan (Prasetyo dan dan
enteng, 2013)
 Simplisia adalah bentuk sajian tanaman obat yang belum tercampur dan
belum diolah tetapi sudah bersih, kering dan siap direbus (Adi, 2003).
 Simplisia adalah bentuk rajang tanaman obat yang belum tercampur (Agro,
2003).
 Simlisia adalah istilah yang dipakai untuk menyebut bahan-bahan obat yang
alam yang masih berada dalam wujud aslinya atau belum mengalami
perubahan bentuk (Bunawan, 2010).
Haksel.
 Haksel adalah bagian tanaman seperti akar, batang dan bunga, biji dan lain-
lain yang dikeringkan tapi belum dalam bentuk serbuk (Depkes, 1979).
 Haksel adalah bagian-bagian dari tanaman yang memiliki cara pemeriksaan
mikroskopik, organdipetik dan mikroskopik (Itanna, Anis, 2006).
 Haksel adalah obat yang berasal dari tanaman yang dapat menyembuhkan
(Amin,dkk, 2009)
 Haksel adalah suatu bagian dari tanaman contoh seperti akar, batang, dan
lain-lain yang sudah mengalami proses pengeringan dan belum dalam
bentuk serbuk (Herbie, 2005).
 Haksel adalah bagian tanaman masih dalam bentuk serbuk dan sudah
dikeringkan (Fauziah, 2003).
Serbuk.
 Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan
(Dirjen POM 1979).

44
 Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan
ditunjukkan untuk pemakaian oral dan topical (Dirjen POM, 1959).
 Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau bahan kimia yang halus
terbagi-bagi dalam bentuk kering (Ansel, 2008).
 Serbuk adalah sediaan obat dengan partikel halus dan kering yang
digunakan secara dalam maupun luar (Bachenhelmer, 2011).
 Serbuk dapat didekskipsikan sebagai partikel halus yang merupakan hasil
dari penghalusan zat-zat kering (Pulungan, 2004).
Obat tradisional.
 Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, hewan mineral, sediaan serian (galenik) atau campuran dari
bahan tersebut yang secara turun temurun digunakan pengobatan sesua
dengan norma yang berlaku dimasyarakat (Peraturan mentri kesehatan no 6,
2012).
 Menurut WHO obat tradisional merupakan obat yang telah digunakan luas
didunia sejak hampir 20 tahun penggunaan obat tradisional mencapai 60%
dan sekitar 80% dipopulasi negara menggunakan obat tradisional sebagai
pelindungan kesehatan (Kayne, 2010).
 Obat tradisional merupakan obat yang digunakan oleh masyarakat
masyarakat luas karena alami mudah didapatkan serta harga yang murah dan
masyarakat banyak beranggapan bahwa penggunaan obat tradisional lebih
lama daripada obat sintesis(Thomas 1989).
 Obat tradisional adalah obat yang digunakan sehingga alternative layanan
kesehatan yang dapat meringankan kenyataan biaya kesehatan yang tinggi
(wijaya kusuma, 2010).
 Obat tradisional adalah obat yang telah berada dalam masyarakat dan
digunakan secara empiris dapat memberikan manfaat dalam meningkatkan
kesehatan tubuh dan pengobatan sebagai penyakit selain itu obat trdisional
adalahramuan dai berbagai macam jenis dari bagian tanaman yang berhasiat
obat tradisional di indonesia dikenal dengan jamu (Nurhayati, 2008).

45
Obat herbal trdisional
 OHT adalah sediaan obat herbal dengan berbahan baku alam, bahan
bakunya telah ada pembuktian keamanan dan khasiatnya secara alami
dengan uji praklinis (Supriyati, 2014).
 OHT adalah obat bahan alam yang bahan-bahannya sudah dalam bentuk
ekstrak dan dapat keamanan serta khasiatnya telah teruji pada hewan
percobaan dan dikenal sebagai uji praklinik (A.Pribadi, 2009).
 OHT adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan
khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan-bahannya telah
standarisasi (BPOM, 2014).
 OHT adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan
secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan lain telah distandarisasi
(Andikama, 2014).
 OHT adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyaringan
bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral,
untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih komplek
dan berharga mahal ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan
pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan abstrak (Santoso, 1996).
Jamu
 Jamu adalah obat trdisional berbahan alami warisan budaya yang telah
diwariskan secara turun temurun dari generasi untuk kesehatan (Etrina,
2013).
 Jamu adalah tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan
tradisional yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Hermanto, 2013).
 Jamu adlah bahan tradisional yang berisi seluruh bahan tanaman yang
menjadi penyudun tersebut (Mubuk, 2008).
 Jamu adalah tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan
obat yang telah teruji khadiatnya (Wijarilaha 200, 1991).
 Jamu adalah tanaman yang beruba bahan tumbuhan yang dijadikan sebagai
bahan atau ramuan yang bersifat herbal (Mahody, 2001).

46
Fitofarmaka
 Fitofarmaka merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat
disejajarkan dengan obat modern karena proses pemnuatannya yang telah
terstandar ditunjang dengan bukti ilmiah sampai uji klinik pada manusia
(Santoso, 1996).
 Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang dibuktikan keamanan dan
khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik bahan baku serta
produk jadinya telah distandarisasi (BPOM RI, 2004).
 Fitofarmaka merupakan obat trdaisional dari bahan alam yang dapat
disetarakan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah
terstandar ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada
manusia dengan kriteria memenuhi syarat ilmiah profokoi uji yang telah
disetujui pelaksanaan yang kompoien, memenuhi prinsip etika, tempat
pelaksanaan uji memenuhi syarat (Suryawira, 2005).
 Fitofarmaka adalah sediaan obat yang telah dibuktikan keamanan dan
khasiatnya bahan bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang
telah memenuhi persyaratan yang berlaku (Kemenkes, 1992).
 Fitofarmaka adalah obat tradisional yang dapat disejajarkan dengan obat
modrn (Siriga 2008).
1. b Jelaskan perbedaan hal berikut ; 3 lit
 Fungsi dari simlisia untuk penelitian.
 Fungsi simplisia untuk pengobatan.
Jawab :
1. b Fungsi simlisia untuk penelitian.
 Menurut Febriani (2015).
 Menentukan mutu simplisia dalam arti yaitu komposisi senyawa yang
terkandung
 Menentukan kualitas dari senyawa yang terkandung dalam simplisia .
 Mengetahui kelayakan dari simplisia .
 Mengidentifikasi karakter simplisia.

47
 Mengetahui pemanfaatan simplisia sebagai obat tradisional.
 Menurut Khorani (2013).
 Untuk mengetahui pemanfaatan simplisia sebagai obat tradisional.
 Untuk mengetahui kualitas kandungan senyawa apa yang terkandung dalam
simplisia.
 Untuk mengetahui karakterisasi simplisia sehingga dapat menetapkan mutu
dan keamanan dalam menunjang kesehatan.
 Untuk mengetahui kandungan senyawa apa yang terkandung dalam
simplisia.
 Untuk mengetahui aktifitas farmokologi dari simplisia.
 Menurut Salim (2006).
 Agar penelitian mendapat informasi komposisi senyawa yang terkandung.
 Agar penelitian dapat melakukan pemeriksaan karakter meliputi parameter
non spesifik dan spesifik simplisia.
 Agar penelitian dapat menentukan kualitas kandungan senyawa simplisia
yang berpotensi sebsgai obat.
 Agar peneliti mengetahui efek farmokologi dari simplisia.
 Agar peneliti dapat menentukan senyawa-senyawa yang terdapat pada
simplisia.

 Fungsi simplisia unyuk pengobatan.


 Menurut Muhtadi (2008).
 Untuk mendapatkan simplisia dengan kandungan zat yang berhasiat.
 Untuk mendapatkan simplisia yang tidak rusak sehingga dapat diolah
sebagai obat.
 Untuk mendapatkan simplisia ysng bertahan lama agar dapat dgunakan
kapan saja sebagai obat.
 Untuk diolah menjadi produk pengobatan yang dapat meningkitkan kualitas
kesehatan.
 Untuk meningkatkan pengobatan herbal alami.
 Menurut Irawan (2005).

48
 Untuk mendapatkan sumberdaya alam yang berhasiat sebagai obat.
 Untuk menciptakan obat dengan meminimalisir adanya efek samping.
 Untu mengefektikan penggunaan simplisia untuk penyakit yang sulit diobati
secara medis.
 Untuk menciptakan obat multi khasiat tanpa adanya bahan kimia.
 Untuk menciptakan obat dari simplisia yang mudah diperoleh.
 Menurut Utami (2012).
 Untuk meningkatkan pemanfaatan obat alami yang mudah diperoleh
dibandingkan obat kimia.
 Untuk menciptakan obat dengan efek samping yang hampir tidak ada.
 Untuk memperoleh simplisia yang telah lama siap dipakai untuk waktu yang
lama.
 Untuk memperoleh simplisia yang dapat diolah menjadi obat yang dapat
menyembuhkan beberapa penyakit.
 Untuk memperoleh simplisis dengan kandungan zat yang tinggi sehingga
dapat meningkatkan kualitan kesehatan.
2. a).Jelaskan secara lengkap, 3 lit
1) Pengolahan simplisia 5 contoh.
2) Cara penamaan simplisia.
Jawab :
1) Pengolahan simplisia.
 Menurut Depkes RI (1977) : Herbie I (2015).
 Simplisia nabati berupa tanaman utuh bagian tanaman atau eksodet
tanaman.
 Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh bagian hewan
atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat
kimia murni.
 Simplisia pelikan ialah simplisia yang berupa bahan pelikan (mineral) yang
belum dapat diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum
berupa zat kimia murni.
 Menurut BPOM RI (2014).

49
 Simplisia nabati berupa tanaman utuh atau eksodet tanaman adalah sel yang
secara sepontan keluar dari tanaman.
 Simplisia hewani adalah hewan utuh bagian dari hewan atau zat berguna
dari hewan.
 Simplisia mineral yaitu bahan berasal dari mineral dan belum berupa zat
kimia murni.
 Menurut Utami DKK (2013).
 Simplisi nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh atau bagian
tanaman maupun eksudet tanaman adapun bagian tanaman yang dapat
dibuat simplisia berupa rimpang, daun dan sebagainya.
 Simplisia hewani berupa hewan utuh maupun zat-zat berguna dari hewan.
 Simplisia mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan yang belum diolah
ataupun telah diolah dengan cara sederhana.
 Contoh simplisia nabati
 Dahtura folium (Daun kecubung) (Depkes RI, 1997).
 Piperin nigri fruktus (buah merica) (Herbie, 2015).
 Psidil folium (daun jambu biji) (Depkes RI, 1985).
 Keamferia rhizome (rimpang kencur) (Bpom RI, 2014).
 Burmani cortex (kulit kayu manis) (Utami, DKK, 2013).
 Contoh simplisia hewani
 Cara alba (lilin wax) (Utami, DKK, 2013).
 Adeps fullus (lemak babi) (BPOM RI, 2014).
 Adeps lanai (lemak bulu domba) (Depkes RI, 1985).
 Leum lecorts asselli (minyak ikan) (Herbie, 2015).
 Mei depuratum( madu) (Depkes RI, 1977).
 Contoh simplisia mineral
 Serbuk seng (Depkes RI, 1977).
 Serbuk tembaga (Herbie, 2015).
 Fasalin flamuar Vaseli kuning) (Depkes RI 1985).
 Parafinum solidrum (paraffin cair) (BPOM RI, 2014).
 Vaselium album (vaselin putih) (Utami DKK 2013).

50
2) Cara penanaman simplisia
 Menurut Widyastuti (2013).
Dalam ketentuan umum farmakope indonesia disebut bahw nama simplisia
nabati ditulis dengan menyebutkan nama genus atau special nama tanaman
diikuti nama bagian tanaman yang digunakan ketentuan ini tidak berlaku
untuk simplisia nabati yang diperoleh dengan beberapa macam tanaman dan
untuk eksudet.
 Menurut Depkes RI (1997).
Nama lain simplisia ditetapkan dengan menyebutkan nama marga (genus)
atau nama jenis (sepsis) atau petunjuk jenis (spesifik epitel) dari tanaman
asal diikuti dengan bagian tanaman yang digunakan ketentuan ini tidak
berlaku untuk simplisia nabati yang diperoleh dari beberapa macam
tanaman yang berbeda-beda marganya maupun untuk eksedut tanaman.
Sedangkan untuk nama lain simplisia hewan dan mineral ditetapkan dengan
penyebutan nama latin dari simplisia tersebut.
 Menurut kemenkes RI (2009).
Nama latin simplisia ditetapkan dengan menyebutkan nama marga (genus),
nama jenis (sepsis) varieties diikuti dengan bagian yang digunakan, dengan
pengecualian ditetapkan dengan menyebut nama marga atau simplisia yang
sudah lazim disbut dengan nama marganya.
b). Jelaskan secara lengkap dan terperinci 3 lit pembuatan dari :
1. Simplisia nabati
2. Simplisia hewani
3. Simplisia mineral
Jawab :
1. Simplisia nabati.
 Menurut Suharmiyati (2003).
 Pengumpulan bahan baku/proses panen yaitu pengambilan sampel atau
bahan baku yang harus dilihat berdasarkan umur tanaman waktu panen dan

51
lingkungan tempat tumbuh karena kadar senyawa aktif dalam sebuah
sampel yang berbeda-beda.
 Sortasi basah proses pemilihan atau membuang bahan lain yang tidak layak
digunakan.
 Pencucian prosen pembersihan baku agar terbebas dari bakteri dan kotoran
yang melekat.
 Perajangan proses pemotongan sampel yang dapat dilakukan dengan
peralatan khusus yang sesuai dengan ukuran yang dikehendaki bertujuan
untuk memudahkan proses selanjutnya.Seperti proses pengeringa,
pengepakan dan penggilingan.
 Pengeringan proses ini bertujuan untuk mendapatkan sampel yang tidak
mudah rusak sehingga mudah disimpan dan digunakan dalam waktu lama.
 Sortasi kering proses pemisahan benda-benda asing seperti bagian-bagian
tanaman masih ada kotoran yang tidak diinginkan.
 Pengeringan dan penyimpanan proses akhir dari pembuatan simplisia yang
bertujuan untuk melindungi simplisia agar tidak rusak/berubah mutunya
karena beberapa factor dari dalam dan luar.
 Menurut Prasetyo dan Enteng (2013).
 Sertasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran atau bahan asing lain
misalnya simplisia yang dibuat dari akar bahan-bahan asing seperti krikil,
rumput, batang, daun dan akar yang telah rusak dan kotoran yang harus
dibuang.
 Pencucian bahan dilakukan untuk membersihkan tanaman dan kotoran lain
yang melekat pada bahan simplisia.
 Perajangan dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan pengepakan
dan penggilingan perajangan dapat dilakukan dengan pisau atau mesin
pengiris.
 Pengeringan bertujuan untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah
rusak sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lama.
 Sortasi kering proses pemisahan bahan-bahan asing seperti bagian-bagian
tanamanyang tidak diinginkan.

52
 Pengepakan dan penyimpanan proses akhir dari prmbuatan simplisia yang
bertujuan melindungi simplisia agar tidak rusak dan berubah mutu karena
factor cahaya, kotoran, serangga.
 Menurut Gunawan dan Mulyani (2004).
 Pengumpulan bahan baku : factor yang paling berperan dalam tahap ni
adalah masa panen, panen daun/herba dilakukan pada saat fotosintesis
berlangsung maksimal yang ditandai adanya bunga atau buah yang mulai
masak.
 Sortasi basah pemisahan hasil panen ketika tanaman masih segar sampe
dilakukan terhadap tanah dan rumput.
 Pencucian dilakukan untuk membersihkan kotoran yang melekat terutama
kotoran terutama bahan-bahan yang berasal dari dalam tanah dan juga
bagian tanaman yang tercampur pertisida.
 Pengubahan bentuk : pada dasarnya perubahan bentuk bertujuan untuk
memperluas permukaan bahan baku semakin luas permukaan maka akan
semakin cepat kering. Perubahan bentuk biasanya disebut perajangan.
 Pengeringan : Untuk menurunkan kadar air srhingga bahan tersebut tidak
mudah ditumbuhi bakteri dan mempermudah proses selanjutnya.
 Sortasi kering adalah pemilihan bahan setelah pengeringan, untuk memilih
bahan simplisia yang tidak rusak atau kotor.
 Pengepakan dan penyimpanan simplisis perlu diletakkan pada wadah
tersendiri agar tidak saling bercampur.
2. Simplisia hewani
 MenurutSukarmiyati (2003).
Dilakukan proses pencucian selama sebulan sekali melalui 2 proses
pengolahan yang berbeda yakni metode pemerasan metode lawi dan metode
tiger salah satu metode rentah dari metode pemerasan yaitu untuk
memperoleh pengeluaran madu dari serangga serangga dan membelah
sarang.
 Menurut Widyastuti (2013).

53
Dilakukan proses pencucian dengan menggunakan bahan kimia seperti pada
pembuatan adepslanae (bulu domba) dipencucian ditambahkan asam sulfat
dan magna untuk memisahkan kotoran dan disimpan dalam wadah yang
ditentukan.
 Menurut Depkes RI (1985).
Dengan pengolahan simplisia hewani dilakukan pencucian dan pengeringan
atau pemanasan madu yang cukup tinggi contok perasan madu yang
diprolrh dari serangga pis yang dimurnikan pada suhu 80°.
3. Simplisia Mineral.
 Menurut Suharmiyati (2003).
Contoh dari simplisia mineral adalah garam, pembuatan garam dari air laut
terdiri larutan proses pembuatan dengan menggunakan airnyan dan
pemisahan garamnya.
 Menurut Rohman (2015).
Salah satu contoh simplisia mineral yaitu parafilum ssolidrum atau paraffin
padat diperoleh dari residu minyak tanah kasar, residu ini disaring lagi mka
diperoleh minyak paraffin sebagai destilan yang kemudian diolah dengan
asam sulfat dan natrium hidrosida (selam pembuatan tetap cair secara
dipanaskan dengan uap air) setelah terpisah dari bagian airnya minyak
paraffin dibekukan menjadi zat yang setengah padat kemudian diperas
bagian minyak yang yang dapat dicairkan, dibekukan dan diperas lagi pada
suhu yang tidak lebih tinggi dari tadi hasilnya dikenal dengan paraffin wak
zat ini dicuci diperas dicairkan dan dialirkan lewat arang tulang dan
dibekukan terbentuk masa yang keras tembus cahaya dan tidak berwarna.
 Menurut Widyastuti (2004).
Kapur sirih salah satu contoh simplisia mineral proses pembuatan kapur
sirih cukup lama karena harus melewati beberapa proses seperti
pembakaran, perendaman dan penyaringan.
3. a). Jelaskan secara lengkap pengambilan masing-masing bagaian tanaman
untuk pembuatan simplisia lengkap dengan kondisi dan waktu pengambilan.
Jawab :

54
a. Menurut Hermawati DKK (2012); Malarang (2015).
1. Akar
Cara : Menggunakan cangkul, garpu, sekop, atau alat yang tidak merusak
tanaman.
Waktu : pada umur 8-10 bulam karena telah mencapai akhir masa
pertumbuhan dan mengandung banyak zat.
2. Rimpang
Cara : menggunakan cangkul, garpu, sekop, atau alat lain yang tidak
merusak tanaman.
Waktu : pada saat musim kering dengan tanda – tanda mongering pada
bagian atas.
3. Umbi
Cara : menggunakan cangkul, lingis, skop, dan alat lain yang tidak
merusak tanaman.
Waktu : pada saat umbi mencapai besar maksimum dan pertumbuhan
pada bagian atas mengerut.
4. Umbi lapis
Cara : menggunakan cangkul, lingis. Sekop, dan alat lain yang tidak
merusak tanaman.
Waktu : pada saat umbi mencapai besar maksimum dan pertumbuhan
pada bagian atas berhenti.
5. Batang
Cara : batang diambil dari cabang atau sampai leher akar dipotong –
potong dengan panjang diameter tertentu.
Waktu : pada saat tanaman sudah cukup umur, dan dilakukan pada saat
musim kering.
6. Bunga
Cara : dapat dipetik langsung dengan tangan.
Waktu : saat bunga kuncup, bunga mekar atau mahkota bunga atau
daun bunga.
7. Buah

55
Cara : dapat dipetik langsung dengan tangan.
Waktu : pada saat buah matang.
8. Biji
Cara : dapat diambil dari buah yang sudah masak bisa dipotong atau
dikupas.
Waktu : saat buah masak.
9. Kulit kayu
Cara : diambil dari batang utama dan cabang dikelupas dengan ukuran
tertentu dan tidak diambil satu lingkar penuh.
Waktu : pada saat akhir pertumbuhan saat berbunga atau buah.
10. Daun
Cara : diambil daun tua ( bukan daun kering) daun kelima dari pucuk
dapat dipetik langsung.
Waktu : pada saat prosesfotosintesis sempurna yaitu pada jam 9-12
pagi.
b). jelaskan cara, waktu, dan pengolahan dari:
1. Bunga nusa indah
2. Bunga pukul 4
3. Bunga sedap malam.
4. Kulit buah.
5. Bawang Bombay.
JAWAB:
1. Bunga nusa indah ( Dalimartho, 2013).
Waktu : dipetik pada saat bunga melakukan proses fotosintesis
berlangsung secara maksimal dan disaat penyerbukan.
Cara : dapat mengunakan tangan atau alat.
Pengolahan : dipanen kemudian di sortasi dari bunga yang layak dan
tidak layak.
2. Bunga pukul empat ( Aditama, 2004)
Waktu : pada pukul 4 karena pada saat itu bunga sedang akan mekar.
Cara : dapat dipetik langsung.

56
Pengolahan : bunga dipetik, disortasi, dirajang, dikeringkan, disortasi
kering, dan diawetkan.
3. Bunga sedap malam(Malarung, 2015).
Waktu : saat tanaman berumur 25-30 minggu setelah tanam, saat
tanaman tumbuh tegak bunga seperti terompet dan setiap ujung berisi
54-67 bunga.
Cara : pada saat malam saat satu / dua bunga telh mekar. Diambil secara
langsung dengan tangan.
Pengolahan : dipanen dan sortasi
4. Bawang Bombay (Kartosaputra, 1992).
Waktu : saat cuacah cerah atau kering.
Cara : dengan mencabut dan daun bawang diikat satu.
Pengolahan : saat setelah panen bawang Bombay dijemur untuk
mengurangi kadar air dan agar tanah mudah lepas dari bawang.
5. Kulit buah (Arfahni,2015).
Waktu : saat buah berumur 28-36 minggu.
Cara : dengan dipetik dengan cara mengupas kulit dengan pisau atau
benda lain.
Pengolahan : dikumpul pada suatu tempat kemudiaan disortasi.
4. a). jelaskan mengapa 3 literatur
1. pengambilan kortex harus zikzak.
2. Pengambilan sampel pada pukul 9-12
3. Pengambilan akar pada saat pertumbuhan terakhir.
4. Sampel yag mengandung minyak atsiri tidak dengan menggunakan
logam.
JAWAB ;
1. Mengapa mengambil kortex harus zikzak.
- Dengan metode zikzak umumnya lebih banyak digunakan karena
pengukuranya lebih merata serta keteelitian pengukuran lebih
terjamin dibandingkan secara lurus atau memanjang (Soesonasno,
2001)

57
- Metode zikzak dalam pengambilan kortex pada tumbuhan karena
adanya aktifitas cambium yang ada pada kortex dan epidermis
yang berkemampuan untuk berfotosintesis sehingga untuk
menghindari terjadinya kerusakan dankematian pada pembuluh
(Steenis, 2003).
- Dalam pengambilan kortex teknik pengambilan dengan zikzak hal
ini karena pada batang tanaman terdapat xilem dan floem serta
mempunyai aktifitas cambium yang mempunyai aktifitas
fotosintesis untuk menghindari kematian.
2. Pengambilan sampel pukul 9-12.
- Pengambilan sampel dilakukan pada pukul 9-12 karena pada saat
itu tanaman yang akan diperoleh mengandung senyawa aktif dalam
jumlah besar (Malarung, 2015).
- Panen harus dilakukan pada waktu tanaman mengandung senyawa
aktif pada proses fotosintesa yakni pukul 9-12 siang karena
kualitas tanaman tinggi (setyawan, 2005).
- Pengambilan sampel pukul 9-12 pagi karena terjadi fotosintesa
dengan penyusunan zat aktif sedang tinggi-tingginya untuk sampel
(Widhi, 2012).
3. Pengambilan akarsaat pertumbuhan berhenti.
- Panen yang tepat untuk akar adalah diawal musim kemarau atau
diakhir musim pertumbuhan saat itu kandungan zat aktif mampu
menampung pada posisi puncak berangsur dan akhirnya habis
disantap sebagai makanan cadangan diakhir masa pertumbuhan
(Tjitrosoepomo, 1993).
- Panen rimpang atau akar dilakukan dimusim kering atau diakhir
masa pertumbuhan agar kandunga air dalam akar/rimpang sedikit
dan memudahkan oroses penyaringan (Stenis, 2003).
- Panen rimpang/akar dilakukan pada akhir masa pertumbuhan
dikarenakan pada waktu uersebut zat yang terkandung mengumpul,

58
disisi lain kadar air pada akar sedikit dan mempermudah proses
pengeringan.(Suharman, 1993).
4. Pengambilan sampel untuk minyak atsiri tidak dengan logam.
- Pengambilan dengan logam untuk sampel yang mengandung
minyak atsiri tidak dapat dilakukan karena beberapa logam reaktan
terhadap minyak atsiri, dan dapat menyebabkan perubahan
warna/aroma dari minyak atsiri, (Sastrowildo, 2004).
- Penyimpanan minyak atsiri pada logam dapat merubah warna dari
kuning menjadi coklat karena ada reaksi dari logam (Julis,2012).
- Minyak atsiri yang dihasilkan dengan menggunakan logam akan
terlihat gelap dan hitam akibat logam fe dan cu hal ini dipengaruhi
terhadap fisika dan kimia dari minyak atsiri, (Harmanida nifafa,
1989).
4.b). Jelaskan hal-hal berikut 2 literatur indonesia dan 1 inggris.
1. Fungsi kain hitam dalam pengeringan.
2. Cara untuk mengetahui simplisia telah kering semua.
3. Cara pengolahan sampel tebal.
4. Syarat tanaman yang saat proses pembuatan simplisia tidak bisa terkena
cahaya matahari.
Jawab :
1. Simplisia yang dikeringkan dengan cara dirajang dijemur dibawah sinar
matahari dilapisi dengan kain hitam menghidari penguapan terlalu cepat
mempengaruhi yang dapat menurunkan mutu senyawa yang terkandung
dalam bahan, (Murhayati, 2008).
- Tujuan penutupan kain hitam untuk maenghindari kontak langsung
antara tumbuhan daengan sinar matahari hingga kerusakan komponen-
komponen yang ada dapat dikurangi, (Masution, 1996).
- The niago of covoring simplisia with black fohnil is ta macutam the
constant of unrcominoid antioxidant a dic total puenol wnoa
camperoid without using public, (Itawiji, 2011).

59
2. Cara mengetahui tanaman mongering sempurna yaitu dilihat kadar air
yang tidak lebih dari 10% dan gradicat menguning (gp) adalah bagian
yang mengatakan tingkat kekeringan dari suatu proses pengeringan
dan perbandingan antara kadar air saat itu dan kadar air keseimbangan,
makin besar gp makin besar proses pengeringan (Suleatman, 1995).
- Ciri simplisia yang baik adalah dalam kondisi kering (kadar air <
10%) untuk daun bila digunakan bergomesic dan melumat menjadi
serpihan missal bung bila dikeringkan dan mudah patah,
(Herrawati,2012).
- A good character of simplisia is not mediy and smells typical like still
frosh (Yu li, 2008).
3. Sampel tebal dilakukan perajangan untuk memperkecil partikel
sehinggga luas permukaan besar dan semakin kecil bentuk lengkung
dengan udara yang dapat mempercepat proses pengeringan, (Siregan,
2006).
- Sampel yang tebal diiris atau direjang tidak terlalu tebal maupun tidak
tipis, pengirisan terlalu tebal dapat memperkecil proses pengeringsn
sehingga mudah ditumbuhi jamur sedang untuk pengirisan tipis dapat
mengakibatkan penguapan zat kimia yang terdapat pada sampel
(Susilo, 2015).
- Procesing with a spenal choppen so that this slic or pocles of the
desiral size are abtame the fhimen the material to be dereed the drying
time how ven silices that are to then can also chis a mediclicn or lose
off valakhe efficaalons subetohes (Pulungen, 2004).
4. Syarat tanaman simplisia tidak terkena sinar matahari langsung,
 Menurut Thomas (1989).
- Tanaman yang mengandung minyak etriris.
- Tanaman yang mengandung senyawa aktif missal vlaponoid.
- Tanaman yang mudah terokeidasi pada suhu tinggi.
- Tanaman yang mudah terjadi penguapan missal labu.

60
- Tanaman yang bila dijemur di matahari langsung layu contoh bunga,
daun.
 Menurut Agoes (2007).
- Tanaman yang mudah layu bila dijemur dibawah sinar matahari.
- Tanaman yang mengandung minyak etsiri.
- Tanaman yang mengandung senyawa fenol dan flavonoid.
- Tanaman yang mengandung beberapa alkaloid yang mudah
terpengaruh oleh cahaya.
- Tanaman yang mengandung senyawa kurkuminold.
 Menutut Rolfe (2016).
- Plants whose active ingredients are not resistant are not resistant to
solar heat.
- Parts of plants that contain be dried directly in the sun.
- Plants that contain ingredients that are easy to evaporate.
- Plants that are sensitive to sunlight.
- Plants that contain colored compounds have a vulnerability to
sunlight.
5. a). Jelaskan Perbedaan, 3 lit
1. Pertumbuhan dan perkembangan.
2. Tanaman dan tumbuhan.
3. Pengolahan dan pengelolaan.
Jawab :
a). 1. Pertumbuhan dan perkembangan.
- Dalam kamus besar bahasa indonesia pertumbuhan berasal dari kata
tumbuh yang artinya tumbuh besar atau sempurna sedang
perkembangan berasal dari kata kembang menurut KBBI kembang
berarti maju menjadi lebih baik.
- Pertumbuhan adalah pertumbuhan secara fisik sebagai hasil dari
pematangan waktu tertentu sedang perkembangan dalah proses
kualitatif yang mengacu pada penyempurnaan fungsi pohal dan
patologis yang berlangsung sepanjang hidup, (Aliasilaida, 2013).

61
- Pertumbuhan adalah proses pertumbuhan ukuran baik volume, bobot
dan jumlah sel yang bersifat ireksibel (tidak dapat kembali keawal),
sedangkan perkembangan adalah perubahan diferensiasi sel menjadi
keadaan yang lebih dewasa (Fanziah, 2005).
2. Tanaman dan tumbuhan.
- Tanaman adalah semua obyek waha tani yang bukan hewan dan
dibudidayak pada satu ruang atau media yang sesuai sedang tumbuh
dipetegankan sebagai hora aslialami yang masih liar dan merupakan
organisme yang mash dalam regnum plantea (Syamsumi, 2003).
- Menurut KBBI (2014) tanaman adalah pengertian tanaman sudah ada
dengan tanaman yang lain sedang tumbuhan adalah hora yang tumbuh
dan berkembang secara alami tanpa adanya campur tangan manusia.
- Tanaman adalah beberapa jenis organisme yang dipengaruhi oleh
tindakan budidaya pada suatu ruang atau media untuk dipanen pada
masa tertentu sedang tumbuhan adalah suatu yang muncul atau
tumbuh dipermukaan bumi secara alami (Bergen, 2005).
3. Pengolahan dan pengelolaan.
- Pengolahan dapat dilaksanakan dengan mmenejemen pengurusan atau
pengaturan sedang pengelolaan adalah suatu kegiatan yang mengolah
sesuatu secara mekanis kimia atau dengan tangan hingga menjadi
barang, (Anyadi, 2004).
- Menurut KBBI (2014) pengolahan merupakan proses melakukan
kegiatan dengan menggerakkantenaga yang lain sedangkan
pengelolaan adalah proses cara pembuatan pengolahan.
- Pengolahan adala pengendalian dan pemanfaatan semua sumber daya
yang menurut suatu persamaan diperlukan untuk penyelarasan suatu
tujuan raya tertentu, pengelolaan adalah suatu proses encurahkan atau
merancang suatu menjadi produk (Irama, 1997).
b). Dengan menggabungkan serta membandingkan teori dengan pendapat.
1. Fungsi papan identifikasi.

62
2. Teknik yang dilakukan untuk pengambilan sanpel tanpa merusak alam
sekitar.
3. Jelaskan perbedaan pengawetan herbarium dan simplisia.
Jawab :
1. Menurut Fuziah (2005), papan identifikasi berfungsi untuk mengetahui
jenis tanaman atau hewan tertentu secara detail, lengkap dan dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmuah serta berfungsi untuk fasilitas
siswa, mahasiswa, dan peneliti yang memerlukan kejelasan tanaman
identitas dalam rangka disuminasi ilmu pengetahuan.
Menurut saya papan identifikasi berisi informasi tentang ilmu
pengetahuan yang bertujuan untuk semua orang agar mereka mengetahui
identitas tanaman.
2. Menurut Amin (2009), tahap pengambilan sampel dengan tidak
menghancurkan jenis tanaman yang langka setepat mungkin dapat
dihindari pengambilan sampel tidak boleh pada musim kemarau, lama
alam untuk memulihkan lingkungan pada saat tersebut sangat rendah
diusahakan pengambilan sampel dilakukan didaerah yang sangat rendah,
diusahakan pengambilan sampel dilakukan di daerah yang memiliki jenis
tanaman yang masih banyak.
Menurut saya agar tanaman atau lahan tidak rusak sebaiknya kita
mengambil sampel yang jumlah tanamanya masih banyak.
3. Menurut Onriza (2005), herbarium dibagi dua yaitu herbarium basah dan
kering, cara dan bahan yang digunakan berbeda dilihat berdasarkan sifar
dan tekstur dari sampel herbarium biasanya digunakan sebagai referensi
sedangkan simplisia digunakan sebagai bahan obat dengan tidak
memperhatikan morfologi tanaman.
Menurut saya herbarium itu adalah specimen yang digunakan sebagai
koleksi ilmu pengetahuan yg morfologinya masih utuh sedang simplisia
pengawetan dengan tujuan pengobatan yang sudah tidak lagi
memperhatikan morfologi tanaman.
6. a). Jelaskan dan gambarkan 7 rumus struktur senyawa pada tumbuhan ?

63
b). Jelaskan fungsi dari senywa diatas untuk tumbuhan dan diri sendiri
minimal 5 !
Jawab :
a) 7 rumus struktur senyawa pada tumbuhan
1. Tenin adalah senyawa mefaborik skunder yang terdapat pada beberapa
tanaman yang berfungsi mengikat polera juga bersifat melindungi
pulera dari deglarasi enzim mikroba dan enzim pada tanaman (Konde
at al, 2004).

Gambar 1 (Robinson, 1995).


2. Alkoloid adalah suatu golongan senyawa organic yang terbanyak
ditemukan dalam alkolid mengandung paling sedikit atom hydrogen
yang biasanya bersifat basa dan besar atom nitrogen inin merupakan
bagian dari cincin heterolistrik (Sastra lenny, 2006).

Gambar 2 (Itarbone, 1989).


3. Flavonoid adalah suatu golongan senyawa metabolic skunder yang
ditentukan di jaringan tanaman merupakan anti oksidan dengan cara
merekomendasikan atom hydrogen melarut kemampuannya mengikat
logam terada dalam bentuk gukorida (Cupper, Stal, 1954).

Gambar 3 (Harbone, 1987).

64
4. Seponin merupakan senyawa dari bentuk glukosida yang terbebas luas
pada tumbuhan tingkat sponin digunakandalam kehidupan manusia
dan kehidupan manusia dan perak yang dapat digunakan untuk bahan
pencuci (Harbie, 1996).

Gambar 4 (Harbieone, 1997


5. Koinin adalah jenis senyawa fenol liksanya fenol biasanya terdapat
dalam berbagai jenis sayuran, buah tanaman mampunyai kemampuan
sebagai antibiotic penghilang rasa sakit serta merangsang pertumbuhan
sel baru pada kulit (Kartiana, 2000).

Gambar 5 (Aripin, 1986).


6. Steroid adalah senyawa sponin dengan 27 atom c steroid dapat
meningkatkan laju perpanjangan sel tumbuhan dan meliputi siklus
absorbs kolestrol dalam unsure manusia sehingga mengurangi kadar
kolestrol dalam tubuh sebanyak 15% (Stafenus, Grace, 2009).

Gambar 6 (Finulingga, 2001).


7. Terpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya dari 6 satuan
isopera secara biosintesa diturunkan dari hidrokarbon (30 siklik) yaitu
sikuelena.

65
Gambar 7 (Sinulingga, 2011)
b) Fungsi dari senyawa diatas untuk tumbuhan dan diri sendiri minmal 5
Jawab :
1. Fungsi Tamin
 Tumbuhan.
- Sebagai pelindung pada tumbuhan pada saat pertumbuhan
tertentu pada bagian tanaman missal buah yang belum matang
atau sudah matang (Nadyelo, 2009).
- Sebagai anti hama bagi tanaman sehingga terhindar dari
serangga de fungi (Nodjeh, 2009).
- Sebagai pengikat protein dan senyawa lain yang punya ikatan
karena yang koheren.
- Sebagai senyawa yang berperan penting dalam proses
pemasakan buah.
- Sebagai pengawet dan penyemak kulit.
 Manusia.
- Tanin berperan dalam mengikat protein atau zat apapun
- Dapat dalam mempercepat proses penyembuhan luka.
- Efek terapi yang lain sebagai antiseptic pada jaringan luka
missal luka bakar dengan cara mengendapkan protein (Mojeeb,
2009).
- Tanin dapat mengikat zat racun yang ada dipencernaan.
- Tanin dapat mengendapkanprotein dari larutannya dari senyawa
dengan protein tersebut sehingga tidak dipengaruhi oleh
enzimprokotik.
2. Alkaloid.
 Tumbuhan.

66
- Alkaloid dapat melindungi tumbuhan dari serangga parasit atau
pemangsa tumbuhan (Padmawasata,1995).
- Alkaloid dapat berlaku sebagai penyubur tumbuhan karena dari
segi struktur beberapa alkaloid mempunyai pengatur tumbuh.
- Merangsang perkembangan lainnya.
- Alkaloid menjadi duri bagi tanaman.
- Alkaloid menjadi penyimpan nitrogen sekaligus sumber energy.
 Manusia.
- Alkaloid bekerja pada system syaraf yang rusak.
- Menjaga dan mengatur syaraf pusat (Depkes, 1995).
- Alkaloid dapat member efek terapi.
- Alkaloid dalam jumlah tetapdapat merusak racun.
- Alkaloid mampu mengganti basa mineral untuk menjaga
keseimbangan.
- Alkaloid dalam jenis sama contoh seperti kadam dapat menjadi
pereda rasa sakit.
3. Flavonoid.
 Tumbuhan.
- Sebagai pigmen warna (Hungeta, 1966).
- Berfungsi dalam fisiologis dan patologi (Depkes RI, 1989).
- Flavonoid dapat berfungsi dalam penyerbukan tanaman
- Flavonoid memiliki rasa pahit sehungga berfungsi sebagai
pengusir serangga (Zutira, 2008).
- Flavonoid secarantidak langsung mengatur pertumbuhan pada
akar dan pucuk serta dormasi.
 Manusia.
- Sebagai aktifitas anti oksidayang cukup tinggi, (Zutira, 2008).
- Meningkatkan fungsi organ sel.
- Meningkatkan perbedaan fungsi biologis antara jenis kelamin
(Moer, 2018).
- Dapat member efek Hiver terapi.

67
4. Saponin.
 Tumbuhan.
- Terdapat dalam lidah buaya sebagai pembersih dan anti septic,
(Ityene, 1987).
- Sponin meningkatkan kolestrol dalam darah.
- Sponin dapat menghasilkan eksudet yang berbusa.
- Bunga mahkota terdapat zat sponin yang mengikat kolestrol
dalam darah (Hulcapeya, 2000).
- Efek anti rematik dan oksida (Herbone, 1996).
 Manusia.
- Biasanya terdapat pada zat spornin yang berfungsi membuang
kolestrol, diusus sebelum terserap kedalam darah (Herbie,
1996).
- Meningkatkan sistim imun (Nahroni, 2008).
- Sebagai anti kangker.
- Efek anti oksida (Herbie, 1996).
- Efek anti rematik.
5. Kuina.
 Tumbuhan.
- Senyawa kulina dalam jenis flafonolik yang terdapat dalam
senyawa dan buah dapat menjadi antibiotic dan merangsang sel
baru pada kulit (Knistiani, 2008).
- Metabolisme skunder pada saat serei wangi (Depkes, 2006).
- Sebagai zat pewarna pada tumbuhan (Hard, 1983).
- Mengkudumengandung kilnon yang berfungsi sebagai anti
bakteri.
- Turuhan senyawa kimia yaitu isopenoid terlebat dalam sel dan
fotosintesis, (Harbone, 1982).
 Manusia.
- Sebagai obat pencahar (Hungeta, 1996).
- Efek antibiotic dan anti peuretik

68
- Sebagai anti tumor (Depkes RI, 1995).
- Penghancur P6 E2 (Depkes RI, 2000).
- Anti kordiovaskuler.
6. Steroid.
 Tumbuhan.
- Menghancurkan laju perkembangan sel tumbuhan (Zohra DKK,
2008).
- Menghambat penuuan dini (Kristiana, 2008).
- Menghambat proses gugur daun (Kristiana, 2008).
- Merangsang pertumbuhan pucuk.
- Menghambat pertumbuhan akar.
 Manusia.
- Senyawa steroid berada pada kandung kemih yang berhubungan
dengan hormone sek.
- Dapat member efek anti toksik(Browing, 1986).
- Steroid memiliki hormon asterogen dan hormonkelangku
progenetik (Hart, 1983).
- Hormon steroid alami diproduksi oleh tubuh berasal dari
kolestrol.
- Asteroid dalam bentuk kolestrol diikuti sangat penting dalam
sintesis vitamin D.
7. Terpenoid.
 Tumnuhan.
- Pertahanan tubuh dari herbifora (Zuhra, 2008).
- Insectati fectan (Nallach, 1987).
- Perangsang hormon pertumbuhan.
- Beberapa tanaman yang memiliki tarpenoid memiliki aktivitas
antibiotic.
- Aktivitas anti oksida.
 Manusia.
- Sebagai anti septic dan anti mikroba, Wallach, 1987).

69
- Mengatasi gangguan menstruasi, (Harle, 1983).
- Sebagai obat diabetes
- Pengobatan malaria (Harbeno, 1996).
- Memperbaiki kerusakan hati.
7. a). Lakukan wawancara dengan keluarga mengenai tanaman obat, hal yang
dicapai
- Minimal 7 tanaman.
- Nama tanaman.
- Nama daerah.
- Fungsi untuk penyakit.
- Gambar.
Jawab :
a. - 7 tanaman.
1. Kumis kucing.
2. Temu lawak.
3. Daun jarak.
4. Sambiloto.
5. Daun dewa.
6. Daun miyang.
7. Daun serih
- Nama daerah.
1. Busungi lotete.
2. Temulawak.
3. Dungo ginbalo.
4. Sambiloto.
5. Daun dewa.
6. Dungo polohungo mela.
7. Dungo tembe.
- Funsi.
1. Sebagai obat kencing batu => Kumis kucing
2. Obat gagal ginjal => Temulawak

70
3. Untuk luka berdarah => Daun jarak
4. Menurunkan deman => Sambiloto
5. Untuk tekanan darah tinggi => Daun dewa
6. Untuk wasir/gluberen => Daun miana
7. Untuk batuk berdahak => Daun sirih.
7. b). Buatlah berikut.
- Klasifikasi tanaman.
- Cara pembuatan.
- Senyawa aktif.
Jawab :
- Klasifikasi
1. Kumis kucing (Orthosiphon staenus).
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Mangoliopisda
Ordo : Lamiales
Family : lamiacea
Genus : Orthosiphon
Spesis : Orthosiphon Stanieus benth
2. Temulawak (Curcuma xanthorrhza).
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberaes
Family : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesis : Curcuma xanthorrhza rotb
3. Jarak pagar (Jatropha curcas).
Regnum : Plantae
Divisi : Mongnokopsida
Kelas : Mongnoliopsida

71
Ordo : Euphorbiales
Family : Euphorbiacea
Genus : Jathropa
Spesis : Jatropha curcas
4. Sambiloto (Adrographis panikulate)
Regnum : Plantae
Divisi : Traceaphyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Family : Acanthaceae
Genus : Andrographis
Spesis : Andrographis paniculate (Bun-f) wall exnees
5. Daun dewa (Gyngira divanicata).
Regnum : Plantae
Divisi : Traceophyta
Kelas : Magnoleopsida
Ordo : Asterales unik
Family : Asteraceae barcht dan J prasi
Genus : Gynur
Spesis : Gynura divanicata (L) Dc.
6. Miana (Coleus abropuspureus).
Regnum : Plantae
Divisi : Magnolophyta
Kelas : Magnolipsida
Ordo : Lamiales
Family : Lamiaealea
Genus : Coleus
Spesis : Coleus abropuspureus (L)
7. Daun sirih (piper betle (L)
Ragnum : Plantae
Divisi : Magnoliopsida

72
Kelas : Magnolioppida
Ordo : Piperales
Family : Piperacea
Genus : Piper
Spesis : Piper betle L
- Pengolahan
1. Kumis kucing.
Siapkan kumis kucing1/4 genggam masukkan dalam wadah berisi
air 1 gelas rebus hingga mendidih, menjadi ½ gelas, ½ gelas 2 kali
minum.
2. Temulawak.
Untuk sakit ginjal, siapkan 2 rimpang temulawak, 1 genggam
daun kumis kucing, 1 genggan daun kecibeling, potong tipis
temulawak rebus seluruh bahan dalam 1 liter air hingga mendidih
sajikan dan minum.
3. Daun jarak.
Untuk luka ambil getah dari tanaman getah jarak pagar lalu
oleskan pada luka.
4. Sambilato.
Ambil 1 genggam daun sambilato ditumbuk rata dan ditambah air
matang ½ cangkir saring air atau dapat dapat direbus dengan minum 2
kali sehari setelah makan.
5. Daun dewa.
Daun direbus lalu diminum atau dapat juga dimakan mentah
seperti lalapan atau dapat ditumbuk 15-30 gram daun lalu diperas.
6. Daun miana merah.
Pengobatan ambean ambil daun secukupnya yang muda cuci,
siapkan 4-3 gelas air putih dan rebus hingga mendidih dapat
ditambahkan madu/gula.

73
7. Daun sirih
Siapkan 15 lembar daun sirih rebus dengan 3 gelas air hingga
menjadi 3/4 gelas minum bersama madu.
- Senyawa.
1. Kumis kucing.
Memiliki garam kalium efek diuretic/pelarut air seni pelarut batu
saluran kencing sehingga dapat mencegah batu ginjal (Thomas, 1989).
2. Temulawak.
Membantu fungsi ginjal untuk menyaring racun dan sisa-sisa
metabolisme tubuh, memiliki senyawa minyak atsirih sebanyak 6,00%
(Hagne, 1987).
3. Daun jarak.
Mengandung sikoloid disebut jakrophme yang bisa digunakan
sebagai obat luka, getah jarak abersifat anti mikroba sehingga dapat
menghilangkan bakteri seperti slaphylococus dan escharichicoil
(Sayatno, 2004).
4. Sambiloto.
Mengandung aktif androglafdid yang mampu menerunkan kadar
glukosa darah pada penderita diabetes tipe 1 selain itu dapat sebagai
anti radang dan anti piretik (penurun demam), Supami dan Wulandari,
2015).
5. Daun dewa.
Mengandung flavonoid, sporin dan minyak atsiri dpat
merangsasng sirkulasi darah sebagai anaegesik dan anti implamasi
(Sujadmito, 2012).
6. Daun miana merah.
Mengandung flavonoid => antibakteri secara brokmates sebagai
obat wasir flavonoid pada daun miana memiliki banyak khasiat,
(Pratiwi, 2006).
7. Daun sirih.

74
Mengandung minyak atsiri seperti kautkul,engerol koudane,
terunen, lenafulen, teruing dan juga sinol yang dapat mengobati radang
tenggorokan, asma, demam berdarah dan lain-lain, Kaiyanamita,
2014).

75
LAMPIRAN 4
4. FOTO KEGIATAN

Kamis, 6 september 2018 Kamis, 6 september 2018


Persiapan pemberangkatan Pembukaan pkl yang
PKL desa Bonda raya dan disambut oleh kepala desa
Boneda’a Boneda’a

Jum’at, 7 september 2018


Sabtu, 8 september 2018
Sosialisasi terhadap
Mendaki gunung untuk
masyarakat sekitar
mencari sampel

Minggu, 9 september 2018 Minggu, 9 september 2018


Malam kearaban setelah Mandi bersama disungai
penampilan inagurasi. bersama asisten

76
77
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, 2013. Penuntun penelitian biologi. Universitas islam indonesia
Cruz VC, Pezzutu D.F Pinheiro J.C. Goncalves. J.R sarhiri . 2005. Effect of
freeding on the performance and lokal digistlling of nutriats in
brilens. Brazilian journal poudri science
Dasuki, undang Ahmad. 1992. Penuntun Praktikum Sistematik Tumbuhan Tinggi.
Bandung: Pusat Antar Ilmu Hayati
Departemen pendidikan nasional. 2008. Kamus besar bahasa indonesia pusat
bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Ditjen POM, Depkes RI. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta: Departemen
kesehatan RI, , 1-27
Emilan, Tommy. 2011. Konsep Herbal Indonesia : Pemastian Mutu Produk
Herbal”. Depok : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Gagas ulung. 2014. Sehat alami dengan herbal 250 tanaman berkhasiat obat +60
resep menu makanan. Pusat studi biofarmaka LPPM IPB. Jakarta : PT
gramedia pustaka utama
Gembong, 1997. Taksonomi tumbuhan obat-obatan. Yogyakarta. Gadjah mada
university press
Gupite, S.D.M. 1990. Mikrobiologi dasar. Jakarta : Binapura
Heinrich, Michael Barnes J., Gibbson, S., Wiliammsom, M.E., 2010.
Farmakognosi dan fitoterapi. Jakarta Buku kedokteran : EGC
Heyne, K. 1987. Tumbuhan berguna indonesia jilid I dan II terjemahan badan
libang kehutanan cetakan I. Koperasi kkatyawan departemen
kehutanan jakarta pusat
Hyam, Roger. 2012. Stable Citicians for Herbarium Speciments on The Internet.
Journal of Royang Garden, Vol. 1 (2) = 221-225
I.E. Cock, 2011. Journal pharmacognosy communications the scape of
pharmacognosy
Iriani, Suryani A., dkk. 2009. Pengaruh kosentrasi penambahan pektinase dan
kondisi inkubasi terhadap renamen dan mutu jus mangga kweni
(mangifera odorata griff). J. Pasacapanen
Lawrence, G.H.M. 1951. Taxonomy of Vascular Plants. New York: The
Macmillan Company

78
Mall R.G., Wedakar R.R., Agrawall V.S., dkk. 2008. Effect of baliospermum
montanum root extract on phagocytosis by human neutrophis,
international jr. Of green pharmacy 4, 46-49
Manarung, 2015. Penuntun cara modern menganalisis tumbuhan. Bandung : ITB.
234-345
Marina, Adelina. 2011. Pengaruh semangat kerja dan disiplin kerja terhadap
prestasi kerja karyawan pada perum pegadaian kanwil I medan.
Skripsi pada universitas Sumatera Utara: Tidak diterbitkan.
Matnawi, H. 1989. Perlindungan tanaman. Jakarta : KANASIUS
Mirna, dkk. 2011. Uji Total Flavonoid Pada Beberapa Tanaman ObatTradisonal
Di Desa Waitina Kecamatan Mangoli Timur Kabupaten Kepulauan
Sula Provinsi Maluku Utara. Jurusan Kimia FMIPA Unsrat
Manado.
Moenandir, J. 1996. Ilmu Gulma dalam Sistem Pertanian. Jakarta : PT. Raja
grafindo persada
Murni, C.G. 2005. Fisologi Kedokteran Buku Ajar alih Bahasa. Penerbitan buku
kedokteran EGC. Jakarta
Nasution, U. 1986. Gulma dan Pengendaliannya diperkebunan Karet Sumatera
Utara dan Aceh. Jakarta : Gramedia
Neneng, Liswara. 2012. Pelatihan membuat preparat histologis dan Pengawetan
Spesimen bagi guru-guru Biologi. Palangka Raya: Universitas
Palangka Raya.
Onrizal, 2005. Teknik Pembuatan Herbarium Jurusan Kehutanan Fakultas
Pertanian. Sumatera Utara : USU
Orhan, Ikey. Gradion. 2014. Pharmacognosy : Science of Naturasi Product in
Drug descovery. Turkey : dapt of pharmacognosy
Pinta Murni., Muswita., Harlis., Upik Yelianti., Winda Dwi Kartika. 2015.
Lokakarya Pembuatan Herbarium untuk Pengembangan Media
Pembelajaran Biologi di MAN Cendekia Muaro Jambi. Jambi :
FKIP Universitas Jambi
Prasadjo, 2007. Bakteriologik. Pekan baru : Bayumedia
Prasetyo dan entang. 2013. Pengolahan Budidaya Tanaman obat-obatan (bahan
simplisia). Bengkulu : fakultas pertanian UNIB
Pratiwi, 2006. Biologi. Jakarta : erlangga
Purwaty, 2012. Metode Penelitian. Bogor : indonesia ghalia

79
Richard, Steers M. 1981. Introduction to Organizational Behavior.
California:Good Year Publishing Company. Inc.
Rismana, E. 2002. Modifikasi Pati Untuk Farmasi. Jakarta: Pikiran Rakyat Cyber
Media.
Rizan, Ahmad dan Fatmasari, Diyah. 2015. Efektifitas Larutan Alkohol yang
Berulang Kali dipakai dalam Daya Hambat Bakteri Streptococcus
Mutans. Semarang: Jurusan Keperawatan Gigi Poltekes Kemenkes
Semarang.
Rollins, R.C. 1965. The role of herbarium in research and teaching. Taxon 14:
115-120
Rugayah etal., dkk. 2004. Pedoman pengumpulan data keanekaragaman flora.
Pusat penelitian bilogi lembaga ilmu pengetahuan indonesia.
Jakarta
Saifuddin, Anwar. 2014. Metode penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Samuelsson, G. 1999. Drugs of Natural. A Textbook of Pharmacognosy. 4th ed.
Stockholm Apoteker Socketeten, Hal. 226-230.
Samuelsson, paul dan nardhous, william D. 1991. Mikroekonomi alih bahasa hans
munandar, dkk. Erlangga : jakarta
Setiawan, A.I. dan Trisnawati, Y. 2005. Tomat budidaya secara komersial.
Jakarta: penebar swadaya.
Setyawan, G. Anto. 2004. Aspek pengenalan dan pengelolaan tanaman. Bandung
: Gramedia
Siregar, 2006. Taksonomi Tumbuhan. Medan : Departement Biologi FMIPA USU
Soemarwoto, Otto. 1992. Ekologi, Lingkungan Hidup, dan Pembangunan :
Erlangga, Jakarta.
Stacey, robyn and ashley hay. 2004. Herbarium. Combridge university press :
New york
Steenis, 2003. Flora.jakarta. PT. Pradaya paramita
Subrahmanyam, N.S. 2002. Laboratorium plant taxonomy. India : university of
delhi
Sujadmito, 2012. Teknologi pengobatan tanaman pangan. Jakarta : Bumi aksara
Sukardiman, 2014. Draf sukadriman dan kecintaannya pada farmakognosi.
Denpasar : KNAIR NIS

80
Suparmi dan wulandari, A. 2015. Herbal nuranti dari ramuan tradisonal
indonesia. Yogyakarta : Andi SUT
Susilo, Herawati. 2005. Pembelajaran kooperatif think pair share. Malang :
lembaga penelitian universitas negeri malang
Syamsuni, 2005. Farmasetika dasar dan hitungan farmasi. Jakarta : EGC
Thomas, 1989. Tanaman obat tradisional. Jakarta : KANASIUS
Tjitrosoepomo, G. 1998. Morfologi tumbuhan. Yogyakarta : Universitas gadjah
mada
Tjitrosoepomo, G. 2005. Taksonomi umum dasar-dasar taksonomi tumbuhan.
Yogyakarta : Gadjah mada university press
Wibowo, A. 2007. Pengaruh pola tanaman wanatani terhadap timbulnya
penyakit dan produktivitas tanaman tumpangsari. Bulletin info
hutan tanaman. Jakarta : pusat penelitian dan pengembangan hutan
tanaman
Widhy, K. 2012. Magnosis Laboratorium Mikrobilogi Klinik. Jakarta :
Universitas Trisakti
Widyastuti, 2004. Sukses Agrobisnis Minyak Alam. Yogyakarta : pustaka baca
press
Wijesekara. 1991. The Medical Plants industry. Washington DC : CRC Press
Wilson C.L. and Loomis W.E. 1962. Botany Third edition. New York: Holt,
Rinehart and Winston, Inc
Wiwinda, Widya. 2011. Penerapan akuntasi pertanggung jawaban sosial sebagai
bentuk tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social
responsibility) terhadap lingkungan sekitarnya (studi kasus pada
PT. gudang garam, tbk). Karya ilmiah. Surabaya: Universitas
Narotama.
World Health Organization (WHO). Maternal Mortality in 2005. Geneva :
Departement of Reproductive Health and Research WHO; 2007.
Yosf da lopes, 2014. Plantae mikrotechnique and microscopy. Oxford university
press. New york. 307 p
Zulfahmi dan Rosmainah.2012. Penuntun praktikum keanekaragaman
hayati.Penuntun praktikum.biologi dasar UIR Pekanbaru.

81
82

Anda mungkin juga menyukai