Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Sawah merupakan salah satu bentuk penggunaan lahan yang sangat strategis karena
lahan tersebut merupakan sumber daya utama untuk memproduksi padi/beras, yang
merupakan pangan pokok utama bagi Indonesia. Dengan demikian, sawah merupakan
sumber daya utama bagi pemantapan ketahanan pangan dan pertumbuhan ekonomi
nasional. Walaupun demikian, sejauh ini belum ada referensi berbahasa Indonesia yang
secara komperensif membahas genesis, sifat kimia, fisika, dan biologi serta pengelolaan
tanah sawah, padahal referensi tersebut sangat diperlukan untuk acuan dalam
pengelolaan tanah sawah. Oleh karena itu pembuatan makalah ini ini sangat penting,
karena informasi yang dikandung dalam buku ini akan sangat berguna bagi para pihak
yang memerlukan informasi tentang tanah sawah dan teknologi pengelolaannya,
termasuk aspek lingkungan dan multifungsi sawah.untuk Sawah tadah hujan adalah
sawah yang mempunyai sumber pengairannya tergantung pada air hujan. Sawah ini
mulai digarap jika sudah musim penghujan dan akan berhenti atau tidak ditanami ketika
musim penghujan selesai karena untuk mendapatkan sumber air dikawasan sawah tadah
hujan sangat sulit. Potensi STH di Indonesia cukup luas tersebar di propinsi Banten,
Jawa Barat, Jawa Tengah, Lampung, Sulawesi Selatan dan NTB. Lahan sawah tadah
hujan, pasokan airnya hanya tergantung dari curah hujan dan letak topografinya. Varietas
unggul baru, seperti, Ciherang, Cibogo, Cigeulis, Way Apo Buru, Mekongga, dan Widas
hampir semuanya cocok ditanam pada lahan sawah tadah hujan. Untuk sawah tadah
hujan mempunyai mekanisme yaitu Teknik pengolahan tanah pada tanaman padi, Tahap
setelah proses panen, Langkah-langkah menanam padi, Sumber air yang digunakan pada
sawah tada hujan, Banyaknya kebutuhan air yang diperlukan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sawah Tadah Hujan ?
2. Bagaimana Teknik pengolahan tanah pada tanaman padi pada sawah Tadah hujan?
3. Bagaimana Teknik menanam padi pada sawah Tadah Hujan?
4. Bagaimana Tahap setelah proses panen pada sawah Tadah Hujan ?
5. Apa pengaruh Tanah terhadap pengaplikasikan teknologi pengolahan tanah di sawah
tadah hujan?
6. Apa manfaat Irigasi Air Tanah pada Sawah Tadah Hujan ?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian sawah Tadah Hujan ?
2. Mengetahui Bagaimana pengolahan tanah pada tanaman padi pada sawah Tadah
hujan?
3. Mengetahui Bagaimana Langkah-langkah menanam padi pada sawah Tadah Hujan ?
4. Mengetahui Bagaimana Tahap setelah proses panen pada sawah Tadah Hujan ?
5. Mengetahui pengaruh Tanah terhadap pengaplikasikan teknologi pengolahan tanah di
sawah tadah hujan ?
6. Mengetahui manfaat irigasi air tanah pada sawah tadah hujan?

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Sawah tadah Hujan

Sawah tadah hujan adalah sawah yang mempunyai sumber pengairannya tergantung
pada air hujan. Sawah ini mulai digarap jika sudah musim penghujan dan akan berhenti atau
tidak ditanami ketika musim penghujan selesai karena untuk mendapatkan sumber air
dikawasan sawah tadah hujan sangat sulit. Potensi STH di Indonesia cukup luas tersebar di
propinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Lampung, Sulawesi Selatan dan NTB. Lahan
sawah tadah hujan, pasokan airnya hanya tergantung dari curah hujan dan letak topografinya.
Varietas unggul baru, seperti, Ciherang, Cibogo, Cigeulis, Way Apo Buru, dan Mekongga,
Penggarapan bertanam padi di sawah tadah hujan ini digarap secara “basahan” yaitu
menunggu sampai musim hujan tiba dan dalam proses penanaman padi ini memakai bibit
persemaian. Tetapi seringkali bibit sudah terlalu tua baru dapat ditanam karena jatuhnya
hujan terlambat. Dalam penanaman padi sawah tadah hujan ini untuk menanam dan selama
hidupnya membutuhkan air hujan cukup. Hal ini membawa resiko yang besar sekali karena
musim hujan kadang datang terlambat, sementara padi sawah tadah hujan membutuhkan air
hujan yang cukup. Maka seringkali terjadi puluhan ribu hektar tidak menghasilkan sama
sekali atau hasilnya rendah akibat air hujan yang tidak mencukupi. biasanya dibuat embung
di atas buat menampung air, dan musim kemarau pake air embung.

2. Teknik pengolahan tanah pada tanaman padi pada sawah Tadah hujan

Untuk melakukan pengolahan tanah pada tanaman padi pada sawah Tadah Sawah,dilakukan
tahap-tahap berikut :

a. Perbaiki skema aliran

 Lahan pertanian yang tidak diolah dengan baik pasca panen akan menimbulkan
masalah baru. Akibat tidak terawat maka akan tumbuh banyak gulma yang cukup
mengganggu. Kondisi tanah pun juga menjadi gersang karena tidak mendapatkan
asupan air dengan baik seperti masa tanam sebelum musim panen tiba.Maka dari itu
untuk mengolah lahan tersebut kembali Anda pun perlu melakukan pembersihan
secara menyeluruh. Khususnya membabat tanaman gulma maupun rumput liar yang
ada. Biarkanlah hingga kering dan bakarlah di tempat yang aman.
 Diawali dengan Perbaikan pematang sebelum pengolahan tanah dimulai pematang
harus diperbaiki, dibuat cukup tinggi dan lebar, agar dapat menahan air dengan baik.
Sebab dalam Pengolahan tanah air tidak boleh mengalir keluar. Pematang juga perlu
diperbaiki dan dibersihkan dari rumput-rumput. Ini akan mencegah kehilangan air
pengairan dan mengurangi masuknya biji gulma kedalam petakan-petakan sawah.
 Selanjutnya dilaksanakan pembajakan. Sebelum membajak isi air pada petakan sawah
seminggu sebelum pembajakan untuk melunakan tanah dan menghindarkan
melekatnya tanah pada mata bajak. Kedalaman dalam pembajakan 15-25 cm. Bajak
hingga tanah benar-benar terbalikan dan hancur.
 Tahap selanjutnya adalah mengaru sebelum penggaruan dimulai, terlebihdahulu air
didalam petakan dibuang, namun sedikit ditinggalkan untuk membasahi bongkahan

2
bongkahan tanah. Dan selama penggaruan, skemaliran pemasukan dan pembuangan
air harus ditutup, untuk menjaga supaya sisa air jangan sampai habis keluar dari
petakan. Dengan cara menggaru tanah memanjang dan melintang, bongkahan-
bongkahan tanah dapat dihancurkan. Setelah penggaruan pertama, sawah digenangi
lagi selama 7-10 hari. Agar karkas sisa tanaman terjadi fermentasi dan melapuk.
 Proses selanjutnya adalah meratakan. Proses ini sebenarnya adalah penggaruan yang
ke-dua. Yang dilakukan setelah lahan digenangi 7-10 hari.
 Pengolahan tanah mulai dari pembajakan pertama sampai perataan, memerlukan
waktu kira kira 25 hari.

3. Teknik menanam padi pada sawah Tadah Hujan

Pada penanaman padi pada sawah tadah hujan dilakukan teknik menanam adalah
Kegiatan tanam baru dapat dilakukan bila curah hujan sudah cukup stabil atau mencapai
sekitar 60 mm/dekade (10 hari).Di lahan tadah hujan, padi bisa ditanam secara monokultur
atau tumpangsari. Ada dua alternatif untuk pelaksanaannya. Alternatif pertama, pada awal
musim hujan sampai pertengahan musim huajn, lahan ditanami padi sebanyak satu kali. Pada
akhir atau pertengahan musim hujan, lahan ditanami padi secara monokultur sebanyak satu
kali. Sedangkan alternatif kedua pada awal musim hujan, lahan ditanami padi sebanyak satu
kali. Pada akhir atau pertengahan musim hujan sampai musim kemarau lahan dapat ditanami
padi secara tumpangsari. Tumpangsari dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama adalah
tumpangsari dua tanaman berumur pendek. Misalnya, padi. Pada metode ini waktu tanam
dilakukan bersamaan. Demikian pula waktu panennya. Karena terdapat tanaman lain, maka
jarak padi harus lebih lebar. Cara kedua dilakukan antara dua tanaman dengan umur berbeda..
Metode ini waktu tanamnya bersamaan. Ketika tanaman yang berumur pendek sudah
dipanen,padi masih dibiarkan tumbuh sampai saatnya panen. Dengan cara ini, jarak tanam
padi harus lebih lebar.Dapat juga dengan pola tanam Jajar Legowo (20x10) x 30 cm atau
(20x10) x 40 cm, 4-5 butir per lubang. Dengan seperti ini, populasi tanaman mencapai
400.000 rumpun/ha atau 330.000 rumpun/ha. Pelaksanaan penanaman dibantu dengan alat
semacam caplakan untuk padi sawah. Alat tersebut mempunyai 4 (empat) titik/mata yang
berjarak 20 cm dan 30 cm atau 20 cm dan 40 cm, dan ditambah 2 titik paku yang berjarak 15
cm atau 20 cm dari titik/mata caplakan paling pinggir. Ketinggian titik/mata caplakan sekitar
6-7 cm. Keuntungan cara tanam jajar legowo adalah banyak kemudahan dalam pemeliharaan
tanaman terutama penyiangan, penyemprotan dan pemupukan secara larikan. Dengan
melakukan pemeliharaan tanaman, Pada saat pertumbuhan vegetatif, hama yang sering
menyerang adalah lalat bibit dan penggerek batang. Pada pertumbuhan lanjut, hama
penggerek batang, pemakan dan penggullung daun juga sering menyerang. Pada beberapa
lokasi juga ada kemungkinan hama wereng coklat dan wereng hijau penular penyakit tungro
menyerang pertanaman. Bila tanaman sudah keluar malai, hama kepik hijau dan walang
sangit juga sering menyerang.

Selain adanya serangan hama, penyakit utama usahatani ini adalah penyakit blas yang
disebabkan oleh jamur Pycularia grisea dan penyakit bercak daun coklat Helminthosporium
oryzae dan bercak daun bergaris Cercospora orizae. Cara pengendalian penyakit yang paling
efektif dan efisien adalah dengan menanam varietas padi yang tahan, seperti varietas Tukad
Petanu untuk penyakit Tungro dan varietas Ciherang yang tahan wereng coklat biotipe 2..
Pemberian pupuk organik N, P dan K yang berimbang selain meningkatkan produksi juga
dapat menekan keparahan penyakit bercak daun. Bahkan dengan pengembalian jerami dan

3
pemberian pupuk kandang dapat mengurangi kerugian oleh penyakit ini (Suparyono et al.,
1992).

Gangguan lain yang sering muncul di lapangan adalah adanya kompetisi dengan
tumbuhan pengganggu atau gulma. Bila pertumbuhan gulma padat, tanaman pokok padi akan
sangat menderita karena kalah bersaing dalam mendapatkan air dan hara. Pengendalian
gulma sebaiknya dilakukan lebih awal. Penyiangan pertama gan kedua dilakukan pada umur
30-45 hari setelah tumbuh. Penyiangan dilakukan dengan menggunakan kored. Penyiangan
ini sekaligus sebagai cara pembumbunan tanaman.Gunakan prinsip-prinsip Pengendalian
Hama Terpadu (PHT), yaitu: pengendalian dilakukan secara fisik, mekanis atau kimiawi.
Penggunaan secara kimiawi dapat dilakukan apabila populasi organisme penggangu tanaman
(OPT) sudah melebihi ambang batas ± >5 dalam satu rumpun tanaman (OPT) sudah melebihi
ambang batas ± >5 dalam satu rumpun.

4. Tahap setelah proses panen pada sawah Tadah Hujan

Setelah melakukan panen,maka dilakukan proses selanjutnya sehinggan menjaga


keadaan tanah dan kebersihan lahan pada sawah tadah hujan tetap baik, yaitu sebagai berikut:

 Bersihkan lahan terlebih dulu


Lahan pertanian yang tidak diolah dengan baik pasca panen akan menimbulkan
masalah baru. Akibat tidak terawat maka akan tumbuh banyak gulma yang cukup
mengganggu. Kondisi tanah pun juga menjadi gersang karena tidak mendapatkan
asupan air dengan baik seperti masa tanam sebelum musim panen tiba.
Maka dari itu untuk mengolah lahan tersebut kembali Anda pun perlu melakukan
pembersihan secara menyeluruh. Khususnya membabat tanaman gulma maupun
rumput liar yang ada. Biarkanlah hingga kering dan bakarlah di tempat yang
aman.
 Berikan waktu jeda
Setelah Anda membersihkan lahan pertanian tersebut, sebaiknya jangan langsung
ditanami atau diolah kembali. Berikanlah waktu jeda agar kondisi lahan semakin
membaik. Pastikan pula tanaman rumput liar atau gulma benar-benar bersih dan
tidak muncul lagi. Sebab, jika ada beberapa gulma nantinya akan cepat menyebar
kembali jika tidak dibersihkan dengan baik. Hal ini juga akan membuat Anda
bekerja dua kali.
Idealnya jeda waktu yang diberikan untuk lahan pertanian sebelum diolah
kembali adalah dua minggu. Waktu dua minggu dirasa cukup untuk
mengembalikan kondisi tanah membaik. Lalu persiapkan pengolahan lahan bila
sudah mencapai 10 waktu jeda. Ini untuk mengecek kembali kondisi lahan
terakhir kali sebelum diolah.
 Mulailah mengolah lahan
Mengolah lahan pertanian ada beberapa cara yang perlu dilakukan. Pertama, agar
tanah dalam kondisi baik Anda bisa membajak tanah hingga tanah tersebut agar
hancur dan halus serta tidak padat. Kemudian tambahkan pupuk kandang dalam
jumlah secukupnya. Setelah tanah dan pupuk kandang tercampur maka dapat
dilanjutkan dengan membuat bedengan secara memanjang.Anda bisa
menggunakan mulsa plastik untuk membuat bedengan pada lahan pertanian yang
akan diolah kembali. Biasanya mulsa plastik ini digunakan untuk tanaman
hortikultura, sayuran, hingga buah-buahan. Bedengan plastik juga berfungsi
sebagai sarana untuk mempertahankan kelembaban tanah pada lahan.

 Perhatikan kelembapan tanah

4
Langkah berikutnya setelah pembedengan adalah Anda perlu melakukan
pengairan disekitar area yang ditanami. Tujuannya agar tanah tetap lembab dan
jika kelembapan tanah terjaga maka akan mempengaruhi proses pertumbuhan biji
tanaman. Meski begitu, Anda tetap harus memperhatikan jumlah air ketika
melakukan proses pengairan. Jangan sampai terlalu banyak dan dapat merusak
tanaman yang ada.
Bila pada proses pengolahan tanah dan melakukan penanaman kondisinya masih
terlalu asam, Anda bisa melakukan cara lainnya untuk menurunkan tingkat
keasamannya. Salah satunya dengan menggunakan kapur dolomit pada tanah
dengan jumlah secukupnya sesuai dengan kebutuhan lahan yang ada.

5. Pengaruh Tanah terhadap pengaplikasikan teknologi pengolahan tanah di


sawah tadah hujan

Teknologi dalam pengolahan lahan kering, pada dasarnya sangat berperan penting dan
dapat memberikan dampak perubahan yang baik, namun para petani pada umumnya lebih
banyak menggunakan cara bertani yang tradisional dan masih primitif, yaitu bagaimana
tata cara yang di ajarkan oleh nenek moyang mereka. Hal inilah yang bisa membuat
pertanian masih jauh dari keberhasilan, walaupun apabila kita melihat ada beberapa
petani yang sudah memanfaatkan teknologi yang canggih, akan tetapi itu hanya sebagian
kecilnya saja.

Teknologi dalam hal ini adalah mesin traktor yang di gunakan untuk membajak lahan
subur maupun lahan kering. Dalam hal ini, hanya sebagian kecil saja petani yang sudah
menggunakan mesin traktor ini, dan yang sebagian besar yang lainnya tidak mau
menggunakan mesin traktor karena mereka beranggapan bahwa menggunakan traktor
lebih banyak menghabiskan biaya, selain itu petani juga sebenarnya berpikir logis, yaitu
petani ada yang berpikir bahwa karena mesin traktor ini bisa menyebabkan lahan menjadi
tidak terlalu subur, hal ini dikarenakan bahwa pada saat pembajakan ada bahan kimia
seperti bensin atau solar yang di gunakan dalam traktor terjatuh ke dalam lahan, sehingga
bisa membuat lahan menjadi kurang subur. Sehingga dengan hal ini para petani
beranggapan bahwa mereka akan merugi, padahal menurut hasil yang di dapatkan,
mereka akan mendapatkan hasil yang lebih besar, namun karena para petani sudah
terdoktrin untuk tidak menggunakan teknologi ini.

Sumber daya air merupakan merupakan faktor pembatas utama dalam pengelolaan
wilayah lahan kering. Ada sebuah teknologi yang sangat berguna bagi para petani dalam
pengolahan lahan kering, yaitu mesin penyedot air dari sungai yang akan di alirkan ke
sawah-sawah dan ini sudah banyak petani yang mengunakannya. Mesin ini dinamakan
mesin ”diesel”. Konservasi air pada lahan kering menjamin keberhasilan pertanian di
lahan kering. Dengan teknologi seperti ini, maka petani sudah biasa lebih ringan dalam
mengolah lahan pertanian mereka.

6. Pengaruh manfaat Irigasi Air Tanah pada Sawah Tadah Hujan

Kualitas Air Tanah. Dalam menentukan kelas kualitas air tanah apakah cocok atau
sesuai untuk irigasi pertanian beberapa parameter dari hasil analisis kualitas air tanah
dari sumur produksi di blok Jalupang dibandingkan dengan beberapa parameter kriteria
yaitu SAR, daya hantar listrik (DHL), zat padat terlarut (TDS), persen Sodium, kadar
Klorida dan kadar Boron. Sodium Absorpsion Ratio (SAR) tidak dapat dihitung karena
5
pada hasil analisis laboratorium tidak terdapat nilai Ca dan Mg, begitu juga dengan
persen Sodium tidak dapat diketahui. Hasil analisis menunjukkan nilai daya hantar listrik
(DHL) sebesar 317 µS/cm, TDS sebesar 222 mg/l dan Klorida sebesar 10,85 mg/l.
Mengacu pada kriteria kelas kualitas air, air tanah dari sumur tersebut termasuk dalam
kelas baik, namun perlu dilakukan analisis kadar Boron dan SAR untuk lebih
meyakinkan pada kesimpulan yang diambil. Pengembangan Air Tanah. Pengembangan
air tanah yang direncanakan adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan air tanaman padi
dengan metode SRI pada lahan persawahan seluas 250 ha. Dalam pengembangan air
tanah perlu diperhatikan potensi ketersediaan air tanah dari sumber internal yaitu
imbuhan alami dan dari sumber eksternal yang dalam kasus ini adalah aliran air tanah
yang berasal dari Waduk Saguling. Dengan nilai N (imbuhan alami) sebesar 313
mm/tahun atau volume 1,75 x 106 m 3 /tahun atau debit 0.055 m 3 /s atau 55,49 liter/s,
berdasarkan azas kelestarian air tanah internal, maka debit pemompaan yang diizinkan
adalah sebesar 55,49 liter/s yang berlangsung secara terus menerus. Modulus
Pembuangan (Drainase). Modulus pembuang atau koefisien pembuang adalah jumlah
kelebihan air yang harus dibuang per satuan luas per satuan waktu. Untuk modulus
pembuang rencana dipilih curah hujan 3 hari dengan periode ulang 5 tahun sesuai
petunjuk KP Irigasi (1986). Jumlah maksimum curah hujan di lokasi kajian selama 3 hari
sebesar 146 mm sehingga didapatkan limpasan pembuangan permukaan selama 3 hari,
(D(3)) sebesar 133 mm dan modulus pembuangan ( ) sebesar 5,13 0 1 2 3 4 5 0 4 8 12 16
20 24 28 32 36 40 44 48 52 56 60 64 68 72 76 80 84 88 92 96 100 104 Dabit (l/s) HST
Grafik Neraca Air Daerah Oncoran MT-1 Debit Kebutuhan Debit Ketersediaan 0 1 2 3 4
5 0 4 8 12 16 20 24 28 32 36 40 44 48 52 56 60 64 68 72 76 80 84 88 92 96 100 104
Dabit (l/s) HST Grafik Neraca Air Daerah Oncoran MT-2 Debit Kebutuhan Debit
Ketersediaan 8 l/s/ha. Luas persawahan di lokasi kajian seluas 250 ha, sehingga
pembuangan air per petak dianggap konstan. Dari nilai-nilai tersebut dapat diketahui
debit pembuang rencana ( ) untuk sawah padi seluas 250 ha sebesar 1336,13 l/s atau 1,36
m3 /s. Pada kajian ini dirancang beberapa saluran kwarter langsung mengalirkan air ke
waduk, sementara beberapa saluran kwarter lain mengalir ke saluran pembuang tersier.
Saluran pembuang tersier tersebut menampung air dari 4 sampai 7 saluran kwarter. Tabel
berikut menunjukkan rencana saluran pembuang kwarter dan tersier. Kebutuhan Air
Irigasi.

Perhitungan kebutuhan air untuk SRI menggunakan pendekatan model neraca air
untuk irigasi terputus dengan interval harian. Hasil perhitungan untuk berbagai alternatif
jadwal tanam dapat dilihat pada Tabel 3. Pemberian air dilakukan dengan selang waktu 5
harian, sehingga frekuensi pemberian air pada masa vegetatif sebanyak 9 kali dan pada
masa generatif sebanyak 10 kali. Selang waktu tersebut dipilih berdasarkan hasil trial
and error dari simulasi model neraca air yang kemudian selang waktu diseragamkan
selama masa pertumbuhan untuk memudahkan dalam operasi pemberian air secara rotasi
atau bergilir.

6
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan data dan pembahsan di atas,dapat kita ambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Sawah tadah hujan adalah sawah yang mempunyai sumber pengairannya tergantung
pada air hujan.
2. Untuk melakukan pengolahan tanah pada tanaman padi pada sawah Tadah
Sawah,dilakukan tahap-tahap berikut :
 Lahan pertanian yang tidak diolah dengan baik pasca panen akan menimbulkan
masalah baru.
 Diawali dengan Perbaikan pematang sebelum pengolahan tanah dimulai pematang
harus diperbaiki, dibuat cukup tinggi dan lebar, agar dapat menahan air dengan
baik
 Selanjutnya dilaksanakan pembajakan.
 Tahap selanjutnya adalah mengaru sebelum penggaruan dimulai, terlebihdahulu
air didalam petakan dibuang, namun sedikit ditinggalkan untuk membasahi
bongkahan bongkahan tanah.
 Proses selanjutnya adalah meratakan. Proses ini sebenarnya adalah penggaruan
yang ke-dua. Yang dilakukan setelah lahan digenangi 7-10 hari.
 Pengolahan tanah mulai dari pembajakan pertama sampai perataan, memerlukan
waktu kira kira 25 hari.
3. Pada penanaman padi pada sawah tadah hujan dilakukan teknik menanam adalah
Kegiatan tanam baru dapat dilakukan bila curah hujan sudah cukup stabil atau
mencapai sekitar 60 mm/dekade (10 hari).Di lahan tadah hujan, padi bisa ditanam
secara monokultur atau tumpangsari. Ada dua alternatif untuk pelaksanaannya.
4. Tahap setelah proses panen pada sawah Tadah Hujan
Setelah melakukan panen,maka dilakukan proses selanjutnya sehinggan menjaga
keadaan tanah dan kebersihan lahan pada sawah tadah hujan tetap baik, yaitu sebagai
berikut:
 Bersihkan lahan terlebih dulu
 Berikan waktu jeda
 Mulailah mengolah lahan
 Perhatikan kelembapan tanah
5. Teknologi dalam hal ini adalah mesin traktor yang di gunakan untuk membajak lahan
subur maupun lahan kering. Dalam hal ini, hanya sebagian kecil saja petani yang
sudah menggunakan mesin traktor ini, dan yang sebagian besar yang lainnya tidak
mau menggunakan mesin traktor karena mereka beranggapan bahwa menggunakan
traktor lebih banyak menghabiskan biaya, selain itu petani juga sebenarnya berpikir
logis, yaitu petani ada yang berpikir bahwa karena mesin traktor ini bisa
menyebabkan lahan menjadi tidak terlalu subur, hal ini dikarenakan bahwa pada saat
pembajakan ada bahan kimia seperti bensin atau solar yang di gunakan dalam traktor
terjatuh ke dalam lahan, sehingga bisa membuat lahan menjadi kurang subur.
6. Kualitas Air Tanah. Dalam menentukan kelas kualitas air tanah apakah cocok atau
sesuai untuk irigasi pertanian beberapa parameter dari hasil analisis kualitas air tanah
dari sumur produksi di blok Jalupang.

7
Saran
Dalam penulisan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dan kesalahan, baik
dari segi penulisan maupun dari segi penyusunan kalimatnya dan dari segi isi juga masih
perlu ditambahkan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kepada para pembaca
atau makalah ini agar dapat memberikan kritikan dan masukan yang bersifat membangun.
Sehingga makalah dapat tersusun dengan baik dan sempurna.

8
Daftar pustaka

 https://yulfasari.blogspot.com/2014/12/pengolahan-tanah.html;
 https://ngori.wordpress.com/2009/08/28/pengelolaan-sawah-tadah-hujan/
 https://agriculturestiper.blogspot.com/2013/09/makalah-pola-tanam-sawah-
tadah-hujan.html ;
 https://kumparan.com/venture/begini-cara-mengolah-lahan-pertanian-pasca-
panen-dengan-tepat-1rRMmEmjuVj ;
 https://dosenpertanian.com/sawah-tadah-hujan/

Anda mungkin juga menyukai