Anda di halaman 1dari 13

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jombang, Februari 2020

Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipoglikemia (kadar glukosa darah yang abnormal-rendah) terjadi kalau
kadar glukosa turun di bawah 50 hingga 60 mg/dl (2,7 hingga 3,3mmol/L). Keadaan ini
dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi
makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat. Pada hipoglikemia
berat (kadar glukosa darah hingga di bawah 10 mg/dl), dapat terjadi serangan kejang
bahkan dapat terjadi koma (koma hipoglikemik). Pada sebagian besar kasus koma
hipoglikemik yang ditemukan di tempat pelayanan kesehatan umum (klinik/RS)
penyebab utamanya adalah karena terapi pemberian insulin pada pasien penderita
diabetes mellitus. Pada penelitian survey yang dilakukan oleh Department of Neurology
and Neurological Sciences, and Program in Neurosciences, Stanford University School
of Medicine,terdapat setidaknya 93,2% penyebab masuknya seseorang dengan gejala
koma hipoglikemik adalah mereka yang menderita diabetes mellitus dan telah menjalani
terapi pemberian insulin pada rentang waktu sekitar 1,5 tahunan.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui pengertian,
penyebab, tanda dan gejala serta penanganan kegawat daruratan pada HIPOGLIKEMIA
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah (glukosa) secara abnormal
rendah. Dalam keadaan normal, tubuh mempertahankan kadar gula darah antara 70-110
mg/dL. Pada diabetes, kadar gula darah terlalu tinggi; pada hipoglikemia, kadar gula darah
terlalu rendah. Kadar gula darah yang rendah menyebabkan berbagai sistem organ tubuh
mengalami kelainan fungsi. Hypoglikemi adalah konsentrasi glukose darah di bawah
40mg/100ml. Hypoglikemi merupakan keadaan yang serius dan keadaan semakin gawat jika
anak semakin muda.
Hipoglikemia terjadi kalau kadar glukosa turun di bawah 50 hingga 60 mg/dl (2,7 hingga
3,3mmol/L). Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang
berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat.
Pada hipoglikemia berat (kadar glukosa darah hingga di bawah 10 mg/dl), dapat terjadi
serangan kejang bahkan dapat terjadi koma (koma hipoglikemik). Sel otak tidak mampu
hidup jika kekurangan glukose. Hypoglikemi dapat terjadi berkaitan dengan banyak penyakit,
misalnya pada neonatus dengan ibu diabetes dan mengalami Hyperglikemi in utero, atau
sebagai komplikasi cidera dingin. Selama masa menggigil simpanan glikogen tubuh tidak
mencukupi, tetapi jika dihangatkan terjadi peningkatan kebutuhan glikogen. Simpanan
glikogen menurun dan cadangan tidak dapat memenuhi kebutuhan pada pemanasan (Rosa M
Sacharin, 1986).
Otak merupakan organ yang sangat peka terhadap kadar gula darah yang rendah karena
glukosa merupakan sumber energi otak yang utama. Otak memberikan respon terhadap kadar
gula darah yang rendah dan melalui sistem saraf, merangsang kelenjar adrenal untuk
melepaskan epinefrin (adrenalin). Hal ini akan merangsang hati untuk melepaskan gula agar
kadarnya dalam darah tetap terjaga. Jika kadarnya menurun, maka akan terjadi gangguan
fungsi otak.

B. Etiologi
Etiologi Hypoglikemi pada diabetes militus (DM)
1. Hypoglikemi pada DM stadium dini
2. Hypoglikemi dalam rangka pengobatan DM
a. Penggunaan insulin
b. Penggunaan sulfonilura
c. Bayi yang lahir dari ibu pasien DM
3. Hypoglikemi yang tidak berkaitan dengan DM
a. Hiperinsulinisme alimeter pascagastrektomi
b. Insulinoma
c. Penyakit hati berat
d. Tumor ekstrapankreatik.: fibrosarkoma, karsinoma ginjal
e. Hipopituitarisme

Hipoglikemia bisa disebabkan oleh:


 Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas
 Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita
diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya.
 Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
 Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.
Secara umum, hipogklikemia dapat dikategorikan sebagai yang berhubungan dengan
obat dan yang tidak berhubungan dengan obat. Sebagian besar kasus hipoglikemia terjadi
pada penderita diabetes dan berhubungan dengan obat. Penderita diabetes berat menahun
sangat peka terhadap hipoglikemia berat. Hal ini terjadi karena sel-sel pulau pankreasnya
tidak membentuk glukagon secara normal dan kelanjar adrenalnya tidak menghasilkan
epinefrin secara normal. Padahal kedua hal tersebut merupakan mekanisme utama tubuh
untuk mengatasi kadar gula darah yang rendah. Pemakaian alkohol dalam jumlah banyak
tanpa makan dalam waktu yang lama bisa menyebabkan hipoglikemia yang cukup berat
sehingga menyebabkan stupor.

Puasa yang lama bisa menyebabkan hipoglikemia hanya jika terdapat penyakit lain
(terutama penyakit kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal) atau mengkonsumsi sejumlah
besar alkohol. Cadangan karbohidrat di hati bisa menurun secara perlahan sehingga tubuh
tidak dapat mempertahankan kadar gula darah yang adekuat. Pada orang-orang yang
memiliki kelainan hati, beberapa jam berpuasa bisa menyebabkan hipoglikemia.

Bayi dan anak-anak yang memiliki kelainan sistem enzim hati yang memetabolisir
gula bisa mengalami hipoglikemia diantara jam-jam makannya.

Seseorang yang telah menjalani pembedahan lambung bisa mengalami hipoglikemia


diantara jam-jam makannya (hipoglikemia alimenter, salah satu jenis hipoglikemia reaktif).
Hipoglikemia terjadi karena gula sangat cepat diserap sehingga merangsang pembentukan
insulin yang berlebihan. Kadar insulin yang tinggi menyebabkan penurunan kadar gula darah
yang cepat.

Jenis hipoglikemia reaktif lainnya terjadi pada bayi dan anak-anak karena memakan
makanan yang mengandung gula fruktosa dan galaktosa atau asam amino leusin. Fruktosa
dan galaktosa menghalangi pelepasan glukosa dari hati; leusin merangsang pembentukan
insulin yang berlebihan oleh pankreas. Akibatnya terjadi kadar gula darah yang rendah
beberapa saat setelah memakan makanan yang mengandung zat-zat tersebut.

Hipoglikemia reaktif pada dewasa bisa terjadi setelah mengkonsumsi alkohol yang
dicampur dengan gula (misalnya gin dan tonik). Pembentukan insulin yang berlebihan juga
bisa menyebakan hipoglikemia. Hal ini bisa terjadi pada tumor sel penghasil insulin di
pankreas (insulinoma). Kadang tumor diluar pankreas yang menghasilkan hormon yang
menyerupai insulin bisa menyebabkan hipoglikemia.

Penyebab lainnya adalah penyakti autoimun, dimana tubuh membentuk antibodi yang
menyerang insulin. Kadar insulin dalam darah naik-turun secara abnormal karena pankreas
menghasilkan sejumlah insulin untuk melawan antibodi tersebut. Hal ini bisa terjadi pada
penderita atau bukan penderita diabetes. Hipoglikemia juga bisa terjadi akibat gagal ginjal
atau gagal jantung, kanker, kekurangan gizi, kelainan fungsi hipofisa atau adrenal, syok dan
infeksi yang berat. Penyakit hati yang berat (misalnya hepatitis virus, sirosis atau kanker)
juga bisa menyebabkan hipoglikemia.

C. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi (Arif Masjoer, 2001) terjadi hipoglikemia pada pasien yang mendapat
pengobatan insulin atau sulfonilurea:
1. Faktor-faktor yang berkaitan dengan pasien
a. Pengurangan / keterlambatan makan
b. Kesalahan dosis obat
c. Latihan jasmani yang berlebihan
d. Perubahan tempat suntikan insulin
e. Penurunan kebutuhan insulin
· Penyembuhan dari penyakit
· Nefropati diabetik
· Penyakit Addison
· Hipotirodisme
· Hipopituitarisme
f. Hari-hari pertama persalinan
g. Penyakit hati berat
h. Gastroparesis diabetik
2. Faktor-faktor yang berkaitan dengan dokter
a. Pengendalian glukosa darah yang ketat
b. Pemberian obat-obat yang mempunyai potensi hipogliklemik
C. Penggantian jenis insulin
D. Patofisiologi
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung pada
glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas, otak dapat
memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu dipakai dalam
beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat tergantung
pada suplai glukosa secara terus menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam
system saraf pusat dan saraf-saraf di dalam system saraf tersebut.
Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka akan
mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental seseorang telah
dapat dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar
glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian besar neuron
menjadi tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya
jumlah insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme
karbohidrat, protein, lemak, ada tiga gambaran klinis yang penting pada diabetes
ketoasidosis.
 Dehidrasi
 Kehilangan Elektrolit
 Asidosis
Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang
pula, di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali, kedua factor ini
akan menimbulkan hipoglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang
berlebihan dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan
elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotic yang di tandai oleh urinaria
berlebihan (poliuria) ini akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit. penderita
ketoasidosis diabetic yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 liter air dan sampai 400
hingga mEq natrium, kalium serta klorida selama periode waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (liposis) menjadi asam-
asam lemak bebas dan gliseral.asam lemak bebas akan di ubah menjadi badan keton oleh
hati, pada keton asidosis diabetic terjadi produksi badan keton yang berlebihan sebagai akibat
dari kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut,
badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton akan
menimbulkan asidosis metabolic.
Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik
akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti
perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak
tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan
fungsi pada sistem saraf pusat mencakup ketidak mampuan berkonsentrasi, sakit
kepala,vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, pati rasa di daerah bibir serta lidah, bicara
pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional,
penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan. Kombinasi dari gejala ini (di samping gejala
adrenergik) dapat terjadi pada hipoglikemia sedang.
Pada hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang sangat
berat, sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia
yang di deritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi,
serangan kejang, sulit di bangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran (Smeltzer.
2001).
E. Pathway
F. Manifestasi Klinis
Hipoglikemi terjadi karena adanya kelebihan insulin dalam darah sehingga menyebabkan
rendahnya kadar gula dalam darah. Kadar gula darah yang dapat menimbulkan gejala-gejala
hipoglikemi, bervariasi antara satu dengan yang lain. Pada awalnya tubuh memberikan
respon terhadap rendahnya kadar gula darah dengan melepasakan epinefrin (adrenalin) dari
kelenjar adrenal dan beberapa ujung saraf. Epinefrin merangsang pelepasan gula dari
cadangan tubuh tetapi juga menyebabkan gejala yang menyerupai serangan kecemasan
(berkeringat, kegelisahan, gemetaran, pingsan, jantung berdebar-debar dan kadang rasa
lapar). Hipoglikemia yang lebih berat menyebabkan berkurangnya glukosa ke otak dan
menyebabkan pusing, bingung, lelah, lemah, sakit kepala, perilaku yang tidak biasa, tidak
mampu berkonsentrasi, gangguan penglihatan, kejang dan koma.
Hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen.
Gejala yang menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi otak bisa terjadi secara
perlahan maupun secara tiba-tiba. Hal ini paling sering terjadi pada orang yang memakai
insulin atau obat hipoglikemik per-oral. Pada penderita tumor pankreas penghasil insulin,
gejalanya terjadi pada pagi hari setelah puasa semalaman, terutama jika cadangan gula darah
habis karena melakukan olah raga sebelum sarapan pagi. Pada mulanya hanya terjadi
serangan hipoglikemia sewaktu-waktu, tetapi lama-lama serangan lebih sering terjadi dan
lebih berat. Gejala hipoglikemik dan manifestasi dapat dibagi menjadi yang diproduksi oleh
hormon counterregulatory ( epinefrin / adrenalin dan glukagon) dipicu oleh glukosa jatuh,
dan efek neuroglycopenic dihasilkan oleh gula otak berkurang.
Manifestasi adrenergik
 Kegoyahan, kegelisahan,
 Berdebar-debar , tachycardia
 Berkeringat , rasa hangat (meskipun kelenjar keringat memiliki reseptor
muscarinic,sehingga "manifestasi adrenergik" tidak sepenuhnya akurat)
 Muka pucat , dingin
 Dilated murid (mydriasis)
 Perasaan mati rasa " kesemutan "(paresthesia)
Manifestasi Glukagon
 Kelaparan , borborygmus
 Mual , muntah , ketidaknyamanan perut
 Sakit kepala
Manifestasi Neuroglycopenic
 Abnormal pemikiran, penilaian terganggu
 Spesifik dysphoria, kecemasan , kemurungan, depresi, menangis
 Negativisme, lekas marah, agresif, combativeness, marah
 Kepribadian berubah, lability emosional
 Kelelahan , kelemahan, apatis, kelesuan , melamun, tidur
 Kebingungan, amnesia , pusing, delirium
 Menatap, "kaca" lihat, penglihatan kabur, penglihatan ganda
 Otomatis perilaku, juga dikenal sebagai otomatisme
 Kesulitan berbicara, bicara cadel
 Ataxia , ketiadaan, kadang-kadang keliru untuk " mabuk "
 Focal atau umum motor defisit, kelumpuhan , hemiparesis
 Paresthesia , sakit kepala
 Pingsan, koma, pernapasan abnormal
 Generalized atau fokus kejang
Tidak semua manifestasi di atas terjadi dalam setiap kasus hipoglikemia. Tidak ada
urutan yang konsisten untuk munculnya gejala, jika gejala bahkan terjadi. manifestasi
tertentu juga dapat bervariasi menurut umur, dengan tingkat keparahan hipoglikemia dan
kecepatan penurunan. Pada anak-anak muda, muntah kadang-kadang dapat menyertai
hipoglikemia pagi dengan ketosis . Pada anak yang lebih tua dan orang dewasa, berat
hipoglikemia agak bisa menyerupai mania , penyakit mental, intoksikasi obat, atau mabuk.
Pada orang tua, hipoglikemia dapat menghasilkan fokus stroke seperti efek-atau sulit
menentukan malaise. Gejala satu orang mungkin mirip dari episode ke episode, tetapi tidak
selalu begitu dan mungkin dipengaruhi oleh kecepatan di mana kadar glukosa yang
ditinggalkan, serta kejadian sebelumnya.
G. Pencegahan
Cara yang paling efektif untuk mencegah episode selanjutnya hipoglikemia tergantung
pada penyebabnya. Risiko episode lebih lanjut dari hipoglikemia diabetes sering dapat (tetapi
tidak selalu) akan berkurang dengan menurunkan dosis insulin atau obat lain, atau dengan
perhatian yang lebih cermat untuk menyeimbangkan gula darah pada jam yang tidak biasa,
tingkat yang lebih tinggi dari latihan, atau konsumsi alkohol. Banyak kesalahan metabolisme
bawaan memerlukan menghindari atau pemendekan interval puasa, atau karbohidrat ekstra.
Untuk gangguan yang lebih berat, seperti jenis penyakit penyimpanan glikogen 1, ini
mungkin diberikan dalam bentuk tepung jagung setiap beberapa jam atau dengan infus
lambung terus menerus. Beberapa perlakuan digunakan untuk hipoglikemia
hyperinsulinemic, tergantung pada bentuk yang tepat dan tingkat keparahan.

Beberapa bentuk hiperinsulinisme bawaan menanggapi diazoxide atau octreotide .


Operasi pengangkatan bagian terlalu aktif pankreas adalah kuratif dengan resiko minimal
ketika hiperinsulinisme adalah fokal atau karena tumor jinak memproduksi insulin
pankreas.Ketika hiperinsulinisme bawaan longgar dan tahan terhadap obat, pancreatectomy
nyaris total mungkin pengobatan terakhir, namun dalam kondisi ini kurang konsisten efektif
dan penuh dengan komplikasi lebih.

Hipoglikemia karena kekurangan hormon seperti hypopituitarism atau kekurangan


adrenal biasanya berhenti ketika hormon yang tepat diganti. Hipoglikemia karena sindrom
dumping dan kondisi pasca-bedah lainnya yang terbaik ditangani dengan mengubah diet.
Termasuk lemak dan protein dengan karbohidrat dapat memperlambat pencernaan dan
mengurangi sekresi insulin awal. Beberapa bentuk ini menanggapi pengobatan dengan
inhibitor glukosidase , yang memperlambat pati pencernaan.

Hipoglikemia reaktif dengan kadar glukosa menunjukkan rendah paling sering gangguan
ditebak yang bisa dihindari dengan mengkonsumsi lemak dan protein dengan karbohidrat,
dengan menambahkan camilan pagi atau sore hari, dan mengurangi konsumsi alkohol.

Sindrom Idiopathic postprandial tanpa kadar glukosa menunjukkan rendah pada saat
gejala bisa lebih dari tantangan manajemen. Banyak orang menemukan perbaikan dengan
mengubah pola makan (porsi kecil, menghindari gula berlebihan, makanan campuran
daripada karbohidrat sendiri), mengurangi asupan perangsang seperti kafein , atau dengan
membuat perubahan gaya hidup untuk mengurangi stres.

H. Penatalaksanaan
 Glukosa darah diarahkan kekadar glukosa puasa : 120 mg/dl
 Dengan rumus 3 – 2 – 1
Hipoglikemi:
 Pisang / roti / karbohidrat lain, bila gagal
 Teh gula, bila gagal tetesi gula kental atau madu dibawah lidah.
Koma hipoglikemi:
 Injeksi glukosa 40% iv 25 ml infus glukosa 10%, bila belum sadar dapat diulang setiap ½
jam sampai sadar (maksimum 6 x) bila gagal
 Injeksi efedrin bila tidak ada kontra indikasi jantung dll 25 – 50 mg atau injeksi glukagon
1 mg/im, setelah gula darah stabil, infus glukosa 10% dilepas bertahap dengan glukosa 5%
stop.

Anda mungkin juga menyukai