Anda di halaman 1dari 4

Riska Safitri Arief

A031171526

Manajemen Aset

Aset Tidak Berwujud

Setiap perusahaan dipastikan memiliki aktiva tidak berwujud yang dikenal


juga dengan istilah intangible asset. Pengertian dari aktiva tidak berwujud
(intangible asset) ini menunjuk pada aset dari perusahaan yang tidak berbentuk fisik
dan memiliki sifat aset jangka panjang. Artinya, aktiva tidak berwujud milik
perusahaan ini tidak ditujukan untuk dijual suatu hari nanti. Seluruh aktiva tidak
berwujud akan dikelola untuk menghasilkan keuntungan untuk operasional
perusahaan. Berdasarkan definisi dari aktiva tidak berwujud ini, maka dapat
dimengerti bahwa keberadaannya sangat penting untuk perusahaan. Namun ada
beberapa bentuk dan jenis berbeda dari aktiva tidak berwujud (intangible asset) ini.

Masalah akuntansi aset tidak berwujud tidak banyak berbeda dengan


masalah akuntansi aset tetap. Masalah tersebut adalah masalah harga perolehan,
alokasi harga perolehan (amortisasi) dan pemberhentiannya. Aset tidak berwujud
dicatat sebesar harga perolehannya. Harga perolehan aset berwujud dipengaruhi
bagaimana cara mendapatkannya. Harga perolehan aset tidak berwujud meliputi
semua biaya yang terjadi dalam rangka memperoleh aset tersebut. Bila aset
diperoleh dengan dikembangkan sendiri maka harga perolehannya adalah semua
pengeluaran yang terjadi dalam rangka pengembangan aset yang bersangkutan. Bila
diperoleh dengan pembelian maka unsur harga perolehan dapat berupa: harga yang
dibayar kepada penjual, biaya-biaya tambahan untuk mendapatkannya, seperti:
biaya notaris dan biaya administrasi, biaya percobaan dan lain sebagainya.

Karakteristik sebuah aset takberwujud yakni kemungkinana memberikan


manfaat ekonomis masa depan dari aset tersebut dan biaya perolehan aset tersebut
dapat diukur secara andal dan tidak mempunyai wujud fisik. Jika digunakan model
biaya, maka aset takberwujud dicatat dengan cara sbb: biaya perolehan dikurangi
dengan akumulasi amortisasi dan akumulasi rugi penurunan nilai . Sedangkan jika
digunakan model revaluasian, maka aset takberwujud dicatat pada jumlah
revaluasian, yakni nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi
amortisasi dan akumulasi rugi penurunan nilai setelah tanggal revaluasi.

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan masa


manfaat (umur) suatu aset tidak berwujud antara lain:
1. Undang-undang, peraturan-peraturan dan kontrak atau ketentuan-
ketentuan yang diatur dalam kontrak.
2. Ketentuan dan syarat untuk memperbarui atau memperpanjang
penggunaan yang diatur dalam kontrak.
3. Pengaruh persaingan, permintaan, ketinggalan zaman dan faktor
ekonomis lainnya.

Berdasarkan PSAK 19 paragraf 27 (revisi 2009) biaya perolehan aset tidak


berwujud terdiri dari:
a. Harga beli, termasuk bea masuk (import), dan pajak pembelian yang tidak
dapat dikembalikan, setelah dikurangkan diskon dan rabat: dan
b. Segala biaya yang dapat dikaitkan secara langsung dalam mempersiapkan
aset tersebut sehingga siap untuk digunakan.
Selama umurnya, harga perolehan aset tidak berwujud harus dilakukan amortisasi.
Dalam PSAK 19 (revisi 2009) dinyatakan bahwa:

Jumlah yang dapat diamortisasikan dari aset tidak berwujud harus


dialokasikan secara sistematis berdasarkan perkiraan terbaik dari masa manfaatnya.
Masa manfaat aset tidak berwujud dapat ditentukan oleh suatu entitas, yaitu
manfaat terbatas ataupun masa manfaat yang tidak terbatas. Amortisasi mulai
dihitung saat aset tidak berwujud siap digunakan.

Pengakuan Aset Tak Berwujud


Aset tak berwujud diakui pada saat diperoleh, dengan ketentuan:
 Individu/Perusahaan berpotensi akan mendapatkan manfaat ekonomi di
masa yang akan datang dari aset tersebut.

 Biaya-biaya dalam perolehannya bisa diukur dengan handal.

Penilaian/Pengukuran Aset Tak Berwujud


Aset tak berwujud dinilai/diukur sesuai dengan harga perolehannya. Biaya
perolehan aset tidak berwujud terdiri dari:

1. harga beli termasuk bea masuk (import), dan pajak pembelian yang tidak
dapat dikembalikan, setelah dikurangkan diskon dan rabat;

2. segala biaya yang dapat dikaitkan secara langsung dalam mempersiapkan


aset tersebut sehingga siap untuk digunakan.

Pencatatan Aset Tak Berwujud


Pencatatan akuntansi untuk pembelian dan amortisasi aset tak berwujud secara
sederhana adalah sebagai berikut:

Pembelian Amortisasi

(D) Aset Tak Berwujud (D) Biaya Amortisasi

(K) Kas (K) Aset Tak Berwujud

Pelaporan Aset Tak Berwujud


Aset tak berwujud disajikan dalam neraca pada kolom aktiva, dan dicatat sesuai
dengan nilai bersih setelah dikurangi oleh akumulasi amortisasi.
Jadi dapat dikatakan akuntansi aset tak berwujud adalah proses pencatatan,
pengakuan, pengukuran dan pelaporan atas harta tak berwujud/tak terterlihat yang
memberikan manfaat.
Jenis aktiva tak berwujud pertama yang dimiliki oleh perusahaan secara
eksklusif dinamakan sebagai hak paten. Selanjutnya, ada juga hak cipta sebagai
salah satu aktiva tidak berwujud dalam perusahaan yang memberikan hak secara
eksklusif untuk menerbitkan dan menjual karya tulis, musik, dan karya artistik
lainnya. Hukum yang mengatur mengenai penggunaan hak cipta ini adalah
Hukum Hak Cipta No.19 / 2002 yang berdasarkan peraturan dari pemerintah bisa
berlaku hingga 50 tahun. Jadi memang hak cipta suatu karya perusahaan bisa
diperpanjang selama waktu tersebut. Kemudian ada Hak Merek Dagang, Hak
Franchise, Hak Sewa, dan Hak Eksklusif.

Anda mungkin juga menyukai