Setiap perusahaan dipastikan memiliki aktiva tidak berwujud yang dikenal
juga dengan istilah intangible asset. Pengertian dari aktiva tidak berwujud (intangible asset) ini menunjuk pada aset dari perusahaan yang tidak berbentuk fisik dan memiliki sifat aset jangka panjang. Artinya, aktiva tidak berwujud milik perusahaan ini tidak ditujukan untuk dijual suatu hari nanti. Seluruh aktiva tidak berwujud akan dikelola untuk menghasilkan keuntungan untuk operasional perusahaan. Berdasarkan definisi dari aktiva tidak berwujud ini, maka dapat dimengerti bahwa keberadaannya sangat penting untuk perusahaan. Namun ada beberapa bentuk dan jenis berbeda dari aktiva tidak berwujud (intangible asset) ini.
Masalah akuntansi aset tidak berwujud tidak banyak berbeda dengan
masalah akuntansi aset tetap. Masalah tersebut adalah masalah harga perolehan, alokasi harga perolehan (amortisasi) dan pemberhentiannya. Aset tidak berwujud dicatat sebesar harga perolehannya. Harga perolehan aset berwujud dipengaruhi bagaimana cara mendapatkannya. Harga perolehan aset tidak berwujud meliputi semua biaya yang terjadi dalam rangka memperoleh aset tersebut. Bila aset diperoleh dengan dikembangkan sendiri maka harga perolehannya adalah semua pengeluaran yang terjadi dalam rangka pengembangan aset yang bersangkutan. Bila diperoleh dengan pembelian maka unsur harga perolehan dapat berupa: harga yang dibayar kepada penjual, biaya-biaya tambahan untuk mendapatkannya, seperti: biaya notaris dan biaya administrasi, biaya percobaan dan lain sebagainya.
Karakteristik sebuah aset takberwujud yakni kemungkinana memberikan
manfaat ekonomis masa depan dari aset tersebut dan biaya perolehan aset tersebut dapat diukur secara andal dan tidak mempunyai wujud fisik. Jika digunakan model biaya, maka aset takberwujud dicatat dengan cara sbb: biaya perolehan dikurangi dengan akumulasi amortisasi dan akumulasi rugi penurunan nilai . Sedangkan jika digunakan model revaluasian, maka aset takberwujud dicatat pada jumlah revaluasian, yakni nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi amortisasi dan akumulasi rugi penurunan nilai setelah tanggal revaluasi.
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan masa
manfaat (umur) suatu aset tidak berwujud antara lain: 1. Undang-undang, peraturan-peraturan dan kontrak atau ketentuan- ketentuan yang diatur dalam kontrak. 2. Ketentuan dan syarat untuk memperbarui atau memperpanjang penggunaan yang diatur dalam kontrak. 3. Pengaruh persaingan, permintaan, ketinggalan zaman dan faktor ekonomis lainnya.
Berdasarkan PSAK 19 paragraf 27 (revisi 2009) biaya perolehan aset tidak
berwujud terdiri dari: a. Harga beli, termasuk bea masuk (import), dan pajak pembelian yang tidak dapat dikembalikan, setelah dikurangkan diskon dan rabat: dan b. Segala biaya yang dapat dikaitkan secara langsung dalam mempersiapkan aset tersebut sehingga siap untuk digunakan. Selama umurnya, harga perolehan aset tidak berwujud harus dilakukan amortisasi. Dalam PSAK 19 (revisi 2009) dinyatakan bahwa:
Jumlah yang dapat diamortisasikan dari aset tidak berwujud harus
dialokasikan secara sistematis berdasarkan perkiraan terbaik dari masa manfaatnya. Masa manfaat aset tidak berwujud dapat ditentukan oleh suatu entitas, yaitu manfaat terbatas ataupun masa manfaat yang tidak terbatas. Amortisasi mulai dihitung saat aset tidak berwujud siap digunakan.
Pengakuan Aset Tak Berwujud
Aset tak berwujud diakui pada saat diperoleh, dengan ketentuan: Individu/Perusahaan berpotensi akan mendapatkan manfaat ekonomi di masa yang akan datang dari aset tersebut.
Biaya-biaya dalam perolehannya bisa diukur dengan handal.
Penilaian/Pengukuran Aset Tak Berwujud
Aset tak berwujud dinilai/diukur sesuai dengan harga perolehannya. Biaya perolehan aset tidak berwujud terdiri dari:
1. harga beli termasuk bea masuk (import), dan pajak pembelian yang tidak dapat dikembalikan, setelah dikurangkan diskon dan rabat;
2. segala biaya yang dapat dikaitkan secara langsung dalam mempersiapkan
aset tersebut sehingga siap untuk digunakan.
Pencatatan Aset Tak Berwujud
Pencatatan akuntansi untuk pembelian dan amortisasi aset tak berwujud secara sederhana adalah sebagai berikut:
Pembelian Amortisasi
(D) Aset Tak Berwujud (D) Biaya Amortisasi
(K) Kas (K) Aset Tak Berwujud
Pelaporan Aset Tak Berwujud
Aset tak berwujud disajikan dalam neraca pada kolom aktiva, dan dicatat sesuai dengan nilai bersih setelah dikurangi oleh akumulasi amortisasi. Jadi dapat dikatakan akuntansi aset tak berwujud adalah proses pencatatan, pengakuan, pengukuran dan pelaporan atas harta tak berwujud/tak terterlihat yang memberikan manfaat. Jenis aktiva tak berwujud pertama yang dimiliki oleh perusahaan secara eksklusif dinamakan sebagai hak paten. Selanjutnya, ada juga hak cipta sebagai salah satu aktiva tidak berwujud dalam perusahaan yang memberikan hak secara eksklusif untuk menerbitkan dan menjual karya tulis, musik, dan karya artistik lainnya. Hukum yang mengatur mengenai penggunaan hak cipta ini adalah Hukum Hak Cipta No.19 / 2002 yang berdasarkan peraturan dari pemerintah bisa berlaku hingga 50 tahun. Jadi memang hak cipta suatu karya perusahaan bisa diperpanjang selama waktu tersebut. Kemudian ada Hak Merek Dagang, Hak Franchise, Hak Sewa, dan Hak Eksklusif.