Anda di halaman 1dari 13

DAFTAR ISI

Halaman Judul…………………………………………………………………………………1

Kata
Pengantar……………….……………………………………………………………………2

Daftar
Isi……………………………………………………………………………………………..3

Daftar
Gambar……………………………………………………………………………………….4

Daftar Tabel …………………………………………………………………………………5

Bab I. Pendahuluan

Latar Belakang………………………………………………………………………6

Rumusan Masalah……………………………………………...……………………...7

Tujuan ……………………………………..……………………………….……….....7

Manfaat………………………………………………………..………………………7

Bab II. Tinjauan


..Pustaka…………………………………………………………..…………………………8

Bab III. Pembahasan………………………………………………..…………………….. 11

Bab IV. Penutup

Simpulan………………………………………………………...……………………17

Saran……………………………………………………………..…………………...17

Daftar
Pustaka……………………………………………………………………………………….17
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mikrobiologi pertanian adalah ilmu yang mempelajari tentang peranan mikroba dalam
bidang pertanian. Mikrobiologi Pertanian merupakan penggunaan Mikrobiologi untuk tujuan
memecahkan masalah-masalah praktis di bidang pertanian. Dengan demikian dapat
dirumuskan tugas dari Mikrobiologi Pertanian adalah mempelajari dan memanfaatkan
mikrobia sebaik mungkin guna meningkatkan produksi pertanian baik kuantitas maupun
kualitas dan menekan kemungkinan kehilangan produksi karena berbagai sebab.

Peran mikroba dalam bidang pertanian, mikroba diperlukan untuk menjaga


ketersediaan tiga unsur hara yang penting bagi tanaman antara lain, Nitrogen (N), fosfat (P),
dan kalim (K). Kurang lebih 74% kandungan udara adalah N. Namun, N udara tersebut harus
ditambat oleh mikroba dan diubah bentuknya terlebih dahulu agar bisa langsung
dimanfaatkan oleh tanaman. Mikroba penambat N simbiotik antara lain : Rhizobium sp yang
hidup di dalam bintil akar tanaman kacang-kacangan ( Leguminose ).

Rhizobium yang berasosiasi dengan tanaman legume mampu memfiksasi 100 – 300 kg
N/ha dalam satu musim tanaman dan meninggalkan sejumlah N untuk tanaman berikutnya.
Permasalahan yang perlu diperhatikan adalah efisiensi inokulan Rhizobium untuk jenis
tanaman tertentu. Rhizobium mampu mencukupi 80% kebutuhan nitrogen tanaman legume
dan meningkatan produksi anvara 10% - 25 %. Tanggapan tanaman sangat bervariasi
tergantung pada kondisi vanah dan efektivitas populasi asli (Sutanto, 2002).
B. Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan bakteri?


2. Apa yang dimaksud dengan Rhizobium Leguminosarum?
3. Bagaimana morfologinya?
4. Bagaimana cara kerja Rhizobium masuk ke dalam akar legum melalui rambut akar?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui bakteri


2. Untuk mengetahui peranan bakteri Rhizobium sp. dalam peningkatan produktivitas
pertanian.

D. Manfaat

1. Mengetahui penjelasan mengenai bakteri


2. Mengetahui definisi Rhizobium Leguminosarum
3. Mengetahui morfologi Rhizobium Leguminosarum
4. Mengetahui cara kerja Rhizobium masuk ke dalam akar legum
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bidang pertanian, setelah dipahaminya kemampuan mikroba dalam menambat


hara nitrogen, fosfat, belerang, dan hara lain, selanjutnya berkembang teknologi pemupukan
dengan memanfaatkan jasad renik. Jenis-jenis mikroba seperti jamur, bakteri, dan alga
mampu menambat hara untuk meningkatkan kesuburan tanah atau langsung untuk memenuhi
kebutuhan tanaman. Selain dapat meningkatkan kesuburan tanah, mikroba tanah juga dapat
menghasilkan hormon tumbuh dan pestisida. (Ramdana Sari, et al: 2015)

Pada dasarnya kesuburan tanah local merupakan kunci keberhasilan system pertanian
organic, baik kesuburan fisik, kimia maupun biologi. Bila kesuburan tanah telah baik, maka
akan tercipta lingkungan pertanaman terutama untuk perakaran yang diinginkan, ketersediaan
hara-hara makro dan mikro terpenuhi dan aktivitas mikroorganisme tanah untuk membantu
tanah juga terjaga. Pemanfaatan mikroba tanah untuk meningkatkan dan mempertahankan
kesuburan tanah dalam system pertanian sangat penting (Nini: 2005).

Empat besar unsur-unsur penyusun tubuh tanaman adalah karbon, hidrogen, oksigen,
dan nitrogen. Tiga besar pertama tersedia dalam bentuk karbondioksida (CO2), air (H2O),
dan oksigen (O2). Sebaliknya nitrogen, unsur pembentuk senyawa protein, relatif tidak dapat
dimanfaatkan secara langsung oleh tanaman meskipun sekitar 80 % udara tersusun oleh
senyawa ini (Dakora et al., 2008).

Tania et al. (2012) mengatakan bahwa bila unsur N cukup tersedia bagi tanaman maka
kandungan klorofil pada daun akan meningkat dan proses fotosintesis juga meningkat
sehingga asimilat yang dihasilkan lebih banyak, akibatnya pertumbuhan tanaman lebih baik.

Beberapa keuntungan dapat diperoleh dengan memanfaatkan kelompok bakteri


penambat nitrogen sebagai pupuk hayati. Menurut Khairul (2001) dalam Surtiningsih et al.
(2009), pemanfaatan bakteri tersebut tidak mempunyai bahaya atau efek samping. Selain itu,
efisiensi penggunaan dapat ditingkatkan tanpa menimbulkan bahaya pencemaran terhadap
lingkungan, harga yang relatif murah, dan menggunakan teknologi yang cukup sederhana.
Salah satu bakteri tanah yang mempunyai peran penting dalam penambatan N2 bebas dari
udara sehingga menjadi senyawa nitrogen yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman
adalah Rhizobium.

Bakteri Rhizobium merupakan mikroba yang mampu mengikat nitrogen bebas yang
berada di udara menjadi ammonia (NH3) yang akan diubah menjadi asam amino yang
selanjutnya menjadi senyawa nitrogen yang diperlukan tanaman untuk tumbuh dan
berkembang, sedangkan Rhizobium sendiri memperoleh karbohidrat sebagai sumber energi
dari tanaman inang (Ramdana, et al: 2015).

Surtiningsih, et al. (2009) menjelaskan karakteristik bakteri Rhizobium secara


makroskopis adalah warna koloni putih susu, tidak transparan, bentuk koloni sirkuler,
konveks, semitranslusen, diameter 2 - 4 mm dalam waktu 3 - 5 hari pada agar khamir-
manitol-garam mineral. Organisme ini memiliki ciri khas yaitu dapat menyerang rambut akar
tanaman kacang-kacangan di daerah beriklim sedang atau beberapa daerah tropis dan
mendorong memproduksi bintil-bintil akar yang menjadikan bakteri sebagai simbiosis
intraseluler. Kehadiran bakteri pada bintil-bintil akar sebagai bentuk pleomorfik di mana
secara normal termasuk dalam fiksasi nitrogen atmosfer ke dalam suatu bentuk
penggabungan yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman inang. Semua galur bakteri bintil akar
menunjukkan afinitas terhadap inang.

Gambar 1. Bakteri Rhizobium sp. menempel pada tumbuhan inang


Sumber : rhizobiumproduction.blogspot.com320 × 215Search by image

Pemanfaatan Rhizobium dalam Produksi Pertanian Dilakukan Melalui:

1. Pemeliharaan dan peningkatan kesuburan tanah dengan memanfaatkan mikrobia yang


berperan dalam siklus Nitrogen (mikrobia penambat nitrogen, mikrobia amonifikasi,
nitrifikasi, dan denitrifikasi), Fosfor (mikrobia pelarut fosfat), Sulfur (Mikrobia
pengoksidasi sulfur), dan Logam-logam (Fe, Cu, Mn, dan Al),
2. Pemeliharaan kesehatan tanah dengan memanfaatkan mikrobia penekan organisma
pengganggu tanaman (OPT),
3. Pemulihan kesehatan tanah dengan memanfaatkan mikrobia pendekomposisi /
penyerap senyawa-senyawa toksik terhadap mahluk hidup (Bioremediasi),
4. Pemacuan pertumbuhan tanaman dengan memanfaatkan mikrobia penghasil
fitohormon.

Penggunaan Rhizobium sebagai pupuk hayati memiliki prospek yang baik karena dapat
meningkatkan produktivitas tanah, membantu proses pelarutan hara, dan meningkatkan daya
dukung tanah sebagai akibat rendahnya aktivitas mikroba (Bertham et al., 2005). Rhizobium
yang berasosiasi dengan tanaman legum mampu memenuhi 80% kebutuhan nitrogen tanaman
legum dan dapat meningkatkan produksi antara 10-25% (Sutanto, 2002 dalam Rahmawati,
2005).

Rhizobium menginfeksi akar leguminoceae melalui ujung-ujung bulu akar yang tidak
berselulose, karena bakteri Rhizobium tidak dapat menghidrolisis selulose. Rhizobium yang
tumbuh dalam bintil akar leguminoceae mengambil nitrogen langsung dari udara dengan
aktifitas bersama sel tanaman dan bakteri, nitrogen itu disusun menjadi senyawaan nitrogen
seperti asam-asam amino dan polipeptida yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan, bakteri
dan tanak disekitarnya. Baik bakteri maupun legum tidak dapat menambat nitrogen secara
mandiri, bila Rhizobium tidak ada dan nitrogen tidak terdapat dalam tanah legum tersebut
akan mati. Bakteri Rhizobium hidup dengan menginfeksi akar tanaman legum dan berasosiasi
dengan tanaman tersebut, dengan mengikat nitrogen.
Peranan rhizobium terhadap pertumbuhan tanaman khususnya berkaitan dengan
masalah ketersediaan nitrogen bagi tanaman inangnya. Pada tanaman legum, Rhizobium
mampu mencukupi 80% kebutuhan nitrogen tanaman legum dan meningkatkan produksi
antara 10% - 25%. Tanggapan tanaman sangat bervariasi tergantung pada kondisi tanah dan
efektivitas populasi asli.
Bakteri Rhizobium adalah salah satu kelompok bakteri yang berkemampuan sebagai
penyedia hara bagi tanaman.
Penggunaan Rhizobium sebagai biofertilizer memerlukan medium pembawa yang
sesuai untuk pertumbuhannya. Sampai saat ini masih terus dilakukan penelitian untuk
memperoleh medium pembawa yang tepat sehingga memungkinkan bakteri ini memiliki daya
hidup yang tinggi pada medium tersebut.
Bakteri Rhizobium merupakan mikroba yang mampu mengikat nitrogen bebas yang
berada di udara menjadi ammonia (NH3) yang akan diubah menjadi asam amino yang
selanjutnya menjadi senyawa nitrogen yang diperlukan tanaman untuk tumbuh dan
berkembang, sedangkan Rhizobium sendiri memperoleh karbohidrat sebagai sumber energi
dari tanaman inang (Allen dan Allen, 1981). Penambatan nitrogen secara biologis
diperkirakan menyumbang lebih dari 170 juta ton nitrogen ke biosfer per tahun, 80% di
antaranya merupakan hasil simbiosis antara bakteri Rhizobium dengan tanaman leguminosa
(Peoples et al., 1997 dalam Prayitno et al., 2000). Dalam keadaan lingkungan yang memenuhi
persyaratan tumbuh, simbiosis yang terjadi mampu memenuhi 50% atau bahkan seluruh
kebutuhan nitrogen tanaman yang bersangkutan dengan cara menambat nitrogen bebas
(Saono, 1981). Di samping itu bakteri Rhizobium tersebut mempunyai dampak yang positip
baik langsung maupun tidak langsung terhadap sifat fisik dan kimia tanah, sehingga mampu
meningkatkan kesuburan tanah (Alexander, 1977), namun dalam kehidupannya bakteri
Rhizobium tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah, terutama pH tanah (Skerman,
1977) kondisi fisik, kimia serta biologi tanah (Sprent, 1976). Selain itu faktor kompetisi
merupakan faktor paling kritis yang menghambat kesuksesan inokulasi Rhizobium, kompetisi
tidak hanya ada pada Rhizobium, tetapi ada pada semua mikroba dalam kaitannya dengan
ekologi mikroba (Saraswati dan Susilowati, 1999), serta efisiensi inokulan Rhizobium untuk
jenis tanaman tertentu perlu diperhatikan.

BAB III

PEMBAHASAN
4.1 Definisi bakteri

Bakteri berasal dari kata bakterion (bahasa Yunani) yang berarti tongkat atau batang.
Bentuk bakteri dibagi atas tiga golongan, yaitu golongan basil (tongkat/batang), golongan
kokus (bulat), dan spiril (bengkok). Bentuk tubuh bakteri dipengaruhi oleh keadaan medium
dan usia bakteri (Dwijoseputro, 2010). Bakteri merupakan mikroba uniseluler, pada
umumnya tidak mempunyai klorofil. Ada beberapa yang fotosintetik dan reproduksi aseksual
dengan pembelahan sel. Bakteri umumnya berukuran kecil dengan karakteristik dimensi
sekitar 1 µm. Sel dapat tunggal ataupun rantaian. Beberapa kelompok memiliki flagella dan
dapat bergerak aktif. Bakteri memiliki berat jenis 1,05-1,1 g cm -3 dan berat sekitar 10-12 g
sebagai partikel kering, bentuknya ada bulat (cocci), batang (bacil) dan lengkung. Bentuk
bakteri dipengaruhi oleh umur dan syarat pertumbuhan tertentu. Bakteri dikenal dengan
bentuk yang disebut involusi, yaitu perubahan bentuk yang disebabkan karena faktor-faktor
keadaan sekitar yang tidak menguntungkan seperti faktor makanan, suhu dan hal lain yang
kurang menguntungkan bagi bakteri. Selain bentuk involusi dikenal pula pleomorfi, yaitu
bentuk yang bermacam-macam dan teratur yang terdapat pada suatu bakteri meskipun
ditumbuhkan pada syarat-syarat pertumbuhan yang sesuai (Hidayat et al., 2006).

2.2 Definisi Rhizobium Leguminosarum


Bakteri nitrogen adalah bakteri yang mampu mengikat nitrogen bebas dari udara
dan mengubahnya menjadi suatu senyawa yang dapat diserap oleh tumbuhan. Karena
kemampuannya mengikat nitrogen diudara, bakteri – bakteri ini berpengaruh pada nilai
ekonomi tanah pertanian. Kelompok bakteri ada yang hidup bebas maupun simbiosis.
Bakteri nitrogen yang hidup bebas adalah Azotobackter chrooccum, Clostridium
pasteurianum, dan Rhodospirillum rubrum. Sedangkan bakteri nitrogen yang hidup
bersimbiosis yaitu rhizobium leguminosarum yang bersimbiosis dengan Leguminosa,
hidup dalam akar membentuk nodul atau bintil – bintil akar.
Rhizobium adalah genus bakteri tanah Gram-negatif yang memfiksasi nitrogen.
Umumnya bakteri ini ditemukan pada nodul akar tanaman leguminosae.Apabila
bersimbiosis dengan tanaman legum, kelompok bakteri ini akan menginfeksi akar
tanaman dan membentuk bintil akar di dalamnya. Rhizobium hanya dapat memfiksasi
nitrogen atmosfer bila berada di dalam bintil akar dari mitra legumnya.Rhizobium yang
tumbuh dalam bintil akar leguminoceae mengambil nitrogen langsung dari udara dengan
aktifitas bersama sel tanaman dan bakteri, nitrogen itu disusun menjadis enyawaan
nitrogen seperti asam-asam amino dan polipeptida yang ditemukan dalam tumbuh-
tumbuhan, bakteri dan tanak disekitarnya. Baik bakteri maupun legume tidak dapat
menambat nitrogen secara mandiri, bila Rhizobium tidak ada dan nitrogen tidak terdapat
dalam tanah legume tersebut akan mati. Bakteri Rhizobium hidup dengan menginfeksi
akar tanaman legume dan berasosiasi dengan tanaman tersebut, dengan mengikat
nitrogen.
Peranan Rhizobium terhadap pertumbuhan tanaman khususnya berkaitan dengan
ketersediaan nitrogen bagi tanaman inangnya. Pada tanaman legum, Rhizobium mampu
mencukupi 80% kebutuhan nitrogen tanaman legume dan meningkatkan produksi antara
10% - 25%. Tanggapan tanaman sangat bervariasi tergantung pada kondisi tanah dan
efektivitas populasi asli. Bakteri Rhizobium adalah salah satu kelompok bakteri yang
berkemampuan sebagai penyedia hara bagi tanaman.
Bakteri Rhizobium merupakan mikroba yang mampu mengikat nitrogen bebas
yang berada di udara menjadi ammonia (NH3) yang akan diubah menjadi asam amino
yang selanjutnya menjadi senyawa nitrogen yang diperlukan tanaman untuk tumbuh dan
berkembang, sedangkan Rhizobium sendiri memperoleh karbohidrat sebagai sumber
energi dari tanaman inang.Tumbuhan yang bersimbiosis dengan Rhizobium banyak
digunakan untuk pupuk hijau seperti Crotalaria, Tephrosia,dan Indigofera.

2.3 Morfologi Rhizobium


Rhizobium berasal daridua kata yaitu Rhizo yang artinya akar dan bios yang
berarti hidup.Karakteristik bakteri Rhizobium secara makroskopis adalah warna koloni
putih susu, tidak transparan, bentuk koloni sirkuler, konveks, semitranslusen, diameter
2–4 mm dalam waktu 3–5 hari pada agar khamir-manitol-garam mineral. Secara
mikroskopis sel bakteri Rhizobium berbentuk batang, aerobik, gram negatif dengan
ukuran 0,5–0,9×1,2–3 µm, bersifat motil pada media cair, umumnya memiliki satu
flagela polar atau subpolar. Untuk pertumbuhan optimum dibutuhkan temperatur 25–30°
C, pH 6–7 (kecuali galur-galur dari tanah masam). Bakteri Rhizobium bersifat
kemoorganotropik, yaitu dapat mengunakan berbagai karbohidrat dan garam-garam asam
organik sebagai sumber karbonnya. (Holl, 1975)
Pengamatan morfologi meliputi pewarnaan Gram, morfologi mikroskopis,
morfologi makroskopis yang meliputi bentuk, diameter, elevasi, konsistensi dan warna
koloni. Karakter fisiologis rhizobia yang diamati meliputi kemampuan membentuk asam
atau basa pada media YEMA ditambah dengan 1 % bromthymol blue (BTB),
kemampuan tumbuh pada sumber karbondulcitol dan sumber nitrogen Lhistidinserta uji
katalase. (Holt et al. 1994)

2.4 Karakterisasi Rhizobium


Bakteri mempunyai bentuk echinulate ketika ditumbuhkan di media miring, dan
ketika ditumbuhkan di media cawan (ukuran besar, berwarna putih susu, opaque
(tidak bias ditembus cahaya, bentuknya sirkular, elevasinya convex (cembung),
permukaanya halus mengkilap, marginnya entire). Hal yang hampir serupa bahwa
ciri-ciri bakteri Rhizobium adalah bulat dengan permukaan seperti kubah atau
kerucut, dan berwarna putih seperti susu atau jernih seperti air, serta tidak menyerap
warna merah. (Soekartadiredja1992, dalam Purwaningsih, 2004)
Rhizobium bersifat motil. Hal ini diperkirakan bahwa ada hubungannya dengan
ketersediaan oksigen di dalam sensitive terhadap ketersediaan kalsium, sedang setelah
mulai pertumbuhan nodule tidak dipengaruhi oleh menurunnya konsentrasi kalsium.
pH tanah sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dan pemfiksasian N2,
dan pH tanah yang baik berkisar antara 6-7. (Arsyad,2007)
pH netral (pH 7) lebih baik bagi pertumbuhan bakteri). Tiaporganis memempunyai
kemampuaan tumbuhdalam kisaran pH yang spesifik dan kebutuhan pH yang spesifik
ini menggambarkan kemampuan organism beradaptasi pada lingkungan tersebut.
(Sunatmo,2009)
2.5 Cara Kerja
Fiksasi (penambatan) nitrogen merupakan proses biokimiawi di dalam tanah yang
memainkan salah satu peranan paling penting, yaitu mengubah nitrogen atmosfer (N2,
atau nitrogen bebas) menjadi nitrogen dalam persenyawaan/nitrogen tertambat. Adapun
genusgenus bakteri yang dapat mengikat N2 di udara yaitu Azotobacter, Clostridium,
dan Rhodospirilum. Selain itu, dikenal pula genus bakteri yang mampu mengikat N2
bebas, tetapi hanya dapat hidup jika bersimbiosis dengan tanaman dari suku
Leguminoceae, yaitu genus Rhizobium (Nasikah, 2007).
Rhizobium masuk ke dalam akar legum melalui rambut akar atau secara langsung
ke titik munculnya akar lateral. Rambut akar merupakan bagian tanaman yang pertama
kali dapat memberikan respon karena terinfeksi Rhizobium. Di dalam bintil akar tidak
hanya terdapat satu strain Rhizobium saja, mungkin dua atau lebih strain hidup bersama-
sama di dalam satu bintil akar. Meskipun demikian, beberapa genus hanya ditemukan
pada tanaman inang tertentu (spesifik) saja. Strain Rhizobium mampu menginfeksi
legum dengan melepaskan polisakarida spesifik yang menyebabkan lebih banyak
aktivitas pektolitik oleh akar. Beberapa berpendapat bahwa robekan mekanik terjadi di
mana Rhizobium masuk ke dinding rambut akar yang pecah dan Rhizobium
terperangkap sampai rambut akar yang telah berubah bentuk terbungkus kembali (Dewi,
2007).
Dewi (2007) menyatakan terbentuknya nodula akar dimulai dengan masuknya
infeksi benang dan berpenetrasi ke dalam akar dari sel ke sel. Sel ini terbagi membentuk
jaringan nodula di mana bakteri ini membelah dan menggandakan diri. Batas pemisah
pun berkembang, lokasi pusat di mana bakteri berada dinamakan zona bakteri yang
ditandai dengan adanya nodula dari bakteri yang menyerangnya, sedangkan jaringan
bebas dinamakan korteks nodula. Jaringan nodula tumbuh dalam berbagai ukuran,
mendorong dirinya melalui akar dan kemudian muncul sebagai tambahan dalam sistem
perakaran. Ukuran dan bentuknya bergantung pada spesies dan tanaman legumnya.
Ada dua tipe nodula, yaitu efektif dan inefektif. Nodula efektif dibentuk oleh
strain efektif dari Rhizobium. Nodula ini berkembang dengan baik, berwarna merah
muda akibat adanya pigmen leghaemoglobin. Jaringan bakteroid berkembang baik dan
terorganisasi dengan baik dengan banyak bakteroid (Dewi, 2007). Surtiningsih, et al.
(2009) menyatakan terbentuknya bintil akar efektif yang lebih banyak mampu
meningkatkan penambatan nitrogen yang selanjutnya untuk membentuk klorofil dan
enzim. Peningkatan klorofil dan enzim mampu meningkatkan fotosintesis yang pada
akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan generatif (hasil produksi biji)
tanaman. Berbeda dengan strain inefektif dari Rhizobium, bentuk nodula umumnya kecil
dan berisi sedikit jaringan bakteroid yang berkembang, menunjukkan akumulasi tepung
dalam sel tanaman inang yang tidak berisi Rhizobium. Bakteroid dalam nodula inefektif
berisi glikogen.
Terjadinya simbiosis antara tanaman inang tertentu dengan Rhizobium ditentukan
paling sedikit dua tahap perubahan sinyal yang saling bergantian antara tanaman dan
mikrosimbiotik. Pertama, gen bakteri nodulasi (nod) aktif dalam merespon sinyal
molekul yang dikeluarkan tanaman seperti flavonoid, dihasilkan dari biosintesis dan
sekresi lipochitooligosaccharides (LCOs) oleh bakteri Rhizobium. Tahap kedua, LCOs
mendatangkan bentuk nodul pada akar tanaman inang dan memicu proses infeksi. LCOs
yang menyebabkan bentuk akar bernodula pada tanaman inang dinamakan faktor Nod
(Dewi, 2007).
Dewi (2007) menjelaskan bahwa fiksasi nitrogen melibatkan penggunaan ATP
dan proses reduksi ekuivalen yang berasal dari metabolisme primer. Semua reaksi yang
terjadi dikatalisis oleh nitrogenase. Enzim ini mengandung 2 molekul nutrien yaitu
molekul protein besi dan 1 molekul protein molibden besi. Reaksi ini berlangsung ketika
molekul N2 terikat pada kompleks enzim nitrogenase. Protein Fe mula-mula direduksi
oleh elektron yang diberikan oleh ferredoksin. Kemudian Fe reduksi mengikat ATP dan
mereduksi protein molibden besi yang memberikan elektron pada N2 sehingga
menghasilkan NH=NH. Pada dua daur berikutnya prosesi ini (masing-masing
membutuhkan elektron yang disumbangkan oleh ferredoksin) NH=NH direduksi menjadi
H2N-NH2 dan selanjutnya direduksi menjadi NH3 tergantung pada jenis mikrobanya,
ferredoksin reduksi yang memasok elektron untuk proses ini diperoleh melalui
fotosintesis, respirasi atau fermentasi. Hamzah (2013) menambahkan bahwa produk
akhir dari proses pengikatan nitrogen adalah Amoniak (NH3) dan air. Enzim nitrogenase
akan hancur ketika kontak dengan oksigen. Oleh karena itu, proses pengikatan nitrogen
hanya terjadi pada kondisi anaerob (tanpa oksigen) atau oksigen yang dinetralkan dengan
bahan kimia lain seperti Leghemoglobin.
Beberapa faktor yang berpengaruh pada proses fiksasi nitrogen, di antaranya
yaitu
(1) terdapatnya tanaman inang yang sesuai;
(2) derajat keasaman tanah atau pH tanah;
(3) ketersediaan hara;
(4) kondisi fisik tanah (misalnya tergenang); dan
(5) adanya serangan virus bakteri (bacteriophage) dapat menyebabkan
berkurangnya populasi Rhizobium dalam tanah.
Penambatan nitrogen secara biologis diperkirakan lebih dari 170 juta ton nitrogen
ke biosfer per tahun, 80 % di antaranya merupakan hasil simbiosis antara bakteri
Rhizobium dengan tanaman leguminosa. Simbiosis yang terjadi mampu memenuhi 50 %
atau bahkan seluruh kebutuhan nitrogen tanaman yang bersangkutan dengan cara
menambat nitrogen bebas. Di samping itu, bakteri Rhizobium mempunyai dampak yang
positif baik langsung maupun tidak langsung terhadap sifat fisik dan kimia tanah,
sehingga mampu meningkatkan kesuburan tanah. Namun demikian, dalam kehidupannya
bakteri Rhizobium tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah, terutama pH tanah,
kondisi fisik, kimia serta biologi tanah (Purwaningsih, 2008).
Mengingat besarnya peranan bakteri Rhizobium, maka keberadaan bakteri
tersebut perlu dikonservasi dan diisolasi dalam bentuk koleksi kultur. Koleksi kultur
bakteri memberikan jaminan bahwa bakteri yang telah dideskripsikan tersimpan dengan
aman dan baik, sehingga tersedia setiap saat untuk keperluan generasi sekarang dan masa
mendatang. Untuk selanjutnya isolat-isolat bakteri dari suatu daerah akan digunakan
kembali di kawasan tersebut sehingga mempunyai peluang keberhasilan yang lebih
tinggi penggunaan inokulan yang berasal dari daerah lain (Purwaningsih, 2008).
Bahkanadacara manual bernama biofertilisasi bakteri Rhizobium. Biofertilisasi
bakteri Rhizobium adalah pemberian bakteri simbiotik Rhizobium penambat nitrogen
pada tanaman (Surtiningsih, et al., 2009). Kemampuan bakteri Rhizobium menambat
nitrogen telah banyak dilaporkan. Diperkirakan dalam setahun, bakteri ini mampu
menambat N udara antara 50 - 600 kg/ha. Angka sebesar itu, jika disetarakan dengan
pupuk urea menjadi sekitar 100 - 1300 kg/ha. Pemberian bakteri simbiotik penambat
nitrogen diharapkan dapat menambah sumber nitrogen yang murah sehingga membantu
mengurangi biaya produksi, mengingat pupuk kimia urea harganya semakin mahal dan
penggunaan terus-menerus pupuk kimia tersebut dapat mencemari lingkungan.

2.5 Fase Pertumbuhan Bakteri


a. Fase adaptasi

Fase ini bakteri baru menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, bermacam-macam
enzim dan zat perantara dibentuk sehingga keadaannya memungkinkan terjadinya
pertumbuhan lebih lanjut. Sel-selnya mulai membesar tetapi belum membelah diri
(Suprihatin, 2010).

b. Fase pertumbuhan awal (lag phase)

Fase ini bakteri mulai membelah diri dengan kecepatan yang rendah karena baru
menyesuaikan diri (Suprihatin, 2010).

c. Fase Pertumbuhan Logaritma (fase pertumbuhan eksponen)

Fase ini metabolism sel paling aktif, sintesis bahan sel sangat cepat dengan jumlah
konstan sampai nutrisi habis atau terjadinya penimbunan hasil metabolisme yang
menghambat pertumbuhan (Sumarsih, 2003).

d. Fase Pertumbuhan Lambat

Fase ini populasi mikroba lambat karena zat-zat nutrisi di dalam medium sudah sangat
berkurang, adanya hasil-hasil metabolisme yang beracun atau dapat menghambat
pertumbuhan mikroba. Pada fase ini jumlah populasi 20 masih naik karena jumlah sel
yang tumbuh masih lebih banyak daripada jumlah sel yang mati (Suprihatin,
2010).Kecepatan pembelahan sel berkurang dan jumlah sel yang mati mulai bertambah
(Sumarsih, 2003).

e. Fase Pertumbuhan Tetap

Fase ini jumlah populasi sel tetap karena jumlah sel yang tumbuh sama dengan jumlahsel
yang mati. Ukuran sel pada fase ini lebih kecil-kecil karena sel tetap membelah meskipun
zat-zat nutrisi sudah habis (Suprihatin, 2010)
f. Fase Kematian

Fase ini mikroba mulai mengalami kematian karena nutrisi di dalam medium sudah habis
dan energy cadangan di dalam sel habis .Kecepatan kematian tergantung dari kondisi
nutrient, lingkungan, dan jenis mikroba (Suprihatin, 2010). Kecepatan kematian selterus
meningkat sedang kecepatan pembelahan selnol, sampai pada fase kematian logaritma
maka kecepatan kematian sel mencapai maksimal, sehingga jumlah sel hidup menurun
dengan cepat, walaupun demikian penurunan jumlah sel hidup tidak mencapai nol, dalam
jumlah minimum tertentu sel mikroba akan tetap bertahan sangat lama dalam medium
tersebut (Sumarsih, 2003)

BAB III

PENUTUP

1.1.Simpulan

Rhizobium adalah bakteri yang bersifat aerob, bentuk batang, koloninya


berwarna putih berbentuk sirkular, merupakan penambat nitrogen yang hidup di
dalam tanah dan berasosiasi simbiotik dengan sel akar legume, bersifat host spesifik
satu spesies Rhizobium cenderung membentuk nodul akar pada satu spesies tanaman
legume saja. Gram negatif dengan ukuran 0,5 - 0,9 x 1,2 - 3 μm, bersifat motil pada
media cair, umumnya memiliki satu flagella polar atau subpolar. Untuk pertumbuhan
optimum dibutuhkan temperatur 25 - 30°C, pH 6 – 7

Bakteri Rhizobium merupakan bakteri yang bermanfaat dalam bidang


pertanian. Bakteri Rhizobium dapat menyuburkan tanah dan menjadi bakteri
penambat N2 dengan cara bersimbiosis dengan akar tanaman Leguminosa yang
menginfeksi ujung – ujung bulu akar yang tidak berselullosa , karena bakteri
Rhizobium tidak dapat menghidrolisis sellulosa.

1.2.Saran

1. Sebaiknya penulis harus lebih banyak membaca referensi dari bermacam-


macam sumber, baik dari nasional maupun internasional.
2. Lebih teliti dalam membuat

1.3.Daftar Pustaka

Bertham et.al.2006. Rhizobium. Further observations on the interaction between


sugarcane and Gluconacetobacter diazotrophicus under laboratory and
greenhouse condition. J. Exp. Botany 52: 547- 760.
Dakora, F.D., S.B.M. Chimpango, A.J. Valentine, C. Elmerich, and W.E. Newton.
2008. Biological Nitrogen Fixation: Towards Poverty Alleviation through
Sustainable Agriculture. Netherland.

Dewi, I. R. A. 2007. Fiksasi N Biologis pada Ekosistem Tropis. Makalah pada Fakultas
Pertanian. Universitas Padjajaran. Jatinangor.

Holt GH, NR Krieg, PHA Eath, JT Stanley & ST Williams. 1994. Bergey’s Manual of
Determinative Bacteriology 9th ed. The Williams and Wilkins Co. Baltimore.

Purwaningsih S. 2004. Isolasi, Enumerasi, dan Karakterisasi Bakteri Rhizobium dari


Tanah Kebun Biologi Wamena, Papua. Biodiversitas 6(2): 82-84

Rahmawati, Nini. 2005. Pemanfaatan Biofertilizer Pada Pertanian Organik.


Repository Universitas Sumatera Utara.

Saono, S. 1981. Mikrobiologi di Indonesia. Kumpulan Makalah Konggres Nasional


Mikrobiologi III, Jakarta, 26-28 Nopember 1981.pp. 348-354.

Saraswati, R dan D.N. Susilowati. 1999. Rhizobium dan pemanfaatannya sebagai


pupuk hayati. Seminar sehari Workshop Peranan Culture Collection dan
Preservasi Mikroorganisme. Jurusan FMIPA UI, Jakarta 8-9 Maret 1999. 13 h.

Sari, Ramdana, dkk. 2015. Rhizobium: Pemanfaatannya Sebagai Bakteri Penambat


Nitrogen. Jurnal Info Teknis Eboni. Vol. 12 Nomor 1. Juli 2015: 51-64.

Skerman, P.J. 1977. Tropical forage Legumes. F.A.O of the Uno. Rome. 609 p.

Sprent, J.L. 1976. Symbiotic Nitrogen Fixation in Plant. P.S. Nutman (Ed). Combridge.
Univ. Press. 584 p.

Sunatmo TJ. 2009. Eksperimen Mikrobiologi dalam Laboratorium. Bogor: Institut


Pertanian Bogor

Surtiningsih, T., Farida, dan T. Nurhariyati. 2009. Biofertilisasi Bakteri Rhizobium


pada Tanaman Kedelai (Glycine max(L) Merr.). Berk. Penel. Hayati, 15 : 31–
35.

Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organi. Kanisius. Yogyakarta

Tania, N., Astina., dan S. Budi. 2012. Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Jagung Semi pada Tanah Podsolik Merah Kuning.
Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian, 1 (1): 10 - 15.

http://bakteri-rhizobium-leguminosarum.blogspot.com/

http://balithutmakassar.org/wp-content/uploads/2014/11/5_Rhizobium_Info-Teknis-
Eboni-Vol-12-No-1-2015.pdf

Anda mungkin juga menyukai