Halaman Judul…………………………………………………………………………………1
Kata
Pengantar……………….……………………………………………………………………2
Daftar
Isi……………………………………………………………………………………………..3
Daftar
Gambar……………………………………………………………………………………….4
Bab I. Pendahuluan
Latar Belakang………………………………………………………………………6
Rumusan Masalah……………………………………………...……………………...7
Tujuan ……………………………………..……………………………….……….....7
Manfaat………………………………………………………..………………………7
Simpulan………………………………………………………...……………………17
Saran……………………………………………………………..…………………...17
Daftar
Pustaka……………………………………………………………………………………….17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikrobiologi pertanian adalah ilmu yang mempelajari tentang peranan mikroba dalam
bidang pertanian. Mikrobiologi Pertanian merupakan penggunaan Mikrobiologi untuk tujuan
memecahkan masalah-masalah praktis di bidang pertanian. Dengan demikian dapat
dirumuskan tugas dari Mikrobiologi Pertanian adalah mempelajari dan memanfaatkan
mikrobia sebaik mungkin guna meningkatkan produksi pertanian baik kuantitas maupun
kualitas dan menekan kemungkinan kehilangan produksi karena berbagai sebab.
Rhizobium yang berasosiasi dengan tanaman legume mampu memfiksasi 100 – 300 kg
N/ha dalam satu musim tanaman dan meninggalkan sejumlah N untuk tanaman berikutnya.
Permasalahan yang perlu diperhatikan adalah efisiensi inokulan Rhizobium untuk jenis
tanaman tertentu. Rhizobium mampu mencukupi 80% kebutuhan nitrogen tanaman legume
dan meningkatan produksi anvara 10% - 25 %. Tanggapan tanaman sangat bervariasi
tergantung pada kondisi vanah dan efektivitas populasi asli (Sutanto, 2002).
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
Pada dasarnya kesuburan tanah local merupakan kunci keberhasilan system pertanian
organic, baik kesuburan fisik, kimia maupun biologi. Bila kesuburan tanah telah baik, maka
akan tercipta lingkungan pertanaman terutama untuk perakaran yang diinginkan, ketersediaan
hara-hara makro dan mikro terpenuhi dan aktivitas mikroorganisme tanah untuk membantu
tanah juga terjaga. Pemanfaatan mikroba tanah untuk meningkatkan dan mempertahankan
kesuburan tanah dalam system pertanian sangat penting (Nini: 2005).
Empat besar unsur-unsur penyusun tubuh tanaman adalah karbon, hidrogen, oksigen,
dan nitrogen. Tiga besar pertama tersedia dalam bentuk karbondioksida (CO2), air (H2O),
dan oksigen (O2). Sebaliknya nitrogen, unsur pembentuk senyawa protein, relatif tidak dapat
dimanfaatkan secara langsung oleh tanaman meskipun sekitar 80 % udara tersusun oleh
senyawa ini (Dakora et al., 2008).
Tania et al. (2012) mengatakan bahwa bila unsur N cukup tersedia bagi tanaman maka
kandungan klorofil pada daun akan meningkat dan proses fotosintesis juga meningkat
sehingga asimilat yang dihasilkan lebih banyak, akibatnya pertumbuhan tanaman lebih baik.
Bakteri Rhizobium merupakan mikroba yang mampu mengikat nitrogen bebas yang
berada di udara menjadi ammonia (NH3) yang akan diubah menjadi asam amino yang
selanjutnya menjadi senyawa nitrogen yang diperlukan tanaman untuk tumbuh dan
berkembang, sedangkan Rhizobium sendiri memperoleh karbohidrat sebagai sumber energi
dari tanaman inang (Ramdana, et al: 2015).
Penggunaan Rhizobium sebagai pupuk hayati memiliki prospek yang baik karena dapat
meningkatkan produktivitas tanah, membantu proses pelarutan hara, dan meningkatkan daya
dukung tanah sebagai akibat rendahnya aktivitas mikroba (Bertham et al., 2005). Rhizobium
yang berasosiasi dengan tanaman legum mampu memenuhi 80% kebutuhan nitrogen tanaman
legum dan dapat meningkatkan produksi antara 10-25% (Sutanto, 2002 dalam Rahmawati,
2005).
Rhizobium menginfeksi akar leguminoceae melalui ujung-ujung bulu akar yang tidak
berselulose, karena bakteri Rhizobium tidak dapat menghidrolisis selulose. Rhizobium yang
tumbuh dalam bintil akar leguminoceae mengambil nitrogen langsung dari udara dengan
aktifitas bersama sel tanaman dan bakteri, nitrogen itu disusun menjadi senyawaan nitrogen
seperti asam-asam amino dan polipeptida yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan, bakteri
dan tanak disekitarnya. Baik bakteri maupun legum tidak dapat menambat nitrogen secara
mandiri, bila Rhizobium tidak ada dan nitrogen tidak terdapat dalam tanah legum tersebut
akan mati. Bakteri Rhizobium hidup dengan menginfeksi akar tanaman legum dan berasosiasi
dengan tanaman tersebut, dengan mengikat nitrogen.
Peranan rhizobium terhadap pertumbuhan tanaman khususnya berkaitan dengan
masalah ketersediaan nitrogen bagi tanaman inangnya. Pada tanaman legum, Rhizobium
mampu mencukupi 80% kebutuhan nitrogen tanaman legum dan meningkatkan produksi
antara 10% - 25%. Tanggapan tanaman sangat bervariasi tergantung pada kondisi tanah dan
efektivitas populasi asli.
Bakteri Rhizobium adalah salah satu kelompok bakteri yang berkemampuan sebagai
penyedia hara bagi tanaman.
Penggunaan Rhizobium sebagai biofertilizer memerlukan medium pembawa yang
sesuai untuk pertumbuhannya. Sampai saat ini masih terus dilakukan penelitian untuk
memperoleh medium pembawa yang tepat sehingga memungkinkan bakteri ini memiliki daya
hidup yang tinggi pada medium tersebut.
Bakteri Rhizobium merupakan mikroba yang mampu mengikat nitrogen bebas yang
berada di udara menjadi ammonia (NH3) yang akan diubah menjadi asam amino yang
selanjutnya menjadi senyawa nitrogen yang diperlukan tanaman untuk tumbuh dan
berkembang, sedangkan Rhizobium sendiri memperoleh karbohidrat sebagai sumber energi
dari tanaman inang (Allen dan Allen, 1981). Penambatan nitrogen secara biologis
diperkirakan menyumbang lebih dari 170 juta ton nitrogen ke biosfer per tahun, 80% di
antaranya merupakan hasil simbiosis antara bakteri Rhizobium dengan tanaman leguminosa
(Peoples et al., 1997 dalam Prayitno et al., 2000). Dalam keadaan lingkungan yang memenuhi
persyaratan tumbuh, simbiosis yang terjadi mampu memenuhi 50% atau bahkan seluruh
kebutuhan nitrogen tanaman yang bersangkutan dengan cara menambat nitrogen bebas
(Saono, 1981). Di samping itu bakteri Rhizobium tersebut mempunyai dampak yang positip
baik langsung maupun tidak langsung terhadap sifat fisik dan kimia tanah, sehingga mampu
meningkatkan kesuburan tanah (Alexander, 1977), namun dalam kehidupannya bakteri
Rhizobium tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah, terutama pH tanah (Skerman,
1977) kondisi fisik, kimia serta biologi tanah (Sprent, 1976). Selain itu faktor kompetisi
merupakan faktor paling kritis yang menghambat kesuksesan inokulasi Rhizobium, kompetisi
tidak hanya ada pada Rhizobium, tetapi ada pada semua mikroba dalam kaitannya dengan
ekologi mikroba (Saraswati dan Susilowati, 1999), serta efisiensi inokulan Rhizobium untuk
jenis tanaman tertentu perlu diperhatikan.
BAB III
PEMBAHASAN
4.1 Definisi bakteri
Bakteri berasal dari kata bakterion (bahasa Yunani) yang berarti tongkat atau batang.
Bentuk bakteri dibagi atas tiga golongan, yaitu golongan basil (tongkat/batang), golongan
kokus (bulat), dan spiril (bengkok). Bentuk tubuh bakteri dipengaruhi oleh keadaan medium
dan usia bakteri (Dwijoseputro, 2010). Bakteri merupakan mikroba uniseluler, pada
umumnya tidak mempunyai klorofil. Ada beberapa yang fotosintetik dan reproduksi aseksual
dengan pembelahan sel. Bakteri umumnya berukuran kecil dengan karakteristik dimensi
sekitar 1 µm. Sel dapat tunggal ataupun rantaian. Beberapa kelompok memiliki flagella dan
dapat bergerak aktif. Bakteri memiliki berat jenis 1,05-1,1 g cm -3 dan berat sekitar 10-12 g
sebagai partikel kering, bentuknya ada bulat (cocci), batang (bacil) dan lengkung. Bentuk
bakteri dipengaruhi oleh umur dan syarat pertumbuhan tertentu. Bakteri dikenal dengan
bentuk yang disebut involusi, yaitu perubahan bentuk yang disebabkan karena faktor-faktor
keadaan sekitar yang tidak menguntungkan seperti faktor makanan, suhu dan hal lain yang
kurang menguntungkan bagi bakteri. Selain bentuk involusi dikenal pula pleomorfi, yaitu
bentuk yang bermacam-macam dan teratur yang terdapat pada suatu bakteri meskipun
ditumbuhkan pada syarat-syarat pertumbuhan yang sesuai (Hidayat et al., 2006).
Fase ini bakteri baru menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, bermacam-macam
enzim dan zat perantara dibentuk sehingga keadaannya memungkinkan terjadinya
pertumbuhan lebih lanjut. Sel-selnya mulai membesar tetapi belum membelah diri
(Suprihatin, 2010).
Fase ini bakteri mulai membelah diri dengan kecepatan yang rendah karena baru
menyesuaikan diri (Suprihatin, 2010).
Fase ini metabolism sel paling aktif, sintesis bahan sel sangat cepat dengan jumlah
konstan sampai nutrisi habis atau terjadinya penimbunan hasil metabolisme yang
menghambat pertumbuhan (Sumarsih, 2003).
Fase ini populasi mikroba lambat karena zat-zat nutrisi di dalam medium sudah sangat
berkurang, adanya hasil-hasil metabolisme yang beracun atau dapat menghambat
pertumbuhan mikroba. Pada fase ini jumlah populasi 20 masih naik karena jumlah sel
yang tumbuh masih lebih banyak daripada jumlah sel yang mati (Suprihatin,
2010).Kecepatan pembelahan sel berkurang dan jumlah sel yang mati mulai bertambah
(Sumarsih, 2003).
Fase ini jumlah populasi sel tetap karena jumlah sel yang tumbuh sama dengan jumlahsel
yang mati. Ukuran sel pada fase ini lebih kecil-kecil karena sel tetap membelah meskipun
zat-zat nutrisi sudah habis (Suprihatin, 2010)
f. Fase Kematian
Fase ini mikroba mulai mengalami kematian karena nutrisi di dalam medium sudah habis
dan energy cadangan di dalam sel habis .Kecepatan kematian tergantung dari kondisi
nutrient, lingkungan, dan jenis mikroba (Suprihatin, 2010). Kecepatan kematian selterus
meningkat sedang kecepatan pembelahan selnol, sampai pada fase kematian logaritma
maka kecepatan kematian sel mencapai maksimal, sehingga jumlah sel hidup menurun
dengan cepat, walaupun demikian penurunan jumlah sel hidup tidak mencapai nol, dalam
jumlah minimum tertentu sel mikroba akan tetap bertahan sangat lama dalam medium
tersebut (Sumarsih, 2003)
BAB III
PENUTUP
1.1.Simpulan
1.2.Saran
1.3.Daftar Pustaka
Dewi, I. R. A. 2007. Fiksasi N Biologis pada Ekosistem Tropis. Makalah pada Fakultas
Pertanian. Universitas Padjajaran. Jatinangor.
Holt GH, NR Krieg, PHA Eath, JT Stanley & ST Williams. 1994. Bergey’s Manual of
Determinative Bacteriology 9th ed. The Williams and Wilkins Co. Baltimore.
Skerman, P.J. 1977. Tropical forage Legumes. F.A.O of the Uno. Rome. 609 p.
Sprent, J.L. 1976. Symbiotic Nitrogen Fixation in Plant. P.S. Nutman (Ed). Combridge.
Univ. Press. 584 p.
Tania, N., Astina., dan S. Budi. 2012. Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Jagung Semi pada Tanah Podsolik Merah Kuning.
Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian, 1 (1): 10 - 15.
http://bakteri-rhizobium-leguminosarum.blogspot.com/
http://balithutmakassar.org/wp-content/uploads/2014/11/5_Rhizobium_Info-Teknis-
Eboni-Vol-12-No-1-2015.pdf