Anda di halaman 1dari 36

BAB I

HASIL SURVEI

Nama Pemeriksa : Zulriani Putri

A. INSPEKSI SANITASI DEPOT AIR MINUM (DAM)

1. Nama DAM : ARIO


2. Nama Pemilik/Penanggung jawab : Rio
3. Alamat DAM :Jl. Gadjah Mada No.38,
Padang
4. Tanggal/Bulan/Tahun mulai beroperasi : Tahun 2010
5. Lokasi/tempat sumber air baku : Gunung Talang
6. Jarak dari sumber air baku : 53,7 Km
7. Luas bangunan : 40 m2

Objek Tanda ( ) Nilai U R A I AN

I. Tempat
Lokasi bebas dari pencemaran dan penularan penyakit
1 2
 Bangunan kuat, aman, mudah dibersihkan dan mudah
2 2
pemeliharaannya
Lantai kedap air, permukaan rata, halus, tidak licin,
tidak retak, tidak menyerap debu, dan mudah
3 2
dibersihkan, serta kemiringan cukup landai

Dinding kedap air, permukaan rata, halus, tidak licin,


 tidak retak, tidak menyerap debu, dan mudah
4 2
dibersihkan, serta warna yang terang
dan cerah
Atap dan langit-langit harus kuat, anti tikus, mudah
 dibersihkan, tidak menyerap debu, permukaan rata,
5 2
dan berwarna terang, serta mempunyai ketinggian
cukup
Tata ruang terdiri atas ruang proses pengolahan,
6  2 penyimpanan, pembagian/penyediaan, dan ruang
tunggu pengunjung/konsumen
Pencahayaan cukup terang untuk bekerja, tidak
7 2 menyilaukan dan tersebar secara merata
Ventilasi menjamin peredaraan/pertukaran
8  2 udara dengan baik
Kelembaban udara dapat memberikan mendukung
 kenyamanan dalam melakukan pekerjaan/aktivitas
9 2

10  2 Memiliki akses kamar mandi dan jamban


Terdapat saluran pembuangan air limbah yang
11  2 alirannya lancar dan tertutup
Objek Tanda ( ) Nilai U R A I AN
12 2 Terdapat tempat sampah yang tertutup
Terdapat tempat cuci tangan yang dilengkapi air
13  2 mengalir dan sabun

14  2 Bebas dari tikus, lalat dan kecoa

II. Peralatan
 Peralatan yang digunakan terbuat dari bahan
15 3
tara pangan
 Mikrofilter dan peralatan desinfeksi masih dalam
16 3
masa pakai/tidak kadaluarsa
17  2 Tandon air baku harus tertutup dan terlindung
 Wadah/botol galon sebelum pengisian dilakukan
18 2
pembersihan
Wadah/galon yang telah diisi air minum harus
19  2 langsung diberikan kepada konsumen dan tidak boleh
disimpan pada DAM lebih dari 1x24 jam
Melakukan sistem pencucian terbalik (back
20  3 washing) secara berkala mengganti tabung
macro filter.
 Terdapat lebih dari satu mikro filter (µ) dengan
21 3
ukuran berjenjang
Terdapat peralatan sterilisasi, berupa ultra violet dan
atau ozonisasi dan atau peralatan disinfeksi lainnya
22 5
 yang berfungsi dan digunakan secara
benar
 Ada fasilitas pencucian dan pembilasan botol
23 2
(galon)
 Ada fasilitas pengisian botol (galon) dalam
24 2
ruangan tertutup
25  2 Tersedia tutup botol baru yang bersih
III. Penjamah
26  3 Sehat dan bebas dari penyakit menular
27  3 Tidak menjadi pembawa kuman penyakit
Berperilaku higiene dan sanitasi setiap melayani
28 2
 konsumen
Selalui mencuci tangan dengan sabun dan air
29 2
mengalir setiap melayani konsumen
Menggunakan pakaian kerja yang bersih dan
30 2
rapi
Melakukan pemeriksaan kesehatan secara
31 3
berkala minimal 1 (satu) kali dalam setahun
Operator/penanggung jawab/pemilik memiliki
32 3 sertifikat telah mengikuti kursus higiene sanitasi
depot air minum
IV. Air Baku dan Air Minum
 Bahan baku memenuhi persyaratan fisik,
33 5
mikrobiologi dan kimia standar
 Pengangkutan air baku memiliki surat jaminan
34 2
pasok air baku
Objek Tanda ( ) Nilai U R A I AN
Kendaraan tangki air terbuat dari bahan yang tidak
35  3 dapat melepaskan zat-zat beracun ke
dalam air/harus tara pangan
36  2 Ada bukti tertulis/sertifikat sumber air
Pengangkutan air baku paling lama 12 jam
37  3 sampai ke depot air minum dan selama
perjalanan dilakukan desinfeksi
Kualitas Air minum yang dihasilkan memenuhi
persyaratan fisik, mikrobiologi dan kimia standar yang
38  10
sesuai standar baku mutu atau
persyaratan kualitas air minum
82
B. Lampiran

C.

D. \

E.

Foto bersama pegawai DAM Tempat pencucian galon dan penampakan lantai

Tempat Pengisi Air Galon


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Air Minum

Air minum adalah air yang telah memenuhi persyaratan kesehatan,

melalui proses pengolahan ataupun tidak melalui proses pengolahan tetapi dapat

langsung diminum oleh masyarakat (Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/

2010). Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan

Perdagangan Republik Indonesia Nomor 651/MPP/Kep/10/2004 tentang

Persyaratan Teknis Depot Air Minum Dan Perdagangannya, yang dimaksud

dengan air minum adalah sumber air baku yang telah diproses terlebih dahulu

dan aman untuk diminum oleh masyarakat.

Air minum sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia setiap harinya, volume

rata-rata kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 150-200 liter /35-

40 galon. Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim,

standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat. Berdasarkan WHO pada negara-

negara maju, setiap orang memerlukan air antara 60-120 liter per hari,

sedangkan pada negara berkembang tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter

per hari (Mubarak, 2009).

B. Sumber Air Minum

Menurut Chandra (2006), air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia

harus berasal dari sumber yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air

yang bersih dan aman tersebut antara lain :


a. Bebas dari kontaminasi kuman dan bibit penyakit.
b. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun.
c. Tidak berasa dan tidak berbau.
d. Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga
e. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen Kesehatan.
Kebutuhan penduduk terhadap air minum dapat dipenuhi melalui air

yang dilayani oleh sistem perpipaan (PAM), air minum dalam kemasan (AMDK)

maupun depot air minum. Selain itu, air tanah dangkal dari sumur-sumur gali

atau pompa serta air hujan diolah oleh penduduk menjadi air minum setelah

dimasak terlebih dahulu. Di negara-negara maju, air PAM aman untuk langsung

diminum, sedang sumber air minum lainnya harus lebih dahulu disaring, atau

melakukan flluoridasi dengan flour. Seiring berkembangnya zaman, untuk

memenuhi kebutuhan akan air minum kebanyakan masyarakat beralih pada air

minum isi ulang. Harganya yang murah dan sifatnya yang praktis karena tanpa

harus dimasak lagi, membuat air minum isi ulang telah banyak diminati

masyarakat (Depkes RI, 2006).

Sumber air minum harus dijaga agar tidak tercemar kotoran manusia yang

merupakan sumber patogen penyebab penyakit. Karena itu sebelum ditetapkan

sebagai air minum, air harus memenuhi persyaratan sebagai air minum, dan

harus diketahui asal sumber airnya, dan cara pengolahan yang sudah dilakukan

terhadap air baku berasal dari sumber air tersebut (Soedarto,2013).

9
C. Jenis Air Minum

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.907/MENKES/SK/VII/2002

tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, Jenis air minum

meliputi :

1. Air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga

2. Air yang didistribusikan melalui tangki air

3. Air Kemasan

4. Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman yang

disajikan kepada masyarakat harus memenuhi syarat kesehatan air

minum.

Air minum harus steril (tidak mengandung hama penyakit apapun) dan

harus memenuhi syarat agar tidak menyebabkan gangguan kesehatan. Di

Indonesia standar air minum yang berlaku dapat dilihat pada Peraturan Menteri

Kesehatan RI NO.492/MENKES/PER/IV/2010 yang meliputi parameter fisika,

mikrobiologi, kimiawi dan radioaktivitas (Mulia,2005).

D. Syarat Kualitas Air Minum

Air minum yang diperlukan untuk konsumsi masyarakat harus memenuhi

syarat fisik, kimiawi, bakteriologis/mikrobiologi dan radioaktivitas, sebab air

baku belum tentu memenuhi standar air minum.

Kualitas air yang digunakan sebagai air minum sebaiknya memenuhi

Persyaratan Permenkes RI No.492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan

Kualitas Air Minum yang meliputi :

10
1. Parameter wajib

a. Persyaratan Fisik

Air yang berkualitas baik harus memenuhi persyaratan fisik yaitu: tidak

berasa, tidak berbau, tidak berwarna (maksimal 15 TCU), suhu udara

maksimum ± 3ºC, dan tidak keruh (maksimum 5 NTU)

b. Persyaratan mikrobiologi

Syarat mutu air minum sangat ditentukan oleh kontaminasi kuman

Escherichia coli dan total bakteri coliform, sebab keberadaan bakteri

Escherichia coli merupakan indikator terjadinya pencemaran tinja dalam

air. Standar kandungan Escherichia coli dan total bakteri coliform dalam

air minum 0 per 100 ml sampel.

2. Parameter Tambahan

a . Persyaratan Kimia

Air minum yang akan dikonsumsi tidak mengandung bahan-bahan

kimia (organik, anorganik, pestisida dan desinfektan) melebihi ambang

batas yang telah ditetapkan, sebab akan menimbulkan efek kesehatan

bagi tubuh konsumen.

b. Persyaratan Radioaktivitas

Air minum tidak boleh mengandung zat yang menghasilkan sinar α

melebihi 0,1 Bq/l (bequerel/liter), aktivitas β 1,0 Bq/l.

E. Manfaat Air Minum

Air sangatlah penting bagi kehidupan manusia, sekitar 65-70 % berat total

tubuh manusia terdiri atas air dan merupakan media tempat berlangsungnya

11
hampir setiap proses tubuh. Kehilangan 1-2% air menyebabkan rasa haus,

apabila kehilangan 5% air dapat menyebabkan halusinasi, dan apabila kita

kehilangan 10-15% air dalam tubuh dapat berakibat fatal. Meskipun manusia

dapat hidup beberapa bulan tanpa makanan, bertahan di bawah teriknya panas,

ataupun dalam kondisi kering, namun manusia hanya bisa bertahan hidup hanya

satu atau dua hari tanpa air. Kekurangan air dalam tubuh dapat mengakibatkan

kematian (Moeller, 2005).

Volume air dalam tubuh manusia rata-rata 65% dari total berat badannya,

dan volume tersebut sangat bervariasi pada masing-masing orang. Beberapa

organ tubuh manusia yang mengandung banyak air, antara lain: otak 74,5%, dan

tulang 22%, ginjal 82,7%, otot 75,6 %, dan darah 83%. Di dalam tubuh manusia

air diperlukan untuk melarutkan berbagai jenis zat yang diperlukan tubuh,

Oksigen juga dilarutkan sebelum dapat memasuki pembuluh-pembuluh darah

yang ada di sekitar alveoli. Air juga ikut mempertahankan suhu tubuh dengan

cara penguapan keringat pada tubuh manusia. Disamping itu juga transportasi

zat-zat makanan dalam tubuh semuanya dalam bentuk larutan dengan pelarut air.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa air sangat memengang peranan penting

dalam setiap aktivitas manusia (Mulia, 2005).

F. Depot Air Minum

A. Pengertian Depot Air Minum

Depot air minum (DAM) adalah usaha yang melakukan proses pengolahan

air baku menjadi air minum dalam bentuk curah dan menjual langsung kepada

konsumen (Permenkes RI, 2014). Proses pengolahan air pada prinsipnya harus

12
mampu menghilangkan semua jenis polutan, baik fisik, kimia maupun

mikrobiologi.

Depot air minum harus menjamin standar baku mutu atau persyaratan

kualitas air minum sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan serta

memenuhi persyaratan higiene sanitasi dalam pengelolaan air minum

(Permenkes RI, 2014).

B. Peralatan Depot Air Minum

Menurut Purba (2011), alat yang digunakan untuk mengolah air baku

menjadi air minum pada depot air minum isi ulang adalah :

1. Storage Tank

Storage tank berguna sebagai penampungan air baku yang dapat

menampung air sebanyak 3000 liter

2. Stainless Water Pump

Stainless Water Pump berguna sebagai pemompa air baku dari tempat

storage tank kedalam tabung filter

3. Tabung Filter

Tabung Filter mempunyai 3 (tiga) fungsi, yaitu :

a. Tabung yang pertama adalah active sand media filter untuk menyaring

partikel-partikel yang kasar dengan bahan dari pasir atau jenis lain yang

efektif dengan fungsi yang sama.

b. Tabung yang kedua adalah anthracite filter yang berfungsi untuk

menghilangkan kekeruhan dengan hasil yang maksimal dan efisien.

13
c. Tabung yang ketiga adalah granular active carbon media filter

merupakan karbon filter yang berfungsi sebagai penyerap debu, rasa,

warna, sisa khlor dan bahan organik.

4. Mikro Filter

Mikro Filter merupakan saringan yang terbuat dari polyprophylene yang

berfungsi untuk menyaring partikel air dengan diameter 10 mikron, 5 mikron,

1 mikron dan 0,4 mikron dengan maksud untuk memenuhi persyaratan air

minum.

5. Flow Meter

Flow Meter digunakan untuk mengukur air yang mengalir kedalam galon isi

ulang.

6. Lampu ultraviolet dan ozon

Lampu ultraviolet dan ozon berguna sebagai desinfeksi pada air yang telah

diolah.

7. Galon isi ulang

Galon isi ulang berfungsi sebagai wadah atau tempat untuk menampung atau

menyimpan air minum didalamnya.

Pengisian wadah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin serta

dilakukan dalam tempat pengisian yang higienis.

C. Proses Produksi Depot Air Minum

Menurut Keputusan Menperindag RI Nomor 651/MPP/Kep/l0/2004

tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya, urutan

proses produksi air minum di depot air minum adalah sebagai berikut :

14
1. Penampungan air baku dan syarat bak penampung

Air baku yang diambil dari sumbernya diangkut dengan menggunakan

tangki dan selanjutnya ditampung dalam bak atau tangki penampung (reservoir).

Bak penampung harus dibuat dari bahan tara pangan (food grade), harus bebas

dari bahan-bahan yang dapat mencemari air.

Tangki pengangkutan mempunyai persyaratan yang terdiri atas :

a. Khusus digunakan untuk air minum

b. Mudah dibersihkan serta di desinfektan dan diberi pengaman

c. Harus mempunyai manhole

d. Pengisian dan pengeluaran air harus melalui kran

e. Selang dan pompa yang dipakai untuk bongkar muat air baku harus

diberi penutup yang baik, disimpan dengan aman dan dilindungi dari

kemungkinan kontaminasi.

Tangki, galang, pompa dan sambungan harus terbuat dari bahan tara

pangan (food grade), tahan korosi dan bahan kimia yang dapat

mencemari air.Tangki pengangkutan harus dibersihkan, disanitasi dan

desinfeksi bagian luar dan dalam minimal 3 (tiga) bulan sekali.

Air baku harus diambil sampelnya, yang jumlahnya cukup mewakili

untuk diperiksa terhadap standart mutu yang telah ditetapkan oleh

Menteri Kesehatan.

2. Penyaringan bertahap terdiri dari :

a. Saringan berasal dari pasir atau saringan lain yang efektif dengan

fungsi yang sama. Fungsi saringan pasir adalah menyaring partikel-

15
partikel yang kasar. Bahan yang dipakai adalah butir-butir silica

(SiO2) minimal 80%.

b. Saringan karbon aktif yang berasal dari batu bara atau batok kelapa

berfungsi sebagai penyerap bau, rasa, warna, sisa khlor dan bahan

organik. Daya serap terhadap Iodine (I2) minimal 75%.

c. Saringan/Filter lainnya yang berfungsi sebagai saringan halus

berukuran maksimal 10 (sepuluh) micron.

D. Desinfeksi

Desinfeksi adalah usaha untuk mematikan mikroorganisme yang masih

tersisa dalam proses, terutama ditujukan kepada mikroorganisme patogen.

Proses desinfeksi dengan menggunakan ozon (O3) berlangsung dalam tangki

atau alat pencampur ozon lainnya dengan konsentrasi ozon minimal 0,1 ppm dan

residu ozon sesaat setelah pengisian berkisar antara 0,06-0,1 ppm. Tindakan

desinfeksi selain menggunakan ozon, dapat dilakukan dengan cara penyinaran

Ultra Violet (UV) dengan panjang gelombang 254 nm atau kekuatan 2537°A

dengan intensitas minimum 10.000 mw detik per cm².

a. Pembilasan, Pencucian dan Sterilisasi Wadah

Wadah yang dapat digunakan adalah wadah yang terbuat dari bahan tara

pangan (food grade) seperti stainless stell, poly carbonat atau poly vinyl

carbonat dan bersih. Depot air minum wajib memeriksa wadah yang

dibawa konsumen, dan menolak wadah yang dianggap tidak layak untuk

digunakan sebagai tempat air minum. Wadah yang akan diisi harus di

16
sanitasi dengan menggunakan ozon (O3) atau air ozon (air yang

mengandung ozon).

Bilamana dilakukan pencucian maka harus dilakukan dengan

menggunakan berbagai jenis deterjen tara pangan (food grade) dan air

bersih dengan suhu berkisar 60-85°C, kemudian dibilas dengan air

minum atau air produk secukupnya untuk menghilangkan sisa-sisa

deterjen yang dipergunakan untuk mencuci.

b. Pengisian

Pengisian wadah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin serta

dilakukan dalam tempat pengisian yang higienis

c. Penutupan

Penutupan wadah dapat dilakukan dengan tutup yang dibawa konsumen

atau yang disediakan oleh depot air minum.

Proses Desinfeksi pada depot Air Minum

Proses pengolahan air minum di depot-depot air minum isi ulang yang saat

ini beredar di masyarakat terdiri dari proses ozonisasi, proses ultraviolet

(UV),dan proses reversed osmosis (RO).

1. Ozonisasi

Ozon merupakan oksidan kuat yang mampu membunuh bakteri patogen,

termasuk virus. Keuntungan penggunaan ozon adalah pipa, peralatan dan

kemasan akan ikut disanitasi sehingga produk yang dihasilkan akan lebih

terjamin selama tidak ada kebocoran di kemasan, ozon merupakan bahan sanitasi

air yang efektif disamping sangat aman (Sembiring, 2008).

17
Proses ozonasi adalah kandungan oksigen di udara, diambil dan

dilewatkan melalui loncatan arus listrik sehingga secara alami akan berubah

menjadi zat bernama ozon. Ozon ini kemudian disemprotkan ke dalam air.

Segala macam makluk hidup mikro yang terkandung dalam air ini tiba-tiba akan

berada dalam lingkungan air yang penuh dengan ozon, sehingga sel-sel mereka

menjadi rusak dan mati.

Daya rusak ozon terhadap kandungan makluk hidup mikro dalam air ini

tentunya tergantung dari daya kelarutan ozon dalam air tersebut, yang tentunya

tergantung dari kandungan oksigen dalam air tersebut karena pada dasarnya

ozon hanya „menempati‟ tempat-tempat kosong yang seharusnya diisi oksigen

karena ozon sendiri cukup berbahaya bagi tubuh manusia bila masuk ke dalam

tubuh, maka setelah membunuh makluk hidup mikro, dilakukan proses

pemberian sinar ultraviolet kedalam air yang mengalir untuk merusak ozon dan

mengurainya menjadi oksigen kembali yang terlarut dalam air (Pitoyo, 2005).

2. Ultraviolet (UV)

Salah satu metode pengolahan air adalah dengan penyinaran sinar

ultraviolet dengan panjang gelombang pendek yang memiliki daya inti mikroba

yang kuat. Cara kerjanya adalah dengan absorbsi oleh asam nukleat tanpa

menyebabkan terjadinya kerusakan pada permukaan sel. Air dialirkan melalui

tabung dengan lampu ultraviolet berintensitas tinggi, sehingga bakteri terbunuh

oleh radiasi sinar ultraviolet, harus diperhatikan bahwa intensitas lampu

ultraviolet yang dipakai harus cukup, untuk sanitasi air yang efektif diperlukan

intensitas sebesar 30.000 MW sec/cm2 (Mikcro Watt per sentimeter persegi).

18
Radiasi sinar ultraviolet dapat membunuh semua jenis mikroba bila

intensitas dan waktunya cukup, tidak ada residu atau hasil samping dari proses

penyinaran dengan ultraviolet, namun agar efektif, lampu ultraviolet (UV) harus

dibersihkan secara teratur dan harus diganti paling lama satu tahun. Air yang

akan disinari dengan UV harus tetap melalui filter halus dan karbon aktif untuk

menghilangkan partikel tersuspensi, bahan organik, Fe atau Mn jika

konsentrasinya cukup tinggi (Sembiring, 2008).

3. Reversed Osmosis (RO)

Menurut Syafran (dalam Sembiring, 2008) Reversed Osmosis (RO) adalah

suatu proses pemurnian air melalui membran semipermeabel dengan tekanan

tinggi (50-60 psi). Membran semipermeabel merupakan selaput penyaring skala

molekul yang dapat ditembus oleh molekul air dengan mudah, akan tetapi tidak

dapat atau sulit dilalui oleh molekul lain yang lebih besar dari molekul air.

Membran reversed osmosis menghasilkan air murni 99,99%. Diameternya

lebih kecil dari 0,0001 mikron (500.000 kali lebih kecil dari sehelai rambut).

Fungsinya adalah untuk menyaring mikroorganisme seperti bakteri maupun

virus.

Secara singkat, analogi proses R.O adalah sebagai berikut : air yang akan

disaring ditekan dengan tekanan tinggi melewati membran semipermeable

sehingga yang menembus hanya air murni sedang kandungan cemaran yang

semakin tinggi kemudian dialirkan keluar atau dibuang. Inilah istimewanya apa

yang disebut sebagai membran semipermeable,yang secara alami memiliki sifat

19
seolah-olah menyeragamkan konsentrasi larutan air yang berbeda-beda. Sitem

pengolahan air sangat tergantung pada kualitas air baku yang akan diolah.

Air baku yang buruk, seperti kandungan khlorida dan TDS yang tinggi,

membutuhkan pengolahan dengan sistem RO sehingga TDS yang tinggi dapat

diturunkan atau dihilangkan (Pitoyo, 2005).

B. Higiene Sanitasi Depot Air Minum

Higiene Sanitasi adalah upaya untuk mengendalikan, faktor resiko

terjadinya kontaminasi yang berasal dari tempat, peralatan dan penjamah

terhadap air minum agar aman dikonsumsi.

Berdasarkan Permenkes R.I No.43 Tahun 2014 tentang Higiene Sanitasi

Depot Air Minum (DAM) meliputi :

1. Tempat

- Lokasi bebas dari pencemaran dan penularan penyakit.

- Bangunan kuat, aman, mudah dibersihkan dan mudah pemeliharaannya.

- Lantai kedap air, permukaan rata, halus, tidak licin, tidak retak, tidak

menyerap debu, dan mudah dibersihkan, serta kemiringan cukup landai.

- Dinding kedap air, permukaan rata, halus, tidak licin, tidak retak, tidak

menyerap debu, dan mudah dibersihkan, serta warna yang terang dan

cerah.

- Atap dan langit-langit harus kuat, anti tikus, mudah dibersihkan, tidak

menyerap debu, permukaan rata, dan berwarna terang, serta mempunyai

ketinggian cukup.

20
- Tata ruang terdiri atas ruang proses pengolahan, penyimpanan,

pembagian/penyediaan, dan ruang tunggu pengunjung/konsumen

- Pencahayaan cukup terang untuk bekerja, tidak menyilaukan dan tersebar

secara merata.

- Ventilasi menjamin peredaraan/pertukaran udara dengan baik.

- Kelembaban udara dapat memberikan mendukung kenyamanan dalam

melakukan pekerjaan/aktivitas.

- Memiliki akses kamar mandi dan jamban.

- Terdapat saluran pembuangan air limbah yang alirannya lancar dan

tertutup.

- Terdapat tempat sampah yang tertutup .

- Terdapat tempat cuci tangan yang dilengkapi air mengalir dan sabun Bebas

dari tikus, lalat dan kecoa.

2. Peralatan

- Peralatan yang digunakan terbuat dari bahan tara pangan.

- Mikrofilter dan peralatan desinfeksi masih dalam masa pakai/tidak

kadaluarsa.

- Tandon air baku harus tertutup dan terlindung.

- Wadah/botol galon sebelum pengisian dilakukan pembersihan.

- Wadah/galon yang telah diisi air minum harus langsung diberikan kepada

konsumen dan tidak boleh disimpan pada DAM lebih dari 1x24 jam.

- Melakukan sistem pencucian terbalik (back washing) secara berkala

mengganti tabung macro filter.

21
- Terdapat lebih dari satu mikro filter (µ) dengan ukuran berjenjang.

- Terdapat peralatan sterilisasi, berupa ultra violet dan atau ozonisasi dan

atau peralatan disinfeksi lainnya yang berfungsi dan digunakan secara

benar .

- Ada fasilitas pencucian dan pembilasan botol (galon).

- Ada fasilitas pengisian botol (galon) dalam ruangan tertutup.

- Tersedia tutup botol baru yang bersih.

3. Penjamah

- Sehat dan bebas dari penyakit menular.

- Tidak menjadi pembawa kuman penyakit.

- Berperilaku higiene dan sanitasi setiap melayani konsumen.

- Selalui mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setiap melayani

konsumen.

- Menggunakan pakaian kerja yang bersih dan rapi.

- Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala minimal 1 (satu) kali

dalam setahun.

- Operator/penanggung jawab/pemilik memiliki sertifikat telah mengikuti

kursus higiene sanitasi depot air minum.

4. Air Baku dan Air Minum

- Bahan baku memenuhi persyaratan fisik, mikrobiologi dan kimia standar

Pengangkutan air baku memiliki surat jaminan pasok air baku.

- Kendaraan tangki air terbuat dari bahan yang tidak dapat melepaskan zat-

zat beracun ke dalam air/harus tara pangan.

22
- Ada bukti tertulis/sertifikat sumber air .

- Pengangkutan air baku paling lama 12 jam sampai ke depot air minum dan

selama perjalanan dilakukan desinfeksi.

- Kualitas Air minum yang dihasilkan memenuhi persyaratan fisik,

mikrobiologi dan kimia standar yang sesuai standar baku mutu atau

persyaratan kualitas air minum.

C. Personal Higiene Operator Depot Air Minum

Kata hygiene digunakan untuk menggambarkan aplikasi prinsip sanitasi

untuk menjaga kebersihan. Higiene perorangan mengacu pada kebersihan tubuh

seseorang. Kesehatan pekerja memiliki peranan penting dalam sanitasi depot air

minum. Karyawan merupakan sumber kontaminasi mikroorganisme yang

potensial untuk menyebabkan penyakit (Prihartini, 2012).

Proses pengolahan air di Depot Air Minum (DAM) yang tidak seluruhnya

dilakukan secara otomatis dapat mempengaruhi kualitas air yang dihasilkan.

Langkah yang tidak dilakukan secara otomatis adalah pembersihan galon air dan

proses pengisian air ke dalam galon. Pada proses ini, air mengalami kontak

langsung dengan pekerja (Athena,2004).

Karyawan yang berhubungan langsung dengan bagian produksi harus

dalam keadaan sehat, bebas dari luka, penyakit kulit atau hal lain yang diduga

dapat mengakibatkan pencemaran terhadap air minum. Karyawan bagian

produks ( pengisian ) diharuskan menggunakan pakaian kerja, tutup kepala dan

sepatu yang sesuai. Karyawan harus mencuci tangan sebelum melakukan

pekerjaan, terutama saat penanganan wadah dan pengisian ( Prihatini, 2012).

23
Pekerja yang tidak mengikuti praktik saniter akan mengkontaminasi

makanan yang mereka sentuh dengan mikroorganisme patogenik yang berasal

dari cara kerja dan bagian lingkungan lain. Tangan, hidung, dan rambut

mengandung mikroorganisme yang dapat dipindahkan ke dalam produk selama

pemrosesan,pengepakan, persiapan, dan pelayanan lewat sentuhan, pernafasan,

batuk atau bersin (Gravani dan Marriot, dalam Prihatini,2012).

D. Regulasi Perdagangan Depot Air Minum

Regulasi perdagangan menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan

Perdagangan RI No. 651 Tahun 2004 tentang persyaratan Teknis Depot Air

Minum dan Perdagangannya, mengatur persyaratan usaha yang meliputi :

1. Depot air minum wajib memiliki Tanda Daftar Industri (TDI) dan Tanda

Daftar Usaha Perdagangan (TDUP)

2. Depot air minum wajib memiliki Surat Jaminan Pasokan Air Baku dari

PDAM atau perusahaan yang memiliki izin Pengambilan Air dari

Instansi yang berwenang.

3. Depot air minum wajib memiliki laporan hasil uji air minum yang

dihasilkan dari laboratorium pemeriksaan kualitas air yang ditunjuk

Pemerintah Kabupaten/Kota atau yang terakreditasi.

E. Penyakit- Penyakit yang Ditularkan Melalui Air

Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan

Manusia, bergantung pada karakteristik sumber air dan pemakaiannya, air dapat

menimbulkan penyakit dalam masyarakat. Terdapat empat jalur transmisi infeksi

yang terkait dengan air, yaitu (Purwana, 2013):

24
1. Transmisi Infeksi Bawaan Air (Water borne)

Transmisi terjadi karena sumber air tercemar kuman patogen dan air

menghantar kuman patogen ke dalam tubuh melalui mulut sehingga terjadi

infeksi. Wahana penghantar kuman patogen ini bisa dalam bentuk air minum,

minuman, makanan, atau alat-alat makan yang terkena air tercemar tersebut.

Dalam hal ini air berlaku sebagai sarana mekanik penghantar kuman patogen ke

dalam tubuh manusia sehingga terjadi infeksi atau kuman masuk dan

berkembang biak di dalam tubuh.

Cara transmisi ini termasuk kategori faeces-oral (oro-fecal) yaitu infeksi

kuman patogen yang dihantarkan dari tinja lalu tertelan ke dalam mulut. Tinja

mengandung Kuman patogen yang dapat ditularkan melalui air minum seperti

bakteri patogen, virus, dan parasit. Contoh penyakit yang ditularkan melalui

mekanisme ini antara lain kolera, tifoid, hepatitis viral, disentri basiler dan

poliomielitis.

2. Transmisi Infeksi Bilasan Air (Water-washed)

Transmisi infeksi bilasan air ini timbul akibat kurangnya atau langkanya

air bersih dan aman untuk higiene terutama higiene perorangan. Pada

mekanisme ini terdapat tiga cara penularan, yaitu :

a. Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare pada anak-anak.

b. Infeksi melalui kulit dan mata, seperti skabies dan trakhoma.

c. Penularan melalui binatang pengerat seperti pada penyakit leptospirosis.

Penularan penyakit lebih ditentukan oleh kuantitas tersedianya air

bersih yang aman untuk keperluan kebersihan.

25
3. Transmisi Infeksi Berbasis Air (Water-Based)

Mekanisme transmisi infeksi terjadi jika manusia kontak langsung dengan

air yang menjadi basis penularan.Penyakit yang ditularkan dengan mekanisme

ini memiliki agen penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam

tubuh vektor atau sebagai intermediate host yang hidup di dalam air. Contohnya

Skistosomiasis dan penyakit akibat Dracumculus medimensis.

4. Transmisi Infeksi oleh Vektor Insekta yang Terkait Air (Water-related

insect Vector)

Transmisi ini terjadi karena agen penyakit ditularkan melalui gigitan

serangga yang berkembang biak di dalam air. Air yang merupakan salah satu

unsur alam yang harus ada dalam lingkungan manusia akan merupakan media

yang baik bagi insekta untuk berkembang biak. Beberapa penyakit infeksi vektor

yang perlu diwaspadai adalah demam berdarah dengue, filariasis, malaria, dan

demam kuning.

F. Kualitas Bakteriologi dalam Air Minum

Air tidak boleh mengandung kuman patogen dan parasit seperti kuman

typus, kolera disentri, gastroenteritis, dan telur cacing. Secara teknis ada

tidaknya kuman patogen atau parasit dalam air menggunakan indikator Most

Probable Number (MPN) atau perkiraan terdekat jumlah coliform per 100 ml

contoh air. Coliform dan total coliform dalam air minum harus nol.Terdapatnya

bakteri coliform dalam air minum dapat dijadian indikator bahwa air telah

mengalami pencemaran terutama oleh kotoran manusia atau hewan berdarah

panas (Sarudji, 2010).

26
Menurut Sarudji (2010), ada beberapa alasan memilih kuman Escherichia

coli dan coliform menjadi indikator pencemaran mikrobiologi :

1. Lebih tahan dibandingkan kuman usus patogen

Karena lebih tahan dibanding dengan bakteri usus lainnya, maka dapat

dipastikan bakteri patogen usus sudah tidak ada apabila kuman

Escherichia coli tidak ditemuan dalam pemeriksaan air.

2. Banyak dijumpai pada air kotor, kotoran manusia atau binatang berdarah

panas.

3. Bakteri E.coli dikelurkan dalam jumlah besar bersama feaces

4. Relatif mudah untuk diidentifikasi dan tidak memerlukan waktu yang

lama untuk identifikasinya.

G. Bakteri coliform

Bakteri coliform merupakan suatu kelompok bakteri heterogen, berbentuk

batang, gram negatif, aerob dan anaerob fakultatif. Pada kondisi aerob, bakteri

ini mengoksidasi asam amino, sedangkan jika tidak terdapat oksigen,

metabolisme bersifat fermentatif, dan energi diproduksi dengan cara memecah

laktosa menjadi asam organik dan gas dalam waktu 24-48 jam, pada suhu 35ºC

(Suriawira 1996).

Bakteri coliform secara umum memiliki sifat dapat tumbuh pada media

agar sederhana, koloni sirkuler dengan diameter 1-3 mm, sedikit cembung,

permukaan koloni halus, tidak berwarna atau abu-abu dan jernih (Farida 2009).

Bakteri coliform di bedakan menjadi 2 tipe, yaitu non fecal dan fecal

coliform. Contoh dari tipe non fecal coliform adalah enterobacter dan klebsiella.

27
Enterobacter dan Klebsiella ini biasanya ditemukan pada hewan dan tanaman

yang telah mati. Tipe dari bakteri coliform ini dapat menyebabkan penyakit

saluran pernafasan. Contoh dari tipe fecal coliform adalah bakteri Escherechia

coli, merupakan bakteri yang berasal dari kotoran manusia dan hewan. Tipe dari

bakteri coliform ini dapat menyebabkan penyakit saluran pencernaan

(Artianto, 2009).

Coliform merupakan suatu golongan bakteri yang digunakan sebagai

indikator adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik di dalam air, jadi

adanya bakteri coliform pada air menunjukkan bahwa dalam satu atau lebih

tahap pengolahan air pernah mengalami kontak dengan feses yang berasal dari

usus manusia.

Standart air minum untuk jumlah coliform fecal yaitu 0 per 100 ml.

Bakteri coliform di dalam perairan menunjukkan adanya mikroba yang bersifat

enteropatogenik atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan. Semakin tinggi

tingkat kontaminasi bakteri coliform, semakin tinggi pula resiko kehadiran

bakteri patogen lainnya (Fardiaz 1993).

Keberadan coliform lebih merupakan indikasi dari kondisi prosessing atau

sanitasi yang tidak memadai dan keberadaannya dalam jumlah tinggi dalam air

minum menunjukkan adanya kemungkinan pertumbuhan Salmonella, Shigella

dan Staphylococcus.

Diare adalah salah satu penyakit yang disebabkan oleh bakteri golongan

coliform, hal ini disebabkan oleh sanitasi lingkungan dan higiene perorangan

yang melaporkan bahwa sekitar 70% kasus diare yang terjadi di negara

28
berkembang disebabkan oleh kontaminasi. Kontaminasi silang dapat disebabkan

penggunaan air, sarana, wadah, alat pengolahan yang tercemar, serta penjamah

yang tidak menjaga kebersihan diri

H. Escherichia coli

A. Defenisi Escherichia coli

E.coli merupakan flora normal di dalam intestin. Bakteri enterik yang

lain (spesies proteus,enterobacter, dan klebsiella) juga ditemukan sebagai

anggota flora normal dalam usus tetapi jarang dibandingkan dengan E.coli.

E.coli lebih sering digunakan sebagai objek penelitian ilmiah dibandingkan

mikroorganisme yang lain ( Jawetz, 2007).

E.coli adalah basil berbentu batang pendek (0,004-0,005) tanpa kapsul atau

spora tetapi memiliki flagel sehingga dapat bergerak. E.coli bersifat patogen

pada manusia, sebagian besar strain E.coli adalah flora usus normal

nonpatogenik, strain-strain lain bersifat patogenik dengan faktor virulensi dan

efek yang berbeda-beda. E.coli dapat menyebabkan infeksi saluran kemih yang

merupakan infeksi terbanyak (80%), gastroenteritis dan meningitis pada bayi

(Hawley, 2003).

B. Morfologi Dan Struktur Antigen

Ciri khas Escherichia coli adalah mampu memfermentasi laktosa sehingga

menghasilkan koloni berwarna merah muda pada agar Mac-Conkey yang

menunjukkan bahwa basil bersifat nonpatogen di dalam intestin. E.coli dan

sebagian besar bakteri enterik yang lain membentuk koloni bulat, cembung serta

lembut dengan tepi yang berbeda (Elliott, 2013).

29
Escherichia coli memiliki struktur antigenik yang kompleks

diklasifikasikan lebih dari 150 antigen somatis O yang tahan panas

(lipopolisakarida) yang berbeda, lebih dati 100 antigen K (kapsular) yang tidak

tahan panas, dan lebih dari 50 antigen H (flageller). Antigen K merupakan

bagian luar dari antigen O tetapi tidak pada semua enterobacteriaceae. Beberapa

antigen K adalah polisakarida, termasuk antigen K dari E.coli (Jawetz, 2007).

Antigen K dapat berpengaruh pada reaksi aglutinasi dengan antisera O dan

mereka dapat dihubungkan dengan virulensi misalnya, strain E.coli

memproduksi antigen K1 yang merupakan penyebab utama pada meningitis

neonatal, dan antigen K dari E.coli menyebabkan pelekatan bakteri pada sel

epitelial yang memungkinkan invasi ke sistem gastrointestinal atau infeksi

saluran kemih (Jawetz, 2007).

Antigen H terletak pada flagella dan didenaturasi atau dihilangkan oleh

panas atau alkohol. Antigen H mengadakan aglutinasi dengan antibodi H,

biasanya Ig G. Penentu dalam antigen H merupakan fungsi dari rangkaian asam

amino pada protein flagella, antigen H pada permukaan bakteri dapat

mempengaruhi aglutinasi oleh antibodi anti O (Jawetz, 2007).

C. Klasifikasi Escherichia coli berdasarkan sifat-sifat virulensinya

1. Enteropathogenic E. coli (EPEC)

Enteropathogenic E. coli (EPEC) menyebabkan gastroenteritis akut

pada bayi yang baru lahir sampai berumur 2 tahun, khususnya terjadi di

negara berkembang. EPEC melekat dan kualitas menginfeksi sel mukosa

30
usus kecil. Kolonisasi bakteri ini pada usus kecil dapat menyebabkan diare

(Pelczar, 2005).

2. Enteroinvasive E. coli (EIEC)

Serotipe E. coli jenis ini ditemukan sebagai penyebab diare pada anak-

anak yang lebih besar dan juga penyebab diare pada orang dewasa. Mereka

ini menyerang sel-sel epitel usus besar dan menyebabkan sindrom klinis

yang mirip dengan sindrom yang disebabkan oleh Shigella (Pelczar, 2005).

3. Enterotoxigenic E. coli (ETEC)

Enterotoxigenic E. coli (ETEC) memproduksi toksin LT dan toksin

ST. Toksin ini bekerja pada eritrosit untuk menstimulasi sekresi cairan,

menyebabkan terjadinya diare. E.coli yang memiliki enterotoksin-

enterotoksin ini berhubugan dengan traveller’s diarrhoea (diare yang terjadi

pada pelancong) : penyakit diare yang singkat (Gillespie, 2008).

4. Enterohemorrhagic E.coli (EHEC)


Strain ini memproduksi verotoksin yang dinamakan demikian karena
aktivitasnya pada sel vero in vitro. Diare berdarah berdarah yang disebabkannya
dapat dipersulit oleh hemolisis dan gagal ginjal akut. Organisme ini komensal
pada sapi dan ditransmisikan ke manusia melalui buruknya higiene sanitasi
ditempat pemotongan hewan dan tempat produksi makanan (Gillespie, 2008).
5. Enteroaggretive E. coli (EAEC)

Serotipe jenis ini menyebabkan diare akut dan kronik pada masyarakat

di negara berkembang. EAEC digolongkan berdasarkan bentuk dan

31
perlekatan pada sel manusia. EAEC Bisa menyebabkan diare akut dan

kronis pada anak- anak (Jawetz, 2007).

D. Penyakit- Penyakit yang disebabkan oleh E.coli

Penyakit yang dapat timbul akibat terjadinya pencemaran bakteri

Escherichia coli adalah :

1. Diare

Enterophatogenic E. coli (EPEC) merupakan penyebab penting diare

pada bayi, khususnya di negara berkembang. EPEC melekat erat pada sel

mukosa usus kecil, menyebabkan penggundulan dari mikrovilli. Infeksi

EPEC adalah diare yang cair, yang biasanya susah diatasi namun kronis.

Durasi dari diare oleh EPEC dapat diperpendek dan diare kronik dapat

disembuhkan dengan pemberian antibiotika (Jawetz, 2007).

2. Infeksi Saluran kemih

Escherichia coli adalah penyebab infeksi saluran kemih yang paling

sering pada sekitar 90% infeksi saluran kemih pertama pada wanita muda.

Gejala dan tanda- tandanya antara lain sering berkemih, disuria, hematuria,

dan piuria. Nyeri pinggang ditimbulkan oleh infeksi saluran kemih bagian

atas (Jawetz, 2007).

3. Sepsis

Bila pertahanan inang normal tidak mencukupi, Escherichia coli dapat

memasuki aliran darah dan menyebabkan sepsis. Bayi yang baru lahir dapat

sangat rentan terhadap sepsis Escherichia coli karena tidak memiliki

32
antibodi IgM. Sepsis dapat terjadi akibat infeksi saluran kemih

(Jawetz, 2007).

4. Meningitis dan abses otak

Escherichia coli merupakan penyebab meningitis neonatal yang

penting dan berhubungan dengan mortalitas yang tinggi. Strain sering kali

mengekspresikan antigen kapsular K1 dalam jumlah besar. Meningitis juga

dapat terjadi setelah prosedur bedah syaraf, terutama jika dilakukan

pemasangan alat prostetik (Gillespie,2008).

I. Perilaku Penjamah Depot Air minum

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat

diamati langsung, maupun yang tidak bisa diamati oleh pihak luar.

Pada dasarnya perilaku adalah keseluruhan pemahaman dan aktivitas

seseorang yang bersama antara faktor eksternal dan internal.

Menurut Lawrence Green Prilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni :

1. Faktor predisposisi

Faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku

seseorang, antara lain ini mencakup pengetahuan masyarakat, sikap,

keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai dan sebagainya.

2. Faktor pemungkin

Faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan

mencakup keahlian, sumber daya, dan hambatan yang membantu atau

mencegah perilaku yang diinginkan.

33
3. Faktor Penguat

Faktor penguat adalah faktor yang menentukan tindakan kesehatan

memperoleh dukungan atau tidak. Faktor ini meliputi perilaku tokoh

masyarakat, tokoh agama, petugas kesehatan, undang-undang dan peraturan

baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait kesehatan.

A. Pengetahuan

Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil

penggunaan panca inderanya yang berbeda sekali dengan kepercayaan dan

penerangan-penerangan yang keliru. (Soekanto dalam Mubarak, 2007). Perilaku

yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan, sebab perilaku terjadi akibat adanya paksaan atau

peraturan yang mengharuskan untuk berbuat.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau

responden. Menurut Mubarak (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang antara lain :

1. Pendidikan, pendidikan berarti bimbingan yang di berikan seseorang pada

orang lain terhadap sesuatu hal yang mereka dapat pahami. Semakin tinggi

pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan

pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.

2. Pekerja, lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh

pengalaman dan pengatahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

34
3. Umur, dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada

aspek pada fisik dan psikologi (mental) yang semakin matang dan dewasa.

4. Minat, Minat seseorang menjadikan seseorang untuk mencoba atau

menekuni suatu hal dan akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih

mendalam.

5. Pengalaman, jika pengalaman obyek menyenangkan maka secara psikologis

akan timbul sikap positif dalam kehidupannya.

6. Kebudayaan lingkungan sekitar, kebudayaan dimana kita hidup

mempengaruhi terhadap perubahan sikap kita.

7. Informasi, kemudahan memperoleh suatu informasi akan membantu

mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru.

Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana

diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan

semakin luas pula pengetahuannya. Pengetahuan yang baik tentang higiene

sanitasi depot air minum sangat dibutuhkan agar responden menerapkan cara

produksi yang baik, sehingga masyarakat tidak dirugikan oleh beredarnya air

minum dari depot air minum yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan

(Purba, 2011).

Berdasarkan hasil penelitian terkait higiene sanitasi depot air minum

diperoleh kategori tingkat pendidikan operator air minum isi ulang (AMIU)

beragam, mulai dari sekolah dasar hingga akademi/ perguruan tinggi, namun

presentasi terbanyak adalah SLTA/SMA. Setelah dikategorikan tingkat

pendidikan pengisi air minum isi ulang terbanyak berpendidikan menengah keatas

35
yang memiliki perilaku baik lebih banyak dibandingkan dnegan kelompok

responden berpendidikan dasar. Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan

semakin berpendidikan tinggi semakin berperilaku baik (Nursania dalam

Prihatini, 2012).

B. Sikap

Sikap adalah kepercayaan/ pendapat seseorang tentang apa yang akan terjadi

bila ia berperilaku (Edberg, 2009).Menurut sarwono dalam maulana (2009) sikap

merupakan kecenderungan merespon (secara positif atau negatif) orang, situasi

atau objek tertentu. Sikap mengundang suatu penilaian emosional atau afektif

(senang, benci Sedih) dan kognifi (pengetahuan tentang suatu objek) dan konatif

(kecenderungan bertindak).

Sikap tidaklah sama dengan perilaku, dan perilaku tidaklah selalu

mencerminkan sikap seseorang. Sebab, seringkali terjadi seseorang

memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap seseorang

dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang obyek tersebut,

melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono dalam Maulana

2009). Sikap harus diiringi dengan niat untuk merubah perilaku, percaya bahwa

ada hal positif atau berharga untuk mengubah perilaku tersebut, dan percaya

mampu melakukan perubahan tersebut (Edberg, 2009).

Penjamah depot air minum dalam bekerja tidak semuanya bersikap higiene

sanitasi setiap melayani konsumen. Penjamah mampu mengubah sikapnya

menjadi positif setelah diberikan intervensi dipengaruhi oleh pemberian informasi

36
tentang pentingnya melaksanakan prinsip-prinsip higienitas dan melakukan

praktek mengenai higiene sanitasi (Prihatini, 2012).

Sikap terbentuk dari adanya informasi secara formal maupun informal yang

diperoleh setiap individu. Berarti sikap sejalan dengan pengetahuan, yaitu jika

seseorang berpengetahuan baik maka sikap juga akan baik. Berdasarkan hasil

penelitian terkait penyelenggaraan higiene sanitasi depot air minum diperoleh

hasil tabulasi silang antara pengetahuan dengan sikap bahwa responden yang

berpengetahuan sedang, sebagian besar responden memiliki sikap yang baik. Hal

ini bisa saja terjadi karena dalam bentuk, sikap sulit untuk dinilai maupun diukur

Sikap merupakan tanggapan atau reaksi seseorang terhadap obyek tertentu yang

bersifat positif atau negatif yang biasanya diwujudkan dalam bentuk rasa suka

atau tidak suka, setuju atau tidak setuju (Purba, 2011)

C. Tindakan

Tindakan (Practice) adalah suatu sikap yang belum tentu terwujud dalam

suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan agar sikap menjadi suatu

perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang

memungkinkan, antara lain adalah adanya fasilitas (Maulana, 2009).

Pelaksanaan Higiene Sanitasi Depot dapat terwujud apabila tersedia fasilitas

sanitasi diruangan kerja untuk mendukung kebersihan perorangan menggunakan

air, sabun dan handuk pengering dan adanya kesadaran penjamah untuk selalu

berperilaku higiene sanitasi setiap melayani konsumen (Prihatini, 2012)

Dinas kesehatan kabupaten/kota juga mempunyai peranan penting untuk

melakukan penilaian pemenuhan persyaratan teknisi usaha depot air minum

37
(DAM). Dinas kesehatan kota harus membuat suatu tindakan kepada setiap

pengusaha depot air minum untuk wajib mempunyai Sertifikat Higiene Sanitasi

sebagai salah satu syarat yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.43

Tahun 2014.

Dinas Kabupaten /Kota perlu melakuan pelatihan laik higiene sanitasi bagi

pengelola dan tenaga Penjamah Depot Air Minum untuk menambah pengetahuan

Pengelola dan penjamah pentingnya berperilaku higiene sanitasi untuk melindungi

masyarakat dari resiko penyakit akibat mengkonsumsi air minum yang berasal

dari Depot Air Minum (DAM) yang tidak memenuhi standar baku mutu dan

persyaratan higiene sanitasi.

J. Kerangka Konsep

Higiene Sanitasi Depot Air


Minum
1. Tempat
2. Peralatan
3. Penjamah Pemeriksaan Mikrobiologi
Ada
4. Air Baku dan 1. E.coli
Air Minum 2. coliform Tidak ada
Perilaku Pemilik Depot
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Tindakan

38
BAB III
PEMBAHASAN

39

Anda mungkin juga menyukai