Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Darah manusia adalah cairan di dalam tubuh yang berfungsi untuk
mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga
menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa
metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang
bertujuan mempertahanakan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon
dari sistem endokrin juga disebarrkan melalui darah.
Darah dipompa oleh jantung menuju paru-paru untuk melepaskan sisa
metabolism berupa karbon dioksida dan menyerap oksigen melalui pembuluh
arteri pulmonalis, lalu dibawa kembali ke jantung melalui vena pulmonalis.
Setelah itu darah dikirimkan ke seluruh tubuh oleh saluran pembuluh darah
aorta. Darah membawa oksigen ke seluruh tubuh melalui saluran halus darah
yang disebut pembuluh kapiler. Darah kemudian kembalii ke jantung melalui
pembuluh darah vena superior dan vena cava inferior.
Aliran darah pada tubuh kita berada dalam suatu ruang tertutup. Darah
mengalir melalui suatu pembuluh darah. Tekanan dan aliran darah dalam
tubuh memiliki prinsisp kerja seperti Tekanan Hidrostatik. Secara umumnya
cara kerja pada Tekanan Hidrostatik yaitu mengalirnya zat cair dari titik yang
bertekanan lebih tinggi ke titik yang bertekanan lebih rendah.
Agar peredaran darah lancar maka perlu adanya asupan air yang seimbang.
Kekurangan cairan juga menyebabkan daak negatif jangka panjang. Salah
satunya mempengaruhi zat dalam tubuh yang bernama coppetin. Ini akan
mempengaruhi tekanan darah sehingga dapat menyebabkan hipertensi.
Akibatnya perlu adanya persediaan air yang melimpah atau cara mengolah air
laut menjadi air yang dapat dikonsumsi oleh manusia dengan metode Osmosis
Terbalik (RO).

5
A. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Tekanan Hidrostatik?
2. Apa yang dimaksud Tekanan Osmosis?
3. Bagaiman hubungan Tekanan Hidrostatik dengan Tekanan Osmosis dalam
tubuh manusia?
4. Apa saja penerapan Tekanan hidrostatik dengan Tekanan Osmosis?
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami mengenai Tekanan Hidrostatik
2. Untuk mengetahui dan memahami mengenai Tekanan Osmosis
3. Untuk mengetahui dan memahami hubungan Tekanan Hidrostatik dengan
Tekanan Osmosis dalam tubuh manusia
4. Untuk mengetahui dan memahami penerapan Tekanan Hidrostatik dengan
Tekanan Osmosis

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tekanan Hidrostatik
Tekanan zat cair sangat berguna dalam kehidupan sehari- hari. Salah
satunya Tekanan Hidrostatik. Tekanan Hidrostatik adalah tekanan pada zat
cair yang diam sesuai dengan namanya (hidro: air dan statik: diam). Tekanan
Hidrostatik pada titik kedalaman berapapun tidak akan dipengaruhi oleh berat
air, luasan permukaan air, ataupun bentuk bejana air. Besarnya tekanan ini
bergantung kepada ketinggian zat cair, massa jenis dan percepatan gravitasi.
Tekanan yaitu satuan fisika untuk menyatakan gaya (F) per satuan luas (A).
Satuan tekanan adalah Newton per meter kuadrat (N/m2) atau Pascal (Pa).
Tekanan Hidrostatik juga mempunyai rumus , yaitu antara lain :
P=ρxgxh=ρ.g.h
Keterangan :
P = Tekanan Hidrostatik (N/m2).
ρ = Massa Jenis Zat Cair (kg/m3).
g = Percepatan Gravitasi (m/s2).
h = Kedalaman dari Permukaan Zat Cair (m).
Sifat – Sifat Tekanan Hidrostatik
1. Semakin dalam letak suatu titik dari permukaan zat cair, tekanannya
semakin besar.
2. Tekanan hidrostatik akan bergantung pada kedalaman.
3. Tekanan zat cair ke segala arah sama besar.
4. Pada kedalaman yang sama, tekanannya juga sama.
5. Tekanan hidrostatik akan sangat bergantung pada gravitasi.
6. Tekanan hidrostatik tidak akan bergantung pada bentuk wadah.
7. Tekanan hidrostatik juga akan bergantung pada massa jenis zat cair

5
B. Transpor Melalui Membran
Membran plasma berfungsi sebagai tempat keluar dan masuknya ion,
molekul, serta senyawa dari atau ke dalam sel. Membran plasma bersifat
selektif permeable artinya memiliki kemampuan untuk melakukan seleksi
terhadap ion, molekul, dan senyawa yang melaluinya. Perpindahan molekul
atau ion melewati membrane ada dua macam yaitu transpor pasif dan transpor
aktif.
1. Transpor Pasif
a) Osmosis
Osmosis adalah perpindahan molekul pelarut (misalnya air)
melalui selaput selektif permeable dari kosentrasi pelarut tinggi
(hipertonik) menuju kosentrasi pelarut rendah (hipotonik).
Dari fenomena ini dibuat istilah tekanan osmotik, yakni tekanan
yang perlu diberikan pada suatu larutan untuk mencegah masuknya air
melalui membran semi-permeable. Besarnya tekanan luar (tekanan
osmotik) adalah sama dengan tekanan untuk melakukan osmosis
tersebut. Jadi secara umum, pengertian tekanan ini adalah suatu larutan
sama dapat berupa tekanan hidrostatis yang terbentuk dalam larutan
atau tekanan luar yang diberikan pada larutan untuk menghentikan
proses osmosis.
Nilai π dari suatu larutan dapat dihitung menggunakan persamaan
van’t Hoff, yang identik dengan persamaan gas ideal
π = (n/V) R T
π =MRT
dengan
π = tekanan osmotik (atm atau Pa)
V = volume larutan (L atau dm³)
n = mol zat terlarut (mol)
T = suhu
R = 0,082 L atm / mol K = 8,314 m³ Pa / mol K

6
Selain itu terdapat istilah lain yakni gradien osmotik, yakni tekanan
yang dibutuhkan untuk mempertahankan kesetimbangan osmotik antar
suatu larutan dan pelarut murninya yang dipisahkan oleh suatu
membran yang dapat ditembus oleh pelarut tersebut. Dengan kata lain
tekanan osmotik adalah tekanan yang diperlukan untuk menghentikan
osmosis.
Ada dua kemungkinan yang terjadi pada sel hewan akibat adanya
osmosis yaitu krenasi, hemolisis, dan turgid. Krenasi adalah
mengerutnya sel hewan akibat keluarnya cairan sel. Krenasi terjadi jika
sel hewan berada di larutan hipertonik. Hemolisis adalah pecahnya sel
hewan karena masuknya cairan dari luar secra terus menerus.
Hemolisis terjadi jika sel hewan berada di dalam larutan hipotonik.
b) Difusi
Difusi merupakan proses pergerakan acak partikel-pertikel (atom,
molekul, gas cairan, dan larutan) dari larutan berkosentrasi tinggi
(hipertonik) ke larutan berkosentrasi rendah (hipotonik) sehingga
mencapai kesetimbangan. Difusi jauh lebih sederhana dibandingkan
dengan osmosis. Terdapat perpindahan energi kinetik terjadi pada
molekul-molekul karena tabrakan antar molekul satu sama lain, karena
molekul-molekul bergerak secara acak. Contohnya:
1) Difusi 𝑂2 dan 𝐶𝑂2 antara kapiler darah dengan alveolus.
2) Parfum secara perlahan memenuhi seluruh ruangan karena molekul
gas pada parfum mulai berdifusi dengan sekelilingnya dan
menyebar ke seluruh ruangan.
c) Tranpor Aktif
Pada transpor aktif diperlukan energi untuk memompa molekul
melewati membran dengan melawan gradien kosentrasi. Transpor aktif
dibedakan menjadi tiga tipe yaitu pompa ion, kotranspor, serta
endositosis dan eksositosis.
1) Pompa ion

5
Pompa ion adalah transpor ion melewati membran plasma
yang melawan gradien konsentrasi. Misal pompa ion
𝑁𝑎+ 𝑑𝑎𝑛 𝐾 + di dalam tubuh.
2) Kotranspor
Kotranspor adalah tranpor suatu zat yang mengaktifkan
transport zat lain melewati membrane plasma. Misal sel-sel
tumbuhan memompakan ion hidrogen untuk mengaktifkan transpor
sukrosa ke dalam sel.
3) Endositosis dan Eksositosis
Endositosis dan eksositosis adalah transpor makromolekul
seperti protein, polisakarida, atau asam nukleat dengan membentuk
lipatan membran plasma. Pada endositosis, membran plasma
mengelilingi makromolekul di luar sel kemudian melipat
membentuk vesikel baru dari membran plasma. Pada saat
eksositosis, vesikel bergabung dengan membran plasma dan
mengeluarkan makromolekul dari dalam vesikel.

C. Osmoregulasi Pada Tubuh Manusia


Osmoregulasi adalah proses mengatur konsentrasi cairan dan
menyeimbangkan pemasukan serta pengeluaran cairan tubuh oleh sel atau
organisme hidup. Proses osmoregulasi diperlukan karena adanya perbedaan
konsentrasi cairan tubuh dengan lingkungan disekitarnya. Osmoregulasi atau
pengaturan cairan tubuh, sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu
organisme. Hal ini dikarenakan kondisi cairan tubuh suatu organisme akan
mempengaruhi kondisi fisiologisnya. Sehingga jika kondisi cairan tidak
normal, maka aktivitas fisiologis lainnya akan terganggu.
Pelarut akan mengalir dari konsentrasi rendah menuju ke kosentrasi yang
lebih tinggi. Kosentrasi normal natrium Klorida dalam darah adalah 0,9% (0,9
gram natrium tiap 100 mililiter air), dan ternyata konsentrasi natrium klorida
pada sebuah sel darah merah (eritosit) juga 0,9%. Hal ini berarti terbentuk
kondisi kesetimbangan dinamis, laju gerakan masuk molekul air ke dalam sel

6
tepat sama dengan laju gerak keluar molekul air dari dalam sel. Volume air
yang bergerak masuk dan keluar dari sel darah merah setiap sekon sekitar 100
kali volume sel yang bersangkutan.
Dengan demikian, laju gerak molekul air yang keluar dan masuk sel harus
tepat sama, jika tidak, sel akan mengerut dan akhirnya hilang atau pecah. Hal
tersebut merupakan gambaran ketika sel berada dalam kondisi isotonik dengan
darah. Pada saat itu sel memiliki tonisitas (tekanan) yang sama, yaitu
kosentrasi zat tersebut dalam darah.
Untuk mejelaskan tentang osmosis dalam sel hidup pada tubuh manusia,
perhatikan gambar-gambar berikut.

Gambar 1 menunjukan sebuah sel ditempatkan dalam larutan hipertonik.


Larutan hipertonik dapat menyebabkan sel mengerut. Larutan yang
mengandung natrium klorida lebih 0,9% merupakan larutan hipertonik bagi
tubuh. Akibatnya air (pelarut) dari dalam sel bergerak keluar menuju ke
larutan yang lebih pekat melalui proses osmosis. Contohnya pada infus
dengan Tekanan Osmotik lebih tinggi dari plasma darah yang menggunakan
larutan parental Dektstrosa 5% dan cairan rumatan (Seri KAEN) disebut
hipotonis karena kandungan glukosanya yang masuk kedalam tubuh akan
cepat diserap dan dimetabolisme dalam sel.
Gambar 2 menunjukan sebuah sel ditempatkan dalam larutan isotonik.
Kosentrasi air yang masuk dan keluar sel sebanding sehingga tercapai
kesetimbangan dinamis. Pada kondisi ini, laju gerak air yang masuk sel
sebanding dengan laju air yang keluar dari sel tersebut. Akibatnya pada sistem
tersebut tidak mengalami perubahan apapun. Cotohnya pada infus dengan

5
tekanan sama seperti cairan tubuh normal yang menggunakan larutan
parenteral Normal Saline (NaCI 0,9%) dan Ringer Laktat.
Gambar 3 menunjukkan sebuah sel ditempatkan dalam larutan hipotonik.
Larutan hipotonik dapat menyebabkan sel membengkak. Larutan ini
mengandung natrium klorida kurang dari 0,9%. Larutan tersebut memiliki
kosentrasi zat terlarut yang lebih rendah daripada kosentrasi zat terlarut akan
bergerak masuk ke dalam sel melalui prose Osmosis. Contohnya pada infus
dengan Tekanan Osmotik lebih rendah dari cairan tubuh.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa perpindahan air ke
dalam atau keluar dari sel akan memengaruhi keadaan tekanan sel. Osmosis
merupakan suatu mekanisme dasar untuk mempertahankan kesetimbangan zat
cair dalam tubuh.

C. Penerapan Tekanan Zat Cair Mengalir dalam Aspek Kehidupan


a) Penggunaan Infus
Prinsip Tekanan Hidrostatik menjadi dasar penggunaan infus
intravena (infus), seperti tampak pada gambar berikut.

Pada posisi tetap (statis), infus tidak mengalir karena tekanan di


titik masuk kedalam tubuh pasien sebanding dengan tinggi permukaan
terbuka larutan infus dan massa jenisnya (Gambar a). Setelah larutan infus
mengalir, akan terjadi penurunan tekanan antara pangkal selang dengan
ujung titik keluar selang sehingga ketingian larutan infus tidak sama
(Gambar b). Peningkatan tinggi cairan infus menyebabkan peningkatan

6
tekanan pada titik masuk jarum ke dalam tubuh, yang dapat menyebabkan
rasa nyeri pada tubuh pasien. Jadi makin tinggi tempat kantong infus
dengan pergelangan lengan makan tekanan cairan infus makin besar juga,
begitu juga sebaliknya.
b) Pada saat berenang semakin dalam kita menyelam maka telinga akan
terasa sakit. Hal ini karena semakin dalam kita menyelam maka tekanan
hidrostatis juga semakin besar.
c) Bagian bawah bendungan di buat lebih tebal daripada bagian atas
bertujuan untuk menahan tekanan air yang besar di bagian bawah.
d) Tekanan dan Aliran Darah dalam Tubuh
Pada umumnya zat cair akan mengalir dari titik yang bertekanan
lebih tinggi ke titik yang bertekanan lebih rendah. Demikian pula yang
terjadi pada cairan darah dalam tubuh manusia. Aliran darah disebabkan
perbedaan tekanan antara dua ujung pembuluh darah yag merupakan gaya
yang mendorong darah melalui pembuluh darah.
Sebagai contoh, jika tekanan pada salah satu ujung selang sebesar
100 mmHg dan tekanan pada ujung yang lain 0, maka selisih tekanannya
sebesar (100-0) mmHg atau 100 mmHg. Jika tekanan pada salah satu
selang sebesar 1.100 mmHg dan ujung selang yang lain sebesar 1.000
mmHg, perbedaan tekanan kedua titik tersebut juga 100 mmHg (1.100-
1.000) mmHg. Pada sistem peredaran darah, perbedaan tekanan yang besar
terjadi pada aorta dan bagian luar atrium kanan jantung, seperti yang di
tunjukkan pada gambar.
Tekanan tertinggi darah terjadi pada aorta. Tekanan tersebut dapat
mencapai sekitar 100 mmHg karena darah dipompa langsung kedalam
aorta tersebut. Tekanan darah secara bertahap menurun setelah darah
masuk melalui peredaran darah sistemik dan menurun tajam hingga 0
mmHg pada saat darah mencapai atrium kanan pada jantung.
Tekanan darah pada tubuh manusia dipengaruhi oleh kekentalan
(viskositas) darah dan diameter pembuluh darah (luas penampang
pembuluh darah). Semakin kental darah, semakin besar hambatan antara

5
darah dan pembuluh darah sehingga peredaran darah semakin lambat dan
tekanan yang dihasilkan lebih besar. Diameter pembuluh darah juga
mempengaruhi tekanan darah. Semakin kecil diameter pembuluh darah
(semakin kecil luas penampang pembuluh darah), semakin besar
hambatannya sehingga menghasilkan tekanan yang lebih besar.

e) Desalinasi Air Laut Melalui Metode Osmosis Terbalik


Desalinasi adalah proses pengurangan kadar garam pada air laut,
air payau, atau air limbah. Proses desalinasi biasanya digunakan untuk
mengolah air laut menjadi air bebas mineral yang dapat dikonsumsi oleh
manusia. Produk proses desalinasi umumnya merupakan air dengan
kandungan garam terlarut kurang dari 500 mg/l, yang dapat digunakan
untuk keperluan domestik, industri, dan pertanian. Produk air desalinasi
biasanya lebih murni dari air minum standar. Jadi ketika air hendak
digunakan untuk kebutuhan sehari-hari biasanya dicampur dengan air yang
mengandung TDS yang lebih tinggi. Air hasil desalinasi murni biasanya
sangat asam dan menyebabkan korosi pada pipa jadi harus harus dicampur
dengan sumber air lain yang diambil dari luar atau dengan mengatur pH
dan alkalitas sebelum dialirkan keluar. Dalam pemisahan air asin menjadi
air tawar, ada beberapa teknologi proses desalinasi yang telah banyak
dikenal antara lain proses destilasi, teknologi proses dengan menggunakan

6
membran (osmosis terbalik). Osmosis terbalik (RO) adalah suatu metode
penyaringan yang dapat menyaring berbagai molekul besar dan ion-ion
dari suatu larutan dengan cara memberi tekanan pada larutan ketika larutan
itu berada di salah satu sisi membran seleksi (lapisan penyaring). Proses
tersebut menjadikan zat terlarut terendap di lapisan yang dialiri tekanan
sehingga zat pelarut murni bisa mengalir ke lapisan berikutnya. Membran
seleksi itu harus bersifat selektif atau bisa memilah yang artinya bisa
dilewati zat pelarutnya (atau bagian lebih kecil dari larutan) tapi tidak bisa
dilewati zat terlarut seperti molekul berukuran besar dan ion-ion.
Skema osmosis terbalik (desalinasi) menggunakan pertukaran
tekanan.

1:Aliran masuk air laut,


2: Aliran air bersih flow (40%),
3:Aliran konsentrasi (60%),
4:Aliran air laut (60%),
5: Konsentrat (pembuangan),
A: Aliran pompa tekanan tinggi (40%),
B: Pompa sirkulasi,
C:Satuan osmosis dengan membran,
D: Penukar tekanan
Metode dan Proses desalinasi menggunakan sistem RO terdiri dari
4 proses utama, yaitu:
a) Pretreatment

5
Air umpan pada tahap pretreatment disesuaikan dengan membran
dengan cara memisahkan padatan tersuspensi, menyesuaikan pH, dan
menambahkan inhibitor untuk mengontrol scaling yang dapat
disebabkan oleh senyawa tetentu, seperti kalsium sulfat.
b) Pressurization
Pompa akan meningkatkan tekanan dari umpan yang sudah melalui
proses pretreatment hingga tekanan operasi yang sesuai dengan
membran dan salinitas air umpan.
c) Membrane separation
Membran permeable akan menghalangi aliran garam terlarut,
sementara membran akan memperbolehkan air produk terdesalinasi
melewatinya. Efek permeabilitas membran ini akan menyebabkan
terdapatnya dua aliran, yaitu aliran produk air bersih, dan aliran brine
terkonsentrasi. Karena tidak ada membran yang sempurna pada proses
pemisahan ini, sedikit garam dapat mengalir melewati membran dan
tersisa pada air produk. Membran RO memiliki berbagai jenis
konfigurasi, antara lain spiral wound dan hollow fine fiber membranes.
d) Post treatment stabilization.
Air produk hasil pemisahan dengan membran biasanya
membutuhkan penyesuaian pH sebelum dialirkan ke sistem distribusi
untuk dapat digunakan sebagai air minum. Produk mengalir melalui
kolom aerasi dimana pH akan ditingkatkan dari sekitar 5 hingga
mendekati 7.
Air baku yang buruk, seperti adanya kandungan klorida dan TDS
yang tinggi, membutuhkan pengolahan dengan sistem Osmosis terbalik
(RO). Sistem RO menggunakan penyaringan skala mikro, yaitu yang
dilakukan melalui suatu elemen yang disebut membran. Dengan sistem
RO ini, klorida dan TDS yang tinggi dapat diturunkan atau dihilangkan
sama sekali. Syarat penting yang harus diperhatikan adalah kualitas air
yang masuk ke dalam elemen membran harus bebas dari besi, mangan dan
zat organik (warna organik).

6
Air baku yang mengandung Fe dan Mn dialirkan ke suatu filter
yang medianya mengandung MnO2.nH2O. Selama mengalir melalui media
tersebut Fe dan Mn yang terdapat dalam air baku akan teroksidasi menjadi
bentuk Fe (OH)3 dan Mn2O3 oksigen terlarut dalam air, dengan oksigen
sebagai oksidator.
Reaksinya adalah sebagai berikut:
4 Fe2+ + O2 + 10 H2O 4 Fe(OH)3 + 8 H+
Mn2+ + MnO2.nH2O MnO2.MnO.nH2O + H+
Untuk reaksi penghilangan besi tersebut diatas adalah merupakan
reaksi katalitik dengan MnO2 sebagai katalis, sedangkan untuk reaksi
penghilangan Mn adalah merupakan reaksi antara Mn2+ dengan hidrat
mangandioksida. Jika kandungan mangan dalam air baku besar maka
hidrat mangandioksida yang ada dalam media filter akan habis dan
terbentuk senyawa MnO2.MnO.nH2O sehingga kemampuan penghilangan
Fe dan Mn nya makin lama makin berkurang.
Untuk memperbaharui daya reaksi dari media fiternya dapat
dilakukan dengan memberikan klorin kedalam filter yang telah jenuh
tersebut.
Reaksinya adalah sebagai berikut :
MnO2.MnO.nH2O + 2 H2O + Cl2 2 MnO2.nH2O + 2 H+ + 2Cl–
Air baku yamg mengandung besi dan mangan dialirkan melalui
suatu filter bed yang media filternya terdiri dari mangan-zeolite
(K2Z.MnO.Mn2O7). Mangan Zeolit berfungsi sebagai katalis dan pada
waktu yang bersamaan besi dan mangan yang ada dalam air teroksidasi
menjadi bentuk ferri-oksida dan mangandioksida yang tak larut dalam air.
Reaksinya adalah sebagai berikut :
K2Z.MnO.Mn2O7 + 4 Fe(HCO3)2 K2Z + 3 MnO2 + 2 Fe2O3 + 8 CO2 +
4 H2O
K2Z.MnO.Mn2O7 + 2 Mn(HCO3) K2Z + 5 MnO2 + 4 CO2 + 2 H2O
Reaksi penghilangan besi dan mangan dengan mangan zeoite tidak
sama dengan proses pertukaran ion, tetapi merupakan reaksi dari Fe2+ dan

5
Mn2+ dengan oksida mangan tinggi (higher mangan oxide).Filtrat yang
terjadi mengandung mengandung ferri-oksida dan mangan-dioksida yang
tak larut dalam air dan dapat dipisahkan dengan pengendapan dan
penyaringan. Selama proses berlangsung kemampunan reaksinya makin
lama makin berkurang dan akhirnya menjadi jenuh. Untuk regenerasinya
dapat dilakukan dengan menambahkan larutan Kalium permanganat
kedalam zeolite yang telah jenuh tersebut sehingga akan terbentuk lagi
mangan zeolite (K2Z.MnO.Mn2O7).
Pada pengolahan air minum, membran RO didesain untuk dapat
melewatkan molekul-molekul air dan menahan solid, seperti ion-ion
garam. Membran RO dapat memisahkan dan menyisihkan zat terlarut, zat
organik, pirogen, koloid, virus, dan bakteri dari air baku. Efisiensi
penyisihan membran RO untuk zat terlarut total (TDS) dan bakteri
masing-masing adalah 95-99% dan 99%. Sehingga pada akhir proses akan
dihasilkan air yang murni. Efisiensi penyisihan membran RO yang tinggi
menyebabkan terjadinya penyisihan mineral-mineral alami pada air baku.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tekanan Hidrostatik adalah tekanan yang diakibatkan oleh gaya yang ada
pada zat cair terhadap suatu luas bidang tekan pada kedalaman tertentu.
Sedangkan Tekanan. Osmosis ialah proses alami, saat dua cairan konsentrasi yang
berbeda dipisahkan pada sebuah membran semipermeable maka cairan
mempunyai kecenderungan untuk bergerak dari konsentrasi yang lebih rendah ke
konsentrasi yang lebih tinggi untuk keseimbangan potensial kimia. Membran
semipermeabel harus mampu dilewati oleh pelarut, tetapi tidak oleh zat terlarut,
yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran.
Pada sistem tubuh manusia, Tekanan Hidrostatik dan Osmosis
mempengaruhi sistem kerja dan peredaran zat dan sel darah tubuh manusia.
Dengan Tekanan Hidrostatik yang dipengaruhi oleh cairan dalam pembuluh darah
terhadap sistem gravitasi maka diharapkan cairan tubuh tetap berada pada
tempatnya sesuai kebutuhannya, dan sebagian cairan dapat mengalir bersamaan
dengan bekerjanya sistem osmosis.
Salah satu penerapannya pada tekanan hidrostatik dengan tekanan osmosis
adalah desalinasi air laut yang menggunakan metode osmosis terbalik. Metode
osmosis terbalik yaitu menyaring berbagai molekul besar dan ion-ion dari suatu
larutan dengan cara memberi tekanan pada larutan ketika larutan itu berada di
salah satu sisi membran seleksi (lapisan penyaring).

Anda mungkin juga menyukai