Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN ISPA

Dosen Pengampu : Nurulistyawan TP.S.Kep.,Ns.,MNS

Disusun Oleh :

1. Alfi Septiana (17021203)


2. Benidiktus Vetro Armando (17021211)
3. Cardina Dewi Anisa Putri (17021212)
4. Diqi Khoirul Anam (17021216)
5. Febri Beta Anggraini (17021224)
6. Indah Dwi Lestari (17021232)
7. Nuri Fitallesy (17021250)
8. Poerwo Prih Utami (17021254)

UNIVERSITAS AN NUUR PURWODADI

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penyusun masih
diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah yang
berjudul ‘Asuhan Keperawatan Keluarga dengan ISPA” ini disusun untuk terima tugas
mahasiswa dari mata kuliah Keperawatan Keluarga di Jurusan S1 Keperawatan Universitas An
Nuur Purwodadi.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini di masa mendatang.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi para mahasiswa khusus dan masyarakat pada umumnya.
Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan para
mahasiswa dan masyarakat serta pembaca.

Purwodadi, Februari 2020


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering
diderita oleh bayi dan anak (Depkes RI, 2008). Tingkat mortalitas sangat tinggi pada
bayi, anak – anak, dan orang dengan lanjut usia, terutama dinegara – negara dengan
pendapatan perkapita rendah dan menengah (WHO 2007).
Keluarga memiliki peranan penting dalam melakukan upaya pencegahan dan
perawatan balita yang menderita ISPA. Ibu memiliki peranan yang cukup besar dalam
mengasuh dan merawat anak yang sakit, mengingat ibu adalah pengasuh utama anak
dalam keluarga. Adapun aktivitas perawatan yang dapat dilakukan oleh ibu pada saat
anak menderita ISPA adalah memberikan nutrisi yang tepat selama balita sakit maupun
setelah sakit, memberikan cairan yang cukup selama demam dan tidak membiarkan
anak kehausan, memberikan ramuan yang aman untuk melegakan tenggorokan dan
meredakan batuk, melakukan perawatan selama demam, dan observasi tanda-tanda
pneumonia (Nurhidayah, 2008). Selain itu, upaya pencegahan penyakit juga penting
dilakukan oleh ibu baik dengan memberikan imunisasi maupun penghindaran pajanan
asap, perbaikan lingkungan hidup dan sikap hidup sehat (Misnadiarly, 2008).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu mengidentifikasi prioritas masalah kesehatan yang ada dan melakukan


upaya pemecahan masalah.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu mengidentifikasi dan mendiagnosis masalah kesehatan.


b. Mampu membuat perencanaan berbasis masalah.
c. Mampu memonitor dan mengevaluasi kegiatan.
C. Manfaat

1. Mahasiswa :
a. Memperdalam penghayatan dan pengertian mahasiswa terhadap kesulitan
masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat dalam melaksanakan
pembangunan.
b. Mendewasakan cara berfikir serta meningkatkan daya nalar dalam melakukan
penelaahan, perumusan, dan pemecahan masalah secara pregmatis ilmiah.
c. Melalui pengalaman bekerja dalam melakukan penelaahan, merumuskan dan
memecahkan masalah secara langsung, akan menumbuhkan sifcat
profesionalisme dan kepedulian social dalam diri mahasiswa dalam arti
peningkatan keahlian, tanggung jawab, maupun rasa kesejawatan.
2. Masyarakat dan Pemerintah Daerah/Institusi
a. Memperoleh cara-cara baru yang dibutuhkan untuk merencanakan, merumuskan
dan melaksanakan masalah.
b. Terbentuknya kader-kader kesehatan dalam masyarakat sehingga terjamin
kelanjutan upaya pembangunan kesehatan.
c. Memperoleh manfaat dan bantuan tenaga mahasiswa dalam melaksanakan program
kesehatan yang berada di bawah tanggung jawabnya.
3. Perguruan Tinggi
a. Memperoleh umpan balik sebagai hasil pengintegrasian mahasiswa dengan proses
pembanguan di tengah masyarakat, sehingga kurikulum, materi perkuliahan dan
pengembangan ilmu yang ada di Perguruan Tinggi dapat lebih disesuaikan dengan
tuntutan nyata pembangunan kesehatan.
b. Meningkatkan, memperluas dan mempererat kerja sama dengan instansi serta
departemen lain melalui rintisan kerja sama dari mahasiswa yang melakukan
Praktek Komunitas Lapangan.
BAB II

TINJAUAN TEORI ISPA

A. Definisi
ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernapasan akut, istilah ini
diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Istilah
ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernapasan dan akut (Yudarmawan,
2012), dengan pengertian sebagai berikut :
1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikro organisme ke dalam tubuh manusia dan
berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari
diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang
dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari (A.
Suryana 2005).
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung
(saluran atas) hingga alveoli seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ( Menurut
Ranuh , 1997).

B. Etiologi
Infeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok penyakit yang komplek
dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Etiologi ISPA terdiri dari 300
lebih jenis virus, bakteri, riketsia dan jamur. Virus penyebab ISPA antara lain golongan
mikrovirus (termasuk di dalamnya virus influenza, virus pra-influensa dan virus
campak), dan adenovirus. Bakteri penyebab ISPA misalnya: streptokokus hemolitikus,
stafilokokus, pneumokokus, hemofils influenza, bordetella pertusis dan karinebakterium
diffteria (Arifin, 2009).
Jumlah penderita infeksi pernapasan akut sebagian besar terjadi pada anak.
Infeksi pernapasan akut mempengaruhi umur anak, musim, kondisi tempat tinggal, dan
masalah kesehatan yang ada ( R.Haryono-Dwi Rahmawati H, 2012).
C. Tanda dan gejala
ISPA merupakan proses inflamasi yang terjadi pada setiap bagian saluran
pernafasan atas maupun bawah, yang meliputi infiltrat peradangan dan edema mukosa,
kongesti vaskuler, bertambahnya sekresi mukosa serta perubahan struktur fungsi siliaris
(Menurut Muttaqin, 2008).
Tanda dan Gejala ISPA banyak bervariasi antara lain demam, pusing, lemas,
anoreksia, tidak nafsu makan, muntah, takut dengan cahaya, gelisah, batuk, keluar
sekret, stidor (suara nafas), hipoksia (kurang oksigen), dan dapat berlanjut pada gagal
nafas apabila tidak mendapat pertolongan dan mengakibatkan kematian. (Nelson, 2003)
Tanda dan Gejala menurut DEPKES RI 2002 adalah:
1. Gejala ISPA Ringan
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebih
gejala – gejala sebagai berikut :
a. Batuk
b. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara misal saat
berbicara atau menangis.
c. Pilek, mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung
d. Panas / demam, yaitu suhu badan lebih dari 370C
2. Gejala ISPA Sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari ISPA
ringan disertai satu atau lebih gejala – gejala seperti berikut :
a. Pernafasan lebih dari 50x/menit pada anak yang berumur kurang dari 1 tahun
atau lebih dari 40x/menit pada anak yang berumur satu tahun atau lebih.
b. Suhu lebih dari 390C
c. Tenggookan berwarna merah
d. Timbul bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak
e. Telinga sakit atau mengeluarkan dari nanah dari lubang telinga
f. Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendegur)
g. Pernafsan berbunyi menciut – ciut.
3. Gejala ISPA Berat
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejala – gejala ISPA
ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala – gejala seperti berikut :
a. Bibir atau kulit membiru
b. Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernafas
c. Anak tidak sadar atau kesadaran menurun
d. Pernafasan seperti orang mengorok dan anak tampak gelisah
e. Sela iga tertarik kedalam pada waktu bernafas
f. Nadi cepat lebih dari 160x/menit atau tidak teraba
D. Jenis-jenis Ispa
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada
kedalam (chest indrawing).
2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai
demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.
Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia
E. Penatalaksanaan ISPA
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan
penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-
kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang
bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian
makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi
pederita ISPA.
1. Upaya pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
a. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
b. Immunisasi.
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
2. Pemeriksaan
Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit anak
dengan menunjukkan beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat dan
medengarkan anak. Hal ini penting agar selama pemeriksaan anak tidak
menangis (bila menangis dan meningkatkan frekuensi nafas), untuk ini
diusahakan agar anak tetap dipangku oleh ibunya. Menghitung nafas dapat
dilakukan tanpa membuka baju. Bila baju anak tebal, mungkin perlu dibuka
sedikit untuk melihat gerakan dada. Untuk melihat tarikan dada bagian bawah,
baju anak harus dibuka sedikit. Tanpa pemeriksaan auskultasi dengan stetoskop
penyakit pneumonia dapat didiagnosa dan diklasifikasi.
3. Pengobatan dan perawatan
Prinsip perawatan ISPA antara lain :
a. Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
b. Meningkatkan makanan bergizi
c. Bila demam beri kompres dan banyak minum
d. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan hidung dengan sapu tangan
bersih
e. Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak
terlalu ketat.
f. Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut
masih menetek
Pengobatan antara lain :
a. Mengatasi panas (demam)
Memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan
dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6
jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan
dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres,
dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
b. Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu
jeruk nipis ½ sendok the dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh ,
diberikan tiga kali sehari
F. Pengkajian Keluarga
1. Data Umum
a. Nama KK : Tn.S
b. Umur KK : 35 Tahun
c. Pekerjaan KK : Petani
d. Pendidikan KK : SMA
e. Agama KK : Islam
f. Alamat KK : Mayahan, Grobogan
g. Hubungan dengan KK
No Nama Umur Jenis Hubungan Pendidikan Pekerjaan
Kelamin dengan KK
1 Ny. T 33 P Istri SMA Petani
Tahun
2 An. S 17 L Anak SMA Pelajar
Tahun
3 An. I 10 P Anak SD Pelajar
Tahun
2. Genogram

Keterangan :

= Laki – laki = Meninggal

= perempuan = Pasien / yang sedang sakit


3. Tipe keluarga
a. Jenis tipe keluarga
Keluarga Tn. S merupakan tipe keluarga inti karena terdiri dari ayah, ibu
dan anak.
b. Masalah yang terjadi dengan tipe tersebut
Masalah yang terjadi pada keluarga Tn.S adalah An. I anggota keluarga
Tn.S sedang sakit. Sudah ± 2 minggu anak mengalami batuk dan pilek,
keluarga sudah membeli obat ke warung dan apotik terdekat dari
rumahnya namun hingga sekarang anaknya belum sembuh juga.
4. Suku bangsa (etnis)
a. Latar belakang etnis keluarga atau anggota keluarga
Keluarga Tn.S termasuk dalam suku jawa dan beranggapan bahwa
berbagi kepada sesama dalam hal apapun itu adalah baik.
b. Tempat tinggal keluarga
Tn.S mengatakan sebagian besar masyarakat yang didaerahnya adalah
etnis jawa dan area tempat tinggal Tn.S bersifat homogen.
c. Kegiatan-kegiatan keagamaan, sosial, budaya, rekreasi, pendidikan
Tn.S mengatakan kegiatan lingkungan yang masih diikuti oleh keluarga
dan masih berkaitan erat dengan nilai etnis diantaranya arisan, wiritan,
dan sunatan bagi anak laki-laki, dll.
d. Kebiasaan-kebiasaan diet dan berbusana
Keluarga Tn.S menggunakan pola busana modern yaitu menggunakan
kemeja, celana panjang maupun celana pendek. Pola diit keluarga masih
menganut nilai tradisional maupun nilai modern.
e. Struktur kekuasaan keluarga tradisional atau modern
Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah kepala keluarga tetapi
sebelumnya melalui keputusan bersama anggota keluarga lainnya seperti
istri dan anak – anaknya.
f. Bahasa yang digunaka dirumah
Bahasa yang digunakan sehari-hari oleh keluarga Tn.S adalah bahasa
jawa. Keluarga mengatakan tidak ada hambatan komunikasi khususnya
penggunaan bahasa.
g. Penggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga dan praktisi
Keluarga mengatakan kadang – kadang enggan membawa anak berobat
ke puskesmas karena jauh dari tempat tinggalnya.
h. Agama dan kepercayaan yang memengaruhi kesehatan
Seluruh anggota keluarga anggota Tn.S menganut agama Islam. Anggota
keluarga aktif dalam kegiatan keagamaan dilingkungannya seperti
mengikuti pengajian di masjid. Keluarga mengatakan penyakit
merupakan takdir yang diberikan oleh yang maha kuasa dan akan selalu
mengupayakan kesembuhan. Tidak ada nilai-nilai keyakinan yang
bertentangan dengan keyakinan.

i. Status sosial ekonomi keluarga


Ny.T mengatakan pendapatan keluarganya cukup untuk membiayai
kebutuhan sehari-hari. Suaminya yang bekerja sebagai nelayan
menghasilkan pendapatan Rp 935.000/bulan. Kebutuhan yang
dikeluarkan meliputi pengeluaran untuk kebutuhan hidup sehari-hari,
biaya sekolah anak, air, dan listrik. Keluarga hanya memiliki kulkas dan
TV saja
j. Aktivitas rekreasi keluarga
Keluarga mengatakan jika ada waktu liburan, keluarga biasanya
menonton TV dirumah dan mendengarkan lagu-lagu nostalgia, kadang-
kadang pergi bersama ke rumah sanak saudara.
5. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
Ny.T mengatakan anak pertama berusia 17 tahun, saat ini masih bersekolah
disalah satu SMA yang ada di dekat rumahnya. Selain bersekolah An.S
sering membantu Tn.S dan Ny. T untuk menyelesaikan pekerjaan rumah
seperti menyapu dan mencuci piring.
6. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Pola makan keluarga
Keluarga Tn.S memiliki frekuensi makan yang baik yaitu makan 3x
sehari dengan menu nasi dengan lauk serta sayur. Pemilihan bahan
makanan baik, memilih sayur, daging atau ikan segar. Cara pengolahan
makanan beras kurang baik, keluarga Tn.S mencuci beras kurang dari 3x
lalu dimasak, cara pengolahan sayur kurang baik karena dirajang dulu
baru dicuci kemudian dimasak. Penyimpanan makanan juga kurang baik,
diletakkan diatas meja tidak ditutup.
b. Pola istirahat dan tidur
Setiap anggota keluarga Tn.S mempunyai waktu istirahat yang baik,
pada siang hari tidur hanya 1 jam dan pada malam hari tidur 8 jam.
c. Pola aktivitas keluarga
Anggota keluarga Tn.S tidak pernah melakukan aktivitas fisik hanya saja
melakukan aktivitas seperti mengangkat jerami. Anggota keluarga Tn.S
juga jarang melakukan rekreasi bersama karena sibuk dengan
pekerjaannya.
7. Aspek kesehatan lingkungan
Tn.S mengatakan status rumah yang sedang ditinggali adalah rumah
milik sendiri. Rumah terdiri dari teras rumah, ruang tamu, 3kamar tidur,
dapur , kamar mandi. Lantai rumah plester ,dinding dari kayu jati , kuat dan
melindungi suhu dingin maupun gangguan keamanan yang lain. Penataan
perabotan dalam rumah cukup rapi. Rumah tampak sedikit, ventilasi dan
pencahayaan tiap ruangan dirumah cukup baik, terdapat banyak lawa-lawa
diventilasi jendela dan banyak baju yang bergantung dirumah. Keluarga
mengatakan belum mengerti syarat rumah sehat.

Dapur terkesan kurang bersih dan cukup luas. Sumber air bersih dari
sanyo. Alat masak lengkap dan bersih karena tiap selesai dipakai selalu
dibersihkan. Keluarga mengatakan mereka memiliki kolam ternak lele. Saat
pengkajian, kandang ternak terlihat bersih, jarak rumah dengan kolam lele
kurang lebih 10 m karena terletak belakang rumah. Keluarga mengatakan
pembuangan air limbah keluarga ke tanah dibelakang rumah. Banyak
sampah dipembuangan air limbah keluarga.

Denah rumah

KOLAM
IKAN LELE

U
10m

Kamar

Mandi Dapur S

Kamar

Tidur 2 K.Tidur 3

Kamar Ruang

Tidur 1 tamu

Tamu
teras

8. Struktur keluarga
Komunikasi keluarga dilakukan secara terbuka, bahasa yang dipakai
setiap hari adalah bahasa indonesia, keluarga tidak memiliki kesulitan bahasa
dalam penerimaan pesan. Pengendalian keluarga adalah Tn.S sebagai kepala
keluarga, keputusan diambil oleh kepala keluarga melalui musyawarah dan
seluruh anggota keluarga dan tidak ada permasalahan dalam anggota
keluarga. Norma keluarga berkaitan dengan kesehatan adalah keluarga
mengatakan biasanya jika anggota keluarga sakit, hanya membeli obat ke
warung atau apotik terdekat saja dan hanya dirawat dirumah.
9. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Dalam keluarga menjalin hubungan yang baik sehingga terciptalah
suasana yang tentram , nyaman, saling mengerti dan menyayangi. Dalam
anggota keluarga harus saling bertanggung jawab dengan perannya
masing – masing.
b. Fungsi Sosialisasi
Keluarga Tn.S diwajibkan untuk selalu bertegur sapa dengan semua
orang dan mengajarkan untuk berhubungan baik.
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga Tn.S memiliki 2 orang anak, tidak merencanakan jumlah anak,
dan metode yang digunakan dalam mengendalikan jumlah anak Ny.T
menggunakan kontrasepsi berupa KB jenis suntik.
10. Stress dan Koping Keluarga
a. Stressor Jangka Pendek
Keluarga mengatakan sangat cemas terhadap anaknya karena tidak
kunjung sembuh. (jangka waktu kurang dari 6 bulan)
b. Stressor Jangka Panjang
Klien tidak memiliki stres dalam jangka waktu yang panjang.
c. Strategi adaptasi Disfungsional
Dari hasil pengkajian yang dilakukan tidak adanya cara – cara keluarga
dalam mengatasi masalah dengan cara mal adaptif.

11. Pemeriksaan Fisik


TTV Tn.S : TTV An. S
-TD : 120/80 mmHg -TD : 110/90 mmHg
-Nadi : 80x/menit -Nadi : 85x/menit
-RR : 18x/menit -RR : 23x/menit
-Suhu : 360C -Suhu : 360C
TTV Ny.T TTV An. I
-TD : 110/80 mmHg -TD : 100/70 mmHg
-Nadi : 78x/menit -Nadi : 92x/menit
-RR: 20x/menit -RR : 26x/menit
-Suhu : 360C -Suhu : 380C

Data Tn.S Ny.T An. S An. I


Mata jernih jernih jernih jernih
- Sklera Tidak icterius Tidak Tidak Tidak icterius
- Konjungtiva Tidak anemis icterius icterius Tidak anemis
- Fungsi baik Tidak anemis Tidak anemis Baik
Baik baik
Telinga
- Bentuk Simetris Simetris Simetris Simetris
- Keadaan Bersih Bersih Bersih Bersih
- Fungsi Normal Normal Normal Normal
Hidung
- Bentuk Simetris Simetris Simetris Simetris
- Keadaan Bersih Bersih Bersih Bersih
- Fungsi Normal Normal Normal Normal

Mulut
- Gigi Lengkap Lengkap Lengkap Belum lengkap
- Fungsi menelan Baik Baik Baik baik

Dada
- Bunyi jamtung Reguler dan Reguler dan Reguler dan
Reguler dan tidak ada tidak ada tidak ada bunyi
tidak ada bunyi bunyi tambahan
- Ikterus bunyi tambahan tambahan Teraba di ICS
tambahan Teraba di Teraba di
Teraba di 4-5
ICS 4-5 ICS 4-5 ICS 4-5
Paru
- Auskultasi Tidak ada Tidak ada Tidak ada ada
wheezing/ wheezing/ wheezing/ wheezing/ronchi
ronchi ronchi ronchi
- Pergerakan Simetris Simetris Simetris Simetris

Abdomen
- Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
- Auskultasi Bising usus Bising usus Bising usus Bising usus 8
- 8x/menit 8x/menit 8x/menit 10x/menit
- Bunyi Timpani Timpani Timpani Timpani

Ekstremitas
- Oedema Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
- Gerakan Normal Normal Normal Normal
Integumen
- Turgor Elastis Elastis Elastis Elastis
- Keadaan Normal Normal Normal Normal
- Kuku Bersih Bersih Bersih Bersih

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
DENGAN ISPA

A. Analisa Data
No. Data Masalah Keperawatan
1. DS: Ketidakefektifan bersihan
- Ny.T mengatakan bahwa An.I jalan nafas
mengalami pilek dan batuk berdahak
selama lebih dari 2 minggu
DO :
- An. I tampak lemas
- An. I suaranya terdengar serak
- Klien tampak rewel dan sesak napas
- TTV
TD : 100/70 mmHg
Nadi : 92x/menit
RR : 26x/menit
2. DS: Peningkatan suhu tubuh /
- Ny.T mengatakan anaknya batuk pilek, hipertermi
badannya napas, napsu makannya
menurun dan agak rewel.
- Tn.S mengatakan bahwa anaknya sakit
hanya dibelikan obat diwarung atau
apotek terdekat dari rumah.
- An.I mengatakan badannya lemas tetapi
tidak pusing
DO:
- Nafsu makan menurun
- Akral panas
- Anak terlihat rewel
- BB = 20kg
- Suhu = 380C

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2. Hipertermi b/d invansi mikroorganisme

C. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan / Kriteria hasil Intervensi Rasional
keperawatan
1. Ketidakefektifan Setelah diberikan asuhan -pemantauan -untuk
bersihan jalan keperawatan selama 1x24 pernafasan klien memastikan
nafas jam diharapkan bersihan mengumpulkan dan bersihan jalan
jalan nafas klien efektif menganalisis data nafas dan
dengan kriteria hasil : pasien (TTV) pertukaran gas
- Menunjukkan -manajemen jalan yang adekuat
bersihan jalan nafas -memfasilitasi
nafas dengan -berikan bersihan jalan
kepatenan jalan udara/oksigen nafas
nafas, dan status -pengaturan posisi -
pernafasan : klien mengencerkan
ventilasi tidak -instruksikan pada secret dan
terganggu klien untuk batuk mempermudah
- Kemudahan efektif dan tarik pernapasan
dalam bernafas nafas dalam - untuk
- Frekuensi dan -kolaborasi perawatan paru
irama bernafas pemberian obat
baik
- Pergerakan
sputum keluar
dari jalan napas

Hipertermi
3. 2 b/d Setelah dilakukan -beri pengetahuan -Pengetahuan
invansi tindakan keperawatan dan penyuluhan keluarga
mikroorganisme selama 3 hari pada tentang ISPA penting untuk
keluarga Tn. S keluarga - Observasi TTV mengetahui
mampu melaksanakan : -ajarkan dan penyakit yang
- Keluarga mampu anjurkan keluarga diderita klien
mengetahui cara memantau -memantau
tentang ISPA suhu tubuh dan keadaan klien
- Keluarga mampu lingkungan -mengetahui
mengambil - ajarkan dan keadaan
keputusan atas anjurkan keluarga lingkungan
masalah ISPA untuk melakukan sekitar
- Keluarga dapat kompres dingin - dengan
merawat anggota pada kepala memberi
keluarganya -anjurkan keluarga kompres akan
dengan ISPA untuk memakaikan terjadi proses
- Keluarga dapat pakaian tipis perpindahan
memodifikasi - motivasi keluarga panas
lingkungan yang untuk - proses
nyaman untuk memanfaatkan hilangnya
pasien fasilitas kesehatan panas akan
- Keluarga dapat -beri motivasi berkurang
memanfaatkan keluarga untuk dengan pakaian
fasilitas kesehatan memberi yang tebal
lingkungan yang -agar cepat
nyaman untuk klien sembuh
D. Implementasi dan Evaluasi
NO. Tanggal / Diagnosa Implementasi Evaluasi
Jam
1. 22 Ketidakefektifan 1. Memonitor status S : keluarga mengatakan
Februari bersihan jalan pernafasan dan sudah sedikit mengerti
2020 nafas oksigenasi O:
09:00 sebagaimana -pengetahuan
mestinya -memaksimalkan
2. Posisikan pasien ventilasi
untuk -fisioterapi dada
memaksimalkan -batuk efektif
ventilasi -TTV
3. Lakukan fisioterapi TD :100/70 mmHg
dada sebagaimana Nadi : 92x/menit
mestinya RR : 26x/menit
4. Buang secret dengan A :masalah teratasi
memotivasi pasien P:lanjutkan intervensi 6
untuk melakukan
batuk atau menyedot
lendir
5. Instruksikan
bagaimana agar bisa
batuk efektif
2. 23 1. Memberi penjelasan S :
Februari Hipertermi b/d tujuan kunjungan 1. Keluarga
2020 invansi kerumah pasien dan mengatakan
11:00 mikroorganisme memperkenalkan paham dengan
diri apa yang
2. Menanyakan dijelaskan.
keadaan kesehatan 2. Keluarga
keluarga. mengatakan akan
3. Melakukan melakukan
pemeriksaan fisik anjuran.
kepada semua O :
anggota keluarga 1. Keluarga
yang tinggal satu mendengar dan
rumah memperhatikan
4. Menganjurkan 2. Keluarga
keluarga memantau kooperatif
suhu tubuh dengan 3. Anggota
termometer dan keluarga sehat
memantau semua selain
lingkungan yang An.I
dapat mengganggu 4. An.I badannya
kenyamanan An.I, lemas, nafsu
seperti lingkungan makan menurun
yang bising 5. Suhu : 38°C
5. Menganjurkan pada 6. Nadi : 92x/menit
keluarga untuk 7. RR: 26 x/menit
melakukan 8. Akral panas
komprespada 9. Batuk, pilek
kepala/axial. 10. Anak terlihat
6. Menganjurkan pada rewel
keluarga untuk 11. Badan panas
memakaikan pakaian 12. BB : 20 kg
yang tipis. A:
7. Menjelaskan Masalah teratasi
pentingnya sebagian.
memberikan P:
dukungan untuk Motivasi keluarga untuk
asupan cairan. melakukan
Respon: keluarga
mengerti tentang
anjuran tersebut
8. Menjelaskan
pentingnya istirahat
yang cukup pada
anak.
9. Menganjurkan
keluarga
mempertahankan
diet tinggi protein,
tinggi kalori pada
anak
10. Menjelaskan tanda
dan gejala bahaya
pada anak,
kesukaran
pernafasan dan
infeksi, termasuk
demam, takipnea,
sputum yang
berwarna kekuning-
kuningan atau
kehijauan dan mengi
11. Memberi motivasi
keluarga untuk
membuat lingkungan
senyaman mungkin.
12. Memotivasi keluarga
untuk memanfaatkan
fasilitas kesehatan
yang ada.

3. 24 II 1. Melakukan S:
Februari pemeriksaan fisik 1. Keluarga
2020 dan keadaan An.I mengatakan
09:00 2. Menanyakan An.Isudah tidak
bagaimana dengan panas tetapi
anjuran masih batuk dan
kemarin(mengompre pilek.
s, pakaian yang tipis, 2. Keluarga
istirahat yang cukup, mengatakan
memberikan asupan An.Irutin minum
cairan, konsumsi obat.
tinggi protein) O:
3. Menganjurkan 1. Keluarga
minum obat yang kooperatif
didapat dari 2. Anggota
puskesmaskemarin keluarga sehat
dengan rutin semua selain
4. Menganjurkan pada An.I
keluarga untuk 3. An.I badannya
menghibur An.I agar sudah tidak
cepat sembuh. lemas seperti
kemarin, nafsu
makan mulai
meningkat
4. Suhu : 37°C
5. Nadi : 92
x/menit
6. RR: 33 x/menit
7. Batuk, pilek
masih
8. Badan sudah
tidak panas
A:
Masalah teratasi
sebagian.
P:
Motivasi keluarga untuk
menjaga kesehatan
keluarga

4. 25 Hipertermi b/d 1. Memantau S


Februari invansi perkembangan 1. Keluarga
2020 mikroorganisme kesehatan pada An.I mengatakan
10:00 2. Menganjurkan jika An.Isudah tidak
anggota keluarga panas, batuk dan
sakit segera pilek mulai
periksakan dilayanan sembuh.
kesehatan yang ada 2. Keluarga
3. Mengingatkan mengatakan hari
minum obat secara ini tidak ada
rutin gangguan
kesehatan.
O:
1. Keluarga
kooperatif
2. Anggota
keluarga sehat
semua selain
An.I
3. An.I sudah mulai
bermain dengan
teman-temannya
4. Suhu : 36,7°C
5. Nadi : 92
x/menit
6. RR: 33 x/menit
7. Batuk, pilek
sudah mulai
sembuh
8. Badan sudah
tidak panas
A:
Masalah Teratasi.
P :
Motivasi keluarga untuk
memanfaatkan layanan
kesehatan yang ada
BAB IV
PENUTUP

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang
salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas)
hingga alveoli seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ( Menurut Ranuh , 1997).

A. Pengkajian
Pada tahap pengkajian, penulis banyak mendapat pengalaman teori
dengan kasus langsung dilapangan dimana pada teoritis terdapat fungsi keluarga
dalam peningkatan dan pemeliharaan kesehatan tetapi pada masyarakat secara
langsung penulis mengamati serta mendata keluarga menjalankan tugas dan
fungsinya tidak sesuai dengan kesehatan keperawatan yaitu masalah
pembuangan air limbah, lingkungan kotor yang tidak memenuhi syarat
kesehatan dan kurangnya pemanfaatntan fasilitas kesehatan yang ada dimana
penyebab masalah itu adalah kurang pengetahuan keluarga dalam bidang
kesehatan keluarga dan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah.
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan masalah yang ada dan dilengkapi
dengan data yang terkumpul dari keluarga. Penulis menemukan 2 diagnosa dari
data yang ada pada teori yakni:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas An.I
2. Hipertermi b/d invansi mikroorganisme
C. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini, penulis terlebih dahulu membuat prioritas
masalah dengan mempertimbangkan berat ringannya masalah, sumber daya
keluarga dan ketidakmampuan keluarga dalam mengatasi/mengenal masalah dan
memodifikasi lingkungan rumah. Pada tahap ini penulis tidak menemukan
kesulitan antara teori pada kenyataannya penulis membuat rencana tindakan dan
disesuaikan dengan masalah yang berdampak pada setiap keluarga, dimana
rencana asuhan ini penulis membuat kesepakatan dengan keluarga dalam
mengarahkan pelaksanaan.
D. Implementasi keperawatan
Pelakasanaan tindakan keperawatan dapat dilakukan secara berkaitan
karena adanya kerja sama yang baik antara penulis dengan keluarga.

E. Evaluasi
Tindakan yang dilakukan secara berkaitan ini masalah teratasi semua.
Dari 2 diagnosa yang ditemukan penulis dapat teratasi, semua hal ini terjadi
karena adanya kerja sama yang baik antara penulis dan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes R.I., 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.


Endah, Rika, Nurhidayah. (2008). Ilmu Prilaku Dan Pendidikan Kesehatan Untuk
Keperawatan. Jakarta : USU Press.
Intansari (2010). Proses Keperawatan: NANDA, NOC & NIC. Penerbit: PT. BukuKita,
Jakarta.
Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Balita, Orang
Dewasa, Usia Lanjut. Pustaka Obor Populer, Jakarta.
Nelson.2003.Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran ECG
Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jogjakarta : Nuha Medika.
Rahmawati, dwi & hartono. (2012). Gangguan Pernafasan pada Anak: ISPA.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Sudiharto. (2007). Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan
Transkultural. Jakarta:EGC.
Suryana, A. 2005. Berbagai Masalah Kesehatan Anak Dan Balita . Jakarta : Khilma
WHO .2007. Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
Yang Cenderung Menjadi Epidemi Dan Pandemi Di Fasilitas Layanan Kesehatan.
Pedoman Intern WHO. Alih bahasa : Trust Indonesia. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai