Anda di halaman 1dari 7

1.

Gerakan Sosial; Sebuah Panorama Umum

Pertanyaan utama bagian ini adalah : Apa persisnya gerakan social? Bagi seorang Lorenz Von
Stein, pada abad 19, gerakan social pertama-tama merupakan suatu gerakan kelas pekerja.
Perubahan social yang terjadi pada abad 20 serta perkembangan dunia akademis telah
mengakibatkan perubahan pluralisasi pengertian yang terlepas dari kerangka historisnya.
Gerakan social akhirnya digunakan untuk menyebut beragam fenomena dan perilaku kolektif
yang tidak terstruktur, mulai dari praktek dan sekte agama sampai pada gerakan protes hingga
berbagai revolusi yang terorganisasi. Satu-satunya kesamaan atau titik temu dari macam-macam
pengertian tersebut adalah gerakan social merupakan kelompok-kelompok yang bersifat tidak
melembaga dari berbagai anggota masyarakat yang tidak terwakili yang bergerak dalam alur
interaksi yang berseberangan dengan elit atau pihak oposisi. Riset membuktikan bahwa gerakan
social memiliki dua sumber utama dalam sejarah yaitu dalam Revolusi Perancis dan Revolusi
Industri serta munculnya gerakan social pada akhir abad 19. Setelah menurunnya pengaruh
anarkisme dan kekerasan dan munculnyabargaining kolektif terbentuklah gerakan-gerakan yang
memerangi anggapan bahwa gerakan social bersifat tidak rasional. Pengertian lain dapat
diberikan di sini. Gerakan social atau dalam bahasa Inggris social movement diartikan sebagai
aktivitas social berupa gerakan atau tindakan sekelompok orang atau secara individu dalam
kelompok informal melalui wadah atau organisasi tertentu, yang berfokus pada pada suatu isu
social atau politik dengan cara melaksanakan atau menolak dan atau mengkampanyekan sebuah
perubahan social.

Jika kita melihat kebelakang, dalam sejarah manusia modern banyak ditemukan gerakan-gerakan
sipil. Misalnya Gerakan Buruh yang menandai masyarakat industry pada abad 19 dan awal abad
20. Kemudian yang lebih baru pada tahun 1960-an banyak negara di Barat mengalami gerakan
social penting dalam bentuk gerakan hak-hak sipil dan gerakan perdamaian. Sedangkan di Dunia
Ketiga gerakan kemerdeaan nasional bermunculan. Sepanjang tahun 1970-an dan 1980-an
gerakan social berkembang di seluruh Amerika Utara, dan Eropa dalam bentuk gerakan wanita
untuk memperjuangkan kesetaraan gender, gerakan ekologi, gerakan anti nuklir dan perdamaian
serta gerakan otonomi daerah. Di tempat lain muncul gerakan fundamentalis yang menekankan
kekhususan cultural. China pada tahun 1989 merasakan gerakan demokratisasi yang kemudian
ditindas dan di Eropa Timur gerakan rakyat menggulingkan rezim komunis. Banyak gerakan
social menentang struktur institusional, cara hidup dan pemikiran, norma dan moralitas. Dalam
kenyataannya gerakan social terkait erat dengan perubahan social dan beberapa ciri masyarakat
kontemporer adalah akibat dari aksi gerakan social ini.

Secara umum gerakan social terdiri dari gerakan reformasi dan gerakan radikal. Gerakan
reformasi dimaksudkan untuk mengubah norma, hukum atau paham tertentu. Pada saat ini
bentuk gerakan seperti ini misalnya gerakan serikat buruh dengan tujuan untuk meningkatkan
hak-hak pekerja, Gerakan Hijau yang memperjuangkan hukum-hukum perlindungan terhadap
alam atau ekologi, gerakan untuk mendukung atau menolak hukuman mati dll (cfr. Gerakan
reformasi di Indonesia). Sedangkan gerakan radikal adalah gerakan yang dimaksudkan
untuk merubah dengan segera suatu system nilai dengan melakukan perubahan secara substansial
dan mendasar. Contoh gerakan ini dalam perjalanan sejarah manusia dapat terlihat pada
Perjuangan atau Gerakan Hak-hak Sipil di Amerika yang menuntut persamaan hak-hak sipil bagi
rakyat Amerika secara penuh tanpa adanya pembedaan terutama ras. Contoh lain adalah Gerakan
Solidaritas di Polandia oleh kaum buruh, atau yang paling sensasional misalnya Perjuangan
Penghapusan politik Apartheid dibawah pimpinan Nelson Mandela di Afrika Selatan.

Gerakan social bisa dengan atau tanpa kekerasan. Yang tanpa kekerasan misalnya seperti yang
terjadi di Amerika dan Polandia. Sedangkan yang dengan kekerasan misalnya Gerakan Sipil
yang didukung oleh Tentara Pembebasan Nasional Zapatista di Kolumbia. Selain itu focus atau
target dari gerakan sosial juga bisa terarah pada pribadi atau pada kelompok (umumnya pihak
yang sedang berkuasa). Jika gerakan diarahkan pada kelompok maka biasanya bertujuan untuk
menganjurkan perubahan sistem politik, namun jika gerakan itu diarahkan pada pribadi maka
dimaksudkan untuk mempengaruhi cara berpikir atau keputusan-keputusan mengenai suatu
permasalahan yang berhubungan dengan hajat hidup bersama.

2. Gerakan Sosial dalam Perpektif Beberapa Teori Sosiologis

Pertama, Marxisme. Teori Marx menegaskan bahwa dimasyakat industry, gerakan social dan
revolusi berasal dari kontradiksi structural utama antara capital dan buruh. Merka adalah actor-
aktor utama dalam konflik social ini. Ketidakpuasan yang dialami oleh kaum buruh inilah yang
akhirnya memunculkan gerakan social yang bertujuan memperjangkan nasib mereka.
Kedua, Interaksionisme. Simmel (1908), memahami konflik sebagai sebuah proses interaksi.
Pada tahun 1920an, Mashab Chicago melalui teori interaksionalisme simbolik juga mengadopsi
pemikiran Simmel ini untuk mempelajari tentang perilaku kolektif dan gerakan social.
Berdasarkan asumsi bahwa individu dan kelompok orang bertindak berdasarkan espektasi
bersama dan bahwa gerakan social muncul dari suatu situasi yang tak terstruktur atau “chaos”.
Suatu situasi dimana hanya ada sedikit pedoman cultural bersama atau pedoman itu berantakan
dan harus didefinisikan kembali. Menurut teori ini, gerakan social adalah ekspresi kolektif dari
rekonstruksi situasi social tersebut. Jadi gerakan social adalah “usaha kolektif untuk menciptakan
tatanan kehidpan yang baru (Blummer, 1939).

Ketiga, fungsionalisme structural. Ada tiga varian dalam model gerakan social menurut teori
fungsionalis structural. Pertama, teori masyarakat massa. Teori ini mempostulatkan individu
sebagai yang teratomisasi (Kornhauser, 1959), Karena tercabut dari akarnya akibat perubahan
social yang cepat, urbanisasi dan hilangnya ikatan tradisional, terisolasi dari relasi kelompok dan
kelompok normative, maka individu didalam masyarakat massa bebas dan cenderung
berpartisipasi dalam jenis kelompok baru seperti gerakan social. Kedua, teori tekanan sturktural.
Teori ini memandang bahwa penyebab utama kemunculan gerakan social adalah terganggunya
keseimbangan dari system social (Smelser, 1962). Nonkorespondensi antara nilai-nilai yang
dianut dengan praktek masyarakat actual, tertutupnya fungsi institusional, elemen disfungsional
yang mengganggu kelangsungan system, semuanya merupakan hal-hal yang dapat mengganggu
keseimbangan system social, memicu ketegangan structural dan kemudian memacu gerakan
social.Ketiga, teori deprivasi relative. Teori ini merupakan salah satu “turunan” psikologi social
dari teori tekanan. Tekanan ini bukan diakibatkan oleh diskrepansi structural tetapi berasal dari
perasaan subyektif: yaitu ketika orang merasa gagal menggapai harapannya. Kebutuhan yang
terpenuhi tidak sesuai dengan yang diharapkan. Perbaikan kondisi ekonomi dan politik yang
membesarkan harapan dalam kelompok, akan mudah memunculkan gerakan social apabila
realitas tampak tidak sesuai dengan harapan. Ketidakpuasan dan frustrasi akan bermunculan.
Inilah yang menyebabkan gerakan social.

Keempat, Neo-utilitarian. Asumsi dasar teori ini adalah bahwa gerakan social berkembang dari
aktivitas organisasional apabila mereka berhasil memobilisasi sumber daya material dan simbolis
seperti uang, waktu dan legitimasi. Gerakan social dijelaskan dalam term kesempatan, strategi,
mode komunikasi dan kompetisi dengan kelompok dan otoritas yang memiliki kepentingan yang
saling bertentangan.

3. Gerakan Sosial dan Modernitas

Secara historis gerakan sosial adalah fenomena universal. Rakyat di seluruh masyarakat manusia
tentu mempunyai alasan untuk bergabung dan berjuang untuk mencapai tujuan kolektif mereka
dan menentang orang yang menghalangi mereka mencapai tujuan itu, sebagaimana telah
dijelaskan pada awal pembahasan ini.Strategi dan taktik gerakan di semua zaman itu telah
berkembang, namun kebanyakan pengamat sependapat bahwa hanya dalam masyarakat
modernlah "era gerakan sosial benar-benar dimulai". Hanya di abad 19 dan 20 gerakan sosial
telah menjadi begitu banyak, besar, penting dan besar akibatnya terhadap jalannya perubahan.
Pengamatkontemporer menyatakan ”Masyarakat yang sangat modern cenderung menjadi
masyarakat gerakan" (Neidhardt & Rucht, 1991)

Gerakan sosial adalah bagian sentral modernitas. Gerakan sosial menentukan ciri-ciri politik
modern dan masyarakat modern. Gerakan sosial berkaitan erat dengan perubahan struktural
mendasar yang telah terkenal sebagai modernisasi yang menjalar ke bidang "sistem" dan
kehidupan dunia.

Ada beberapa alasan yang menyebabkan gerakan sosial di zaman modern lebih menonjol dan
lebih signifikan. Alasan ini didasarkan pada pandangan para pakar klasik abad 19 tentang ciri
modernitas sebagai berikut

a. Alasan pertama disebut "Tema Durkheim". Kecenderungan kepadatan penduduk di kawasan


sempit terjadi bersamaan dengan urbanisasi dan industrialisasi dan menghasilkan kepadatan
moral penduduk yang besar. Kepadatan ini membuka peluang lebih baik untuk mengadakan
kontakdan interaksi untuk mengembangkan kesamaan, pandangan, ideologi bersama.
Singkatnya, peluangmobilisasi dan gerakan sosial sangat meningkat.

b. Gambaran modernitas lain adalah yang disebut "Tema Tonnies", yakni atomisasi dan isolasi
individu dalamGesellschaft yang bersifat impersonal. Riesman menyebutnya "kerumunan yang
kesepian". Keterasingan, kesepian, dan penjungkirbalikan nilai menimbulkan idaman terhadap
komunitas, solidaritas, dan kebersamaan.Keanggotaan gerakan sosial menyediakan pengganti
yang memuaskan bagi kebutuhan manusia yang universal itu.

c. Tema Marxian. Peningkatan ketimpangan sosial yang belum pernah terjadi sebelumnya,
dengan perbedaan kekayaan, kekuasaan, dan preiII yang sangat tajam ini menimbulkan
pengalaman dan kesan eksploitasi, penindasan, ketidakadilan, dan perampasan hak
yang menggerakanpermusuhan dan konflik kelompok. Orang yang kepentingan tersembunyinya
terancam, siap untuk bertempur melawan orang yang membahayakan mereka. Ketimpangan
struktural yang merangsang timbulnya gerakan sosial tampak lebih nyata ketimbang yang pernah
ada sebelumnya.

d. Tema Weberian. Transformasi demokratis sistem politik membuka peluang bagi tindakan
kolektif massa rakyat. Pengungkapan perbedaan pendapat, artikulasi kepentingan tersembunyi
dan kegiatan mempertahankannya menjadi hak yang syah dan tanggungjawab selaku warga
negara makin diharapkan. Peluang kemunculan gerakan sosial berkadar politik akan berubah
secara radikal.

e. Gambaran yang disebut Tema Comte dan Saint Simon. Mereka menekankan modernitas pada
penaklukan, kontrol, dominasi, dan manipulasi realitas: mula-mula terhadap realitas alam dan
akhirnya juga terhadap realitas masyarakat manusia. Keyakinan bahwa perubahan sosial dan
kemajuan tergantung pada tindakan manusia, bahwa masyarakat dapat dibentuk oleh anggotanya
untuk keuntungan mereka sendiri, merupakan syarat ideologis penting untuk aktif dan untuk
mobilisasi dan gerakan sosial.

f.

Masyarakat modern mengalami peningkatan pendidikan dan mempunyai kultur umum.


Partisipasi dalam gerakan sosial membutuhkan kesadaran, imajinasi, kepekaan moral, dan
perhatian terhadap masalah publik dalam derajat tertentu serta kemampuan menggeneralisirnya
dari pengalaman pribadi dan lokal. Kesemuanya ini berkorelasi positif dengan tingkatpendidikan.
Revolusi pendidikan yang menyertai penyebaran kapitalisme dan demokrasi, memperluas
tumpukan potensi anggota gerakan sosial.

g. Kemunculan dan penyebaran media massa. Media massamerupakan instrumen yang sangat
kuat untuk mengartikulasikan, membentuk, dan menyatukan keyakinan, merumuskan dan
menyebarkan pesan ideologis, serta membentuk pendapat umum. Media massa memperluas
cakrawala pandangan rakyat melampaui dunia pribadi mereka menuju pengalaman kelompok,
kelas, dan bangsa lain yang herjauhan letak geografisnya. Ini menimbulkan dua
akibat: pertama, Keterbukaancakrawala ini menciptakan "efek demonstrasi" penting yakni
peluang untuk membandingkan kehidupan masyarakat sendiri dan kehidupan masyarakat lain.
Kesan ketidakadilan yang merugikan yang disertai perasaan "terampas” menyediakan latar
belakang psikologis yangkondusif bagi gerakan sosial. Kedua, melalui media massa orang juga
belajar mengenai keyakinan, sikap, dan keluhan politik orang lain. Ini memungkinkannya untuk
menaksir tingkat keburukan keadaan bersama, untuk mengakhiri "kedunguan" atau kekeliruan
bersama, menghilangkankeyakinan bahwa is sendiri yang merasa tak senang dan sengsara.
Media massa pun membangkitkan solidaritas, loyalitas, dan konsensus yang berkembang
melampaui lingkaran sosial yang ada sebelumnya. Perasaan adanya masalah bersama dan
solidaritas yang melampaui batas lokal ini merupakan syarat sosio-psikologis lainnya untuk
kemunculan gerakan sosial. ketidakpuasan. Apakah gerakan sosial mampu melakukan hal ini
nantinya akan bergantung pada kapasitas organisasionalnya.

4. Gerakan Sosial Baru di Era Modernisasi?

Beberapa teoretisi sosial menggunakan istilah "gerakan sosial baru" untuk menyebut variasi
besar dari gerakan-gerakan sosial sepanjang 1970-an dan awal 1980-an di Barat. Secara umum,
gerakan-gerakan ini membentuk jaringan kontestasi dan gaya hidup alternatif, tetapi mereka juga
memasuki politik resmi misalnya Green Movement.

Apa yang membuat gerakan sosial ini baru? Kebanyakan ahli memandangnya dalam term perilaku
kolektif konfliktual yang membuka ruang kultural dan sosial baru. Gerakan sosial baru dilihat
sebagai institusi masyarakat sipil yang dipolitisasi, dan karenanya mendefinisikan ulang batas-
batas politik institusional (Claus Offe); sebagai cara baru memahami dunia dan menentang aturan
kultural dominan berdasarkan alasansimbolik (Alberto Melucci); sebagai penciptaan identitas baru
yang berisikan tuntutan yang tak bisa dinegosiasikan (Jean L. Cohen); sebagai ekspresi proses
pembelajarankolektif revolusioner (Klaus Eder); sebagai artikulasi sosial baru yang mengkristali-
sasikan pengalaman dan persoalan baru yang dialami dan dihadapi bersama, sebagai akibat dari
disintegrasi umum pengalamanberbasis kelas ekonomi (Ulrich Beck). Arti penting yang diberikan
oleh semua rumusan di atas kepada gerakan sosial baru adalah bahwa gerakan sosial itu
mendapatkan kesadaran baru akan kapasitasnya untuk memproduksi makna baru dan bentuk
kehidupan dan tindakan sosial yang baru. Penjelasan sistemaris mengenai reflektivitas
gerakan sosial ini dapat dijumpai dalam paradigmarasionalitas komunikasi. Proses
rasionalisasikomunikasional dalam kehidupan dunia di sini dianggap sebagai ciri menonjol
dari modernitas, yang paralel dengan proses rasionalisasi sistemik (Habermas, 1981). Didalam
kerangka teoritis, gerakan sosial diletakkan dalam dua perspektif. Sehapi ekspresi rasionalisasi
komunikasional, gerakan sosial baru mempertanyakan validitas pola kehidupan dunia yang sudah
ada, seperti norma dan legitimasi, dan kemudian memperluas ruang publik. Pada saat yang sama,
sebagai gerakan defensif, gerakan sosial baru menentang gangguan patologis terhadap kehidupan
dunia, yang dikolonisasikan berdasarkan mekanisme politik dan ekonomi sistemik yang
membatalkan proses komunikasi.

Dalam perspektif sosiologi tindakan, pandangan-pandangan yang kompleks dan mendalam


tentang gerakan sosialbertujuan mengintegrasikan berbagai macam pendekatan menjadi
representasi umum demi memperjuangkan kehidupan sosial yang lebih baik (Touraine,
1973).Menurutnya, pusat dari kehidupan sosial adalah perjuangan permanen
dalam menggunakan teknologi baru dan kontrolsosial atas kapasitas masyarakat itu
sendiri. Karena alasan ini, gerakan sosial, yang dipandang sebagai agen konflik,merupakan
perhatian utama bagi ilmuwan sosial.

Penutup

Pembahasan ini hendak menegaskan tentang kompleksitas permasalahan dalam masyarakat


kontemporer ini. Salah satunya adalah dengan munculnya berbagai macam gerakan social.
Pembahasan tema-tema gerakan social akan dibahas dalam diskusi selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai