Anda di halaman 1dari 9

STUDI FASIES GUNUNG API PURBA BERDASARKAN ANALISIS GEOMOROFOLOGI,

ASOSIASI LITOLOGI, DAN STRUKTUR GEOLOGI SERTA IMPLIKASINYA (STUDI


KASUS: DAERAH PRIPIH, KECAMATAN KOKAP, KABUPATEN KULON PROGO,
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA)
Disusun Oleh

Daffa Fahreza
111.170.119
Kelas A
SARI

Berdasarkan kondisi suatu gunungapi purba saat ini sulit dikenali secara langsung suatu
kenampakannya, seperti dalam kompleks pegunungan Kulon Progo. Berdasarkan aktivitas gunungapi
menghasilkan material seperti lava, lahar, material piroklastik, dll. Selain itu proses magmatisme
menghasilkan banyak potensi seperti potensi mineralisasi. Untuk identifikasi suatu gunung api purba
dan fasisesnya dapat menggunakan pendekatan analisis geomorfologi, asosiasi litologi gunungapi,
struktur-struktur geologi pada batuan formasi Andesit Tua (Rahardjo, dkk, 1977). Penyelidikan yang
dilakukan dengan metode pemetaan geologi, analisis petrografi batuan gunungapi, analisis stratigrafi,
pola struktur-struktur vulkanik, serta arus purba sehingga didapatkan hasil fasies gunungapi daerah
sekitar, arah aliran purba material gunungapi. Daerah Pripih, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon
Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta diidentifikasikan merupakan daerah fasies pusat hingga proksimal
dari gunungapi purba, dan berdasarkan Bronto,S (2013) termasuk dalam kompleks gunung api purba
Ijo. Sehingga data tersebut juga dapat berimplikasi terhadap sumberdaya geologi seperti potensi
mineralisasi dan bahan galian. Kata kunci: fasies gunungapi purba, Gunung Ijo, Kulon Progo.

I.PENDAHULUAN
Indonesia banyak memiliki gunungapi yang Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (lihat
sudah ada baik dari zaman pra-tersier Gambar 1).
maupun hingga sekarang kuarter.
II. KONDISI GEOLOGI REGIONAL
Berdasarkan umur geologi, kegiatan
gunungapi di Indonesia paling tidak sudah Stratigrafi Pegunungan Kulon Progo sudah
dimulai sejak Zaman Kapur Atas atau sering diteliti oleh para ahli geologi, dimana
sekitar 76 juta tahun yang lalu hingga masa masing-masing secara umum mempunyai
kini. Gunung api yang sudah tidak aktif argumentasi yang berbeda-beda namun
hingga tubuhnya sebagian hilang atau sama saling melengkapi mengenai stratigrafinya.
sekali tidak ada dikenal sebagai fosil Geologi regional Kulon Progo (lihat
gunung api. Fosil gunung api dalam arti Gambar 2) terdiri dari beberapa formasi
paleovulkanisme tersebar diseluruh diantaranya Formasi Nanggulan, Formasi
nusantara, terutama di pulau jawa Andesit Tua, Formasi Jonggrangan dan
diantaranya yang terdapat di kompleks Formasi Sentolo. Pada lokasi penelitian
pegunungan Kulon Progo. Kompleks termasuk pada Formasi Andesit Tua.
pegunungan Kulon Progo terdapat 3 Formasi ini dicirikan oleh adanya batuan
gunung api purba yaitu G. Ijo, G. Gajah, Volkanik Klastik tebal, yang teridiri dari
dan G. Manoreh (Bronto, 2013). Daerah Breksi Vulkanik dengan sisipan Lava
penelitian berada di kompleks pegununga Andesit. Umur formasi ini ditentukan
Kulon Progo tepatnya di selatan Gunung berdasarkan atas hubungan stratigrafi
Purba Ijo, Daerah Pripih dan sekitarnya, dengan dua satuan batuan yang
Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon mengapitnya, karena tidak mengandung
fosil penunjuk umur, diperkirakan berumur metode dimana data-data didapatkan secara
Oligosen Akhir – Miosen Awal, langsung dari lapangan. Sedangkan,
diendapkan pada lingkungan darat, berupa metode sekunder merupakan metode data-
endapan lahar yang terpilah buruk dalam data berasal dari studi pustaka (literatur).
matrik relatif halus dan kadang-kadang Dalam metode primer dilakukan dengan
terlihat struktur perlapisan berangsur dan cara pemetaan geologi pada wilayah seluas
perlapisan sejajar. Formasi Andesit Tua 3x3 km2 daerah Pripih, kecamatan Kokap,
secara stratrigrafis berada di bawah Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah
Formasi Sentolo. Menurut peneliti Istimewa Yogyakarta pada lembar peta
terdahulu menyimpulkan bahwa umur Rupa Bumi Indonesia (RBI) pada nomor
Formasi Sentolo berdasarkan penelitian lembar peta Bagelan 1408-213. Kemudian
Foraminifera plantonik menunjukan umur dalam pengambilan data lapangan
antara Awal Meiosen hingga Pliosen. dilakukan observasi dan analisis baik
Formasi Nanggulan, terletak di bawah litologi yang tersingkap dipermukaan,
Formasi Andesit Tua mempunyai kisaran struktur-struktur geologi, serta
umur Eosen Tengah hingga Oligosen Atas. geomorfologi yang ada pada daerah
Jika kisaran umur itu dipakai, maka penilitian. Selain itu untuk mendukung data
Formasi Andesit Tua diperkirakan berumur litologi selain melakukan identifikasi
Oligosen Atas sampai Meiosen Bawah. dilapangan juga dilakukan analisis
Umur Formasi Andesit Tua ini adalah petrografi untuk identifikasi batuan.
Oligosen. Menurut Van Bemmelen (1949) Metode sekunder atau studi pustaka
formasi ini disebut Formasi Andesit Tua dilakukan guna menunjang penelitian
dengan ketebalan mencapai 500 meter mengenai geologi daerah penelitian dan
mempunyai kedudukan yang tidakselaras di Regional Lembar Yogyakarta. Kajian
atas Formasi Nanggulan. Batuan penyusun pustaka ini nantinya diharapkan dapat
formasi ini berasal dari kegiatan membantu kelancaran penelitian yaitu
vulaknisme di daerah tersebut, yaitu dari dapat digunakan sebagai bahan acuan guna
beberapa gunungapi tua di daerah untuk mempelajari geologi daerah
Pegunungan-Kulon Progo yang disebut penelitian baik geologi regional, stratigrafi
sebagai Gunung Api Andesit Tua. Gunung regional, fisiografi regional dan struktur
Api tersebut adalah Gunung Gajah, Gunung geologi pada daerah penelitian. Kajian
Ijo, serta Gunung Menoreh. Lokasi pustaka dilakukan untuk menggali
penelitian merupakan daerah Gunung Ijo beberapa informasi dari beberapa referensi
dimana letaknya berada di bagian selatan yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu
Kulon Progo. di daerah yang sama. Kajian pustaka juga
dilakukan pada beberapa referensi yang
III. METODE PENELITIAN
mendukung penelitian ini secara keilmuan
Dalam penelitian ini, digunakan sehingga dalam pembahasannya akan
pendekatan analisis geomorfologi, asosiasi ditunjang dengan latar belakang serta teori
litologi, dan struktur geologi dalam yang kuat.
identifikasi gunung api purba yang mana
IV. DATA DAN ANALISIS
cara pendekatan analisis ini dianggap
paling mudah untuk mengidentifikasi suatu Dalam pemetaan geologi pada daerah
gunung api purba serta fasiesnya. Metode Pripih, Kulon Progo menggunakan analisis
penilitian yang dilakukan adalah primer dan geomorfologi, struktur geologi, asosiasi
sekunder. Metode primer merupakan litologi dan analisis aruspurba di beberapa
lokasi pengamatan (lihat Gambar 3). adalah berupa kekar dan sesar. Dalam
Berikut di bawah ini uraian dari analisis- analisis data sesar dengan menggunakan
analisis tersebut. Analisis Geomorfologi aplikasi Win-Tensor (Delvaux dan Sperner,
Pada analisis geomorfologi dilakukan 2003) yang didapatkan sesar dengan nilai
metode morfografi, morfometri, dan bidang sesar N 28o E/67o dan rake 16o
morfogenesa. Metode morfografi dilakukan dengan nama sesar Normal Sinistral Fault.
dengan melihat kenampakan topografi yang Kemudian sesar dengan nilai bidang sesar
ada di lapangan serta identifikasi pola N 170o E/61o dan rake 18o dengan nama
pengaliran. Didapatkan hasil bahwa sesar Normal Sinistral Fault (lihat Tabel 1).
Gunungapi purba Ijo memiliki topografi Sesar yang terdapat didaerah penelitian
perbukitan bergelombang kuat sampai menunjukan arah yang dominan
lemah. Metode morfometri dilakukan utaraselatan.
dengan perhitungan besar lereng
Analisis Asosiasi Litologi (Stratigrafi)
berdasarkan peta topografi, didapatkan
bahwa lokasi daerah pemetaan memiliki Pada analisis asosiasi litologi dilakukan
slope rata-rata 55o yang membuktikan pengamatan pada litologi dan asosiasi
bahwa dearah ini merupakan perbukitan litologi pada daerah pemetaan. Litologi
bergelombang kuat dan 7o membuktikan penyusun daerah pemetaan adalah Intrusi
bahwa daerah pemetaan merupakan Andesit dan perselingan Lava Andesit
perbukitan bergelombang lemah (lihat dengan Breksi Andesit. Pada daerah
Gambar 4). Pada metode analisis penelitian didapatkan 3 satuan batuan (lihat
morfogenesa, ditinjau dari asal Gambar 6) diantaranya Satuan Intrusi
pembentukan batuan dimana litologi Andesit, Satuan Breksi Andesit, dan Satuan
penyusun dominan daerah penelitian Endapan Campuran. Pada penelitian ini
dominan tersusun batuan gunungapi seperti pembahasan dipusatkan pada batuan
Intrusi Andesit, Breksi Andesit dan Lava gunungapi yaitu Satuan Intrusi Andesit dan
Andesit. Pada pembagian satuan geomorfik Breksi Andesit. Pada lokasi penelitian
daerah penelitian terbagi atas 2 satuan dijumpai intrusi Andesit dan perulangan
geomorfik yaitu satuan geomorfik fluvial lava andesit dengan Breksi Andesit (lihat
dan vulkanik. Dari satuan tersebut terbagi Tabel 2) mencirikan bahwa daerah tersebut
lagi menjadi 2 subsatuan geomorfik merupakan daerah gunung api pada
diantaranya subsatuan Perbukitan Vulkanik dulunya dimana asosiasi tersebut
Terdenudasi dan Dataran Fluvial, merupakan penciri fasies gunungapi (lihat
modifikasi Zuidam, 1983, yang terlihat Gambar 7). Dari asosiasi litologi yang
pada peta Geomorfologi (lihat Gambar 5). didapatkan dapat dihubungkan dengan
klasifikasi fasies gunung api menurut Bogie
Analisis Struktur Geologi
& Mackenzie, 1998, bahwa daerah
Pada analisis struktur yang dilakukan pada penelitian termasuk fasies sentral bawah –
daerah pemetaan, dilakukan dengan proksimal (lihat Gambar 8).
pengukuran bidang sesar dan cermin sesar
Analisis Paleocurrent
yang terdapat pada tebing sungai. Pada
daerah pemetaan didapatkan 2 sesar utama Analisis aruspurba adalah suatu teknik yang
didaerah penelitian, diantaranya sesar digunakan untuk mengetahui arah aliran
mendatar kiri Grumbang dan sesar dari aruspurba. Dari hasil pengukuran (lihat
mendatar kiri Kamal. Struktur geologi yang Tabel 3) yang dilakukan di beberapa titik
dominan di daerah penelitian yang tampak pada daerah penelitian pada litologi Breksi
Andesit didapatkan didapatkan arah umum Gunung Ijo sudah tidak memiliki bentang
aliran fragmen yaitu N 125 °E Baratlaut – alam berupa tinggian dan tidak memiliki
Tenggara pada litologi Breksi Andesit dan bentuk kerucut sehingga diperlukan
N 205 °E Timurlaut – Baratdaya pada ketelitian dalam melakukan penelitian studi
litologi Breksi Polimik fasies. Konsep dasar pemahaman dalam
vulkanologi sangatlah membantu dalam
Analisis Petrografi
menentukan ciri-ciri dari fasies gunung api
Berikut hasil analisis sayatan petrografi dari tersebut. Struktur geologi yang berkembang
daerah penelitian: 1. Sampel sayatan tipis 1 di daerah penelitian berkembang sesarsesar
(lihat Gambar 9) menunjukkan batuan beku miring/mendatar yang berarah relatif utara-
Andesit yang telah teralterasi propilitik selatan dengan pergerakan sesar mendatar
intensitas sedang, berwarna abu-abu kiri turun. Tetapi, pada umumnya yang
kehijauan kecoklatan, bertekstur porfiritik dikemukakan (Bronto, S. 2013) bahwa
dengan kenampakan mineral plagioklas umumnya sesar yang berkembang di daerah
pada fenokris dan massa dasar, bentuk pusat adalah sesar turun akibat deflasi dan
subhedral-anhedral, Komposisi batuan gravitasi dan sesar-sesar miring hingga
tersusun oleh mineral plagioklas (45%), geser pada daerah proksimal. Litologi yang
piroksen (2%), karbonat (15%), silika dijumpai di bagian utara daerah penelitian
(10%), serisit (9%), klorit (1%), mineral telah mengalami proses alterasi dari
opak (3%) dan gelas (15%). 2. Sampel intensitas lemah sampai kuat dan semakin
sayatan tipis 2 (lihat Gambar 10) ke selatan intensitas alterasi semakin tidak
menunjukkan Lava Andesit teralterasi nampak. Hal ini ditunjukkan dari
propilitik intensitas sedang, berwarna abu- kenampakan megaskopis dan mikroskopis
abu, kehijauan-kecoklatan, bertekstur batuan dengan mulai terubahnya plagioklas
trakitik, bentuk subhedralanhedral. menjadi mineral mineral karbonat dan
Komposisi batuan tersusun oleh mineral serisit serta piroksen yang terubah menjadi
plagioklas (55%), piroksen (2%), karbonat klorit sehingga nampak berwarna
(15%), silika (5%), serisit (4%), klorit kehijauan. Kehadiran urat-urat kuarsa dan
(1%), mineral opak (3%) dan gelas (15%). mineral sulfida seperti Pirit juga menandai
Dari analisis sayatan petrografi adanya pengaruh fluida hidrotermal yang
menunjukkan bahwa pada daerah penelitian mengontrol sehingga menghasilkan adanya
sebagian batuannya telah mengalami proses alterasi yang berkembang pada daerah
alterasi yang cukup intens ditunjukkan tersebut. Sehingga dari parameterparameter
dengan mulai adanya suksesi mineral tadi diidentifikasi bahwa semakin ke utara
plagioklas ke mineral karbonat dan daerah penelitian semakin mendekati
sebagian menjadi Serisit serta mineral dengan fasies pusat gunung api purba. Perlu
piroksen menjadi mineral Klorit. Kehadiran dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
mineral Serisit menunjukkan bahwa persebaran alterasi dan analisis geokimia
sebagian batuan yang menyusun daerah pada daerah penelitian guna mengetahui
penelitian terbentuk sebagai batuan beku luasan daerah dari fasies gunung api pada
hypabisal / subvolcanic intrusion. Gunung Ijo.

V. DISKUSI VI. KESIMPULAN


Indonesia memiliki iklim tropis dimana Daerah Pripih, Kecamatan Kokap,
pelapukan terjadi secara intensif, hal ini Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa
menyebabkan gunung api purba seperti Yogyakarta merupakan fasies sentral
bawah – proksimal dari Gunung Ijo. petrografi menunjukkan jenis batuan Lava
Berdasarkan pendekatan geomorfologi Andesit yang telah mengalami alterasi
didapatkan bahwa topografi yang tampak intensif ditunjukkan dengan adanya suksesi
pada daerah penelitian adalah morfologi mineral plagioklas ke mineral karbonat.
perbukitan bergelombang kuat sampai Selain itu, terdapat potensi sumber daya
lemah dengan slope rata-rata 55 ° sampai 7 geologi yang ada pada daerah penilitian
° serta bentuk pola penyaluran adalah radial yaitu bahan galian C (Pasir dan Batu) dan
dengan penyusun batuan merupakan batuan potensi mineralisasi.
beku vulkanik yang sudah dipengaruhi oleh
VII. ACKNOWLEDGEMENT
pelapukan yang intensif yaitu pelapukan
biologi serta adanya erosi. Dari hasil Terima kasih penulis ucapkan kepada
analisis struktur yang berkembang pada Himpunan Mahasiswa Teknik Geologi
daerah pemetaan adalah sesar mendatar kiri “PANGEA”, Dosen-dosen Jurusan Teknik
Grumbang dan sesar mendatar kiri Kamal. Geologi Fakultas Teknologi Mineral
Kemudian analisis berdasarkan pendekatan UPN”V” Yogyakarta, dan siapapun yang
asosiasi litologi menyatakan bahwa litologi telah membantu penelitian dan penulisan
di daerah pemetaan merupakan litologi paper ini.
penciri fasies gunung api yaitu fasies
sentral bawahproksimal. Penciri litologi
pada fasies sentral adalah adanya Intrusi
dan Lava Andesit yang sudah teralterasi
karena pengaruh fluida hidrotermal. Penciri
litologi pada fasies proksimal adalah
adanya perselingan Lava dan Breksi
Andesit. Analisis paleocurrent didapatkan
dua arah umum yaitu Baratlaut– Tenggara
dengan litologi Breksi Andesit dan
Timurlaut – Baratdaya dengan litologi
Breksi Polimix. Kemudian analisis
DAFTAR PUSTAKA
Bemmelen, R.W Van. 1949. The Geology of Indonesia Vol. IA, Martinus Nijhoff. Belanda.
Bogie, I. dan Mackenzie, K.M., 1998. The application of a volcanic facies models to an
andesitic stratovolcano hosted geothermal system at Wayang Windu, Java, Indonesia.
Proceedings of 20th NZ Geothermal Workshop, h.265-276.
Bronto, S., 2006. Fasies Gunung Api dan Aplikasi. Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 1 No. 2: 59-
71, Bandung.
Bronto, S., 2013. Geologi Gunung Api Purba. Badan Geologi, Bandung.
Delvaux, D. dan Sperner, B., 2003. Stress Tensor Inversion from Fault Kinematic Indicators
and Focal Mechanism Data: the TENSOR program.In: New Insight into Structural
Interpretation and Modelling (D. Nieuwland Ed.), Geological Society, London, Special
Publication, 212:75-100.
Mulyaningsih, S., 2013. Vulkanologi. AKPRIND PRESS, Yogyakarta.
Purnamaningsih, S. dan Pringgoprawiro, H. 1981, Stratigraphy and planktonic foraminifera of
the Eocene-Oligocene Nanggulan Formation, Central Java, Geol.Res.Dev.Centre Pal.Ser.
Bandung,Indonesia, No. 1, 9-28.
Prasetyadi, C., 2008. Evolusi Tektonik Paleogen Jawa Timur. Institut Teknologi Bandung,
Bandung.
Pringgoprawiro H. 1969, On the age of the Sentolo Formation based on planctonic
foraminifera, Bandung Inst.Technology, Dept.Geol.Contr., No. 64, 5-21.
Pringgoprawiro,H. dan Riyanto, B. 1988, Formasi Andesit Tua suatu Revisi, Bandung
Inst.Technologi, Dept.Geol.Contr., 1-29.
Rahardjo,W., Rumidi S. dan Rosidi H.M.D. 1977, Geological map of the Yogyakarta
Quadrangle, Java, skala 1 : 100.000, Geological Survey of Indonesia, 1-15.
Zuidam, R.W Van. 1983. Guide to Geomorphologic Aeral Photographic Interpretastion and
Mapping, Section of Geology and Geomorphology, ITC, Enschede, The Netherlands.

Anda mungkin juga menyukai