Anda di halaman 1dari 20

Ilmu ukur tanah adalah cabang dari ilmu Geodesi yang khusus mempelajari sebagian

kecildari permukaan bumi dengan cara melakukan pengukuran- pengukuran guna


mendapatkanpeta. Pengukuran yang di lakukan terhadap titik- titik detail alam maupun
buatan manusiameliputi posisi horizontal (x,y) maupun posisi vertikal nya (z) yang
diferensikan terhadappermukaan air laut rata-rata. Agar titik-titik di permukaan bumi
yang tidak teraturbentuknya dapat di pindahkan ke atas bidang datar maka di perlukan
bidang perantaraantara lain : bidang Ellipsoid, bidang bultan dan bidang datar (untuk
luas wilayah 55 km). Dalam pengertian yang lebih umum pengukuruan tanah dapat
dianggap sebagai disiplinyang meliputi semua metoda untuk menghimpun dan
melalukan proses informasi dan datatentang bumi dan lingkungan fisis. Dengan
perkembangan teknologi saat ini metodaterestris konvensional telah dilengkapi
dengan metoda pemetaan udara dan satelit yangberkembang melalui program-
program pertanahan dan ruang angkasa.

ILMU UKUR TANAH


Secara umum tugas surveyor adalah sebagai berikut.

a. Analisa penelitian dan pengambilan keputusan. Pemilihan metoda pengkuran,


peralatan,pengikatan titik-titik sudut dsb.

b. Pekerjaan lapangan atau pengumpulan data, yakni melaksanakan pengkuran


danpencatatan data di lapangan.

c. Menghitung atau pemrosesan data, yakni hitungan berdasarkan data yang dicatat
untukmenentukan letak, luas dan volume.

d. Pemetaan atau penyajian data. Menggambarkan hasil ukuran dan perhitungan


untukmenghasilkan peta, gambar rencana tanah dan peta laut, menggambarkan
dat dalambentuk numeris atau hasil komputer.

e. Pemancangan. Pemancangan tugu dan patok ukur untuk menentukan batas-


bataspedoman dalam
pekerjaan konstruksi.

Arti Pentingnya Pengkuran Tanah

Pengkuran tanah sangat diperlukan dalam kehidupan modern, terutama oleh karena
hasil-haslnya diakai untuk : (i)memetakan bumi (daratan dan perairan), (ii)
menyiapakna petanavigasi perhubungan darat, laut dan udara; (iii) memetakan batas-
batas pemilikan tanahbaik perorangan maupun perusahaan dan tanah negara , (iv)
memrupakan bank data yangmeliputi informasi tata guna lahan dan sumber daya alam
untuk pengelolaan lingkunganhidup, (v) menentukan fakta tentang ukuran, bentuk,
gaya berat dan medan magnit bumiserta (vi) mempersiapkan peta bulan , planet dan
benda angkasa lainnya.Dibidang teknik sipil para insinyur sangat memerlukan data
yang akurat untukpembangunan jalan, jembatan, saluran irigasi, lapangan udara,
perhubungan cepat, sistempenyediaan air bersih pengkaplingan tanah perkotaan,
jalur pipa, penambngan, terowongan.
Semua itu diperlukan pengukuran tanah yang hasilnya beruapa peta
untukperencanaan.Agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan maka pengkuran
hasrus dilakukan secarabenar, tepat dan akurat. Hal ini perlu sekalai diketahui baik
oleh surveyor maupun parainsinyur.

Pengkuran Tanah Datar (Plane Surveying)

Pengkuran geodetis dilakukan dengan memperhatikan kelengkungan bumi dan


dvelksivertikal dengan refernsi bumi sebagai speroid dan koordinat dihitung dalam 3
dimensi.Metoda teristris pengkuran geodetis telah digantikan dengan Dopler dan saat
ini telahberkembang GPS (Global Positioning System) dengan ketelitian dan resolusi
yang tinggi.Ilmu ukur tanah membatasi pengkuran dalam bidang datar pada luasan
dan jarak tertentu.Pengkuran-pengkuran khusus meliputi antara lain:

a. Pengkuran ititk kontrol, menetapkan jaringan kontrol horizontal dan vertical


sebagaiacuan.

b.Pengkuran topografik, menentukan lokasi alam dan budaya manusia serta elevasi
yang dipakai dalam pembuatan peta.
c.Pengkuran kadastral : pengkuran tertutup untuk menentapkan batas pemilikan
tanah.
d.Pengkuran hidrografik, menentukan garis pantai dan kedalaman laut, danau, sungai
danbendungan.
e.Pengkuran jalur lintas dilaksanakan untuk merencanakan, merancang dan
membanguan jalan raya, jalan baja, jalur pipa dan proyek jaringan
tersier, skuneder dan primer.
f.Pengkuran kostruksi dilaksanakan sementara konstruksi berjalan,
mengendalikanevaluasi, kedudukan horizontal dan konfigurasi.
g.Pengkuran rancang bangun (as built surveys) menentukan lokasi dan
perencanaanpekerjaan perkayasa yang tepat, memberikan pembuktian dan
pencatatan posisitermasuk perubahan deisain dsb.
h.Pengkuran tambang yakni untuk pedoman penggalian terowongan dan overburden

Jenis Peta dan Kegunaannya

Peta adalah gambaran dari detail yang ada di permukaan bumi yang dipresentasikan
di atasbidang datar. Jenis peta dapat di golongkan atas dasar skala dan maksud
penggunaannya.Menurut skalanya peta dapat di bedakan antara lain :1.

Peta Teknis dengan skala kurang dari 1: 10.0002.

Peta Topografi dengan skala antara 1: 10.000 s.d. 1: 250.0003.

Peta Geografi dengan skala lebih dari 1: 250.000Peta teknis maupun peta topografi
sangat penting artinya bagi keperluan perencanaan(rekayasa) terutama di bidang
teknik sipil dan Planologi maupun Arsitektur.
Menurut Temanya peta dapat di bedakan menjadi :
a.Peta Geologi
b.Peta Satuan Lahan
c.Peta Iklim
d.Peta Hidrografi
e.Peta Pelayaran (Nautical Chart)
f.Peta Kependudukan
g.Peta Tata Guna Hutan
hPeta Jaringan jalan
i.Peta cadangan barang tambang dan Bahan Galian
j.Peta Kadaster
k.Peta Administrasi Pemerintah
l.dll

Penggunaan peta-peta tersebut di atas sangat berkaitan dengan bidang-bidang


tertentu,baik sebagai alat orientasi maupun analisis. Oleh karena itu peranan peta
sangatmenentukan produk akhir bagi pekerjaan perencanaan maupun analisis
suatu masalah.

Proses Pemetaan

Proses pemetaan pada umumnya terdiri atas tahapan sebagai berikut.


a. Pengumpulan Data.
Pengumpulan data dapat di lakukan baik secara langsung maupun tidak
langsung.Pengumpulan secara langsung yakni di lakukan dengan cara observasi atau
pengukuranlangsung di lapang guna mendapatkan detail alam maupun buatan.

b. Pengolahan Data.
Pengolahan data terdiri dari proses perhitungan dan analisis data lapang baik secara
manualmaupun komputerisasi. Sampai saat ini cara manual masih banyak di pakai,
terutama untukperhitungan yang sederhana dan tidak komplek. Dewasa ini
pemakaian komputer sudahmerupakan bagian integral dalam pengolahan data,
terutama untuk perhitungan dananalisis yang komplek, cara manual sudah semakin
di tinggalkan. Kelebihan lain darikomputer adalah adanya Bank data (Data Base) yang
mudah di panggil maupun untukkeperluan up date (pembaharuan) jika suatu
saat terdapat refisi.
c. Presentasi.
Data yang telah di kumpulkan di olah dan di analisis secara sistematik pada
tahapselanjutnya adalah presentasi dalam bentuk peta-peta yang dia maksud.
Penggambaranseperti halnya pengolahan data dapat secara manual maupun
otomatis. Penggambaransecara manual selain memerlukan waktu yang lama juga
tidak mudah melakukan refisi.Penggunaan plotter ataupun automatic drafting
equitment kemampuan resolousinya sudahsangat tinggi, sehingga tidak kalah
hasilnya di bandingkan dengan cara-cara manual. Selainliebih cepat juga
kemampuannya untuk teknik overlay, menjadikan peta dapat berfungsi sebagai alat
analisis yang memadai.

Sistem informasi
Sistem informasi adalah aplikasi komputer untuk mendukung operasi dari suatu
organisasi:operasi, instalasi, dan perawatan komputer, perangkat lunak, dan data.
Sistem InformasiManajemen adalah kunci dari bidang yang menekankan finansial dan
personal manajemen.Sistem Informasi Penjualan adalah suatu sistem informasi yang
mengorganisasikan serangkaian prosedur dan metode yang dirancang untuk
menghasilkan, menganalisa,menyebarkan dan memperoleh informasi guna
mendukung pengambilan keputusanmengenai penjualan. Sistem Informasi Geografis
(bahasa Inggris: Geographic InformationSystem disingkat GIS) adalah sistem
informasi khusus yang mengelola data yang memilikiinformasi spasial (bereferensi
keruangan). Atau dalam arti yang lebih sempit, adalah sistemkomputer yang memiliki
kemampuan untuk membangun, menyimpan, mengelola danmenampilkan informasi
berefrensi geografis, misalnya data yang diidentifikasi menurutlokasinya, dalam
sebuah database. Para praktisi juga memasukkan orang yang membangundan
mengoperasikannya dan data sebagai bagian dari sistem ini.Teknologi Sistem
Informasi Geografis dapat digunakan untuk investigasi ilmiah, pengelolaansumber
daya, perencanaan pembangunan, kartografi dan perencanaan rute. Misalnya,
SIGbisa membantu perencana untuk secara cepat menghitung waktu tanggap darurat
saatterjadi bencana alam, atau SIG dapat digunaan untuk mencari lahan basah
(wetlands) yang membutuhkan perlindungan dari polusi.

Sumber: Benyamin Unwakoly,SP,M.Si

Diposting oleh dek adi di 21.31 Tidak ada komentar:


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

ILMU UKUR TANAH 1


A. Pengertian
Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara pengukuran di permukaan
bumi dan di bawah tanah untuk menentukan posisi relatif atau absolut titik-titik pada permukaan tanah,
di atasnya atau di bawahnya, dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan posisi
relatif suatu daerah.

B.Pengenalan Theodolit
Theodolith adalah salah satu alat yang digunakan untuk metode pemetaan. Theodolith digunakan
sebagai sarana guna mengumpulkan data di lapangan, ini merupakan sarana pengumpulan data
dengan metode secara Terestris. Theodolithdilengkapi dengan piringan untuk pembacaan sudut balik
piringan horizontal maupun vertikal. Theodolitjuga dilengkapi dengan sumbu I (vertikal) dan sumbu II
(horizontal). Dengan demikian sumbu teropong dapat digerakkan ke segala arah. Sudut tegak (vertikal)
ialah sudut yang dibentuk pada bidang tegak oleh garis bidik dengan garis tegak (2) atau oleh garis
bidik dan garis mendatar (m). sedangkan sudut mendatar ialah sudut yang dibentuk oleh dua garis
bidik dibidang mendatar.

C.Pekerjaan Survey dan Pemetaan

Dalam pembuatan peta yang dikenal dengan istilah pemetaan dapat dicapai dengan melakukan
pengukuran¬-pengukuran di atas permukaan bumi yang mempunyai bentuk tidak beraturan.
Pengukuran-pengukuran dibagi dalam pengukuran yang mendatar untuk mendapat hubungan titik-titik
yang diukur di atas permukaan bumi (Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal) dan pengukuran-
pengukuran tegak guna mendapat hubungan tegak antara titik-titik yang diukur (Pengukuran Kerangka
Dasar Vertikal) serta pengukuran titik-titik detail. Kerangka dasar pemetaan untuk pekerjaan rekayasa
sipil pada kawasan yang tidak luas, sehingga bumi masih bisa dianggap sebagai bidang datar,
umumnya merupakan bagian pekerjaan pengukuran dan pemetaan dari satu kesatuan paket pekerjaan
perencanaan dan atau perancangan bangunan teknik sipil. Titik¬titik kerangka dasar pemetaan yang
akan ditentukan tebih dahulu koordinat dan ketinggiannya itu dibuat tersebar merata dengan kerapatan
tertentu, permanen, mudah dikenali dan didokumentasikan secara baik sehingga memudahkan
penggunaan selanjutnya.

Dalam perencanaan bangunan Sipil misalnya perencanaan jalan raya, jalan kereta api, bendung dan
sebagainya, Peta merupakan hal yang sangat penting untuk perencanaan bangunan tersebut. Untuk
memindahkan titik -titik yang ada pada peta perencanaan suatu bangunan sipil ke lapangan
(permukaan bumi) dalam pelaksanaanya pekerjaan sipil ini dibuat dengan pematokan/ staking out, atau
dengan perkataan lain bahwa pematokan merupakan kebalikan dari pemetaan.

Pengukuran Kerangka Dasar Horisontal

Untuk mendapatkan hubungan mendatar titik-titik yang diukur di atas permukaan bumi maka perlu
dilakukan pengukuran mendatar yang disebut dengan istilah pengukuran kerangka dasar Horizontal.
Jadi untuk hubungan mendatar diperlukan data sudut mendatar yang diukur pada skala lingkaran yang
letaknya mendatar. Bagian-bagian dari pengukuran kerangka dasar horizontal adalah :

Metode Poligon
Metode Triangulasi
Metode Trilaterasi
Metode kuadrilateral
Metode Pengikatan ke muka
Metode pengikatan ke belakang cara Collins dan cassini

a. Metode pengukuran poligon

Poligon digunakan apabila titik-titik yang akan di cari koordinatnya terletak memanjang sehingga
terbentuk segi banyak (poligon). Pengukuran dan Pemetaan Poligon merupakan salah satu
pengukuran dan pemetaan kerangka dasar horizontal yang bertujuan untuk memperoleh koordinat
planimetris (X,Y) titik-titik pengukuran. Pengukuran poligon sendiri mengandung arti salah satu metode
penentuan titik diantara beberapa metode penentuan titik yang lain. Untuk daerah yang relatif tidak
terlalu luas, pengukuran cara poligon merupakan pilihan yang sering di gunakan, karena cara tersebut
dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan daerah/lapangan. Penentuan koordinat titik
dengan cara poligon ini membutuhkan,

a) Koordinat awal Bila diinginkan sistem koordinat terhadap suatu sistim tertentu, haruslah dipilih
koordinat titik yang sudah diketahui misalnya: titik triangulasi atau titik-titik tertentu yang mempunyai
hubungan dengan lokasi yang akan dipatokkan. Bila dipakai system koordinat lokal pilih salah satu titik,
BM kemudian beri harga koordinat tertentu dan tititk tersebut dipakai sebagai acuan untuk titik-titik
lainya.

b) Koordinat akhir. Koordinat titik ini di butuhkan untuk memenuhi syarat Geometri hitungan koordinat
dan tentunya harus di pilih titik yang mempunyai sistem koordinat yang sama dengan koordinat awal.

c) Azimuth awal. Azimuth awal ini mutlak harus diketahui sehubungan dengan arah orientasi dari
system koordinat yang dihasilkan dan pengadaan datanya dapat di tempuh dengan dua cara yaitu
sebagai berikut :

Hasil hitungan dari koordinat titik ¬titik yang telah diketahui dan akan dipakai sebagai titik acuan system
koordinatnya.
Hasil pengamatan astronomis (matahari). Pada salah satu titik poligon sehingga didapatkan azimuth
ke matahari dari titik yang bersangkutan. Dan selanjutnya dihasilkan azimuth kesalah satu poligon
tersebut dengan ditambahkan ukuran sudut mendatar (azimuth matahari).

d) Data ukuran sudut dan jarak Sudut mendatar pada setiap stasiun dan jarak antara dua titik kontrol
perlu diukur di lapangan.
Pengukuran poligon
Data ukuran tersebut, harus bebas dari kesalahan sistematis yang terdapat (pada alat ukur) sedangkan
salah sistematis dari orang atau pengamat dan alam di usahakan sekecil mungkin bahkan kalau bisa
di tiadakan.
Berdasarkan bentuknya poligon dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu :
Poligon berdasarkan visualnya :

poligon tertutup Untuk mendapatkan nilai sudut-sudut dalam atau sudut-sudut luar serta jarak jarak
mendatar antara titik-titik poligon diperoleh atau diukur di lapangan menggunakan alat pengukur jarak
yang mempunyai tingkat ketelitian tinggi.
Poligon digunakan apabila titik-titik yang akan dicari koordinatnya terletak memanjang sehingga
membentuk segi banyak (poligon). Metode poligon merupakan bentuk yang paling baik di lakukan pada
bangunan karena memperhitungkaan bentuk kelengkungan bumi yang pada prinsipnya cukup di tinjau
dari bentuk fisik di lapangan dan geometriknya. Cara pengukuran polygon merupakan cara yang umum
dilakukan untuk pengadaan kerangka dasar pemetaan pada daerah yang tidak terlalu luas sekitar (20
km x 20 km). Berbagai bentuk poligon mudah dibentuk untuk menyesuaikan dengan berbagai bentuk
medan pemetaan dan keberadaan titik – titik rujukan maupun pemeriksa. Tingkat ketelitian sistem
koordinat yang diinginkan dan kedaan medan lapangan pengukuran merupakan faktor-faktor yang
menentukan dalam menyusun ketentuan poligon kerangka dasar.Tingkat ketelitian umum dikaitkan
dengan jenis dan atau tahapan pekerjaan yang sedang dilakukan. Sistem koordinat dikaitkan dengan
keperluan pengukuran pengikatan. Medan lapangan pengukuran menentukan bentuk konstruksi pilar
atau patok sebagai penanda titik di lapangan dan juga berkaitan dengan jarak selang penempatan titik.

Diposting oleh dek adi di 21.04 Tidak ada komentar:


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Pengukuran dalam ilmu ukur tanah


Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara pengukuran di
permukaan bumi dan di bawah tanah untuk berbagai keperluan seperti pemetaan dan penentuan
posisi relatif pada daerah yang relatif sempit sehingga unsur kelengkungan permukaan buminya
dapat diabaikan (basuki, s, 2006). Proses pemetaan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
cara terestrial dan ektra terestrial. Pemetaan terestris merupakan pemetaan yang dilakukan dengan
menggunakan alat yang berpangkal di tanah. Pemetaan ekstra terestris adalah pemetaan yang
dilakukan dengan menggunakan alat yang tidak berpangkal di tanah tapi dilakukan dengan wahana
seperti pesawat terbang, pesawat ulang alik atau satelit. Menurut wongsotjitro, (1980) arti melakukan
pengukuran yaitu menentukan unsur-unsur (jarak dan sudut) titik yang ada di suatu daerah dalam
jumlah yang cukup, sehingga daerah tersebut dapat digambar dengan skala tertentu.

Sesuai dengan perkembangan teknologi, teknik-teknik dalam mengukur tanahpun berkembang.


Peralatan untuk mengukur tanah juga semakin berkembang. Mulai dari peralatan manual menjadi
peralatan elektris sehingga pengukuran menjadi lebih cepat, tepat dan mudah. Bantuan komputer
dalam perhitungan juga memudahkan manusia mendapatkan hasil yang cukup akurat.

Ilmu ukur tanah memiliki tiga unsur yang harus diukur di lapangan, yaitu: jarak antara dua titik, beda
tinggi dan sudut arah. Pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur sederhana sering
disebut pula dengan istilah pengukuran secara langsung karena hasilnya dapat diketahui sesaat
setelah selesai pengukuran. Sebagai contoh alat tersebut adalah pita ukur, baak ukur, yalon dan
abney level. Selain alat ukur sederhana terdapat alat lain yang digunakan untuk pengukuran
dilapangan yang dikenal dengan tacheometer. Tacheometer merupakan alat pengukuran cepat yang
dilengkapi oleh peralatan optis, misalnya lensa sehingga dapat melakukan pengukuran secara optis.
Sebagai contoh adalah compass survey, waterpass dan theodolit.
Penggunaan dan perlakuan seorang surveyor terhadap alat merupakan hal yang penting dan harus
diperhatikan. Penggunaan alat yang tidak tepat dapat mengakibatkan hasil pengukuran yang salah.
Cara perawatannya pun harus diperhatikan agar alat ukur tanah tidak rusak. Alat ukur tanah
merupakan alat-alat yang harganya cukup mahal.

Pengukuran merupakan pengamatan terhadap suatu besaran yang dilakukan dengan menggunakan
peralatan dalam suatu lokasi dengan beberapa keterbatasan tertentu (basuki, s, 2006). Menurut
(wongsotjitro, 1980) arti melakukan pengukuran suatu daerah ialah menentukan unsur-unsur (jarak
dan sudut) titik yang ada di suatu daerah dalam jumlah yang cukup, sehingga daerah tersebut dapat
digambar dengan skala tertentu. Pengukuran dengan alat sederhana dapat untuk mengukur, jarak,
beda tinggi, dan sudut. Pengukuran ini dapat dibedakan menjadi pengukuran langsung dan tidak
langsung. Pengukuran langsung adalah pengukuran dengan langsung mendapatkan nilai
pengukuran. Pengukuran tidak langsung yaitu pengukuran yang tidak langsung didapat hasilnya
tetapi harus melalui proses perhitungan terlebih dahulu.

Pengukuran jarak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan seperti pita ukur, pita
baja, dan pegas ukur. Pengukuran dengan alat-alat ini biasanya digunakan untuk mengukur daerah
yang tidak begitu luas. Terbatasnya skala alat ukur seperti pita ukur menjadikan alat ini digunakan
untuk pengukuran langsung di daerah yang luas. Pengukuran tidak langsung dapat menggunakan
peralatan seperti theodolith dan waterpass.

Secara umum metode pengukuran untuk perhitungan, pengolahan dan koreksi data dibagi menjadi:

1. Pengukuran pada alat ukur sederhana

pengukuran jarak dengan alat ukur sederhana dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pelurusan dan
pengukuran jaraknya secara langsung. Pelurusan atau pembanjaran dilakukan dengan
membentangkan pita ukur. Hal ini dilakukan karena jarak yang diukur melebihi pita ukur serta karena
permukaan tanah tidak mendatar sehingga perlu dilakukan pemenggalan jarak agar di setiap
pemenggalan dapat dilakukan pengukuran.

Metode ini juga digunakan untuk mengetahui sudut kemiringan suatu lereng. Sudut kemiringan ini
dapat digunakan untuk mengetahui nilai beda tinggi suatu lereng. Alat yang biasa digunakan untuk
mengukur sudut yaitu abney level dan hagameter. Selain menggunakan sudut kemiringan, beda
tinggi dapat diketahui dengan alat ukur yang dipasang mendatar atau dengan mengukur panjang
miringnya sudut yang terbentuk terhadap lereng.

2. Pengukuran dengan waterpass

alat waterpass dapat digunakan untuk mengetahui jarak, sudut horizontal dan beda tinggi. Alat ini
kurang cocok untuk pengukuran daerah terjal. Halitu dikarenakan waterpass tidak dapat mengukur
sudut vertikal.

3. Pengukuran dengan theodolith alat theodolith ini digunakan untuk mengukur jarak, beda tinggi,
sudut vertikal dan juga sudut horizontal. Alat ini cocok digunakan untuk mengukur daerah dengan
lereng landai maupun terjal.

Daftar pustaka

Basuki, slamet. 2006. Ilmu ukur tanah. Yogyakarta: universitas gadjah mada press.
Sudaryatno. 2009. Petunjuk praktikum ilmu ukur tanah. Yogyakarta: fakultas geografi universitas
gadjah mada.
Wongsotjitro, soetomo. 1980. Ilmu ukur tanah. Yogyakarta: kanisius.

Diposting oleh dek adi di 20.30 Tidak ada komentar:


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Cara Mengoperasikan Alat Ukur

1. Waterpas
Ada 4 jenis kegiatan yang harus dikuasai dalam mengoperasikan alat ini, yaitu :
(1) Memasang alat di atas kaki tiga

Alat ukur waterpas tergolong kedalam Tripod Levels, yaitu dalam penggunaannya
harus terpasang diatas kaki tiga. Oleh karena itu kegiatan pertama yang harus
dikuasai adalah memasang alt ini pada kaki tiga atau statif. Pekerjaan ini jangan
dianggap sepele, jangan hanya dianggap sekedar menyambungkan skrup yang ada
di kaki tiga ke lubang yang ada di alat ukur, tetapi dalam pemasangan ini harus
diperhatikan juga antara lain :

a. Kedudukan dasar alat waterpas dengan dasar kepala kaki tiga harus pas, sehingga
waterpas terpasang di tengah kepala kaki tiga.

b. Kepala kaki tiga umumnya berbentuk menyerupai segi tiga, oleh karena itu sebaikny
tiga skrup pendatar yang ada di alat ukur tepat di bentuk segi tiga tersebut

c. Pemasangan skrup di kepala kaki tiga pada lubang harus cukup kuat agar tidak
mudah bergeser apalagi sampai lepas Skrup penghubung kaki tiga dan alat terlepas

(2) Mendirikan Alat ( Set up )

Mendirikan alat adalah memasang alat ukur yang sudah terpasang pada kaki tiga
tepat di atas titik pengukuran dan siap untuk dibidikan, yaitu sudah memenuhi
persyaratan berikut:

a. Sumbu satu sudah dalam keadaan tegak, yang diperlihatkan oleh kedudukan
gelembung nivo kotak ada di tengah

b. Garis bidik sejajar garis nivo, yang ditunjukkan oleh kedudukan gelembung nivo
tabung ada di tengah atau nivo U membentuk huruf U.

(3) Membidikan Alat

Membidikan alat adalah kegiatan yang dimulai dengan mengarahkan teropong ke


sasaran yang akan dibidik, memfokuskan diafragma agar terlihat dengan jelas,
memfokuskan bidikan agar objek yang dibidik terlihat jelas dan terakhir menepatkan
benang diafragma tegak dan diafragma mendatar tepat pada sasaran yang diinginkan

(4) Membaca Hasil Pembidikan

Ada 2 hasil pembidikan yang dapat dibaca, yaitu :

(1) Pembacaan Benang atau pembacaan rambu

Pembacaan benang atau pembacaan rambu adalah bacaan angka pada rambu ukur
yang dibidik yang tepat dengan benang diafragma mendatar dan benang stadia atas
dan bawah. Bacaan yang tepat dengan benang diafragma mendatar biasa disebut
dengan Bacaan Tengah (BT), sedangkan yang tepat dengan benang stadia atas
disebut Bacaan Atas (BA) dan yang tepat dengan benang stadia bawah disebut
Bacaan Bawah (BB). Karena jarak antara benang diafragma mendatar ke benang
stadia atas dan bawah sama, maka :

BA – BT = BT – BB atau BT = ½ ( BA – BB)
Persamaan ini biasa digunakan untuk mengecek benar atau salahnya pembacaan.

Kegunaan pembacaan benang ini adalah :

a. Bacaan benang tengah digunakan dalam penentuan beda tinggi antara tempat
berdiri alat dengan tempat rambu ukur yang dibidik atau diantara rambu-rambu ukur
yang dibidik.

b. Bacaan benang atas dan bawah digunakan dalam penentuan jarak antara tempat
berdiri alat dengan tempat rambu ukur yang dibidik

Pembacaan rambu ukur oleh alat ini ada yang terlihat dalam keadaan tegak dan ada
yang terbalik, sementara pembacaannya dapat dinyatakan dalam satuan m atau cm.

Sebagai contoh terlihat pada Gambar

(2) Pembacaan Sudut

Waterpas seringkali juga dilengkapi dengan lingkaran mendatar berskala, sehingga


dapat digunakan untuk mengukur sudut mendatar atau sudut horizontal.

Ada 2 satuan ukuran sudut yang biasa digunakan, yaitu :

a. Satuan derajat

Pada satuan ini satu lingkatan dibagi kedalam 360 bagian, setiap bagian dinyatakan
dengan 1 derajat (1°), setiap derajat dibagi lagi menjadi 60 bagian, setiap bagian
dinyatakan dengan 1 menit (1’) dan setiap menit dibagi lagi kedalam 60 bagian dan
setiap bagian dinyatakan dengan 1 detik (1”)

b. Satuan grid.

Pada satuan ini satu lingkatan dibagi kedalam 400 bagian, setiap bagian dinyatakan
dengan 1 grid (1g), setiap grid dibagi lagi menjadi 100 bagian, setiap bagian
dinyatakan dengan 1 centigrid (1cg) dan setiap centigrid dibagi lagi kedalam 100
bagian dan setiap bagian dinyatakan dengan 1 centi-centigrid (1ccg). Salah satu
contoh pembacaan sudut horizontal dari alat ukur waterpas NK2 dari Wild.

2. Teodolit
Sama dengan alat ukur waterpas, ada 4 tahap kegiatan dalam mengoperasikan alai
ini, yaitu:

(1) Memasang alat di atas kaki tiga

Caranya sama dengan pada alat ukur waterpas


(2) Mendirikan Alat

Pengertian mendirikan alat juga sama dengan pada waterpas, namun syaratnya agak
berbeda. Untuk teodolit syaratnya yang harus dipenuhinya adalah :

a. Sumbu kesatu sudah dalam keadaan tegak, yang diperlihatkan oleh kedudukan
gelembung nivo kotak ada di tengah (sama dengan pada waterpas)

b. Sumbu kedua sudah dalam keadaan mendatar, yang diperlihatkan oleh gelembung
nivo tabung ada di tengah

(3) Membidikan Alat

Maksud dan caranya sama dengan pada alat ukur waterpas, sedikit perbedaannya
adalah pada teodolit karena teropong tidak selalu harus dalam keadaan mendatar,
maka benang mendatar dapat diatur kedudukan bacaannya sesuai keinginan
pemakai, misalnya disamakan dengan tinggi alat.

(4) Membaca Hasil Pembidikan

Pembacaan hasil pembidikan juga sama dengan pada alat ukur waterpas, yaitu
bacaan rambu ukur dan bacaan sudut. Perbedaan hanya ada pada penampilan
bacaan sudut dan sudut yang dibaca bukan hanya sudut horizontal saja tetapi juga
sudut vertikal.

3. Total Station

Cara mengoperasikannya :

A. Total Station sebaiknya digunakan untuk pengukuran tata batas baru, baik itu tata
batas hutan maupun tata batas dengan pihak ketiga seperti halnya pinjam pakai dan
tukar menukar kawasan hutan.

B. Total Station sebaiknya digunakan untuk pengukuran berulang (contoh :


rekonstruksi batas kawasan hutan), dimana data sebelumnya diperoleh dari
pengukuran menggunakan Total Station juga.

Untuk mengenal alat Total Station secara mendalam dapat dilakukan dengan cara
membandingkannya dengan alat ukur Theodolit T0. Theodolit T0 yang banyak
digunakan di Departemen Kehutanan adalah theodolit T0 kompas. Meskipun banyak
pabrikan dan variasi alat, namun dapat dibandingkan secara umum antara Total
Station dengan Theodolit T0 kompas, sebagai berikut :

1. Ketelitian bacaan ukuran sudut T0 yaitu : 1’ sedangkan Total Station jauh lebih teliti
yaitu : 1”? .
2. Ketelitian bacaan ukuran jarak T0 yaitu berkisar ± 1 Cm sedangkan Total Station
jauh lebih teliti yaitu berkisar antara 0,1 Cm – 0,01Cm.
3. Kemampuan jarak yang diukur oleh Total Station dengan prisma tunggal rata-rata
3.000 meter, sedangkan jarak optimal T0 yaitu 200 meter dan sangat subyektif
dengan pembacaan masing-masing surveyor dalam membaca rambu ukur.
4. Sumber kesalahan yang bisa dieliminasi atau dihindari dalam pengukuran dengan
Total Station diantaranya yaitu kesalahan kasar (blunder). Kesalahan blunder yaitu
kesalahan yang diakibatkan karena kelalaian manusia, contoh diantaranya yaitu :
salah baca, salah tulis dan salah dengar. Kemampuan membaca, menginterpolasi
bacaan rambu ukur, menginterpolasi bacaan arah azimuth kompas pada alat
T0 setiap orang berbeda beda. Kondisi lelah pun bisa mengakibatkan salah
membaca dan salah mendengar. Sedangkan pada Total Station bacaan arah, sudut
dan bacaan jarak sudah ditampilkan otomatis pada tampilan layar, bahkan dapat
tersimpan secara otomatis dalam memori alat ukur.
5. Pengolahan data ukuran Total Station dilengkapi dengan software yang telah
disediakan oleh pabrikan, sehingga pengolahan data lebih cepat. Data ukuran jarak,
sudut, azimuth dan koordinat tersimpan di memory alat. Pada beberapa jenis Total
Station, sketsa titik- titik yang diukur dapat ditampilkan posisinya pada layar
monitor alat. Data ukuran dari T0 harus dicatat dan digambar pada buku ukur,
sehingga menambah waktu pekerjaan dibandingkan dengan Total Station.
Akan tetapi untuk tujuan backup data, dapat pula dilakukan pencatatan pada
buku ukur untuk data ukuran Total Station.
6. Format data hasil ukuran Total Station sudah bisa diaplikasikan langsung
dengan program GIS dan digabungkan dengan data GPS, sedangkan data
hasil ukuran T0 merupakan data mentah dan harus dilakukan pengolahan
data terlebih dahulu.
7. Kesalahan Kolimasi (garis bidik tidak sejajar dengan sumbu II), kesalahan index
vertikal sudah diset Nol sehingga tidak perlu pengaturan lagi. Pada alat T0 harus
dilakukan pengecekan kolimasi dan index vertikal sebelum alat digunakan,
sehingga apabila terjadi kesalahan secepatnya dilakukan koreksi sebelum alat
tersebut dipakai dalam pengukuran di lapangan.
8. Pada proses pengukuran stake out atau pencarian titik atau rekonstruksi, Total
Station lebih memudahkan pelaksana dalam mencari titik-titik tersebut. Dengan
memasukan koordinat acuan titik dan data jarak dan sudut yang diketahui,
maka pencarian titik tersebut lebih mudah, karena alat Total Station
menghitung secara otomatis posisi prisma berdiri. Pada T0 harus dilakukan
perhitungan dengan kalkulator untuk mendapatkan posisi yang paling tepat.
9. Pada kondisi cahaya redup ataupun gelap, pengukuran masih bisa dilaksanakan
karena Total Station menggunakan teknologi infra merah, sedangkan dengan
Theodolit sangat sulit dilakukan khususnya dalam membaca rambu, serta
membaca sudut horisontal dan sudut vertikal.
10. Atraksi lokal yang disebabkan oleh benda-benda logam di sekitarnya
berpengaruh terhadap kondisi bacaan yang ditunjukan oleh kompas, Total
Station tidak dipengaruhi oleh atraksi lokal tersebut.

4. Meteran

Cara menggunakan alat ini relatif sederhana, cukup dengan merentangkan meteran
ini dari ujung satu ke ujung lain dari objek yang diukur. Namun demikian untuk hasil
yang lebih akurat cara menggunkan alat ini sebaiknya dilakukan sebagai berikut:

a. Lakukan oleh 2 orang


b. Seorang memegang ujung awal dan meletakan angka nol meteran di titik yang
pertama

c. Seorang lagi memegang rol meter menuju ke titik pengukuran lainnya, tarik meteran
selurus mungkin dan letakan meteran di titik yang dituju dan baca angka meteran yang
tepat di titik tersebut.

5. Kompas
Cara menggunakan kompas untuk menentukan arah ke suatu tujuan dibedakan
sesuai dengan jenis kompas yang dipakai, yaitu :

(1) Untuk kompas tangan

a. Alat cukup dengan dipegang tangan di atas titik pengamatan

b. Atur agar alat dalam keadaan mendatar agar jarum dapat bergerak dengan bebas.
Kalau alat ini dilengkapi dengan nivo atur gelembung nivo ada di tengah

c. Baca angka skala lingkaran yang menuju arah/titik yang dimaksud.

(2) Untuk kompas statif

a. Kompas yang sudah dipasang di atas statif didirikan diatas titik awal/pengamatan

b. Atur agar kompas dalam keadaan mendatar agar jarum dapat bergerak dengan
bebas. Kalau alat ini dilengkapi dengan nivo atur gelembung nivo ada di tengah

c. Arahkan alat bidik/visir ke arah yang dituju. Baca angka skala lingkaran yang
menuju arah tersebut
Diposting oleh dek adi di 20.15 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

ALAT-ALAT UKUR TANAH


Alat-alat ukur tanah adalah alat-alat yang dipersiapkan guna mengukur jarak dan
atau sudut. Alat-alat yang digunakan ada yang tergolong sederhana dan ada yang
tergolong modern. Sederhana atau modernnya alat ini dapat dilihat dari komponen
alatnya dan cara menggunakannya.
Pada umumnya dikenal dikenal bebrapa alat ukur, antara lain :

A. WATERPAS (Penyipat Datar)


Waterpas adalah alat ukur menyipat datar dengan teropong dengan dilengkapi nivo
dan sumbu mekanis tegak sehingga teropong dapat berputar ka arah horizontal. Alat
ini tergolong alat penyipat datar kaki tiga atau Tripod level, karena alat ini bila
digunakan harus dipasang diatas kaki tiga atau statif.

B. Teodolit (Alat Ukur Sudut)


Teodolit adalah alat ukur sudut baik horizontal maupun vertikal sehingga pada alat
ini teropong harus dapat berputar pada dua lingkaran berskala, yaitu lingkaran
berskala tegak dan mendatar. Alat ini juga tergolong alat berkaki tiga yaitu pada
operasionalnya harus terpasang berkaki tiga atau statif.

C. Total Station
Total Station merupakan teknologi alat yang menggabungkan secara elektornik
antara teknologi theodolite dengan teknologi EDM (electronic distance
measurement). EDM merupakan alat ukur jarak elektronik yang menggunakan
gelombang elektromagnetik sinar infra merah sebagai gelombang pembawa sinyal
pengukuran dan dibantu dengan sebuah reflektor berupa prisma sebagai target (alat
pemantul sinar infra merah agar kembali ke EDM).

D. Meteran
Meteran, sering disebut pita ukur atau tape karena umumnya tersaji dalam bentuk
pita dengan panjang tertentu. Sering juga disebut rol meter karena umumnya pita
ukur ini pada keadaan tidak dipakai atau disimpan dalam bentuk gulungan atau rol,
seperti terlihat pada gambar.
E. Kompas
Kompas adalah sebuah alat dengan komponen utamanya jarum dan lingkaran
berskala. Salah satu ujung jarumnya dibuat dari besi berani atau magnet yang
ditengahnya terpasang pada suatu sumbu, sehinngga dalam keadaan mendatar
jarum magnit dapat bergerak bebas ke arah horizontal atau mendatar menuju arah
utara atau selatan. Kompas yang lebih baik dilengkapi dengan nivo, cairan untuk
menstabilkan gerakan jarum dan alat pembidik atau visir.

Sumber : http://geodeticenginering.blogspot.com/2011/09/ilmu-ukur-tanah.html
Diposting oleh dek adi di 19.51 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Perlunya Ilmu Ukur Tanah Bertujuan untuk:


1. memindahkan keadaan permukaan bumi yang tidak beraturan dan yang melengkung ke bidang
peta yang datar.
2. Untuk memindahkan keadaan permukaan bumi ini perlu adanya pengukuran-pengukuran.
3. permukaan bumi dalam arah mendatar dan tegak guna mendapatkan hubungan mendatar dan
tegak dari titik-titik yang diukur

Ilmu Ukur Tanah merupakan bagian dari Ilmu Geodesi.


Diposting oleh dek adi di 18.59 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Kamis, 23 April 2015

SEJARAH UKUR TANAH


1. Sejarah Mengukur Tanah dan Pemetaan
 Sejak jaman dahulu manusia telah mengenal ukuran-ukuran, terutama jarak, misalnya:jengkal,
siku, depa, langkah ,tumbak, satu hari jalan kaki dan sebagainya.
Manusia dahulu telah dapat mengira-ngira suatu jarak (d = distance); Luas( A = Area); Volume
(Volume= V) dan lain sebagainya.
 Sebelum manusia dapat mengukur permukaan bumi (fisis bumi) serta belum dapat
memperhitungkannya secara matematis manusia menyangka bumi ini datar seperti cakram
(Orang Babilonia); Bumi terapung-apung dilautan dengan kubah surge diatasnya (Yunani
kuno).

HOMER (+ 850 BC), menyatakan bahwa bumi ini seperti piring datar yang dikelilingi oleh
sungai oceanus.
PHYTHAGORAS (+580-496 BC) adalah orang yunani pertama yang menyataka bahwa bumi
ini bulat, ANAXIMANDER (+ 570 BC)menyatakan pula bumi sebagai silinder dengan 3 x
diameternya.
ARISTOTLE (+ 430 BC) dan ARCHMEYDES (+ 250 BC) menyetujui pendapat phythagoras
bahwa bumi ini bulat dan menyatakan keliling bumi sekitar 1:250.000 Stadia ( 1 stadia + 157
meter); maka keliling bumi = +40.000 km
ERASTHOTENES (276 – 196 BC) dari Cyrene menghitung keliling bumi dan memperoleh
hasil = + 1 : 50 dari bususr lingkaran bumi maka diperolehnya keliling bumi + 250.000 stadia
atau kira-kira 39.250.000 m/+40.000 km

2. ELLIPSOIDE (BENTUK MATEMATIS BUMI)


Persamaan dari bentuk matematis bumi adalah:

 Garis-garis Meridian/ Bujur ( ) adalah lingkaran-lingkaran yang menghubungkan Kutub Utara


dengan Kutub Selatan. Ukuran dimulai dari 0o pada khatulistiwa/ Equador sampai 90o kea rah
Utara dan 90o kearah Selatan , jadi besarnya = 360o.
 Pada Tahun 1883/1884 menurut ketetapan Internasional, garis nol meridian di tetapkan melalui
Greenwich Inggris (di Selatan kota London) dengan ketentuan :
Bujur Timur (BT) dari 0o – 180o sebelah Timur Greenwich
BUjur Barat (BB) dari 0o – 180o sebelah Barat Greenwich
 Garis Lintang ( ) adalah lingkaran-lingkaran yang sejajar dengan khatulistiwa/ Equador.
Lintang Utara (LU) adalah 0o – 90o ke arah Utara Khatulistiwa
Lintang Selatan (LS) adalah 0o – 90o ke arah Selatan Khatulistiwa
 Dalam memproyeksikan muka bumi menjadi suatu bidang datar akan terjadi perubahan-
perubahan akibat penggepengan atau penyimpangan ( = Undulasi = penyimpangan )antara
fisis bumi ke bentuk matematis bumi. Perubahan tersebut meliputi : Perubahan panjang, sudut
,dan luas. Perubahan sudut ini di sebut Konfergensi, terutama pada meridian.
3. UKURAN-UKURAN
Pekerjaan mengukur tanah dan pemetaan ( Survei dan pemetaan) meliputi pengambilan/
pemindahan data-data dari lapangan ke peta atau sebaliknya. Data data tersebut meliputi :
1. Jarak/Panjang dan Tinggi ( d,H,L)

Data jarak ini meliputi jarak dalam arti posisi horizontal dan posisi vertical. Posisi horizontal
meliputi: d, D = jarak (Distance); L = panjang (acumulatife distance) sedang posisi vertical
meliputi : h, H, t, T = tinggi dan beda tinggi ( hight ).
Sebagai dasar ukuran panjang /jarak/tinggi diambil satuan m (meter) Internasional atau Meter
Standar.( panjang meter standar adalah sepersepuluh juta dari panjang meridian bumi dan
merupakan jarak antara dua garis pada kedua ujung dari meter standar).

Kelipatan dan bagian dari satu meter adalah :


1000 m = 1 km 0.1 m = 1 dm 1 mile laut = 1852 m
100 m = 1 Hm 0,01 m = 1 cm 1 mile = 1,609344 km
10 m = 1 dam 0,001 m = 1 mm
1 m = 1 meter 0,0001 m = 1µ (mu)
1 yard = 0,9144 m ; = 3 feet = 36 in = 91,44 cm
1 in = 2,54 cm = 25,4 mm,
1 cm = 0,328084 feet = 0,393701 in
1 µ = 10-6 meter; 1 milli microns = 10 -9 meter
2. Luas ( A ; L; S )
Ukuran luas yang digunakan adalah meter bujur sangkar ( m2 );
1 are = 100 m2
1 hectar = 10.000 m2
1 km2 = 106 m2
Untuk menghindari pangkat dua (kwadrat) sebagai tanda luas serta untuk memudahkan
penulisannya digunakan huruf q pengganti tanda kwadrat.
Contoh :
1 mm2 ditulis 1 qmm ; 1 cm2 ditulis 1 qcm ; 1 km2 ditulis 1 qkm dan seterusnya.
Hubungan dengan satuan luas yang lain
1 acre (ac) = 0,4046856 hectar (ha) = 4840 q yard = 43560 q feet
1 hectar (ha) = 2.4710538 acres (ac) = 100 acres (ac) = 10.000 qm
1 qcm = 100 qmm = 0,155q inches = 0,00107639 q feet.
3. Isi atau Volume
Dalam ukur tanah , untuk satuan isi /volume galian (Cut) dan isi timbunan (Embankment)
dipakai satuan meter kubik (m3),
1 m3 = 1,30795 cubicyard (yd3) = 35,3147 cubic feets (ft3) = 61023,7 cubic centimeter (cm3) =
219,969 gallons.
1 yard3 = 0,764555 m3 = 27 cubic feet(ft3) = 46656 in3 = 764555 cm3
1 in cubic = 16,38706 cm3 =16,38706 ml
1 cm3 = 0.061024 in3 = 1000 mm3 = 1 ml
4. Sudut ( Sudut datar dan sudut tegak ; α, Ψ, β, δ )
Untuk menyatakan besarnya sudut adalah (satuan sudut) ; lingkaran dibagi dalam 4 bagian
yang sama dimana masing-masing bagian tersebut disebut kuadran I, II, III, IV
a. Cara Sexagesimal
Cara Sexagesimal : lingkaran dibagi menjadi atas 360 bagian yang sama dan tiap bagian
disebut derajat, ditulis 1° . Maka satu kuadran = 360 : 4 = 90° ;
1° = 60 menit = 60 ‘ = 3600” ,
1’ = 60 scond/detik = 60 “
Bila harga satuanya tidak bulat cara menuliskanya sebagai berikut :
311°,28 ;
10’,22 ;
1”,7
Contoh lengkap : 106°48’27”,19 = Seratus enam derajat empat puluh delapan menit duapuluh
tujuh koma 19 detik.
b. Cara Centisimal
Lingkaran dibagi dalam 400 bagian yang sama , setiap bagian disebut grade ditulis 1g Satu
kuadran system Centisimal = 400 : 4 = 100g
1 grade = 100 Centi grade = 100cg
1 cg = 100 Centi-centigrade = 100cc
c. Cara Radial
Satu radial (1ρ) adalah : Sudut pusat lingkaran yang manapanjang busurnya sepanjang jari-
jari lingkaran.
Keliling lingkaran = 2πR dimana R = jari-jari lingkaran, π = 3,14 ; maka satu lingkaran
mempunyai sudut besar 2πR : R radial = 2 πρ .
d. Hubungan antara system ; Sexagesimal, Centisimal dan system Radial

360° = 400 g = 2 πρ
1 rad = 57°,295779…………………………………..
1 rad =3437’,7467 …………………………………..
1 rad = 206264”,8……………………………………
1 rad = 63 g,661977…………………………………..
1 rad = 6366 cg,1977…………………………………
1 rad = 636619 cc,77…………………………………
1° = 1 g,11111………………… ; 1 g = 0°,9…………………=0°54’00”
1’ = 1 c,85185185…………….. ; 1 cg= 0’,54………………. =0°00’32”,4
1”= 3 cc,08641975……………. ; 1 cc= 0”,324 …………….. =0°00’0”,32
Disamping keempat sistim ini ada lagi satu lingkaran dibagi dalam 6400 miles
e. Lain-lain yang ditemui dalam pengukuran tanah
Waktu ; Cara menulis waktu adalah :
13 h 25 m 35 s = jam 13 lewat 25 menit 35 second.
Mencatat waktu yang teliti adalah dengan urutan sebagai berikut second, menit, dan terakhir
jam. STOPWATCH yang teliti adalah alat Chrometer dan baik dipakai dalam mencatat waktu
yang tepat pada pengukuran Azimuth Geografi dengan pengamatan matahari.
Universal Time ( UT ) atau Greenwich Mean Time (GMT) Yaitu waktu matahari
menengah yang berpatokan pada Meridian bujur 0° yang melalui Greenwich (
diselatan kota London ).
Lokal Mean Time ( LMT ) Yaitu waktu matahari yang berpatokan pada Meredian
local(meridian pada titikpengamat). Jam 0 h LMT adalah saat matahari berkulminasi bawah
dan jam 12 h LMT saat matahari menengah dimeridian local berkulminasi atas
Waktu wilayah : Yaitu waktu matahari menengah yang berpatokan pada suatu Meridian
Standard dan berlaku seragam di wilayah tertentu. Misal di Indonesia dikenal:
 Waktu Indonesia Barat (WIB) , yang berpatokan pada meridian dengan bujur λ w = + 105 °
 Waktu Indonesia Tengah (WITA) berpatokan pada meridian dengan bujur λ w = + 120 °
 Waktu Indonesia Timur (WITI), berpatokan pada meridian λ w = + 120 °

Selisih waktu-waktu tersebut adalah:


WIB = GMT + 7 h
WITA = GMT + 8 h
WITI = GMT + 9 h

f. Ukuran-ukuran kertas gambar


2Ao = 1169 x 1662 mm + pinggir 10 mm
Ao = 821 x 1169 mm + pinggir 10 mm
A1 = 574 x 821 mm + pinggir 10 mm
A2 = 400 x 574 mm + pinggir 10 mm
A3 = 287 x 400 mm + pinggir 10 mm
A4 = 200 x 287 mm + pinggir 5 mm
A5 = 138 x 200 mm + pinggir 5 mm

g. Data data Tambahan


Data tambahan dalam pekerjaan lapangan maupun kantor yang tidak kalah pentingnya
adalah SCHEMA dan keterangan –keterangan mengenai situasi dan keadaan lapangan
pengukuran.

4. SKALA PETA, MACAM PETA, TULISAN DAN LEGENDA


1. Skala Peta
Skala adalah perbandingan antara suatu jarak diatas peta dengan suatu jarak yang sama
diatas permukaan bumi.
 Skala Numeris
Misalkan jarak antara 2 titik pada suatu peta = 1 cm dan jarak sebenarnya di muka bumi = 1
km , maka skala peta adalah map units : ground units = 1 cm : 1000 x 100 cm; atau 1 cm : 1
km = 1 cm : 100.000 cm = 1:100.000 (disebut skala numeris).
 Bila diketahui skala peta dan jarak yang diukur diatas peta diketahui dengan jalan mengukur
dengan mistar,maka dapat ditentukan jarak sebenarnya di muka bumi.
Contoh: pada peta 8,3 cm sedang skala peta system numeris adalah 1 : 25.000 maka jarak
sebenarnya dimuka bumi = 25.000 x 8,3 cm = 2075 cm = 2,075 km.
Skala cm per km adalah: 1cm pada peta = berapa kilometer dimuka bumi.
 Skala Garis
Disebut juga dengan Grafical scale adalah skala yang member penjelasan berapa cm panjang
penggal garis diatas peta yang sama dengan I km di muka bumi. Misalnya 1 km = 4 cm
dinamakan peta 4 cm; menurut skala numeris adalah skala 1 : 25.000
1 km = 2 cm; menrut skala numeris adalah 1 : 50.000
Skala besar menyatakan suatu daerah besar pula (digambarkan besar) skala kecil
menunjukkan suatu daerah digambarkan kecil. Jadi skala 1 : 10.000 lebih besar apabila
dibandingakan dengan skala 1 : 25.000

2. Peta (Map) dan macamnya peta


 Peta adalah sajian secara grafis (gambar) dari data-data yang diketahui tentang bumi dan
dilukiskan diatas bidang datar (kertas) dengan skala tertentu.
 Peta dapat pula didefinisikan sebagai gambar konvensional dari bentuk permukaan bumi, tiap
gambar mempunyai hubungan menurut perbandingan tertentu dengan obyek yang
diwakilinya.
Peta bermacam-macam yaitu ditilik dari skalanya, dari isinya
 Pembagian peta berdasarkan skalanya :
a. Peta-peta teknis, dengan skala 1 : 10.000
Peta teknis dibuat untuk merencanakan lebih lanjut dan melaksanakan pekerjaan teknis
seperti : pembuatan rencana gedung, jalan, jembatan , saluran pengairan dll.
b. Peta topografi atau peta-peta detailnya, mempunyai skala lebih kecil yaitu 1:20.000 s.d
1:100.000
c. Peta-peta geografi ataupun peta-peta ikhtisar mempunyai skala lebih kecil lagi yaitu diatas
1:100.000

- Skala besar yaitu peta dengan perbandingan jarak 1 cm dalam peta sesuai dengan jarak 1
km di lapangan.
- Skala sedang yaitu jarak 1 cm pada peta sesuai dengan jarak 1-10 km di lapangan.
- Skala kecil yaitu jarak 1 cm pada peta sesuai dengan jarak lebih besar dari 10 km di lapangan.
 Peta-peta teknis : dibuat untuk merencanakan lebih lanjut dan melaksanakan pekerjaan-
pekerjaan teknis seperti: pembuatan rencana gedung, jalan raya, jembatan, saluran
pengairan, dll. Skala pada peta ini disesuaikan dengan besar kecilnya pekerjaan.
 Peta menurut fungsi/klasifikasinya :
a. Peta-peta umum :
- Peta topografi, digambar dengan skala kecil dan menyajikan informasi secara umum
- Peta-peta Chronograpic, digambar dengan skala yang lebih kecil lagi dan menyajikan
daerah-daerah luas dari; benua, Negara-negara
Contoh; Atlas, atau peta dunia.
b. Peta-peta khusus
- Peta jalan raya untuk keperluan tourisme
- Peta sungai-sungai untuk keperluan pelayaran
- Peta pengairan, yang menyatakan daerah pengairan dan salurannya, baik pemasukan
maupun pembuangannya.
- Peta geologi , menyatakan geologis suatu daerah.
- Peta kehutanan, yang menyatakan keadaan hutan suatu daerah dan tumbuh-tumbuhannnya.
- Peta hydrografi, peta triangulasi, peta kadaster (pendaftaran tanah), dll.
3. Tulisan-Tulisan
Pemberian tulisan-tulisan pada suatu peta adalah hal yang penting bagi kartografi pemetaan.
Sesungguhnya hal yang sulit dalam pemberian tulisan-tulisan ini, karena tulisan ini bukanlah
bagian dari permukaan bumi, tetapi sangat penting sebagai data tambahan untuk dapat
mengidentifikasi unsure-unsur yang penting dari permukaan bumi itu sendiri.
Pemilihan dan letak huruf dalam peta secara umum :
a. Huruf tegak, semuanya huruf besar, dipaakai untuk nama: Negara, daerah-daerah dan kota-
kota penting.
b. Huruf tegak, huruf awal saja huruf besar, dipakai untuk nama kota-kota biasa dan desa-desa.
c. Huruf miring (cursief miring), semuanya huruf besar, dipakai untuk nama-nama: unsur-unsur
seperti air seperti danau, rawa, sungai, dan sebagainya.
d. Huruf miring (cursief miring), huruf awal saja huruf besar, dipakai untuk nama-nama unsur air
yang lebih kecil.Misalnya: anak sungai, danau kecil, dan lain-lain.
e. Angka miring untuk kontur yang tinggi
f. Angka yang tegak untuk Bench Mark (BM).

4. Simbol / tanda gambar/ signature sebagai LEGENDA peta


Selain huruf-huruf, dipakai pula symbol (signatur) untuk lebih menonjolkan obyek penting di
dalam peta. Simbol pada peta di bagi menjadi 4 kelompok:
1. Unsur-unsur bentuk buatan manusia (unsure kebudayaan/ cultur riil)
2. Unsur-unsur perairan (Hydrografi)
3. Unsur-unsur ketinggian (relief)
4. Unsur-unsur tumbuh-tumbuhan (vegetative)
Simbol ini adalah tanda-tanda gambar menurut perjanjian dan menyatakan suatu objek
tertentu.Dalam arti yang luas/ umum dapat diartika legenda yaitu keterangan-keterangan
mengenai objek pada peta.
Perjanjian warna pada peta juga dibuat, misalnya warna biru = perairan, ketebalan warna biru
menunjukkan kedalaman perairan tersebut; Warna hitam dan merah untu unsure-unsur
kebudayaan berbagai ragam, misal: coklat menyatakan garis
tinggi/relief/tranches/pegunungan, hijau menyatakan unsure-unsur tumbuh-tumbuhan
(vegetative)

Anda mungkin juga menyukai