PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan ekonomi yang diselenggarakan oleh suatu negara bangsa dewasa
ini harus dilihat sebagai upaya terencana, terprogram, sistematik, dan berkelanjutan
dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan mutu hidup seluruh warga masyarakat.
Pada gilirannya pembangunan ekonomi yang berhasil akan berakibat positif pada
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hal itulah yang akan dicoba
diidentifikasikan dan dibahas dalam makalah ini.
Ketika berbagai negara baru memperoleh kembali kemerdekaannya, apakah
melalui perang kemerdekaan atau melalui jalan damai di meja perundingan,
kemerdekaan tersebut bukan hanya menyangkut bidang politik, akan tetapi juga
dalam bidang-bidang kehidupan dan penghidupan yang lain. Salah satu implikasi dari
persepsi demikian ialah bahwa suatu negara, bangsa bebas untuk menentukan dan
memilih sendiri cara-cara yang ingin ditempuhnya dalam upaya mencapai tujuan
negara, bangsa yang bersangkutan.
Terlepas dari cara dan pendekatan yang dilakukan, berbagai tindakan yang
diambil, termasuk kebijaksanaan dan prioritas pembangunannya dimaksudkan untuk
meningkatkan kesejahteraan seluruh warga masyarakat. Itulah sebabnya berkembang
pandangan yang mengatakan bahwa suatu negara modern merupakan suatu negara
kesejahteraan (welfare state). Meskipun di banyak negara industri maju konsep
“negara kesejahteraan tidak lagi menonjol seperti halnya di masa-masa lalu karena
biaya yang sangat besar yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk menjamin
tingkat kesejahteraan yang tinggi bagi para warganya, kiranya masih relevan
menekankan bahwa bagi negara-negara yang tergolong miskin dan sedang
membangun konsep tersebut masih wajar untuk diwujudkan dan mekanisme untuk
mencapai tujuan itu ialah dengan melakukan berbagai kegiatan pembangunan.
Siapapun akan mengakui bahwa pembangunan merupakan kegiatan yang rumit
karena sifatnya multifaset dan multidimensional. Karakteristik demikian merupakan
tuntutan kehidupan berbangsa dan bernegara. Itulah sebabnya bidang-bidang yang
menjadi “objek” pembangunan termasuk bidang politik, ekonomi, pertahanan dan
keamanan, sosial budaya, pendidikan, ilmu pengetahuan dan tekhnologi, dan
administrasi pemerintahan negara.
Akan tetapi karena berbagai faktor keterbatasan yang dihadapi oleh suatu
negara bangsa seperti keterbatasan dana, keterbatasan sumber daya manusia yang
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan tuntutan pembangunan,
keterbatasan daya, dan keterbatasan waktu pada umumnya suatu negara dihadapkan
pada keharusan untuk menentukan skala prioritas pembangunannya. Kemampuan
yang dimiliki tidak memungkinkan penyelenggaraan pembangunan dilakukan secara
simultan dengan intensitas yang sama.
Tuntutan dalam penentuan prioritas dalam pembangunan bagi negara-negara
yang sedang membangun pada umumnya menunjuk pada pembangunan di bidang
ekonomi. Tuntutan demikian mudah dipahami dan diterima karena memang
kenyataan menunjukan bahwa keterbelakangan negara-negara tersebut paling terlihat
dalam bidang ekonomi.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas dapat ditarik beberapa rumusan masalah yaitu
sebagai berikut:
1. Bagaimana pembangunan ekonomi dari segi komponen kependudukan dan
ketenagakerjaan?
2. Bagaimana pembangunan ekonomi dari segi komponen pertanian?
3. Bagaimana pembangunan ekonomi darp segi komponen ekspor dan impor?
4. Bagaimana pambangunan ekonomi dari segi komponen Kemiskinan?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pembangunan ekonomi dari segi komponen kependudukan dan
ketenagakerjaan
2. Mengetahui pembangunan ekonomi dari segi komponen pertanian
3. Mengetahui pembangunan ekonomi darp segi komponen ekspor dan impor
4. Mengetahui pambangunan ekonomi dari segi komponen Kemiskinan
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pembangunan Ekonomi Indonesia Ditinjau dari Komponen
Kependudukan dan Ketenagakerjaan
Pembangunan ekonomi dan yang lebih merata merupakan syarat untuk
meredakan laju pertumbuhan penduduk dan mengantarkan suatu negara untuk lebih
maju. Darwis dalam BKKBN mengatakan bahwa penduduk menjadi independent
variabel pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi. Sedangkan, kemajuan
suatu bangsa sangat ditentukan oleh pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Jadi, teori
tentang kependudukan terhadap pembangunan menjadi sangat penting untuk
kemajuan suatu bangsa. Negara Indonesia berada pada struktur penduduk Muda yang
kini menjadi beban besar bagi bangsa indonesia. Akan tetapi ada suatu masa di masa
yang akan datang Indonesia akan menerima Bonus demografi sebagai bentuk Transi
penduduk muda menuju penduduk dewasa/produktif. Kesempatan besar yang akan
diperoleh Indonesia mengenai bonus demografi akan menjadi kesempatan yang sia-
sia jika tidak bisa memanfaatkan momentum ini untuk membawa Indonesia menjadi
lebih maju dari sebelumnya.
Piramida penduduk seperti ini umumnya kita temukan di negara berkembang. Hal ini
terjadi karena:
Jika satu negara cenderung lebih banyak penduduk usia muda, tidak menutup
kemungkinan akan terjadi ledakan penduduk di satu negara. Hal ini dapat
menyebabkan kesenjangan strata sosial serta penyimpangan sosial di sekitar kita,
diantaranya:
Di masa depan, bangsa Indonesia harus siap mengelola potensi dan sumber
daya angkatan kerja yang terus meningkat. Tingkat pertumbuhan tenaga kerja
Indonesia sangat tinggi. Bangsa Indonesia mengalami bonus demografi hingga 2035
mendatang. Saat itu, jumlah generasi muda jauh lebih banyak daripada generasi tua.
Jadi, Indonesia harus melakukan persiapan membangun potensi dan sumber daya
manusia (SDM). Indonesia juga harus mampu menghadapi persaingan antar tenaga
kerja dari berbagai negara, apalagi dengan potensi bonus demografi yang sedang
dialami.
Bonus demografi ini harus disyukuri, karena negara lain di Eropa dan Amerika
tidak mengalaminya. Sebagian besar warga Eropa dan Amerika Serikat, mayoritas
adalah generasi tua, jumlah anak-anak atau generasi muda mereka relatif sedikit.
Pemerintah harus kritis melihat perlunya menanggapi bonus demografi yang dialami
Indonesia. Tanpa persiapan yang matang, maka bonus demografi bisa menjadi beban
tambahan. Dengan bonus demografi ini, jumlah penduduk usia produktif mencapai
2/3 dari total jumlah penduduk. Lapangan kerja yang dibutuhkan pun makin
banyak. Kalau lapangan kerja tidak diakomodasi, maka bisa menciptakan banyak
pengangguran.
Masalah kedua yang dialami saat ini adalah terbatasnya aspek ketersediaan
infrastruktur penunjang pertanian yang juga penting namun minim ialah
pembangunan dan pengembangan waduk. Pasalnya, dari total areal sawah di
Indonesia sebesar 7.230.183 ha, sumber airnya 11 persen (797.971 ha) berasal dari
waduk, sementara 89 persen (6.432.212 ha) berasal dari non-waduk. Karena itu,
revitalisasi waduk sesungguhnya harus menjadi prioritas karena tidak hanya untuk
mengatasi kekeringan, tetapi juga untuk menambah layanan irigasi nasional. Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan, 42 waduk saat ini dalam
kondisi waspada akibat berkurangnya pasokan air selama kemarau. Sepuluh waduk
telah kering, sementara 19 waduk masih berstatus normal. Selain itu masih rendahnya
kesadaran dari para pemangku kepentingan di daerah-daerah untuk mempertahankan
lahan pertanian produksi, menjadi salah satu penyebab infrastruktur pertanian
menjadi buruk.
Masalah ketiga adalah adanya kelemahan dalam sistem alih teknologi. Ciri
utama pertanian modern adalah produktivitas, efisiensi, mutu dan kontinuitas pasokan
yang terus menerus harus selalu meningkat dan terpelihara. Produk-produk pertanian
kita baik komoditi tanaman pangan (hortikultura), perikanan, perkebunan dan
peternakan harus menghadapi pasar dunia yang telah dikemas dengan kualitas tinggi
dan memiliki standar tertentu. Tentu saja produk dengan mutu tinggi tersebut
dihasilkan melalui suatu proses yang menggunakan muatan teknologi standar.
Indonesia menghadapi persaingan yang keras dan tajam tidak hanya di dunia tetapi
bahkan di kawasan ASEAN. Namun tidak semua teknologi dapat diadopsi dan
diterapkan begitu saja karena pertanian di negara sumber teknologi mempunyai
karakteristik yang berbeda dengan negara kita, bahkan kondisi lahan pertanian di tiap
daerah juga berbeda-beda. Teknologi tersebut harus dipelajari, dimodifikasi,
dikembangkan, dan selanjutnya baru diterapkan ke dalam sistem pertanian kita.
Dalam hal ini peran kelembagaan sangatlah penting, baik dalam inovasi alat dan
mesin pertanian yang memenuhi kebutuhan petani maupun dalam pemberdayaan
masyarakat. Lembaga-lembaga ini juga dibutuhkan untuk menilai respon sosial,
ekonomi masyarakat terhadap inovasi teknologi, dan melakukan penyesuaian dalam
pengambilan kebijakan mekanisasi pertanian
Masalah kelima adalah masih panjangnya mata rantai tata niaga pertanian,
sehingga menyebabkan petani tidak dapat menikmati harga yang lebih baik, karena
pedagang telah mengambil untung terlalu besar dari hasil penjualan.
Pada dasarnya komoditas pertanian itu memiliki beberapa sifat khusus, baik
untuk hasil pertanian itu sendiri, untuk sifat dari konsumen dan juga untuk sifat dari
kegiatan usaha tani tersebut, sehingga dalam melakukan kegiatan usaha tani
diharapkan dapat dilakukan dengan seefektif dan seefisien mungkin, dengan
memanfaatkan lembaga pemasaran baik untuk pengelolaan, pengangkutan,
penyimpanan dan pengolahannya. Terlepas dari masalah-masalah tersebut, tentu saja
sektor pertanian masih saja menjadi tumpuan harapan, tidak hanya dalam upaya
menjaga ketahanan pangan nasional tetapi juga dalam penyediaan lapangan kerja,
sumber pendapatan masyarakat dan penyumbang devisa bagi negara
2.3 Pembangunan Ekonomi Indonesia Ditinjau dari Komponen Ekpor dan
Impor
Perkembangan perekonomian suatu negara saat ini tidak dapat terlepas dari
kondisi perekonomian global. Hubungan ekonomi antar negara menjadi faktor
penting yang berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi masing-masing negara.
Kondisi ini menyebabkan daya saing sebagai salah satu faktor yang menentukan
dalam kompetisi antar negara agar memperoleh manfaat dari semakin terbukanya
perekonomian dunia. Keuntungan dari terbukanya perekonomian dunia dapat dilihat
dari keadaan neraca pembayaran suatu negara.
Defisit neraca berjalan yang tinggi tidak menjadi masalah bila anggaran
pemerintah seimbang dan keputusan penghematan dan investasi diambil secara
optimal oleh agen swasta. Namun, defisit eksternal harus menjadi perhatian dalam
menerapkan kebijakan bahkan jika defisit akun berjalan tidak mengarah pada krisis
mata uang. Dengan kata lain bukan pada seberapa besar defisitnya tetapi bagaimana
negara menjalankan defisit yang tidak berkelanjutan. Secara umum, defisit transaksi
berjalan yang tidak melebihi 5% dari PDB dianggap tidak berkelanjutan sehingga
diatas ambang ini mulai dilakukan proses penyesuaian.
1. Memperoleh devisa
Manfaat ini tentu akan diperoleh oleh Negara karena jika Negara mengekspor
suatu komoditas keluar negeri tentu Negara akan memperoleh pembayaran
menggunakan mata uang asing baik dollar maupun mata uangan lainnya. Dan mata
uang asing ini disebut devisa.
Hal ini dapat terjadi jika komoditas ekspor memerlukan tenaga kerja yang
cukup banyak, contohnya untuk ekspor gerabah atau rotan tentunya diperlukannya
tenaga kerja pengrajin pada bidang tersebut, sehingga secara otomatis dapat
menyerap tenaga kerja cukup banyak.
3. Menstabilkan harga-harga
Jika harga barang dalam negeri mengalami kenaikan atau mahal dan jumlah
barang atau jasa terbatas sehingga hal ini menyebabkan tidak terpenuhinya
permintaan pasar, maka barang mau tidak mau tersebut harus diimpor. Hal ini
bertujuan untuk menstabilkan harga barang tersebut kembali normal.
Agar dapat menggunakan barang impor dari luar negeri yang dirasa cukup
asing bagi masyarakat, maka diperlukannnya pengetahuan atau keterampilan dalam
penggunaan barang tersebut. Sehingga penjual perlu untuk mengadakan pelatihan
penggunaan barang tesebut. Hal ini akan mempercepat alih teknologi dengan
demikian memungkinkan untuk suatu Negara mempelajari teknolgi baru.
Bagaimana seorang penarik becak misalnya yang memiliki anak cerdas bisa
mengangkat dirinya dari kemiskinan ketika biaya untuk sekolah saja sudah sangat
mencekik leher. Sementara anak-anak orang yang berduit bisa bersekolah di
perguruan-perguruan tinggi mentereng dengan fasilitas lengkap. Jika ini yang terjadi
sesungguhnya negara sudah melakukan "pemiskinan struktural" terhadap rakyatnya.
Akhirnya kondisi masyarakat miskin semakin terpuruk lebih dalam. Tingginya
tingkat putus sekolah berdampak pada rendahya tingkat pendidikan seseorang.
Dengan begitu akan mengurangi kesempatan seseorang mendapatkan pekerjaan yang
lebih layak. Ini akan menyebabkan bertambahnya pengangguran akibat tidak mampu
bersaing di era globalisasi yang menuntut keterampilan di segala bidang.
Terlebih lagi fenomena bencana alam yang kerap melanda negeri ini yang
berdampak langsung terhadap meningkatnya jumlah orang miskin. Kesemuanya
menambah deret panjang daftar kemiskinan. Dan, semuanya terjadi hampir merata di
setiap daerah di Indonesia. Baik di perdesaan maupunperkotaan.
Karena itu situasi di Indonesia sekarang jelas menunjukkan ada banyak orang
terpuruk dalam kemiskinan bukan karena malas bekerja. Namun, karena struktur
lingkungan [tidak memiliki kesempatan yang sama] dan kebijakan pemerintah tidak
memungkinkan mereka bisa naik kelas atau melakukan mobilitas sosial secara
vertical.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan jumlah penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya, Negara
Indonesia belum mampu menyejahterakan semua penduduknya. Berbagai dampak
atas banyaknya penduduk yang belum sejahtera akan mengakibatkan berbagai
persoalan yang berhubungan dengan kependudukan.
Indonesia tahu dan sadar bahwa bangsa Indonesia mempunyai potensi besar
dalam sektor pertanian. Hal ini dapat dilihat dari mata pencaharian utama masyarakat
Indonesia adalah bertani. Atau dapat dikatakan pula bahwa sebagian besar
masyarakat Indonesia menggantungkan hidupnya dari sektor agraris ini. Baik itu
bercocok tanam, beternak, ataupun yang lainnya. Namun, pada kenyataanya
Indonesia belum mampu mensejahterahkan masyarakat petaninya hal ini karena
banyaknya masalah pertanian yang masih kompleks.
Dalam perdagangan internasional tentunya tidak terlepas dengan kegiatan
ekspor dan impor, karena kedua hal ini merupakan nadi dalam perdagangan
internasional. Indonesia masih terus melakukan impor yang lebih banyak
dibandingkan dengan ekspor. Hal ini menggambarkan bahwa produk dalam negeri
masih jauh dari sisi kualitas karena tidak mampu bersaing.
Masalah kemiskinan adalah masalah yang kompleks dan global. di Indonesia
masalah kemiskinan seperti tak kunjung usai. masih banyak kita dapati para pengemis
dan gelandangan berkeliaran tidak hanya di pedesaan bahkan di kota-kota besar
seperti Jakarta pun pemandangan seperti ini menjadi tontonan setiap hari. Kini di
Indonesia jerat kemiskinan semakin parah. Dengan tingkat kemiskinan yang tinggi,
sulitnya pembangunan ekonomi untuk tercapai.
PEREKONOMIAN INDONESIA
NIM : B1A316028