Anda di halaman 1dari 7

Suku Han

Tugas
diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Bahasa Mandarin

Oleh:

Frida Eka Setianingsih (NIM 1501174147)


Rofidah Sulaihah Sajidah (NIM 1501174224)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS


FAKULTAS KOMUNIKASI BISNIS
UNIVERSITAS TELKOM
BANDUNG
2019
Kata Pengantar

Assalamualaikum wr.wb

Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat rahmat dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan tugas pada mata kuliah
Bahasa Mandarin dengan judul “Suku Han”

Dalam makalah ini berisi berbagai cerita dan asal mula bagaimana suku han berada.

Kami sebagai tim penyusun berterimakasih kepada pihak pihak yang telah ikut
membantu dalam menyusun makalah ini , dan juga ucapan terimakasih kami kepada dosen
pembimbing kami dalam mata kuliah Bahasa Mandarin.

Serta teman teman tercinta kami yang tiada henti mendukung kami dalam menyusun
makalah ini.

Kami sebagai tim penyusun menyadari banyaknya kekurangan didalam makalah ini,
kami memohon maaf apabila ada pihak yang tersinggung. Oleh karena itu kami sangat
menerima kritik dan saran dari teman teman maupun kepada pembaca untuk memberikan
kritik da saran positif untuk membuat kami menyusun makalah semakin baik dan dapat jadi
pelajaran.

Semga dengan adanya makalah ini dapat memberi wawasan kepada para pembaca.
Dan kami mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dan dukungannya.

Bandung, 09 April 2019


DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar ...........................................................................................................

Daftar Isi .....................................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang...........................................................................................................

1.2. Rumusan Masalah .....................................................................................................

1.3. Tujuan ........................................................................................................................

BAB II. LANDASAN TEORI

2.1.......................................................................................................................................

2.2.......................................................................................................................................

BAB III. PEMBAHASAN

3.1. Perkembangan Suku Han .........................................................................................

3.2. Asal mula terbentuknya Suku Han ............................................................................

Bab IV. PENUTUP

4.1Kesimpulan......................................................................................................................

4.2.Saran...............................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Orang-orang Tionghoa, baik di Indonesia, China, maupun berbagai belahan dunia lain,
merupakan penjelmaan dari sebuah bangsa yang tua. Bangsa ini telah berkembang di sekitar
Sungai Kuning dan memiliki tradisi merayakan Tahun Baru Imlek jauh sebelum kelahiran
Konfusius, filsuf kenamaan dari negeri yang sekarang bernama China ini.

Namun, pada awalnya mereka tak dapat dianggap sebagai sebuah kelompok etnis yang satu.
Sebaliknya, masing-masing wilayah memiliki kerajaan sendiri-sendiri, dan masyarakatnya
pun setia kepada kerajaan di mana mereka tinggal.

Belakangan, kurang lebih dua abad sebelum Masehi, barulah bangsa ini dipersatukan oleh
sebuah dinasti yang bernama Qin. Kerajaan Qin ini menyatukan tembok-tembok yang telah
didirikan oleh kerajaan-kerajaan terdahulu sehingga terbentuklah sebuah tembok panjang
yang terkenal dengan sebutan “tembok besar”.

Perasaan sebagai bagian dari sebuah masyarakat yang menyatu juga terbangun sebagai akibat
dari berbagai penyeragaman yang dilakukan semasa Dinasti Qin, misalnya penyeragaman
penulisan huruf dan mata uang.

Tambahan lagi, sejak zaman Dinasti Han, ajaran Konfusius ditempatkan dalam posisi yang
sangat penting, yaitu sebagai ideologi negara. Ajaran ini harus dipelajari, khususnya oleh
mereka yang ingin bekerja di pemerintahan, baik semasa Dinasti Han maupun pada dinasti-
dinasti berikutnya.

Seiring dengan berkembangnya waktu, ajaran Konfusius ini kemudian menjadi salah satu
ajaran yang paling berpengaruh dan tersebar secara luas di wilayah China. Penting pula untuk
dicatat bahwa seiring dengan perluasan wilayah yang dilakukan oleh berbagai dinasti,
berlangsunglah proses asimilasi budaya di daerah-daerah yang telah ditaklukkan.

Orang-orang dari daerah-daerah taklukan tersebut lambat laun bercampur-baur dan menyatu
dengan masyarakat dari dinasti-dinasti yang menaklukkan mereka. Percampuran dari
berbagai suku bangsa inilah yang menjadi cikal bakal dari sebuah bangsa yang di kemudian
hari disebut sebagai bangsa Han.

Meski demikian, terbentuknya bangsa Han sebagai sebuah bangsa tersendiri baru terjadi di
era modern. Sebagaimana dijelaskan oleh Frank Dikötter, seorang sejarawan China asal
Belanda, terbentuknya bangsa ini berkaitan erat dengan munculnya nasionalisme China pada
dekade-dekade akhir abad ke-19.

Salah satu dari pelopor nasionalisme China tersebut adalah Sun Yat Sen, yang memimpin
revolusi di China pada awal abad ke-20. Ia lalu memperkenalkan istilah Zhonghua (dalam
dialek Fujian: Tionghoa) untuk menyebut bangsa ini.
1.2. Rumusan Masalah

1 Bagaimana perkembangan terhadap Suku Han ?


2 Bagaimana asal mula Suku Han terbentuk ?

1.3. Tujuan

1 Mengetahui asal mula Suku Han


2 Mengetahui budaya Suku Han
3 Mengetahui etnis,ciri khas dari Suku Han.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1

2.2

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Perkembangan Suku Han

Jumlah penduduk suku Han adalah 91,59% dari keseluruhan penduduk Tiongkok. Suku
Han bukan hanya suku dengan jumlah orang terbesar di Tiongkok, ia juga adalah suku
dengan jumlah orang terbesar di dunia. Suku ini diberi nama Han sejak dinasti Han. Suku
Han memiliki hampir 4000 tahun catatan sejarah. Suku Han tersebar di seluruh
Tiongkok, sama-sama menggunakan Hanyu Bahasa Han. Sejarah Hanyu sangat panjang
dan kaya kosa kata. Saat ini Hanyu memakai huruf blok persegi(fangkuai Hanzi), yang
berkembang dari Jiaguwen serta Jinwen.

Orang suku Han rajin dan hemat, proaktif, menciptakan kebudayaan kuno yang
mengagumkan. Sejak zaman Chunqiu(770-476 SM), orang Han sudah memulai
pembangunan pertanian dan irigasi dalam skala besar. Sistem irigasi Dujiangyan di
Sichuan yang dibangun di awal masa Zhanguo(475-221 SM), sampai sekarang masih
berfungsi. Teknik pengembangbiakan ulat sutera, pemintalan kain, pembuatan teh,
keramik dan lain-lain sangatlah terkenal di luar negeri. Penemuan kertas, teknik
percetakan, kompas dan mesiu, memberikan sumbangsih yang menonjol kepada
perkembangan kebudayaan dan teknologi di dunia. Orang Han juga sangat berhasil di
dalam seni dan sastra, Chu ci(syair Chu), Han Yuefu(lagu rakyat atau balada gaya Han),
puisi dinasti Tang, syair dinasti Song, zaju(drama puitis musikal) dinasti Yuan, novel
dinasti Ming dan Qing, semua adalah puncak kesusastraan Han pada masing-masing
masanya. Literatur sejarah dengan sistem yang komplit, dengan setia mencatat
perkembangan sejarah rakyat Tionghoa. Kaligrafi, lukisan serta seni arsitektur, memiliki
daya tarik khas, meninggalkan banyak warisan ternama. Di antara orang-orang Han juga
muncul banyak filsuf, ilmuwan, sastrawan, seniman, politikus dan ahli militer yang
terkenal.

Konsep agama orang Han cukup dalam. Penyembahan nenek moyang, diwariskan turun
temurun sebagai bentuk pengabdian. Hari raya orang Han yang paling besar adalah
Chunjie(Festival Musim Semi), selain itu ada Yuanxiao jie, Duanwu jie, Zhongqiu jie
dan lain-lain. Di dalam sejarahnya yang panjang, suku Han dan suku lain menjalin
hubungan politik, ekonomi dan budaya. Karena faktor sejarah dan jumlah penduduk,
suku Han memiliki peran utama dalam kehidupan bernegara.

3.2 Terbentuknya Suku Han

Orang-orang Tionghoa, baik di Indonesia, China, maupun berbagai belahan dunia lain,
merupakan penjelmaan dari sebuah bangsa yang tua. Bangsa ini telah berkembang di
sekitar Sungai Kuning dan memiliki tradisi merayakan Tahun Baru Imlek jauh sebelum
kelahiran Konfusius, filsuf kenamaan dari negeri yang sekarang bernama China ini.

Namun, pada awalnya mereka tak dapat dianggap sebagai sebuah kelompok etnis yang
satu. Sebaliknya, masing-masing wilayah memiliki kerajaan sendiri-sendiri, dan
masyarakatnya pun setia kepada kerajaan di mana mereka tinggal.

Belakangan, kurang lebih dua abad sebelum Masehi, barulah bangsa ini dipersatukan
oleh sebuah dinasti yang bernama Qin. Kerajaan Qin ini menyatukan tembok-tembok
yang telah didirikan oleh kerajaan-kerajaan terdahulu sehingga terbentuklah sebuah
tembok panjang yang terkenal dengan sebutan “tembok besar”.

Perasaan sebagai bagian dari sebuah masyarakat yang menyatu juga terbangun sebagai
akibat dari berbagai penyeragaman yang dilakukan semasa Dinasti Qin, misalnya
penyeragaman penulisan huruf dan mata uang.

Tambahan lagi, sejak zaman Dinasti Han, ajaran Konfusius ditempatkan dalam posisi
yang sangat penting, yaitu sebagai ideologi negara. Ajaran ini harus dipelajari,
khususnya oleh mereka yang ingin bekerja di pemerintahan, baik semasa Dinasti Han
maupun pada dinasti-dinasti berikutnya.

Seiring dengan berkembangnya waktu, ajaran Konfusius ini kemudian menjadi salah satu
ajaran yang paling berpengaruh dan tersebar secara luas di wilayah China. Penting pula
untuk dicatat bahwa seiring dengan perluasan wilayah yang dilakukan oleh berbagai
dinasti, berlangsunglah proses asimilasi budaya di daerah-daerah yang telah ditaklukkan.

Orang-orang dari daerah-daerah taklukan tersebut lambat laun bercampur-baur dan


menyatu dengan masyarakat dari dinasti-dinasti yang menaklukkan mereka.
Percampuran dari berbagai suku bangsa inilah yang menjadi cikal bakal dari sebuah
bangsa yang di kemudian hari disebut sebagai bangsa Han.

Meski demikian, terbentuknya bangsa Han sebagai sebuah bangsa tersendiri baru terjadi
di era modern. Sebagaimana dijelaskan oleh Frank Dikötter, seorang sejarawan China
asal Belanda, terbentuknya bangsa ini berkaitan erat dengan munculnya nasionalisme
China pada dekade-dekade akhir abad ke-19.

Salah satu dari pelopor nasionalisme China tersebut adalah Sun Yat Sen, yang
memimpin revolusi di China pada awal abad ke-20. Ia lalu memperkenalkan istilah
Zhonghua (dalam dialek Fujian: Tionghoa) untuk menyebut bangsa ini.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai