Diskursus Pancasila PDF
Diskursus Pancasila PDF
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis terkait problem penggunaan istilah 4 Pilar
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara atau 4 Pilar MPR RI yang menimbulkan banyak kritik
dan pertentangan di masyarakat. Istilah 4 Pilar yang mengkatgorikan Pancasila, UUD 1945,
NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai bagian dari pilar menjadi polemik sejak MPR RI
menggunakan istilah tersebut sebagai program sosialisasinya. Studi ilmu politik dan sosial
jarang meneliti dan menganalisis terkait implikasi dari politik bahasa dalam penggunaan
istilah kenegaraan seperti Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.
Penelitian ini merupakan bagian dari disertasi yang menganalisis secara kritis tentang
penggunaan istilah 4 Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara melalui kajian filsafati
yang ditinjau dari perspektif Filsafat Bahasa. Metode penelitian ini menggunakan metode
kualitatif dengan pendekatan filsafat analitika bahasa. Data primer dalam penelitian ini
diperoleh melalui kajian pustaka, dan analisis teks wacana yang berkembang tentang
polemik dan perdebatan 4 Pilar baik secara online maupun offline. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pertama, penggunaan istilah 4 Pilar Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara dengan mengkategorikan Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal
Ika sebagai pilar tidak tepat. Kedua, penggunaan istilah 4 Pilar tidak dikenal dalam sejarah
dan memori kolektif bangsa Indonesia untuk menyebut Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan
Bhinneka Tunggal Ika sebagai bagian pilar. Ketiga, penggunaan istilah 4 Pilar oleh MPR RI
merupakan kesalahan kategoris. Keempat, kegiatan sosialisasi 4 Pilar yang dilakukan justru
mendelegitimasi makna Pancasila dan upaya pembodohan kepada masyarakat.
Kata kunci: Empat Pilar, Filsafat, bahasa, Politik bahasa, deligitimasi, makna, Pancasila.
A. Pendahuluan
Studi ilmu politik dan sosial menimbulkan perdebatan dan
jarang sekali meneliti dan menganalisis kontraversi baik dari aspek yuridis-
implikasi dari politik bahasa dalam ketatanegaraan, pendidikan, filsafat,
penggunaan istilah kenegaraan seperti sejarah, dan sosial. Sejak
Pancasila, UUD 1945, NKRI, Bhinneka diperkenalkannya sosialisasi Empat
Tunggal Ika, Proklamasi Kemerdekaan Pilar Kehidupan Berbangsa dan
Indonesia, Sumpah Pemuda, dan jargon- Bernegara oleh Majelis
jargon politik lainnya yang dibuat oleh Permusyawaratan Rakyat Republik
para politisi atau pendiri bangsa. Indonesia (MPR RI) yaitu Pancasila,
Misalnya, istilah 4 Pilar Kehidupan UUD 1945, Negara Kesatuan Republik
Berbangsa dan Bernegara yang muncul Indonesia (NKRI), dan Bhinneka
sejak tahun 2009an yang terdiri atas Tunggal Ika, pada tahun 2009, Istilah
Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Empat Pilar dianggap sebagai suatu
Bhinneka Tunggal Ika telah peletak dasar kehidupan berbangsa dan
Empat Pilar MPR RI: Politik Bahasa dan Deligitimasi Makna Pancasila
(Suatu Telaah Filsafat Bahasa)
1
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VI, No 2, Juli 2017
Empat Pilar MPR RI: Politik Bahasa dan Deligitimasi Makna Pancasila
(Suatu Telaah Filsafat Bahasa)
2
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VI, No 2, Juli 2017
Empat Pilar MPR RI: Politik Bahasa dan Deligitimasi Makna Pancasila
(Suatu Telaah Filsafat Bahasa)
3
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VI, No 2, Juli 2017
Empat Pilar MPR RI: Politik Bahasa dan Deligitimasi Makna Pancasila
(Suatu Telaah Filsafat Bahasa)
4
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VI, No 2, Juli 2017
empat pilar kehidupan berbangsa dan ini tidak bisa diteliti sekedar melalui
bernegara merupakan masalah aktual cara berpikir logis tetapi perlu
yang menimbulkan kontraversi menggunakan cara berpikir dialektis
berkaitan dengan konteks kerangka yang selama ini belum dilakukan.
konseptual hakikat negara dan dasar Kelima, penggunaan istilah
negara Indonesia didefinisikan yang empat pilar kehidupan berbangsa dan
pada akhirnya berpengaruh pada bernegara belum menjadi kajian ilmiah
komitmen, filosofi, dan jati diri dalam dan menjadi fokus penelitian di bidang
kehidupan berbangsa dan bernegara di Filsafat, Sosial, Humaniora, dan
masyarakat. Sudjito (2014:35) dalam Pendidikan. Untuk itu, perlu penjelasan
kesaksian pada sidang uji materiil yang komprehensif terkait dengan kritik
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011, atas Empat Pilar Kehidupan Berbangsa
14 Maret 2014 di Gedung MK dan Bernegara di masyarakat yang
mengungkapkan bahwa kontroversi selama ini masih menimbulkan
istilah pilar bukan sesederhana perdebatan.
persoalan kamus bahasa. Persoalan ini Penelitian ini merupakan bagian
pada dasarnya menyangkut filosofi dari penelitian disertasi melalui
ideologi, keberlangsungan negara, dan pendekatan penelitian kefilsafatan yang
nasib generasi penerus yang perlu menggunakan tinjauan filsafat bahasa
dikoreksi. berdasarkan teori Speech Act dari J.L
Kedua, konsep empat pilar Austin, teori Bertrand Russell tentang
memunculkan permasalahan filosofis logika bahasa, , analisis semiotika, serta
karena telah menimbulkan gejolak analisis filosofis (ontologis,
pemikiran dan menjadi problem pokok epistemologis, dan aksiologis) untuk
kefilsafatan yaitu perdebatan tentang menjelaskan kritik atas penggunaan
substansi, sumber pengetahuan, dan istilah Empat Pilar Kehidupan
nilai yang mendasari empat pilar Berbangsa dan Bernegara sebagai
tersebut. Masalah ini menarik untuk persoalan aktual, konseptual, dan
diteliti karena mengakibatkan filosofis. Dasar pemikiran penggunaan
munculnya kesenjangan pengetahuan tiga kerangka analisis kefilsafatan ialah
antara yang seharusnya dengan realitas pertama, objek material dalam
yang ada. Ketiga, wacana tentang penelitian ini menunjukkan suatu
kedudukan dan peran Pancasila sebagai kompleksitas pemikiran dan persoalan.
dasar negara kembali diperdebatkan Konsep empat pilar sebagai teks dan
dalam dinamika konsep empat pilar. realitas yang ada (eksis) memiliki
Berdasarkan hasil kajian awal persoalan ontologis, epistemologis, dan
menunjukkan muncul berbagai aksiologis yang masih diperdebatkan.
pertentangan terkait adanya konsep Untuk itu, perlu menggali dan
empat pilar kehidupan berbangsa dan eksplorasi lebih mendalam dan
bernegara. Keempat, konsep empat pilar komprehensif bagaimana dinamika
kehidupan berbangsa dan bernegara perdebatan, relasi, perubahan, dan
sebagai objek material dalam penelitian pemahaman ontologis, epistemologis,
Empat Pilar MPR RI: Politik Bahasa dan Deligitimasi Makna Pancasila
(Suatu Telaah Filsafat Bahasa)
5
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VI, No 2, Juli 2017
dan aksiologis tentang konsep empat sebagai suatu istilah dianggap salah?,
pilar yang berkembang saat ini secara Kelima, bagaimana penggunaan istilah
kritis. 4 Pilar dapat mendelegitimasi makna
Kedua, penelitian ini bukan atas Pancasila?
semata-mata untuk memberikan
legitimasi atau justifikasi terkait teori
dan unsur-unsur ontologis, B. Metode
epistemologis, dan aksiologis yang Penelitian ini merupakan penelitian
perlu dimasukkan dan terdapat dalam kefilsafatan, dengan menggunakan
konsep empat pilar, tetapi justru pendekatan metode penelitian kualitatif
berupaya untuk mengkritisi, melalui kajian kepustakaan. Penelitian
menganalisis, dan memverifikasi kualitatif dimaknai sebagai kajian
konsep empat pilar kehidupan berbagai studi dan kumpulan berbagai
berbangsa dan bernegara secara jenis materi empiris, seperti studi kasus,
kefilsafatan melalui kerangka filsafat pengalaman personal, pengakuan
bahasa yang sampai sejauh ini belum introspeksi, kisah hidup, wawancara,
dilakukan secara akademik. artefak, berbagai teks dan produk
Ketiga, kajian filosofis terhadap kultural, pengamatan, sejarah,
Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan interaksional, dan berbagai teks visual
Bernegara sangat diperlukan untuk (Santana, 2010:5). Sedangkan, dalam
mengkaji tentang esensi dasar yang ada, pemahaman filsafat terkait kategori
perdebatan nilai yang muncul, persoalan model penelitian yang digunakan dalam
kebenaran pengetahuan yang menjadi penelitian ini ialah termasuk model
sumber dan persoalan hakikat realitas penelitian mengenai masalah aktual
yang menjadi dasar konsep empat pilar (Bakker dan Zubair, 1992:107).
kehidupan berbangsa dan bernegara. Masalah aktual yang dibahas ialah
Analisis filosofis ini menjadi objek persoalan perdebatan konsep Empat
formal dalam penelitian yang Pilar Kehidupan Berbangsa dan
dirumuskan oleh peneliti. Bernegara.
Penelitian ini akan menjawab Objek material penelitian ini
empat pertanyaan mendasar yaitu: ialah konsep Empat Pilar Kehidupan
pertama, apa yang melatar belakangi berbangsa dan bernegara yang menjadi
munculnya istlah 4 Pilar Kehidupan masalah kontraversial dan objek
Berbangsa dan Bernegara?, kedua, formalnya adalah kajian filosofis yang
bagaimana proses rekayasa politik dan menekankan pada aspek analisis filsafat
politisasi bahasa atas penggunaan istilah bahasa. Proses penelitian ini meliputi
4 Pilar Kehidupan Berbangsa dan inventarisasi data, kategorisasi data, dan
Bernegara, sehingga memunculkan analisis data untuk merumuskan pokok-
reaksi dan protes dari masyarakat? pokok materi penelitian sesuai dengan
Ketiga, bagaimana diskursus dan dasar persoalan yang dikaji. Adapun tahapan
legitimasi bahasa yang digunakan dalam penelitian dapat dijelaskan sebagai
4 Pilar? Keempat, mengapa 4 Pilar berikut:
Empat Pilar MPR RI: Politik Bahasa dan Deligitimasi Makna Pancasila
(Suatu Telaah Filsafat Bahasa)
6
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VI, No 2, Juli 2017
dan masyarakat; dan apa dampak dari aklamasi sebagai ketua MPR RI pada
pengetahuan untuk seluruh bulan Oktober 2009. Sebelumnya MPR
perkembangan masyarakat (Jager, RI tidak pernah menggunakan istilah
2001:33). Empat Pilar dalam melaksanakan
agenda kerjanya. Misalnya, pada
Analisis CDA digunakan dalam periode 2004-2009, MPR RI
penelitian ini untuk melihat bagaimana menggunakan istilah “sosialisasi
relasi kuasa dan bahasa yang tersirat putusan MPR RI”. Sosialisasi putusan
maupun tersurat dalam teks pemberitaan MPR RI yang dimaksud ialah UUD
di media dan publikasi tentang empat 1945 hasil perubahan dan Ketetapan
pilar kehidupan berbangsa dan MPR RI yang dirasa perlu
bernegara yang berkembang saat ini. dimasyarakatkan agar diketahui publik
Secara khusus, analisis CDA digunakan dan penyelenggara negara karena
dengan tujuan untuk menganalisis banyak masyarakat tidak mengetahui
secara kritis tentang kesenjangan yang produk atau putusan MPR RI (Majelis,
diekspresikan, tersimbolisasikan, edisi 12/TH.X/Desember 2016, hal.6).
dibentuk, dilegitimasi melalui
penggunaan bahasa dalam hal ini dalam Kepemimpinan MPR RI kemudian
konteks pewacanaan empat pilar berganti, pada tahun 2009, maka
kehidupan berbangsa dan bernegara. berubah istilah nama “sosialisasi
Semiotika, semiotika secara umum putusan MPR RI” menjadi “sosialisasi 4
dapat dimaknai sebagai teori kode (a Pilar Kehidupan Berbangsa dan
theory of codes) dan teori tentang Bernegara” pada periode kepemimpinan
produksi tanda (theory of sign Taufiq Kiemas (2000-2014) yaitu
production). Teori semiotik berupaya Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan
untuk menjelaskan setiap kasus tentang Bhinneka Tunggal Ika. Pada saat itulah,
fungsi tanda dalam kerangka yang Taufiq Kiemas dikenal sebagai pencetus
diletakkan pada suatu sistem yang dan penggas 4 Pilar Kehidupan
berkaitan satu atau lebih kode. berbangsa dan bernegara (Majelis, edisi
Perbedaan antara teori kode dan teori 12/TH.X/Desember 2016, hal.6).
produksi tanda tidak serta merta
berkaitan dengan perbedaan antara Gagasan tentang perlunya sosialisasi
“langue” dan “parole”, kompeten dan 4 Pilar Kehidupan Berbangsa dan
penampilan, sintaktis dan semantik, dan Bernegara berangkat dari berbagai
pragmatik (Eco, 1979:3-4). persoalan kebangsaan dan kenegaraan
yang terjadi di Indonesia. Realitas
C. Hasil dan Pembahasan
tersebut menjadi titik tolak lahirnya
1. Melacak sejarah Empat Pilar
Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan
Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara. Dinamika politik dan sosial
Bernegara
sejak era reformasi tahun 1998
Istilah Empat Pilar Kehidupan digulirkan diawali dengan gerakan
Berbangsa dan Bernegara mulai dikenal gerakan reformasi yang menyebabkan
sejak Taufiq Kiemas dipilih secara empat mahasiswa Universitas Trisakti
Empat Pilar MPR RI: Politik Bahasa dan Deligitimasi Makna Pancasila
(Suatu Telaah Filsafat Bahasa)
9
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VI, No 2, Juli 2017
pada tanggal 12 Mei 1998 gugur Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai
melalui gerakan reformasi. Gerakan Politik (UU Partai Politik) pasal 34 ayat
reformasi telah membawa perubahan (3b) huruf (a) yang berbunyi:
yang signifikan dan berdampak positif
“Pendidikan Politik sebagaimana
terhadap kehidupan berbangsa dan
dimaksud pada ayat (3a) berkaitan
bernegara, tetapi juga membawa dengan kegiatan: a) pendalaman
sejumlah tantangan kebangsaan yang mengenai empat pilar berbangsa dan
perlu dicarikan solusinya (Kiemas, bernegara yaitu Pancasila, UUD 1945,
2013:4). Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia…”
Pancasila sejak reformasi tahun
1998, dianggap lenyap seperti ditelan Meskipun pada saat perancangan
bumi dari kehidupan bangsa dari multi- RUU perubahan atas UU Nomor 2
etnis dan multi kepercayaan. Keadaan tahun 2008 sebelum menjadi Undang-
bangsa Indonesia yang mengalami Undang terdapat pandangan akhir dari
berbagai macam persoalan seperti Fraksi Partai Demokrasi Indonesia
perang etnis terjadi dimana-mana, satu Perjuangan (PDI-P) yang diwakili oleh
kelompok berbenturan dengan Arif Wibowo terhadap RUU tentang
kelompok lain, warga bertetangga Perubahan Atas UU Nomor 2 Tahun
kampung saling serang, pemberantasan 2008 tentang Partai Politik menyebut
korupsi semakin gencar tetapi korupsi dengan istilah “empat pilar konsensus
semakin merajalela dan transparan. dasar” (lihat Risalah Rapat Kerja
Berbagai peristiwa tersebut telah Komisi II DPR RI dengan Menteri
mengusik kehidupan berbangsa dan dalam Negeri dan Menteri Hukum dan
bernegara (lihat Majalah Majelis Edisi HAM-RUU Perubahan Atas UU Nomor
No.7/TH.V/Juli 2011, hal.3). Selain itu, 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik-
isi dari Sosialisasi Empat Pilar Senin, 13 Desember 2010, hal.16-17).
Berbangsa dan Bernegara ini adalah Setelah menjadi UU istilah empat pilar
menguraikan pentingnya menjaga konsensus dasar tersebut menghilang
NKRI dengan mengamalkan Pancasila, dan tidak muncul dalam UU dan
menjalankan konstitusi, dan menghargai menjadi istilah empat pilar kehidupan
kebhinnekaan. Taufiq Kiemas tidak berbangsa dan bernegara. Kemudian,
ingin Indonesia terperosok mengikuti istilah Empat Pilar Kehidupan
jejak Uni Soviet dan Yugoslavia yang Berbangsa dan Bernegara justru
terpecah menjadi beberapa digunakan oleh MPR RI untuk
negara(Majelis, edisi memasyaratkan pendidikan politik. Tim
12/TH.X/Desember 2016, hal.6). kerja sosialisasi Empat Pilar Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara dari MPR RI
Istilah Empat Pilar Kehidupan menyatakan bahwa:
Berbangsa dan Bernegara diperkenalkan
secara yuridis melalui Undang-Undang “Penyebutan Empat Pilar
kehidupan berbangsa dan
Nomor 2 Tahun 2011 tentang
bernegara tidaklah dimaksudkan
Perubahan Atas Undang-Undang bahwa keempat pilar tersebut
Empat Pilar MPR RI: Politik Bahasa dan Deligitimasi Makna Pancasila
(Suatu Telaah Filsafat Bahasa)
10
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VI, No 2, Juli 2017
Empat Pilar MPR RI: Politik Bahasa dan Deligitimasi Makna Pancasila
(Suatu Telaah Filsafat Bahasa)
11
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VI, No 2, Juli 2017
Empat Pilar MPR RI dalam peraturan bernegara tidak hanya terbatas Empat
perundang-undangan. Pilar tersebut, melainkan masih ada
banyak aspek lainnya yang penting
Pada dasarnya, dalam kajian antara lain, negara hukum, kedaulatan
politik hukum membahas tentang rakyat, wawasan nusantara, ketahanan
perubahan hukum yang berlaku (ius nasional dan lain sebagainya (Putusan
constittutum) menjadi hukum yang Mahkamah Konstitusi Nomor
seharusnya (ius constituendum) untuk 100/PUU-XII/2013, hal.84-85). Pada
memenuhi perubahan kehidupan dalam halaman 86 angka [3.13] putusan MK
masyarakat (Latif dan Ali, 2010:8). tersebut, Mahkamah
Namun, dalam penggunaan bahasa mempertimbangkan, bahwa
Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan permohonan para Pemohon sepanjang
Bernegara menunjukkan arah yang mengenai frasa Empat Pilar Berbangsa
berbeda terkait dengan tujuan dan dan Bernegara yaitu dalam Pasal 34
orientasi paradigmatik pemakaian ayat (3b) huruf a UU 2/2011 beralasan
istilah tersebut dalam bahasa menurut hukum.
konstitusionalitas telah menimbulkan
paradoks. Istilah yang dibuat oleh MPR
RI telah terjadi kesalahan kategori 3. Telaah Filsafat Bahasa
terkait menginterpretasikan Pancasila,
UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Empat Pilar Kehidupan
Tunggal Ika menjadi persoalan Berbangsa dan Bernegara dalam
epistemologis bahasa, politik, dan kedudukan sebagai realitas yang ada
hukum. masih perlu dikaji ulang. Empat Pilar
Pandangan Mahkamah yang yang terdiri dari Pancasila, Undang-
dituangkan dalam putusan Nomor Undang Dasar 1945, NKRI dan
100/PUU-XII/2013 tentang perkara Bhinneka Tunggal Ika belum memiliki
pengujian materiil terhadap Undang dasar struktur logika bahasa yang benar.
Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Logika bahasa yang digunakan dalam
Perubahan Atas Undang-Undang berbagai argumen yang ditawarkan oleh
Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai MPR RI sebagaimana yang telah
Politik terhadap Undang-Undang Dasar diuraikan hanya menunjukkan logika
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahasa yang dipakai sebatas
mengakui bahwa penggunaan istilah menggunakan sumber dari Kamus Besar
Empat Pilar dalam materi pendidikan Bahasa Indonesia. Sehingga
politik dimaknai sebagai empat tiang, penggunaan istilah tersebut telah
empat penguat kehidupan berbangsa menimbulkan pertentangan dan
dan bernegara menurut pandangan perdebatan dan dalam kontek logika
Mahkamah dari perspektif bahasa dan ketentuan hukum yang
konstitutional adalah tidak tepat. Sebab berlaku karena penggunaan istilah yang
keempat materi tersebut sudah tercakup dicantumkan dalam peraturan
dalam UUD 1945. Menurut Mahkamah perundang-undangan akan
Pendidikan Politik berbangsa dan menimbulkan akibat hukum tertentu.
Empat Pilar MPR RI: Politik Bahasa dan Deligitimasi Makna Pancasila
(Suatu Telaah Filsafat Bahasa)
15
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VI, No 2, Juli 2017
Bhinneka Tunggal Ika sebagai frasa 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI
telah bertentangan dengan logika dan telah melanggar dan bertentangan
Empat Pilar MPR RI: Politik Bahasa dan Deligitimasi Makna Pancasila
(Suatu Telaah Filsafat Bahasa)
16
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VI, No 2, Juli 2017
dengan kaidah logika bahasa, dalam didalamnya terdiri atas Pancasila, UUD
istilah Russell disebut sebagai 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika
pernyataan paradoks. Pada penafsiran justru tidak dikenal oleh nalar publik
hukum dari aspek gramatikal juga (public knowledge) dan realitas di
menunjukkan bahwa dalam penafsiran masyarakat. Penggunaan istilah Empat
gramatikal berlaku asas sens clair, yakni Pilar sebagai bahasa komunikasi yang
asas yang menetapkan bahwa bila kata akan disampaikan ke masyarakat tidak
dan kalimat suatu ketentuan hukum memiliki kesepadanan atau kesejajaran
mempunyai arti yang cukup jelas, maka makna di dalam realitas faktual dan
ketentuan itu tidak boleh ditafsirkan historis.
menyimpang dari arti kata dan kalimat Berdasarkan dari dokumen
ketentuan tersebut (Latif dan Ali, historis dan yuridis menunjukkan bahwa
2010:44). Pancasila, UUD 1945, NKRI, Pancasila tidak dapat dimaknai sepadan
dan Bhinneka Tunggal Ika sudah atau sejajar dengan UUD 1945,
memiliki ketentuan hukum yang jelas Bhinneka Tunggal Ika tidak dapat
dan tidak dapat ditafsirkan menyimpang dimaknai secara sejajar dan sepadan
dari ketentuan yang ada. Sedangkan dengan NKRI. Istilah Empat Pilar
MPR RI telah melakukan penafsiran Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
yang menyimpang atas ketentuan yang baru dikenal sejak adanya gagasan
ada terkait Pancasila, UUD 1945, sosialisasi empat pilar kehidupan
NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika berbangsa dan bernegara oleh MPR RI
dengan istilah Empat Pilar MPR RI. melalui pasal 34 ayat (3b). Undang-
Sebagaimana Thontowi menyebutkan Undang Nomor 2 tahun 2011 tentang
bahwa penyebutan Pancasila sebagai partai politik Secara realitas
pilar kebangsaan telah menimbulkan berdasarkan fakta historis, fakta
ketidakpastian hukum karena sosiologis, dan kajian filosofis Pancasila
bertentangan dengan Pembukaan UUD bukan sebagai pilar, UUD 1945 bukan
1945 (Thontowi, 2016:48). pilar, NKRI bukan pilar, dan Bhinneka
Ketiga, prinsip isomorfis yang Tunggal Ika bukan pilar. Pada konteks
berarti bahwa antara bahasa dan realitas penafsiran historis, yaitu penafsiran
hendaknya memiliki kesepadanan dan tentang konstitusi yang didasarkan pada
kesejajaran makna (Toety aspek sejarah hukum dan sejarah
Herati,1984:85-86 dalam Mustansyir, perumusan undang-undang
2011:106). Empat Pilar Kehidupan (Lestaria,2014:29). Berdasarkan
Berbangsa dan Bernegara yang penafsiran ini, istilah Empat Pilar yang
digunakan oleh MPR RI dengan digunakan oleh MPR RI terbukti tidak
maksud sebagai bahasa komunikasi dapat dipertanggungjawabkan karena
dengan masyarakat untuk secara sejarah hukum ataupun sejarah
menyampaikan ide dan gagasan tentang perumusan undang-undang di negara
kehidupan berbangsa dan bernegara, Indonesia tidak pernah dikenal
juga bertentangan dengan prinsip sebelumnya.
isomorfis. Istilah Empat Pilar yang
Empat Pilar MPR RI: Politik Bahasa dan Deligitimasi Makna Pancasila
(Suatu Telaah Filsafat Bahasa)
17
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VI, No 2, Juli 2017
Empat Pilar MPR RI: Politik Bahasa dan Deligitimasi Makna Pancasila
(Suatu Telaah Filsafat Bahasa)
18
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VI, No 2, Juli 2017
teori makna atau arti yang dapat memiliki makna sama sekali. 2)
dikembangkan oleh Alston, terdapat tiga pada pendekatan teori ideasional tidak
pendekatan untuk memahami makna dapat menunjukan bahwa Empat Pilar
yaitu 1). pendekatan Acuan Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
(referential), 2). Pendekatan ideasional, memiliki dasar argumen yang cukup
3) pendekatan behavioral (Alston, dan kuat untuk menjadi konsep yang
1964). Pendekatan Acuan (referensial), dapat diterima secara nalar dan ilmiah.
menjelaskan bahwa suatu ungkapan Selama ini, acuan ilmiah yang dimaksud
atau kata harus mempunyai acuan agar oleh Empat Pilar ialah hanya bertitik
ungkapan atau kata itu mengandung arti tolak pada sumber kamus bahasa
atau makna (Mustansyir, 1988:99-100). Indonesia. Pemakaian kamus bahasa
Acuan dapat berasal dari benda, Indonesia hanya merujuk pengertian
peristiwa, proses atau kenyataan. „pilar‟ yang berarti dasar. Sedangkan di
dalam Empat Pilar Kehidupan
Pendekatan ideasional berarti Berbangsa dan Bernegara yang terdiri
bahwa suatu kalimat (bahasa) yang Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan
dihasilkan harus merujuk pada argumen Bhinneka Tunggal Ika tidak semua
atau reason (akal) karena akal dapat disebut dasar. Sehingga proses
menentukan maksud dari bahasa itu. pemaknaan yang akan diletakkan untuk
Sehingga, bahasa yang diproduksi memaknai Empat Pilar menjadi kabur.
memiliki konvensi yang sama-sama 3). Pada pendekatan behavioral, bahwa
dapat saling dimengerti. Pendekatan makna Empat Pilar Kehidupan
behavioral berarti, makna suatu bahasa Berbangsa dan Bernegara dalam
ditentukan oleh situasi dan kondisi konteks situasi dan kondisi lingkungan
lingkungan tertentu (Mustansyir, di masyarakat tidak dapat diterima.
2011:93). Oleh karena itu, Empat Pilar Pada lingkungan pendidikan dan
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara akademik, berbagai kritik dan
yang terdiri dari Pancasila, UUD 1945, perbedaan pendapat muncul dalam
NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika pembahasan konsep empat pilar
menunjukkan bahwa: 1) penggunaan kehidupan berbangsa dan bernegara.
istilah Empat Pilar Kehidupan Sehingga, pada lingkungan masyarakat
Berbangsa dan Bernegara tidak dapat pendidik penggunaan istilah Empat
memiliki makna apapun karena sumber Pilar tidak dapat diterima. Pada aspek
acuan atau rujukan dari istilah Empat situasi dan kondisi terbentuknya
Pilar tidak dapat Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan
dipertanggungjawabkan sumbernya. Bhinneka Tunggal Ika memiliki peran
Berdasarkan teori acuan, Empat Pilar dan fungsi yang berbeda. Sehingga
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara makna atas Empat Pilar Kehidupan
yang terdiri dari Pancasila, UUD 1945, Berbangsa dan Bernegara dianggap
Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI tidak absurd.
memiliki dasar acuan yang jelas. Oleh Empat Pilar Kehidupan
karena itu, istilah Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara yang terdiri
Kehidupan Berbangsa dan Negara tidak
Empat Pilar MPR RI: Politik Bahasa dan Deligitimasi Makna Pancasila
(Suatu Telaah Filsafat Bahasa)
19
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VI, No 2, Juli 2017
atas Pancasila, UUD 1945, Bhinneka dan bernegara”, dan saat ini disebut
Tunggal Ika, dan NKRI yang sebagai “empat pilar MPR RI” yang
disosialisasikan secara masif oleh terdiri atas Pancasila, UUD 1945,
anggota MPR RI, DPR RI, dan DPD NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Pada
meskipun telah dibatalkan oleh konteks ungkapan bahasa yang
Mahkamah Konstitusi melalui putusan dinyatakan oleh MPR RI ialah “Empat
Nomor 100/PUU-XI/2013 mulai Pilar Berbangsa dan Bernegara” yang
kehilangan orientasi tujuan dan didalamnya terdiri atas Pancasila, UUD
maknanya. Hal ini dapat ditunjukkan 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika
dengan perubahan nama sosialisasi merupakan pernyataan lokusi
Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan (locutionary act) dari lembaga negara
Bernegara yang pertama kali yang disebut MPR RI melalui ketua
diperkenalkan dan berubah setelah MPR RI atau anggota MPR RI.
pasca keputusan Mahkamah Konstitusi Kemudian pernyataan Empat Pilar
(MK) pada tanggal 3 April 2014. Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Kritik Filsafat analitika bahasa yang didalamnya terdiri atas Pancasila,
dapat ditunjukkan melalui teori J.L UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka
Austin dalam Speech Acts. Teori Speech Tunggal Ika yang diucapkan oleh MPR
Acts ini menganalisis fungsi dan peran RI menimbulkan berbagai macam
bahasa dalam konteks kalimat dan dampak atau akibat yang disebut efek
ungkapan (utterance). Ungkapan (an perlokusi (perlocutionary effects) antara
Utterance) didefinisikan sebagai an lain membuat MPR RI senang dapat
empirical use of a sentence on a kegiatan baru, membuat masyarakat
particular occasion. Misalnya, suatu merasa gelisah dan protes karena ada
ungkapan bahasa „api‟ dapat memiliki Pancasila dipahami berbeda menjadi
makna yang jelas apabila diletakkan “pilar”, guru dan dosen menjadi
dalam kasus kalimat sebagai berikut : bingung karena ada istilah baru yang
“awas ada api, segera keluar dan lari” tidak pernah dikenal sebelumnya dalam
(Danet, 1980:457). Dalam ungkapan sejarah Indonesia tentang kehidupan
bahasa terdiri atas tiga kategori yaitu berbangsa dan bernegara kemudian ada.
lokusi, ilokusi dan perlokusi. Tindakan Masyarakat menjadi bingung karena
lokusi terdiri atas phonetik, phatic, dan penggunaan istilah Empat Pilar.
rhetic. Sedangkan tindakan illokusi
terdiri atas verdictives, exercitives, Guru sejarah dan Pancasila menjadi
commisive, behavitives, dan exspositive bingung dengan adanya istilah Empat
(Oishi, 2006: 3-5). Perlokusi lebih Pilar Kehidupan Berbangsa dan
memfokuskan tentang mengajak Bernegara dengan menyamakan
(persuade). Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan
Empat Pilar Kehidupan Berbangsa Bhinneka Tunggal Ika satu varian atau
dan Bernegara sebagai tindakan kategori yang sama. Sedangkan illokusi
ungkapan bahasa secara lisan dan (illocutionary act) ditangkap oleh
tertulis dalam bentuk kata dan frasa masyarakat bahwa MPR RI telah
yaitu “empat pilar kehidupan berbangsa menyatakan istilah “Empat Pilar
Empat Pilar MPR RI: Politik Bahasa dan Deligitimasi Makna Pancasila
(Suatu Telaah Filsafat Bahasa)
20
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VI, No 2, Juli 2017
pilar” telah terjadi di ruang publik yaitu Kebangsaan dan pemikiran tersebut
dengan melakukan sosialisasi secara tidak menunjukkan pada realitas yang
massal ke masyarakat dan di ruang nyata bahwa istilah itu dapat dinamakan
akademik, dengan melakukan penulisan sebagai pilar. Model sosialisasi
buku berjudul “Empat Pilar Berbangsa semacam ini akan berpotensi pada
dan Bernegara” serta mengajarkan di ancaman manipulasi rakyat sebagai
sekolah atau institusi pendidikan. penanda demi berbagai kepentingan
Argumen MPR RI menyatakan bahwa termasuk kepentingan kekuasaan.
terminologi Empat Pilar Kehidupan Rakyat hanya dijadikan sebagai
Berbangsa dan Bernegara dipahamkan penanda untuk membangun citra politik
sebagai metoda pemasyarakatan untuk dari penguasa dalam hal ini MPR RI.
membangkitkan kembali semangat Sebagaimana Fathorrasjid dalam Syueb
menjaga ke-Indonesia-an, jati diri menjelaskan paradoks politik dapat
bangsa, yakni nilai-nilai Pancasila yang terjadi karena buah dari praktek politik
ditengarai mulai redup pada akhir-akhir yang tidak jujur (Syueb, 2005:xi). Oleh
ini, khususnya pasca reformasi (Hamid, karena itu dapat dilihat bahwa istilah
2013:xviii). Empat Pilar yang digunakan oleh MPR
Politisasi bahasa dapat mengubah RI merupakan praktek politik yang
cara pandang seseorang terhadap tidak jujur. Dampak dari praktek politik
realitas yang sesungguhnya. Istilah yang tidak jujur ialah kualitas
“empat pilar” merupakan bahasa politik demokrasi yang justru saat ini
yang dikonstruksikan oleh penguasa tersandera oleh pragmatisme elit politik
untuk mempengaruhi, mengajak, dan jangka pendek dan strategi pemerintah
mengikuti apa yang diucapkan oleh dalam membangun sistem politik di
penguasa. Edelman mengingatkan Indonesia semakin tidak jelas,
dalam tulisannya berjudul “Political sebagaimana kasus konsolidasi
language and political reality” bahwa demokrasi Indonesia melalui Pemilu
munculnya bahasa politik bukan berakar dalam konteks revisi Undang-Undang
dari gambaran realitas dunia nyata, Pemilu (lihat Kompas, 17 Juni
“real world” tetapi lebih dari 2017,halaman1).
rekonstruksi atas masa lalu dan Istilah Empat Pilar yang terdiri
munculnya tidak dapat diamati dalam dari Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan
realitas sekarang dan bahkan di masa Bhinneka Tunggal Ika menjadi
depan. Penggunaan bahasa hanya tantangan teoritik tersendiri. Tantangan
sekedar strategi saja (Edelman, teoritik yang muncul adalah Empat Pilar
1985:13). Istilah empat pilar yang Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
terdiri atas Pancasila, UUD 1945, dianggap sebagai konsep ideologis
NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika untuk melegitimasi kekuasaan negara
merupakan rekonstruksi istilah masa dalam praktek kehidupan sehari-hari di
lalu karena istilah Pancasila, UUD masyarakat dan sebagai wujud peran
1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika negara mengatur masyarakat untuk
sudah ada sebelum MPR RI membuat menjadi lebih baik, patuh, dan percaya
istilah bernama Empat Pilar terhadap eksistensi negara yang saat ini
Empat Pilar MPR RI: Politik Bahasa dan Deligitimasi Makna Pancasila
(Suatu Telaah Filsafat Bahasa)
23
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VI, No 2, Juli 2017
diakui secara sah dengan adanya istilah Indonesia ketika mendeklarasikan sikap
Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan kebangsaannya, sebanyak 29 PTN yang
Bernegara. Dalam komunikasi politik, tergabung dalam konsorsium tersebut
yang ditekankan justru kejujuran menyatakan bersikap memegang teguh
informasi akan sangat menentukan empat pilar kebangsaan, yakni
ketepatan formulasi pengambilan Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan
keputusan (Syueb,2005:xi). Bhinneka Tunggal Ika. Deklarasi ini
Selain itu, penggunaan istilah disaksikan Menteri Riset, Teknologi,
Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan dan Pendidikan Tinggi, Mohammad
Bernegara belum menunjukkan Nasir (lihat kompas, Sabtu,17/06/2017,
kontribusi teoritik bagaimana Empat hal.12, “sebanyak 29 PTN Deklarasi
Pilar mampu memberikan pendidikan Sikap Kebangsaan”). Apabila konsep ini
yang baik bagi warga negara tentang tetap diproduksi dan disosialisasikan
negara dan peran negara. Empat Pilar oleh lembaga negara di ruang sosial
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara akan berdampak pada hilangnya
melalui sosialisasi yang dilakukan justru memori kolektif bangsa dalam
merupakan model yang buruk untuk memahami sejarah yang benar dan
memberikan atau menanamkan nilai- fungsi serta kedudukan masing-masing
nilai kebangsaan, persatuan dan istilah tersebut dalam hubungannya
kesatuan, kesadaran berbangsa dan dengan sistem tatanegara di Indonesia.
bernegara karena secara konseptual Istilah Empat Pilar telah
empat pilar sudah menimbulkan mendeligitimasi bahasa yang
polemik dan pertentangan. Empat Pilar seharusnya memiliki fungsi operasional
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara untuk menjelaskan sesuatu sesuai
yang bertujuan untuk memberikan keadaan sebenarnya. Istilah Empat Pilar
pengertian, pendidikan, dan pengarahan memiliki makna yang jelas
kepada masyarakat tentang pentingnya menyebabkan makna dan fungsi bahasa
kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai alat komunikasi tereduksi atau
sudah tidak dapat diterima sebagai terdeligitimasi. MPR RI sebagai
pendidikan yang bernilai. Empat Pilar lembaga negara mengalami krisis
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara legitimasi atas program yang dibuat
telah menimbulkan persoalan terkait karena tugas dan kewenangan sebagai
interaksi, hakikat masyarakat lembaga tinggi negara tidak memiliki
ditempatkan dalam konteks Empat Pilar fungsi dan peran sebagaimana mestinya.
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Istilah Empat Pilar MPR RI yang
Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan diciptakan oleh MPR RI telah
Bernegara telah berimplikasi secara menyebabkan bahasa sebagai alat
teoritik di bidang pendidikan. Akibatnya komunikasi yang dapat diterima secara
di dunia pendidikan, telah terjadi logis telah terdeligitimasi oleh
kesalahan memahami Empat Pilar perbuatan MPR RI dengan melakukan
sebagaimana yang telah dilakukan oleh sosialisasi empat pilar MPR RI.
Konsorsium PTN se- Kawasan Timur Akibatnya, MPR RI dalam melakukan
Empat Pilar MPR RI: Politik Bahasa dan Deligitimasi Makna Pancasila
(Suatu Telaah Filsafat Bahasa)
24
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VI, No 2, Juli 2017
Empat Pilar MPR RI: Politik Bahasa dan Deligitimasi Makna Pancasila
(Suatu Telaah Filsafat Bahasa)
25
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VI, No 2, Juli 2017
membaca buku ini sebagai pengetahuan jelas setelah melalui putusan Mahkamah
yang benar bahwa 4 Pilar kebangsaan Konstitusi Nomor 100/PUU-XI/2013
sebagai titik tolak nation building. menyatakan bahwa Empat Pilar
Justru negara dianggap tidak Pancasilais Berbangsa dan Bernegara bertentangan
karena kegiatan sosialisasi ini seolah- dengan UUD 1945 dan tidak memiliki
olah dititikberatkan kepada masyarakat, kekuatan hukum yang mengikat.
sedangkan para perilaku penyelenggara Politisasi bahasa atas penggunaan istilah
negara dan pemimpin politik kerap kenegaraan atau identitas nasional telah
tidak mencerminkan nilai berimplikasi pada upaya pembodohan
kepemimpinan yang berdasarkan pada masyarakat oleh penyelenggara negara.
Pancasila. Seharusnya, aparatur negara
dan kebijakan yang dibuatnya mestinya Penggunaan istilah 4 Pilar
tidak boleh mencederai nilai-nilai dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Pancasila (Noor, 2017:7). Praktek atau 4 Pilar MPR RI sekarang ini
sosialisasi Empat Pilar yang salah sudah merupakan salah satu bentuk politisasi
menjadi salah satu bagian dari praktek bahasa atas ide-ide tentang bangsa.
para penyelenggara negara yang Menguatnya nalar penyelenggara
bertentangan dengan nilai-nilai negara yang menyimpang dari akar
Pancasila dan hukum. sejarah bangsa menjadi salah satu
bentuk lemahnya penyelenggara negara
D. Kesimpulan dalam merumuskan konsepsi, imajinasi
Politik bahasa atas penggunaan dan memori kolektif bangsa dan negara.
istilah 4 Pilar Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara oleh MPR RI yang terdiri
atas Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Daftar Pustaka
Bhinneka Tunggal Ika telah
menunjukkan sesat pikir. Dalam nalar Bakker dan Zubair. (1992). Metodologi
publik istilah 4 Pilar Kehidupan Penelitian Filsafat, Yogyakarta:
Berbangsa dan Bernegara atau 4 Pilar Kanisius.
MPR RI tidak dikenal dan tidak lazim. Darmanto. 19 Juni 2013. “Media dan
Hal ini dapat ditunjukkan dari fakta Empat Pilar Kehidupan
sejarah dan dasar sosiologis dan filsafati Berbangsa”. Kedaulatan Rakyat
yang menunjukkan bahwa istilah 4 Pilar hlm.12.
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Danet, Brenda. (1980). “Language in
atau 4 Pilar MPR RI yang sampai the Legal Process”. Source: Law
sekarang ini menjadi trend dan branding & Society Review,Vol. 14, No. 3,
MPR RI untuk melakukan kegiatan Contemporary Issues in Law and
sosialisasi tidak berdasar. Social. Science (Spring, 1980),
Dalam analisis Filsafat analitika pp. 445-564. Published by:
Wiley on behalf of the Law and
bahasa sebagaimana ditunjukkan dalam
Society Association. Stable
kerangka teori J.L Austin menunjukkan URL:
bahwa penggunaan istilah 4 Pilar tidak http://www.jstor.org/stable/3053
memiliki dasar putusan hukum yang
Empat Pilar MPR RI: Politik Bahasa dan Deligitimasi Makna Pancasila
(Suatu Telaah Filsafat Bahasa)
26
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VI, No 2, Juli 2017
Empat Pilar MPR RI: Politik Bahasa dan Deligitimasi Makna Pancasila
(Suatu Telaah Filsafat Bahasa)
27
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VI, No 2, Juli 2017
Empat Pilar MPR RI: Politik Bahasa dan Deligitimasi Makna Pancasila
(Suatu Telaah Filsafat Bahasa)
28
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VI, No 2, Juli 2017
Empat Pilar MPR RI: Politik Bahasa dan Deligitimasi Makna Pancasila
(Suatu Telaah Filsafat Bahasa)
29