Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH RAHMAT ISLAM BAGI NUSANTARA

Di susun
Oleh :
Ahmad Mubasyar
Finkan Nabila
Hajaratul Maghfirah
Kemal Fasya
Muhammad Farhan
M. Raihan Maulana
Riska Ananda
Ulya Tasha
Kelas : XII IPA 3
Kelompok : 1

SMA LABORATORIUM UNSYIAH


TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya, sehingga penyusunan makalah dengan judul “Rahmat Islam Bagi Nusantara”
ini dapat terselesaikan dengan baik tanpa kendala. Adapun penyusunan makalah ini
berdasarkan data-data yang diperoleh melalui buku – buku pedoman, serta data-data dan
keterangan dari internet. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak lepas
dari dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini kami menyampaikan
ucapan terima kasih.
Akhirnya, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan. Karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, untuk itu kritik dan saran
yang membangun dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan. Demikian kata
pengantar ini kami buat, semoga dapat bermanfaat, khususnya bagi diri pribadi kami sendiri
dan pembaca pada umumnya.

Surabaya, 10Januari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................2


DAFTAR ISI ..................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
· LATAR BELAKANG .................................................................................4
· RUMUSAN MASALAH .................................................................................4
· TUJUAN .......................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. MASUKNYA ISLAM KE NUSANTARA (INDONESIA) ..........................5
B. STRATEGI DAKWAH ISLAM DI NUSANTARA .....................................5
C. PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA .....................................8
D. KERAJAAN ISLAM .................................................................................9
E. GERAKAN PEMBARUAN ISLAM DI INDONESIA ...................................16
F. MENERAPKAN PERILAKU MULIA .........................................................17
BAB III PENUTUP
· KESIMPULAN ..........................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sejarah masuknya Islam ke wilayah Nusantara sudah berlangsung demikian
lama, sebagian berpendapat bahwa Islam masuk pada abad ke-7 M yang datang
lansung dari Arab. Pendapat lain mengatakan bahwa Islam masuk pada abad ke-13,
dan ada juga yang berpendapat bahwa Islam masuk pada sekitar abad ke 9 M atau 11
M . Perbedaan pendapat tersebut dari pendekatan historis semuanya benar, hal
tersebut didasar bukti-bukti sejarah serta peneltian para sejarawan yang menggunakan
pendekatan dan metodenya masing-masing.
Berdasarakan beberapa buku dan keterangan sumber referensi sejarah, bahwa
Islam mulai berkembang di Nusantara sekitar abad 13 M . hal tersebut tak lepas
dari peran tokoh serta ulama yang hidup pada saat itu, dan diantara tokoh yang sangat
berjasa dalam proses Islamisasi di Nusantara terutama di tanah Jawa adalah “
Walisongo”. Peran Walisongo dalam proses Islamisasi di tanah Jawa sangat besar.
Tokoh Walisongo yang begitu dekat dikalangan masyarakat muslim kultural Jawa
sangat mereka hormati. Hal ini karena ajaran-ajaran dan dakwahnya yang unik serta
sosoknya yang menjadi teladan serta ramah terhadap masyarakat Jawa sehingga
dengan mudah Islam menyebar ke seluruh wilayah Nusantara.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Sejarah Perkembangan Islam di Nusantara?
2. Apa saja Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara?
3. Bagaimana Proses Penyebaran Islam di Nusantara?
4. Proses Penyebaran Islam di Wilayah?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui Sejarah Perkembangan Islam di Nusantara.
2. Mengetahui dan mengenal Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara.
3. Untuk mengetahui Proses Penyebaran Islam di Nusantara.
4. Mengetahui Poses Penyebaran Islam di Nusantara
BAB II
PEMBAHASAN

A. MASUKNYA ISLAM KE NUSANTARA


Teori masuknya islam ke nusantara
Menurut para sejarawan, pada abad ke-13 Masehi islam sudah masuk ke
nusantara yang dibawa oleh para pedaganG muslim. Namun untuk lebih pastinya para
ahli masih terdapat perbedaan pendapat dari para sejarawan. Namun setidaknya 3 tiga
teori tentang masuknya Islam ke Indonesia
1. Teori Gujarat
Teori ini dipelopori oleh ahli sejarah Snouck Hurgronje, menurutnya
agama Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang Gujarat pada
abad ke-13 masehi.
2. Teori Persia
P.A Husein Hidayat mempelopori teori ini, menyatakan bahwa agama
Islam dibawa oleh pedagang Persia (Iran), hal ini berdasarkan kesamaan
antara kebudayaan islam di Indonesia dengan Persia.
3. Teori Mekkah
Teori ini menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia langsung
dibawa para pedagah Mekkah, teori ini berlandaskan sebuah berita dari China
yang menyatakan jika pada abad ke-7 sudah terdapat perkampungan muslim di
pantai barat Sumatera

B. STRATEGI DAKWAH ISLAM DI NUSANTARA


Dari pembahasan tentang masuknya Islam ke Nusantara, dapat dipahami bahwa
masuknya agama Islam ke Indonesia terjadi secara periodik, tidak sekaligus. Pada
bagian ini akan diuraikan mengenai strategi penyebaran Islam dan media yang
dipergunakan oleh para pedagang dan mubaligh dalam penyebaran Islam di
Indonesia.
Salah satu arti “strategi” yang dimuat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah “rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus”.
Dalam konteks dakwah Islam, strategi dakwah yang dimaksud adalah kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh para mubaligh, yang membawa misi Islam di dalamnya.
Dari kajian di atas dan berbagai literatur, setidaknya terdapat beberapa
kegiatan yang dipergunakan sebagai kendaraan (sarana) dalam penyebaran Islam di
Indonesia, di antaranya adalah: perdagangan, perkawinan, pendidikan, kesenian, dan
tasawuf. Berikut uraian singkat mengenai hal tersebut:

1. Perdagangan
Pada tahap awal, saluran yang dipergunakan dalam proses Islamisasi di Indonesia
adalah perdagangan. Hal itu dapat diketahui melalui adanya kesibukan lalu lintas
perdagangan pada abad ke-7 M hingga abad ke-16 M. Aktivitas perdagangan ini banyak
melibatkan bangsa-bangsa di dunia, termasuk bangsa Arab, Persia, India, Cina dan
sebagainya. Mereka turut ambil bagian dalam perdagangan di negeri-negeri bagian Barat,
Tenggara, dan Timur Benua Asia.
2. Perkawinan
Dari aspek ekonomi, para pedagang muslim memiliki status social ekonomi yang
lebih baik daripada kebanyakan penduduk pribumi. Hal ini menyebabkan banyak penduduk
pribumi, terutama para wanita, yang tertarik untuk menjadi isteri-isteri para saudagar muslim.
Hanya saja ada ketentuan hukum Islam, bahwa para wanita yang akan dinikahi harus
diislamkan terlebih dahulu. Para wanita dan keluarga mereka tidak merasa keberatan, karena
proses pengIslaman hanya dengan mengucapkan dua kalimah syahadat, tanpa upacara atau
ritual rumit lainnya.
3. Pendidikan
Proses Islamisasi di Indonesia juga dilakukan melalui media pendidikan. Para ulama
banyak yang mendirikan lembaga pendidikan Islam, berupa pesantren. Pada lembaga inilah,
para ulama memberikan pengajaran ilmu keIslaman melalui berbagai pendekatan sampai
kemudian para santri mampu menyerap pengetahuan keagamaan dengan baik. Setelah
mereka dianggap mampu, mereka kembali ke kampong halaman untuk mengembangkan
agama Islam dan membuka lembaga yang sama. Dengan demikian, semakin hari lembaga
pendidikan pesantren mengalami perkembangan, baik dari segi jumlah maupun mutunya.
4. Tasawuf
Jalur lain yang juga tidak kalah pentingnya dalam proses Islamisasi di Indonesia
adalah tasawuf. Salah satu sifat khas dari ajaran ini adalah akomodasi terhadap budaya lokal,
sehingga menyebabkan banyak masyarakat Indonesia yang tertarik menerima ajaran tersebut.
5. Kesenian
Saluran Islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah melalui pertunjukkan
wayang. Seperti diketahui bahwa Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam
mementaskan wayang.
6. Politik
Di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya
masuk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di
wilayah ini. Jalur politik juga ditempuh ketika kerajaan Islam menaklukkan kerajaan non
Islam, baik di Sumatera, Jawa, maupun Indonesia bagian Timur.
7. Melalui Dakwah di Kalangan Masyarakat
Di kalangan masyarakat Indonesia sendiri terdapat juru-juru dakwah yang menyebarkan
Islam di lingkungannya, antara lain : Dato'ri Bandang menyebarkan agama Islam di daerah
Gowa (Sulawesi Selatan), Tua Tanggang Parang menyebarkan Islam di daerah Kutai
(Kalimantan Timur), Seorang penghulu dari Demak menyebarkan agama Islam di kalangan
para bangsawan Banjar (Kalimantan Selatan), Para Wali menyebarkan agama Islam di
Jawa. Wali yang terkenal ada 9 wali, yaitu :
1) Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
2) Sunan Ampel (Raden Rahmat)
3) Sunan Bonang (Makdum Ibrahim)
4) Sunan Giri (Raden Paku)
5) Sunan Derajat (Syarifuddin)
6) Sunan Kalijaga (Jaka Sahid)
7) Sunan Kudus (Jafar Sodiq)
8) Sunan Muria (Raden Umar Said)
9) Sunan Gunung Jati (Faletehan)
Para wali tersebut adalah orang Indonesia asli, kecuali Sunan Gresik. Mereka memegang
beberapaperan di kalangan masyarakat sebagai:
a. penyebar agama Islam
b. pendukung kerajaan-kerajaan Islam
c. penasihat raja-raja Islam
d. pengembang kebudayaan daerah yang telah disesuaikan dengan budaya Islam.
Karena peran mereka itulah, maka para wali sangat terkenal di kalangan masyarakat.

C. PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA


1. Perkembangan Islam di Sumatera
Perkembangan Islam di wilayah Indonesia di awali dengan dimasukinya pemahaman
ajaran islam daerah Pasai di Aceh Utara dan pantai barat Sumatera, di kedua wilayah tersebut
masing-masing berdiri Kerajaan Islam pertama di Indonesia, yaitu Kerajaan Islam Perak dan
Samudera Pasai.
2. Perkembangan Islam di Jawa
Menurut Prof. Dr. Buya Hamka dalam bukunya yaitu Sejarah Umat Islam, cikal
kedatangan Islam ke pulau Jawa sebenarnya sudah dimulai pada tahun ke tujuh masehi atau
abad pertama Hijriyah yaitu pada tahun 674 M – 675 M. Salah satu sahabat nabi, Muawiyah
bin Abi Sufyan yang pernah singgah di Kerajaan Kalingga di Jawa. Waktu itu dia menyamar
sebagai pedagang. Mungkin pada waktu itu Muawiyah baru penjajakan saja, namun proses
dakwahnya tetap berlangsung dan diteruskan oleh para da’i yang berasal dari Kerajaan Pasai
dan Malaka. Karena pada waktu itu jalur perhungan antara Pasai dengan Jawa begitu pesat.
3. Perkembangan Islam di Kalimantan
Borneo adalah sebutan nama lain Kalimantan. Pada waktu itu Islam masuk ke sana
melalui tiga jalur. Jalur yang pertama adalah melalui Kerajaan Islam Pasai dan Perlak. Jalur
kedua Islam disebarkan oleh para da’i dari tanah jawa. Mereka melakukan ekspedisi ke pulau
Kalimantan sejak Kerajaan Demak berdiri. Pada waktu itu, Kerajaan Demak mengirimkan
banyak sekali da’i ke luar pulau Jawa, salah satunya ke pulau Kalimantan. Jalur ketiga melalu
kedatangan para da’i yang berasal dari tanah Sulawesi. Salah satu da’i yang terkenal pada
waktu itu adalah Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan.
4. Perkembangan Islam di Maluku
Kepulauan Maluku terkenal sebagai penghasil rempah-rempah. Tak ayal hal ini
menjadi daya tarik sendiri para pedagang asing, salah satunya pedagang mulim dari Jawa,
Malaka, Sumatera dan Manca Negara. Dengan kedatangan para pedagang muslim ini,
menyebabkan perkembangan Islam di Kepulauan Maluku ini menyebar dengan cepat.
tepatnya sekitar pertengahan abad ke 15 atau tahun 1440 Islam mulai masuk ke Maluku.

Pada tahun 1460 M, raja Ternate yaitu Vongi Tidore masuk Islam. Namun menurut
sejarawan Belanda yaitu h.J De Graaft, raja Ternate yang benar-benar muslim adalah Zaenal
Abidin. Setelah raja Ternate masuk Islam, hal ini semakin mempercepat perkembangan Islam
di Maluku dan mempengaruhi kerajaan-kerajaan lain di Maluku yang mulai menerima paham
ajaran Islam. Namun dari sekian kerajaan Islam yang ada di Maluku, yang paling terkenal
adalah Kerajaan Ternate dan Tidore.
Setelah Islam masuk dan berkembang cepat di Maluku, Islam juga mulai masuk ke
Irian. Para raja-raja Islam dari Maluku, da’i dan pedagang yang menyiarkan ajaran Islam ke
Irian. Wilayah-wilayah di Irian Jaya yang dimasuki Islam yaitu: Jalawati, Musi, Pulau Gebi
dan Pulau Waigio.

D. KERAJAAN ISLAM
Setelah pengaruh Kerajaan Hindu-Budha mulai surut, muncul kerajaan-kerajaan islam di
Nusantara. Misalkan saja, semenjak pengaruh Kerajaan Sriwijaya mulai menurun, mubaligh-
mubaligh yang telah memeluk agama Islam terlebih mulai semakin gencar menyebarkan
agama islam ini di sekitar Malaka, dan puncaknya terdapat beberapa kerajaan islam di sekitar
selat malaka, seperti Kerajaan Perlak, Kerajaan Malaka, dan Kerajaan Samudra Pasai.
Begitu juga di pulau jawa, semenjak Kerajaan Majapahit mulai mengalami kemunduran,
terdapat kerajaan islam yang muncul, seperti Kerajaan Demak, Kerajaan Pajang, Kerajaan
Islam Mataram, Kerajaan Islam Cirebon, Kerajaan Islam Banten, dan lainnya.

1) Kerajaan Perlak

Kerajaan ini merupakan kerajaan islam pertama yang berdiri di Indonesia, yang pada
saat itu dikenal dengan nusantara. Pada saat itu Perlak merupakan salah satu kota dagang
yang sangat terkenal. Raja pertama dari kerajaan ini, yaitu Sultan Alauddin Saiyid Maulana
Abdul Aziz Syah. Kerajaan Perlak atau Kerajaan Peureula ini didirikan sekitar petengahan
abad ke-9 M.
Sedangkan menurut Ishak Makarani Al Fays, Kerajaan ini didirikan pada 1 Muharram
225 H (840 M). Terdapat beberapa bukti tertulis yang menyebutkan bahwa kerajaan ini
merupakan kerajaan islam pertama di Indonesia.
Tazkirah Thabakat Jumu Sultan as Salathin, naskah yang dikarangan oleh Syeh
Syamsul Bahri Abdullah. Silsilah Raja-raja Perlak dan Pasai, naskah yang dikarangan oleh
Saiyid Abdullah Ibn Saiyid Habib Saifuddin. Idharatul Haq fi Mamlakatil Farlah wa Fasi,
naskah yang dikarang oleh Abu Ishak Makarani Al Fasy.
Ketiga naskah tersebut menyebutkan bahwa Kerajaan Perlak merupakan kerajaan
islam pertama di Indonesia. Terdapat beberapa peninggalan dari kerajaan ini, yaitu,
a. Makam Raja Benoa
b. Pada batu nisan Raja Benoa (Benoa merupakan salah satu bagian dari Kerajaan Perlak)
ditulis menggunakan huruf arab. Makan Raja Benoa ini terletak di tepi Sungai Trenggulona.
Diperkirakan nisan ini dibuat sekitar abad ke-4 H tau ke-5 H.
c. Mata uang perlak
d. Merupakan mata uang tertua di nusantara, mata uang ini terbagi menjadi 3 jenis, yaitu
terbuat dari tembaga atau kuningan, perak (kupang), dan emas (dirham).
e. Stempel kerajaan
f. Terdapat stempel kerajaan Negeri Bandahara (kereajaan yang merupakan bagian dari
Kerajaan Perlak) yang menggunakan huruf arab. Pada stempel tersebut tertulis kalimat “Al
Wasiq Billah Kerajaan Negeri Bendahara Syah 512”. Itulah, beberapa peninggalan dari
kerajaan yang diperkirakan merupakan kerajaan islam tertua di Indonesia. sekitar abad ke-12
M Kerajaan Perlak mulai mengalami kemunduran.

2) Kerajaan Samudra Pasai

Kerajaan ini berdiri sekitar abad ke-13 M. Kerajaan ini trletak di Kabupaten
Lokseumae, Aceh Utara. Kerajaan ini merupakan gabungan dari 2 kerajaan yang sedang
mengalami kemunduran, yaitu Kerajaan Pase dan Kerajaan Perlak. Kedua kerajaan tersebut
dipersatukan oleh penguasa daerah pada saat itu, Marah Silu (Meurah Silu) yang dibantu
Syeh dari Makkah, Syeh Ismail.
Marah Silu merupakan raja pertama sekaligus pendiri kerajaan ini, raja yang mendapat
gelar Sultan Malik al Saleh. Tahun 1297 Sultan Malik al Saleh meninggal, ia digantikan oleh
putranya yang bernama Sultan Mahmud. Pada saat kepemimpinan Sultan Muhammad Malik
al Tahir (1297-1326) kerajaan Samudra Pasai menjadi pusat perdagangan dan penyebaran
agama islam.
Pada tahun 1326 Sultan Muhammad Malik al Tahir meninggal digantikan oleh putranya
Sultan Ahmad, sultan yang juga bergelar Malik al Tahir (1326-1348).
Pada masa kepemerintahan Sultan Ahmad Malik al Tahir Kerajaan Samudra Pasai
berkembang pesat, kerajaan ini banyak menjalin kerjasama dengan beberapa kerajaan islam
di dunia lainnya, seperti kerajaan-kerajaan di India dan Arab. Pada tahun 1348 Sultan Ahmad
meninggal dan digantikan oleh Sultan Zainal Abidin. Namun, pada tahun 1521 M kerajaan
ini runtuh karena berhasil ditaklukan oleh Portugis.
Keberadaan Kerajaan Samudra Pasai dibuktikan dengan beberapa peninggalan, seperti
makam Sultan Malik al Saleh, makam Sultan Zainal Abidin, naskah surat Sultan Zainal
Abidin, makam Ratu al Aqla, cakra donya, dan stempel kerajaan.
3) Kerajaan Aceh Darussalam
Kerajaan Aceh diperkirakan berdiri pada tahun 1514. Kerajaan ini terletak di daerah
yang sekarang dikenal dengan sebutan Kabupaten Aceh Besar. Raja pertama Kerajaan Aceh,
yaitu Raja Ibrahim (1514-1528), yang bergelar Sultan Ali Mughayat Syah. Di bawah
kepemimpinan Sultan Ali Kerajaan Aceh menjadi kerjaan yang besar dan kokoh. Namun, ia
memimpin dalam waktu yang tidak lama.
Pada tahun 1528 Sultan Ali Mughayat meninggal dan digantikan oleh putranya Sultan
Salahuddin (1528-1537), kemudian ia digantikan oleh adiknya yang bernama Sultan Alaudin
Ri’ayat Syah (1537-1568), yang medapat gelar Al Qohhar berkat kegagahan dan
keberhasilannya mengusai beberapa wilayah.
Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada masa kepemerintahan Sultan Iskandar
Muda (1607-1636), di bawah kepemimpinannya Kerajaan Aceh memiliki wilayah kekuasaan
yang sangat luat. Selain itu, kerajaan ini juga berhasil menjalin kerjasama dengan para
pemimpin islam di Arab. Hubungan yang terjalin tersebut pada masa kekhalifahan
Ustmaniyah.
Kerajaan ini mulai mengalami kemunduran sejak tahun 1941. Salah satunya adalah
karena semakin menguatnya pengaruh Belanda di Malaka. Kemunduran tersebut ditandai
dengan jatuhnya beberapa wilayah kekuasaan Kerajaan Aceh ke tangan Belanda. Selain
karena faktor tersebut, juga karena faktor perebutan kekuasaan di antara pewaris kerajaan.
Beberapa peninggalan Kerajaan Aceh, yaitu Masjid Raya Baiturrahman, makam Sultan
Iskandar Muda, meriam Kerajaan Aceh, Benteng indrapatra, emas Kerajaan Aceh, dan
Gunongan.
4) Kerajaan Demak

Kerajaan Demak merupakan kerajaan islam pertama di pulau jawa. Pada awalnya
wilayah ini bernama Bintoro, salah wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Karena semakin
lemahnya pengaruh Kerajaan Majapahit, hal tersebut mengakibatkan beberapa penguasa
daerah mulai membangun wilayah kekuasaannya sendiri, termasuk penguasa islam di pesisir
pantai Jawa.
Mereka membangun wilayah kekuasaan islam dengan menunjuk Raden Patah sebagai
raja dari Kerajaan islam pertama di pulau jawa ini. Setelah diangkat menjadi raja, Raden
Patah mendapat gelar Senopati Jimbun Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayyidina
Panatagama.
Kerajaan Demak berdiri pada tahun 1478. Palembang, Maluku, Banjar, dan wilayah
bagian utara pulau jawa merupakan daerah kekuasaan Kerajaan Demak. Pada saat ulama
penempati peranan penting di dalam kerajaan, Sunan Kalijaga dan Ki Wanalapa adalah
penasehat kerajaan. Tahun 1207 Raden Patah digantikan oleh Putranya yang bernama Pati
Unus. Pada masa kepemimpinannya Adipati Unus atau yang sering dijuluki Pangeran
Sabrang Lor ini bersama dengan Kerajaan Aceh menyerang Portugis yang menduduki
Malaka pada saat itu.
Pati Unus meninggal pada tahun 1521 dan digantikan oleh adiknya, yaitu Sultan
Trenggono. Kerajaan ini mengalami kemunduran karena perebutan kekuasaan antar
pewarisnya. Beberapa peninggalan Kerajaan demak, yaitu Masjid Agung Demak, Soko Tatal
dan Soko Guru, Pintu Bleedek, Kentongan, Bedug, Dampar Kencana, Pirim Campa, Kolam
Wudhu, dan Makrusah.
5) Kerajaan Pajang
Kerajaan ini didirikan pada tahun 1568 oleh Sultan Adi Wijaya atau yang lebih dikenal
dengan Jaka Tingkir. Jaka Tingkir merupakan menantu dari Sultan Trenggono, setelah
menikah dengan putri Sultan Trenggono, Jaka Tingkir menjadi penguasa di Pajang. Setelah
Sultan Trenggono meninggal Jaka Tingkir berhasil mengalahkan Arya Penangsang, dan
memindahkan kerajaan Demak ke Pajang.
Pada tahun 1582 Jaka Tingkir atau Sultan Adi Wijaya meninggal dan digantikan oleh
putranya, Pangeran Benowo. Pada masa kepemerintahan Pangeran Benowo, Pangeran Arya
Pangiri dari Demak mencoba untuk merebut Kerajaan Pajang, namun mengalami kegagalan.
Pangeran Benowo menyerahkan tahtanya kepada saudara angkatnya, Sutowijoyo.

6) Kerajaan Mataram Islam

Kerajaan ini berdiri pada tahun 1586 di Kotagede, bagian tenggara dari Yogyakarta.
Kerajaan ini didirikan oleh Sutowijoyo, saudara dari Pangeran Benowo. Sutowijoyo memiliki
gelar Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama setelah naik tahta pada tahun
1586. Pada tahun 1601 Sutowijoyo meninggal dan digantikan oleh Mas Jolang, yang
memiliki gelar Panembahan Seda ing Krapyak.
Setelah Raden Mas Jolang meninggal, ia digantikan oleh Adipati Martapura, karena
sering mengalami sakit Adipati Martapura pun akhirnya meninggal. Selanjutnya ia digantikan
oleh Raden Mas Rangsang yang bergelar Panembahan Hanyakrakusuma, pada tahun 1640 ia
mengganti gelarnya menjadi Sultan Agung Hanyakrakusuma, sekitar tahun 1640an ia
mengganti gelarnya lagi menjadi Sultan Agung Senapati ing Alaga Ngaburrahman
Khalifatullah.
Pada masa pemerintahannya kekuasaaan Kerajaan Mataran islam sangat luas. Kerajaan
ini terletak di bekas wilayah Kerajaan Mataram Hindu, namun Kerajaan Mataram ini
merupakan kerajaan bercorak islam.
Beberapa peninggalan dari Kerajaan mataram islam, yaitu tahun saka, kue kipo,
kerajinan perak, pakaian kyai gundhil, kalang obong, gapura makah kotagede, batu datar, dan
sastra gendhing karya Sultan Agung.
7) Kerajaan Islam Cirebon

Kerajaan ini berdiri pada tahun 1522, didirikan oleh Raden Fatahillah atau lebih dikenal
dengan Sunan Gunung Jati. Kerajaan ini merupakan kerajaan islam pertama di Jawa Barat.
Raden Fatahillah berjasa dalam menyebarkan agama islam di Jawa Barat. Karena
kedudukannya sebagai Wali Songo, sehingga ia banyak dihormati oleh raja-raja lain di pulau
Jawa, seperti raja dari Demak dan Pajang. Di bawah kepemimpinannya juga Kerajaan
Cirebon ini memiliki banyak wilayah kekuasaan.
Sunan Gunung Jati meninggal pada tahun 1570 dan digantikan oleh cicitnya yang
bergelar Panembahan Ratu. Pada tahun 1650 Panembahan meninggal dan digantikan oleh
putranya yang bergelar Penaembahan Girilaya. Setelah Panembahan Girilaya meninggal
Kerajaan Islam Cirebon dibagi menjadi dua (tahun 1697) oleh kedua puranya, Martawijaya
(Panembahan Sepuh) dan Kartawijaya (Panembahan Anom).
Beberapa peninggalan dari Kerajaan Islam Cirebon ini, yaitu Masjid Jami’ Pakuncen,
Masjid Sang Cipta Rasa, Keraton Kacirebonan, Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman,
Makan, dan beberapa benda pusaka.

8) Kerajaan Islam Banten

Kerajaan ini didirikan pada tahun 1552 oleh Sultan Hasanudin, yang merupakan anak
dari Sunan Gunung Jati. Setelah berhasil menaklukan Banten pada tahun 1525 Sunan Gunung
Jati menyerahkan kekuasaan Banten kepada putranya tersebut.
Di bawah kepemimpinannya Kerajaan Islam Banten semakin kuat dan memiliki banyak
wilayah kekuasaan, bahkan sampai ke Sumatera selatan dan Kelampung. Sultan Hasanudin
menikah dengan putri Kerajaan Demak, yaitu putri dari Sultan Indrapura.
Kerajaan ini mencapai puncak kekuasaannya pada saat kepemimpinan Ki Ageng
Tirtayasa. Beberapa peninggalan Kerajaan Islam Banten ini, yaitu Istana Keraton Surosowan
Banten, Istana Keraton Kaibon Banten, Masjid Agung Banten, Vihara Avalokitesvara,
Benteng Speelwijk, Meriam Ki Amuk, Danau Tasikardi, Keris Naga Sasra, dan Keris
Panunggul Naga.

9) Kerajaan Islam Banjar

Kerajaan ini berdiri pada tahun 1520, terletak di Kalimantan Selatan. Dengan bantuan
dari Kerajaan Demak, Kerajaan Banjar berhasil meruntuhkan kekuasaan Kerajaan
Nagaradaha, kerajaan yang menguasai Banjarmasin pada saat itu. Bantuan tersebut tidak
diberikan secara gratis, ada syarat yang harus dipenuhi oleh Kerajaan Banjar, yaitu memeluk
agama islam.
Raja pertama dari Kerajaan Islam Banjar adalah Raden Samudra. Setelah masuk islam
mendapat gelar Sultan Suryanullah. Setelah wafat, ia digantikan oleh Sultan Rahmatullah
(1545-1570). Dalam waktu yang cukup singkat agama islam juga mulai dianut olh
masyarakat di Kalimantan, seperti Bugis, dan masyarakat bagian timur Kalimantan.
Peninggalan dari Kerajaan Islam Banjar, yaitu Masjid Sultan Suriansyah dan Candi Agung
Amuntai.

10)Kerajaan Kutai Kalimantan Timur

Kerajaan Kutai Kartanegara berdiri sekitar abad ke-13 M. Raja pertama kerajaan
tersebut adalah Aji Batara Agung Dewa Sakti (1300-1325). Sekitar abad ke-16 M, kerajaan
ini pernah menaklukan Kerajaan Kutai Martadipura (Kerajaan Kutai bercorak Hindu-Budha),
sehingga kedua kerajaan tersebut dapat disatukan dan namanya berubah menjadi Kerajaan
Kutai Kartanegara Ing Martadipura.
Islam mulai masuk di Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura ini sekitar abad ke-
17 M, yang dibawa oleh Tuan Tunggang Parangan. Karena raja pada saat itu telah memeluk
agama islam sehingga ia segera membangun sebuah masjid di daerah tersebut. Selain
membangun sebuah masjid, ia juga membuka pengajaran agama islam.

E. GERAKAN PEMBARUAN ISLAM DI INDONESIA

Pada abad ke XIII M agama Islam mulai masuk ke Indonesia, dan ada yang berpendapat
bahwa penyebaran Islam pertama kali dilakukan oleh para pedagang dan mubaligh dari
Gujarat-India. Sekarang jumlah umat Islam di Indonesia merupakan yang paling besar
dibandingkan umat Islam di negara-negara lain di dunia ini oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa umat Islam di Indonesia mempunyai peranan yang penting bagi bangsa-bangsa dan
negara-negara Islam lainnya. Lebih-lebih di Indonesia sendiri, umat Islam merupakan
mayoritas penduduk dan mereka bertebaran di segenap pelosok tanah air serta banyak yang
berkumpul dalam berbagai organisasi sosial, pendidikan, keagamaan, ekonomi, dan politik.
Semenjak datangnya Islam di Indonesia yang disiarkan oleh para mubaligh khususnya di
Jawa oleh Wali Sanga atau Sembilan Wali Allah hingga berabad-abad kemudian, masyarakat
sangat dijiwai oleh keyakinan agama, khususnya Islam. Sejarah telah mencatat pula, bahwa
Islam yang datang di Indonesia ini sebagiannya dibawa dari India, dimana Islam tidak lepas
dari pengaruh Hindu. Campurnya Islam dengan elemen-elemen Hindu menambah mudah
tersiarnya agama itu di kalangan masyarakat Indonesia, terutama masyarakat Jawa, karena
sudah lama kenal akan ajaran-ajaran Hindu itu.
Sebagian besar tersiarnya Islam di Indonesia adalah hasil pekerjaan dari Kaum Sufi dan
Mistik. Sesungguhnya adalah Sufisme dan Mistisisme Islam, bukannya ortodoksi Islam yang
meluaskan pengaruhnya di Jawa dan sebagian Sumatera. Golongan Sufi dan Mistik ini dalam
berbagai segi toleran terhadap adat kebiasaan yang hidup dan berjalan di tempat itu, yang
sebenarnya belum tentu sesuai dengan ajaran-ajaran tauhid.
Sebelumnya, masyarakat sangat kuat berpegang teguh pada Agama Hindu dan Budha.
Setelah kedatangan Islam, mereka banyak berpindah agama secara sukarela. Tetapi sementara
itu mereka masih membiasakan diri dengan adat kebiasaan lam, sehingga bercampur-baur
antara adat kebiasaan Hindu-Budha dengan ajaran Islam. Hal tersebut berlangsung dari abad
ke abad, sehingga sulit dipisahkan antara ajaran Islam yang murni dengan tradisi peninggalan
Hindu atau peninggalan agama Budha. Dan tidak sedikit tradisi lama berubah menjadi
seakan-akan “Tradisi Islam”. Seperti kebiasaan menyelamati orang yang telah mati pada hari
ke:7, 40, 1 tahun dan ke 1000-nya serta selamatan pada bulan ke-7 bagi orang yang sedang
hamil pertama kali, mengkeramatkan kubur seseorang, meyakini benda-benda bertuah dan
sebagainya.

F. MENERAPKAN PERILAKU MULIA


Sikap dan perilaku mulia yang harus kita kembangkan sebagai implementasi dari
pelajaran tentang dakwah islam di nusantara antara lain,sebagai berikut:
1) Menghargai jasa para pahlawan muslim yang telah mengorbankan segalanya demi
tersebanrnya syiar islam
2) Berusaha memahami dan menganalisis sumber-sumber sejarah untuk mendapatkan
informasi terkini dari valid mengenai sejarah islam,mengingat terbatasnya sumber data dan
perdebatan para pakar tentang validitas data-data sejarah
3) Meneladani sikap dan perilaku para dai pada masa permulaan masuknya islam yang
mengedepankan cara damai
4) Menjadikan semua aktivitas dalam hidup (pernikahan, perdagangan, kesenian, dan lain-lain)
sebagai sarana dakwah
5) Berusaha menjadi dai yang mukhlis (ikhlas) tanpa mengukur jerih payah dalam berdakwah
dengan penghasilan
6) Berusaha menjadi dai yang pantas diteladani oleh umat, khususnya generasi muda
7) Tetap membangun optimisme dengan kerja keras untuk meraih kembali kejayaan islam
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pada hakikatnya dakwah Islam merupakan aktualisasi imani (teologis) yang
dimanifestasikan dalam suatu system kegiatan manusia beriman dalam bidang
kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara cara berfikir,
kepekaan dalam merasakan lingkungan, cara bersikap, dan bertindak manusia, baik secara
individual maupun sosial dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran Islam dalam
semua segi kehidupan dengan menggunakan cara tertentu, dan sejarah islam di indonesia
diawali dari sebelum masa penjajaha atau masa para wali sampai dengan masa sekarang atau
masa reformasi.
DAFTAR PUSTAKA

http://semuabaruthursina.blogspot.com/2016/04/rahmat-islam-bagi-nusantara.html
http://silmiasuniarizki.blogspot.com/2013/11/makalah-perkembangan-islam-di-
nusantara.html
https://moondoggiesmusic.com/kerajaan-islam-di-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai