Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Kaum kafir Quraisy adalah kaum yang menentang keras ajaran Islam yang
disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. Bermacam cara mereka lakukan untuk
menghentikan usaha dakwah Rasulullah SAW. Ajaran Islam dianggapnya sebagai
ajaran yang berbahaya bagi kepercayaan mereka yang menyembah berhala, serta
merugikan kedudukan sosial mereka dalam masyarakat. Tidak hanya siksaan yang
dilakukan pada Nabi SAW dan sahabat, tetapi juga kadang mereka melakukan
upaya diplomatis kepada Nabi SAW yaitu dengan menawarkan pangkat,
kedudukan, harta, dan juga wanita kepada Nabi SAW.
Namun semua itu ditolak oleh Nabi SAW. bahkan beliau katakan kurang lebih
sebagai berikut : “Seandainya mereka mampu mendatangkan matahari ditangan
kananku dan rembulan ditangan kiriku, niscaya aku tetap tidak akan
menghentikan dakwah menyampaikan wahyu Allah SWT.”
Kaum Quraisy membatalkan sikap pengagungan dan penghormatan yang dulu
pernah mereka tampakkan terhadap Rasulullah SAW semenjak munculnya
dakwah Islamiyah di lapangan.
Memang sungguh sulit merubah sikap yang terbiasa dengan kebengisan dan
kesombongan untuk berlama-lama sabar. Maka dari itu mereka mulai
mengulurkan tangan permusuhan terhadap Nabi SAW.
Sebagai implementasinya mereka melakukan berbagai bentuk ejekan, hinaan,
pencemaran nama baik, pengaburan, keusilan, dll. Tentunya sudah lumrah bila
yang pertama-tama menjadi ujung tombaknya adalah Abu Lahab, sebab ia adalah
seorang kepala suku Bani Hasyim. Dia tidak pernah memikirkan pertimbangan
apapun sebagaimana yang selalu dipertimbangkan oleh tokoh-tokoh Quraisy
lainnya. Dia adalah musuh bebuyutan Islam dan para pemeluknya. Sejak pertama,
dia sudah menghadang Rasulullah SAW sebelum kaum Quraisy berkeinginan
melakukan hal itu.
Tatkala Nabi SAW memperkenalkan Islam secara terang-terangan kepada
kaumnya dan menampakkan perintah Allah SWT kepada mereka secara terbuka,
saat itu orang-orang Quraisy tidak mengutuk beliau dan tidak memberikan reaksi

1
kecuali ketika suatu saat beliau menyebut-nyebut tuhan mereka dan menghinanya.
Tatkala beliau melakukan hal itu, seketika mereka menjadikan persoalan tersebut
sebagai persoalan yang besar.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana reaksi kaum Quraisy terhadap dakwah Nabi Muhammad SAW?
2. Bagaimana dan apa bentuk-bentuk penindasan kaum Quraisy terhadap
ketidaksenangan dengan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad?
1.3 TUJUAN PEMBAHASAN
1. Dapat mengetahui reaksi kaum Quraisy terhadap dakwah Nabi Muhammad SAW.
2. Dapat mengetahui apa saja bentuk-bentuk penindasan kaum Quraisy terhadap
ketidaksenangan denga agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Reaksi Kaum Quraisy terhadap Dakwah Nabi SAW
Reaksi kaum kafir Quraisy menolak dakwah Nabi SAW yang berlangsung
sejak adanya dakwah yang dilakukan secara terang-terangan oleh Rasulullah
SAW pada periode Makkah. Dan penolakan tersebut dipicu karena adanya
beberapa sebab, diantaranya:
1. Rasulullah SAW mengajarkan tentang adanya persamaan hak dan kedudukan
antara semua orang. Mulia tidaknya seseorang tergantung ketakwaannya terhadap
Allah SWT. Seperti yang terkandung dalam ayat Qur’an : “Hai manusia!
Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara
kamu disisi Allah adalah orang yang paling bertakwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Kaum Quraisy terutama para bangsawan sangat keberatan dengan ajaran
persamaan hak ini. Mereka mempertahankan tradisi hidup berkasta-kasta dalam
masyarakat. Mereka ingin mempertahankan perbudakan. Sedangkan ajaran Nabi
SAW melarangnya.
2. Islam mengajarkan adanya kehidupan sesudah mati yakni hidup di alam kubur
dan alam akhirat. Manusia yang ketika di dunianya bertakwa maka di alam
kuburnya akan memperoleh kenikmatan dan di alam akhirat akan masuk surga.
Sedangkan manusia yang ketika didunianya durhaka dan banyak berbuat jahat,
maka dialam kuburnya akan disiksa dan di alam akhiratnya akan dimasukkan
kedalam neraka.
Kaum kafir Quraisy menolak dengan keras ajaran Islam tersebut, karena mereka
merasa ngeri dengan siksa kubur dan adzab neraka.
3. Reaksi kaum kafir Quraisy terhadap dakwah Nabi SAW yang menolak dakwah
tersebut juga disebabkan karena mereka merasa berat meninggalkan agama dan
tradisi hidup bermasyarakat warisan leluhur mereka. Seperti yang terkandung
dalam ayat Qur’an: “Apabila dikatakan pada mereka “marilah mengikuti apa
yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul.” Mereka menjawab “Cukuplah

3
untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya.” Dan
apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek
moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat
petunjuk?”

4. Islam melarang menyembah berhala, memperjualbelikan berhala-berhala, dan


melarang penduduk Makkah dan luar Makkah berziarah memuja berhala. Padahal
itu semua mendatangkan keuntungan dibidang ekonomi terhadap kaum Quraisy.

Reaksi kaum Quraisy terhadap Nabi SAW juga ditunjukkan dalam


berbagai usaha penolakan dan penghentian yang mereka lakukan seperti berikut :
1. Para budak yang telah masuk Islam, seperti Bilal, Amr bin Fuhairah, Ummu
Ubais an-Nahdiyah, dan anaknya al-Muammil dan az-Zanirah disiksa oleh para
pemiliknya diluar batas perikemanusiaan.

2. Setiap keluarga dari kalangan Quraisy diharuskan menyiksa anggota


keluarganya yang telah masuk Islam sehingga ia kembali menganut agama
keluarganya (agama watsani).

3. Nabi Muhammad SAW sendiri dilempari kotoran oleh Ummu Jamil (istri Abu
Jahal) dan dilempari isi perut kambing oleh Abu Jahal.

4. Kaum Quraisy meminta Abu Thalib (paman dan pelindung Nabi SAW) agar
Nabi SAW menghentikan dakwahnya. Namun tatkala Abu Thalib menyampaikan
keinginan kaum Quraisy tersebut Nabi SAW bersabda, “Wahai pamanku! Demi
Allah, biarkan mereka meletakkan matahari ditangan kananku dan bulan
ditangan kiriku, aku tidak akan menghetikan dakwah agama Allah ini hingga
menang atau aku binasa karenanya.”

5. Kaum Quraisy mengusulkan pada Nabi SAW agar permusuhan diantara mereka
dihentikan. Caranya suatu saat kaum Quraisy menganut Islam dan melaksanakan
ajarannya. Dan saat lain umat Islam menganut agama kaum Quraisy dan
melakukan penyembahan terhadap berhala.

Usulan tersebut ditolak oleh Nabi SAW karena menurut ajaran Islam
mencampuradukkan akidah dan ibadah Islam dengan akidah bukan Islam

4
termasuk perbuatan haram dan merupakan dosa besar. Seperti yang terkandung
dalam ayat Qur’an: “Katakanlah Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan
menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang
aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.
Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
Untukmu agamamu dan untukku agamaku.”

B. Penganiayaan dan Penyiksaan Kaum Quraisy terhadap Kaum Muslimin


yang Lemah
Yang menjadi bulan-bulanan dan sasaran penganiayaan serta penyiksaan kaum
Quraisy ialah kaum Muslimin yang lemah. Mereka itu orang yang dini masuk
Islam, tidak mempunyai kerabat yang sanggup memberi perlindungan dan tidak
mempunyai kekuatan apapun untuk melawan kekejaman kaum Quraisy. Para
pemeluk Islam yang lemah itu mereka siksa dan mereka pukuli. Bahkan ada pula
yang tidak diberi makan dan minum, dijemur diterik matahari sahara, disunduti
api, dan segala macam penyiksaan lainnya.
Diantara mereka yang menjadi korban penyiksaan itu ada yang secara lahir
memperlihatkan kekufuran kembali, sedang hatinya tetap beriman terhadap Allah
SWT dan Rasul-Nya. Ada pula dinantara mereka yang teguh berpegang pada
keimanan dan keislamannya hingga Allah SWT menyelamatkannya dari
kekejaman kaum Quraisy.
Diantara mereka yang menjadi korban kekejaman kaum Quraisy antara lain
adalah:
1. Bilal bin Rabbah al-Habsyi
Bekas budak yang dimerdekakan oleh Abu Bakar as-Siddiq RA. Ayahnya
seorang tawanan perang dari negeri Habasyah. Ibunya pun demikian, ia termasuk
wanita rampasan perang, bernama Hamamah. Sebagai budak ia berpindah dari
tangan ke tangan hingga menjadi milik Umayyah bin Khalaf al-Jumahiy. Tiap hari
bila panas matahari mulai terik ia diseret oleh tuannya ke tanah sahara lalu
ditelentangkan diatas pasir yang sedang membara, dan dadanya ditindih sebuah
batu besar. Kepadanya Umayyah bin Khalaf berkata, “Engkau akan tetap seperti
ini hingga mati kecuali engkau mau mengingkari kenabian Muhammad dan mau
menyembah berhala al-Lata dan al-Uzza.”

5
Akan tetapi Bilal tetap teguh mempertahankan keimanan dan keislamannya.
Ancaman Umayyah itu hanya dijawab, “Ahad… Ahad…” Pada akhirnya
perbuatan Umayyah bin Khalaf itu diketahui oleh Abu Bakar as-Siddiq. Kepada
Umayyah bin Khalaf ia berkata menegur, “Apakah engkau tidak malu menyiksa
orang yang lemah itu?” Umayyah menjawab, “ Engkaulah yang merusak
kepercayaannya dan engkau juga yang menjauhkanya dariku!” Abu Bakar lalu
menawarkan penggantinya, “Aku mempunyai seorang budak negro lebih kuat dari
ia. Ia akan kuserahkan kepadamu sebagai gantinya.” Umayyah dapat menerima
tawaran Abu Bakar. Ia mengambil Bilal dari tangan Umayyah bin Khalaf,
kemudian dimerdekakan seketika itu juga.
Pada masa berikutnya Bilal bin Rabbah turut berhjrah ke Madinah dan tidak
pernah absen dalam semua peperangan bersama Rasulullah SAW.
2. ‘Amr bin Yasir Abul Yaqdzan al-‘Ansiy
Ia berasal dari anak kabilah Bani Murad. Ia termasuk orang yang dini memeluk
Islam bersama ayah dan ibunya, yaitu ketika Nabi SAW masih melakukan
dakwah secara diam-diam di rumah al-Arqam bin al-Arqam.
Yasir (ayah ‘Ammar) mendapat penyiksaan yang berat dan kejam hingga mati
ditempat. Istrinya (ibu ‘Ammar) dengan hamburan kata-kata yang menusuk kaum
Quraisy, oleh Abu Jahal ia ditusuk farjinya dengan sebuah tombak pendek hingga
mati seketika. Kadang Yasir dijemur diterik padang sahara, ditindih batu besar
diatas dadanya, dibenamkan dalam air. Untuk melepaskan diri dari siksaan yang
berat itu, ‘Ammar melakukan apa yang diminta oleh kaum Quraisy, kemudian
mereka melepaskannya.
‘Ammar bin Yasir tidak pernah absen dalam semua peperangan bersama Nabi
SAW. ia gugur dalam perang Siffin membela Ali bin Abi Thalib dalam usia 90
tahun.
3. Khabbab bin al-Art
Ayahnya seorang dari Kaskar. Dalam suatu peperangan ia tertawan kemudian
dijadikan budak oleh seorang dari Bani Rabi’ah, lalu dibawa ke Makkah dan
dijual kepada Siba’ bin Abdul ‘Uzza al-Khuzza’iy, seorang yang bersekutu
dengan Bani Zuhrah. Khabbab bin al-Art seorang dari Bani Tamim, ia memeluk

6
Islam sebelum Nabi SAW melakukan dakwah rahasia di rumah al-Arqam bin al-
Arqam.
Khabbab diculik oleh kaum Quraisy kemudian dianiaya yaitu ditelanjangi
kemudian dibaringkan telentang diatas pasir sahara yang sedang dibakar panas
matahari, dadanya ditindih dengan batu besar, dan kepalanya dipuntir.
4. Shuhaib bin Sinan ar-Rumi
Adalah seorang Arab dari Bani Namir bin Qasith. Ia termasuk para pemeluk
Islam yang dianiaya dan disiksa berat oleh kaum Quraisy. Ketika ia hendak hijrah,
kaum Quraisy menghalanginya dengan berbagai cara. Untuk menerobos rintangan
itu ia rela memberikan seluruh harta bendanya pada mereka.
5. ‘Amar bin Fuhairah
Budak milik Thufail bin Abdullah al- Azdiy. Thufail adalah saudara seibu
dengan Aisyah yang bernama Ummu Ruman. Ia termasuk para pemeluk Islam
yang mengalami penganiayaan dan penyiksaan berat dari kaum Quraisy.
Kemudian ia dibeli oleh Abu Bakar as-Siddiq dan dimerdekakan.
Ia kemudian turut hijrah ke Madinah bersama Nabi SAW dan Abu Bakar, serta
turut dalam perang badar dan perang uhud bersama Nabi SAW. Gugur dalam
perang Bir Ma’unah dalam usia 40 tahun. Ketika tubuhnya dihujam tombak
musuh ia berucap, “Demi Allah penguasa Ka’bah, aku beruntung!”
6. Abu Fukaihah
Nama aslinya Aflah. Ia seorag budak milik Shafwan bin Umayyah bin Khalaf
al Jumahiy. Memeluk Islam bersama Bilal.
Abu Fukaihah segera diikat kainya, diseret-seret, lalu dibaringkan telentang
ditengah sahara yang pasirnya sedang membara dibakar terik matahari. Beberapa
saat kemudian Abu Bakar as-Siddiq lewat ditempat itu dan melihat Fukaihah
masih hidup. Lalu ia dibeli dari Shafwan dan dimerdekakan. Fukaihah turut hijrah
ke Madinah, tak lama kemudian ia wafat sebelum terjadinya perang Badar.
7. Labibah
Seorang wanita hamba sahaya Bani Muammal bin Habib bin ‘Adiy bin Ka’ab.
Ia memeluk Islam sebelum keislaman Umar bin Khattab, bahkan Umar sendiri
pernah menyiksanya, tetapi kemudian Labibah ditinggalkan sambil berkata,
“Engkau ku tinggalkan karena aku sudah muak melihat mukamu!” Labibah

7
menjawab, “Kalau engkau tidak memeluk Islam, Allah akan menimpakan bencana
atas dirimu!” Wanita hamba sahaya itu akhirnya dibeli oleh Abu Bakar as-Siddiq
kemudian dimerdekakan.
8. Zinnirah
Seorang wanita hamba sahaya Bani ‘Adiy. ‘Umar bin Khattab juga pernah
menyiksanya. Bahkan Abu Jahal menganiayanya hingga matanya buta.
9. An-Nahdiyah
Wanita hamba sahaya Bani Nahd, tetapi kemudian berpindah tangan menjadi
milik seorang wanita dari Bani Abdud Dar. Setelah wanita yang memilikinya itu
mengethui Nahdiyah memeluk Islam, ia menganiaya dan menyiksa dengan cara-
cara yang sama kejamnya dengan penyiksaan yang dilakukan oleh kaum
musyrikin lelaki.
C. Tokoh - Tokoh Kaum Quraisy yang Paling Keras Mengolok – Olok dan
Mengganggu Nabi SAW
1. PamanNabi SAW yang bernama Abu Lahab Abdul ’Uzza bin Abdul Muttalib.
Ia tidak hanya memusuhi Nabi SAW saja tetapi juga menganiaya dan
menyiksa kaum muslimin. Ia seorang kepala batu dan sangat keras mendustakan
kenabian Muhammad SAW.
Terdorong oleh kebenciannya terhadap Nabi SAW, Abu Lahab
memerintahkan dua orang anak laki-laki, ‘Utbah dan ‘Utaib, supaya mencerai
istrinya masing-masing yaitu Ruqayyah dan Ummu Kultsum.
Abu Lahab meninggal dunia di Makkah ketika mendengar kekalahan kaum
Quraisy dalam perang Badar. Al-Aswad bin Abdi Yaghuts dari Bani Zuhrah
paman Nabi SAW dari pihak ibunya. Akibat perbuatan yang melampaui batas itu,
Allah SWT menimpakan azab di dunia dan akhirat. Pada suatu hari ia keluar dari
rumahnya untuk suatu keperluan. Di tengah perjalanan ia diserang tiupan angin
panas luar biasa hingga kulit mukanya gosong dan berubah warnanya menjadi
hitam.
Ketika pulang ke rumah semua anggota keluarganya tidak mengenali
mukanya yang sudah berubah sama sekali, malah karena ketakutan melihatnya
mereka cepat – cepat menutup pintu. Pada akhirnya ia hidup gelandangan
kebingungan dan mati kehausan di tengah sahara.

8
2. Al-Harits bin Qois bin Adiy dari bani Sahm
Mengenai kenabian Muhammad SAW ia mengatakan, “Muhammad membujuk
sahabat – sahabatnya dengan mengatakan ada kehidupan lagi setelah mati! Demi
Allah tidak ada yang membinasakan kita selain masa!”
Ia meninggal dunia pada saat sedang minum sehabis kekenyangan makan ikan
bergaram.
3. Umayyah danUbay
Kakak beradik anak Khalaf, pada suatu hari Ubay datang kepadaNabi SAW
membawa sepotong tulang kering, kemudian diremas – remas dengan tangannya
hingga hancur. Setelah itu ia berkata, “Hai Muhammad! Engkau mengatakan
Tuhanmu dapat menghidupkan kembali tulang belulang yang sudah hancur seperti
ini. Cobalah minta kepada Tuhanmu supaya menghidupkan tulang yang sudah
hancur ini!”
Umayyah mati dalam perang Badr dibunuh oleh Khubaib dan Bilal bin
Rabbah. Sedang Ubay mati dalam perang Uhud terkena tombak Rasulullah SAW.
4. Al-‘Ash bin Wa’il as-Sahmiy
Ayah Amr bin al-‘Ash. Pada suatu hari ketika ia menunggang keledai melewati
sebuah syi’ib di dataran tinggi Makkah, tiba-tiba keledainya jatuh dan ia
terpelanting, kakinya disengat serangga berbisa dan tak lama kemudian
membengkak besar sekali. Akibat kecelakaan itu ia meninggal dalam usia 85
tahun.
5. An-Nadhr bin al-Harits bin al-Qamah bin Kaladah bin Abdi Manaf bin Abdi Dar
Ia menghasut orang-orang Quraisy dengan mengatakan, “Yang dibawa oleh
Muhammad pada kalian bukan lain hanya dongeng-dongeng kuno belaka.” Dalam
perang Badar ia jatuh sebagai tawanan ditangan al-Miqdad. Mengingat
kejahatannya terhadap kaum muslimin Nabi SAW memerintahkan supaya ia
dihukum mati.
6. Abu Jahal bin Hisyam al-Makhzumiy
Nama aslinya Amr dan nama panggilannya Abul Hakam. Nama “Abu Jahal”
(si dungu) diberikan kaum muslimin sebagai ejekan karena ia sama sekali tidak
dapat membedakan yang baik dari yang buruk dan yang benar dari yang batil.
Dialah yang menyiksa ibu Ammar bin Yasir. Dalam perang Badar ia dibekuk

9
dalam keadaan setengah mati oleh dua orang kakak beradik anak ‘Afra, kemudian
dipercepat kematiannya oleh Abdullah bin Mas’ud.
7. Nubaih dan Munabbih
Dua orang kakak beradik anak al-Hajjaj dari Bani Sahm. Pada suatu hari ketika
mereka berdua bertemu dengan beliau SAW dengan lancang mereka bertanya,
“Hai Muhammad kenapa tuhanmu tidak mengutus selain engkau? Bukankah
masih banyak orang lain yang lebih tua usianya dan lebih berkecukupan hidupnya
daripada dirimu?”
Munabbih mati terbunuh dalam perang Badar ditangan Ali bin Abi Thalib.
8. Zuhair bin Abi Umayyah
Saudara seayah dengan Ummu Salamah. Ia termasuk orang yang terang-
terangan menyatakan permusuhan terhadap Nabi SAW dan dengan keras
mengingkari serta mendustakan kenabian beliau. Akan tetapi ketika kaum Quraisy
melancarkan pemboikotan total selama kurang lebih 3 tahun terhadap Nabi SAW
dan semua orang Bani Hasyim, dialah orang pertama yang bergerak
mengusahakan dihentikannya pemboikotan.
Dalam perang Badar ia jatuh sebagai tawanan kaum muslimin, kemudian
dibebaskan tanpa syarat oleh Nabi SAW.
9. ‘Uqbah bin Abi Mu’aith
Ayahnya yang bernama panggilan Abi Mu’aith nama aslinya adalah Aban bin
Abi Amr bin Umayyah bin Abdus Syam, dan dikenal pula dengan nama panggilan
Abdul Walid. Ia jatuh sebagai tawanan ditangan kaum muslimin dalam perang
Badar, kemudian dijatuhi hukuman mati yang pelaksanaannya dilakukan oleh
‘Ashim bin Tsabit al-Anshariy.
10. Al-Aswad bin al-Muttalib bi Asad bin Abdul Uzza bin Qushaiy
Nama panggilannya Abu Zama’ah. Atas perbuatannya yang selalu menyakiti
hati itu, Nabi SAW memohon kepada Allah SWT agar membuatnya buta dan
tertumpas keturunannya.
Pada suatu hari ketika Aswad sedang duduk berteduh di bawah pohon rindang
berduri sekonyong-konyong dahan diatasnya patah menjatuhi mukanya dan
sebuah duri menancap pada matanya, kemudian ia menjadi buta. Anak lelakinya
mati terbunuh dalam perang Badar ditangan Abu Dujanah. Demikian pula cucu

10
lelakinya yang bernama Utaib, ia mati ditangan Hamzah dan Ali bin Abi Talib.
Cucu lelakinya yang lain lagi al-Harits bin Zama’ah bin Aswad mati ditangan Ali
sendiri.
11. Thu’aimah bin ‘Adiy bin Naufal bin Abdi Manaf
Nama panggilannya Abu Rayyan. Dalam perang Badar ia tertawan oleh kaum
muslimin, kemudian dijatuhi hukuman mati yang pelaksanaannya dilakuka oleh
Hamzah bin Abdul Muttalib.
12. Rukanah bin Abdi Yazid bin Hasyim bin al-Muttalib
Pada suatu hari ketika bertemu dengan Nabi SAW ia berkata, “Hai saudaraku!
Aku banyak mendengar tentangmu dan aku tahu bahwa engkau bukan pendusta.
Kalau benar engkau tidak berdusta marilah bergulat denganku.” Rukanah terkenal
kekuatan tenaganya hingga belum pernah ada seorang yang dapat
menjatuhkannya. Tantangan Rukanah itu dilayani oleh Nabi SAW dan beliau
membantingnya 3 kali berturut-turut hingga tidak dapat berkutik.

D. Pemboikotan Kaum Quraisy


Setelah kaum Quraisy melihat kenyataan agama Islam makin hari makin
meluas, mereka yakin bahwa berbagai macam gangguan, penganiayaan, dan
penyiksaan yang mereka lakukan terhadap kaum muslimin tidak dapat
membendung dakwah Nabi SAW.
Setelah lama berpikir, para pemimpin Quraisy sepakat hendak menempuh cara
baru yaitu melakukan pemboikotan ekonomi dan sosial dengan harapan akan
mendatangkan salah satu dari dua akibat: Muhammad SAW akan menghentikan
kegiatan dakwahnya atau Muhammad SAW dan orang-orang Bani Hasyim yang
membela serta melindunginya akan mati kelaparan dan kehausan. Kaum
musyrikin mengadakan pertemuan di Dar al-Nadwah dan menulis surat perjanjian
yang ditulis oleh Mansur bin Akramah. Kesepakatan mereka itu kemudian
dituangkan dalam bentuk sebuah piagam yang berisi :
1. Mereka tidak menikah dengan wanita-wanita dari Bani Hasyim dan Bani Abdul
Muthalib.
2. Mereka tidak menikahkan putri-putri mereka dengan orang-orang Bani Hasyim
dan Bani Abdul Muthalib.

11
3. Mereka tidak menjual sesuatu apapun kepada Bani Hasyim dan Bani Abdul
Muthalib.
4. Mereka tidak membeli apapun dari Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib.
Sebagai bukti akan kesetiaan mereka kepada janji masing-masing, mereka
sepakat menggantungkan piagam pemboikotan tersebut didalam Ka’bah setelah
ditandatangani bersama oleh 40 orang pemuka masyarakat Quraisy kecuali
Muth’am bin ‘Adi. Mereka sepakat tidak akan menghentikan pemboikotan
sebelum Muhammad menyerah atau ia binasa bersama kaumnya.
Pemboikotan tersebut dilaksanakan tanggal 1 Muharram tahun ke 7 sesudah
bi’tsah. Dengan terjadinya pemboikotan total itu semua orang Bani Hasyim dan
Bani Abdul Muttalib berkumpul didalam syi’ib tempat permukiman Abu Thalib.
Selama 2 atau 3 tahun kaum muslimin berada dalam syi’ib menderita kelaparan
dan kesengsaraan. Mereka tidak keluar dari tempat pengucilannya kecuali pada
hari-hari musim haji bulan Dzulhijjah atau pada hari-hari musim umrah bulan
Rajab. Tidak ada orang mendekati mereka atau masuk kedalam syi’ib kecuali
yang berani menyelundup secara diam-diam, seperti Hisyam bin Amr, seorang
dari Bani Amir. Pada waktu malam ia menuntun unta bermuatan berbagai bahan
makanan mendekati mulut syi’ib.
Ketika pemboikotan memasuki permulaan tahun ketiga, beberapa orang tokoh
Bani Qushaiy merasa tidak tega membiarkan kaum kerabatnya dari Bani Hasyim
terus menerus menderita kesengsaraan. Pada akhirnya mereka bersepakat hendak
membatalkan perjanjian yang pernah dituangkan dalam piagam. Bersamaan
dengan itu, Allah SWT menggerakkan beribu-ribu rayap menggerogoti piagam
yang tergantung didalam Ka’bah hingga tak ada lagi yang tinggal selain kalimat
yang menyebutkan keagungan asma-Nya.
Sebagaimana diketahui kaum musyirik dikalangan Bani Hasyim dan Bani
Abdul Muttalib, kecuali Abu Lahab dan Abu Sufyan al-Harits, berpihak kepada
Nabi SAW dan kaum muslimin. Sikap mereka itu mempunyai dua latar belakang :
1. Mereka tetap hendak mempertahankan kemusyrikan masing-masing, bahkan
kalau dapat mereka hendak menggoyahkan pendirian Nabi SAW selama di syi’ib,
agar beliau bersedia menghentikan dakwah agama Islam.

12
2. Mereka berpegang teguh pada semangat kekerabatan tradisional yang
mengharuskan bertindak melindungi kerabat terdekat dari kekerasan orang lain
yang bukan kerabat, tidak peduli apakah tindakan itu untuk membela kebenaran
atau tidak.
E. Propaganda Kaum Quraisy Melawan Nabi SAW
Setelah menebarkan berbagai ancaman, bujukan, teror, dan penyiksaan, mereka
merasa tak perlu lagi melakukan tindakan seperti itu pada kaum muslim Makkah.
Namun, cara-cara itu masih diperlukan untuk ribuan orang yang setiap musim haji
datang ke Makkah, yakni mereka yang datang untuk berdagang dan berziarah.
Mereka berkumpul di pasar-pasar Ukaz, Majannah, dan Dzul Majaz. Para
peziarah dan kafilah dagang itu datang ke Makkah untuk keperluannya masing-
masing, kemudian mereka berziarah dan menyembelih korban untuk mendapat
berkah dan ampunan. Mereka itulah yang menjadi sasaran propaganda kaum
Quraisy, dengan tujuan agar mereka tidak dapat dipengaruhi Nabi SAW dan
ajarannya. Karena itu sejak memuncaknya permusuhan antara kaum Quraisy dan
Nabi SAW, para pemuka Quraisy ingin menjalankan suatu propaganda anti-
Muhammad.
Setelah Nabi SAW mengajak orang yang datang berziarah dari berbagai
macam kabilah Arab untuk beribadah hanya kepada Allah SWT, beberapa
pemuka Quraisy berkumpul untuk berunding. Mereka bertemu dirumah Walid bin
al-Mughirah untuk membicarakan strategi menghadapi gerakan Muhammad
sehingga langkah mereka tidak bertentangan satu sama lain. Bahasan dalam
pertemuan itu adalah materi propaganda untuk menjatuhkan Muhammad sehingga
orang-orang dari luar Makkah yang datang untuk berziarah tidak mau berbicara
dengan Muhammad, atau lebih baik lagi, hingga mereka membenci Muhammad.
Setelah melewati proses diskusi yang pelik, akhirnya al Walid mengusulkan
agar kepada orang-orang Arab dari luar Makkah itu dikatakan bahwa Muhammad
adalah juru penerang yang pandai bicara dan mempesona sehingga apapun yang
dikatakannya akan memikat dan akhirnya memecah belah antara suami dari
istrinya, anak dari orang tuanya, juga antara dua orang yang bersaudara, bahkan
memecah belah suatu komunitas.

13
Ketika musim haji tiba, kaum Quraisy segera mendatangi orang-orang yang
datang berziarah. Mereka diperingatkan agar tidak mendengarkan Muhammad
bahkan jangan mendekatinya, apalagi mendengarkan pembicaraannya. Jangan
sampai mereka mengalami bencana seperti yang dialami penduduk Makkah. Jika
mereka mendekati, bebicara, dan bergaul dengannya, niscaya ia akan
menyebarkan bencana besar yang membakar seluruh Jazirah Arab.
Namun propaganda kaum Quraisy tidak selamanya berhasil. Tidak banyak
yang mendengarkan dan mengikutinya. Sebab, berbagai tuduhan yang mereka
lancarkan itu tidak dapat melawan penjelasan Muhammad yang lebih mudah
dipahami dan dipercaya banyak orang. Jika memang benar ia seorang juru
penerang yang mempesona dan yang ia terangkan adalah kebenaran, apa salahnya
bagi mereka untuk mengikuti dan mempercayainya?
Kaum Quraisy juga melontarkan tuduhan lain dengan tujuan untuk
merendahkan Rasulullah dan ajaran Islam. Mereka bilang bahwa berbagai kisah
dan ajaran yang disampaikan Muhammad kepada manusia sesungguhnya
merupakan hasil belajar dan pergaulannya dengan Jabr al-Nashrani. Memang
Rasulullah SAW kerap terlihat duduk dan ngobrol dengan Marwah bersama
seorang budak Kristen yang bernama Jabr. Menurut kaum Quraisy, jika ada orang
yang mampu meninggalkan kepercayaan terhadap berhala maka Kristen menjadi
pilihan yang lebih utama dibanding Islam. Sebab, Muhammad pun belajar kepada
orang kristen. Tuduhan seperti inilah disebarluaskan kaum Quraisy. Karena
tuduhan inilah turun firman Allah :
Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata, “Sesungguhnya
al-Qur’an itu diajarkan seorang manusia kepadanya (Muhammad).” Padahal
bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya
bahasa Ajam, sedang al-Qur’an dalam bahasa Arab yang terang.
F. Quraisy Mengancam Abu Thalib
Para pembesar Quraisy mendatangi Abu Thalib dan mereka berkata kepadanya,
“Wahai Abu Thalib, engkau adalah orang yang paling tua, terhormat, dan
berkedudukan ditengah kami. Kami sudah pernah memintamu untuk
menghentikan anak saudaramu, namun engkau tidak melakukannya. Demi Allah
kami sudah tidak sabar lagi menghadapi masalah ini. Siapa yang mengumpat

14
bapak-bapak kami, membodohkan harapan-harapan kami, dan mencela
sesembahan kami, maka hentikanlah dia, atau kami menganggapmu dalam pihak
dia, hingga salah satu dari kedua belah pihak diantara kita binasa.”
Ancaman ini cukup menggetarkan Abu Thalib. Maka ia mengirim utusan untuk
menemui Rasulullah SAW yang berkata pada beliau, “Wahai anak saudaraku,
sesungguhnya kaummu telah mendatangiku, lalu mereka berkata begini begitu
padaku. Maka hentikanlah demi diriku dan dirimu sendiri. Janganlah engkau
membebaniku sesuatu diluar kesanggupanku.”
G. Ide untuk Menghabisi Nabi
Setelah orang-orang Quraisy mengalami kegagalan dalam dua kali kedatangan
mereka untuk mempengaruhi Abu Thalib, maka mereka kembali bersikap keras
dan bengis bahkan jauh lebih keras dari sebelumnya. Pada hari-hari itu, tiba-tiba
muncul ide dikepala para thagut mereka untuk menghabisi Nabi SAW dengan
cara lain. Tetapi justru kebengisan dan munculnya ide semacam itu semakin
mengokohkan posisi Islam, dengan masuknya dua pahlawan Makkah yaitu
Hamzah bin Abdul Muttalib dan Umar bin Khattab.
Diantara bentuk kebengisan itu, suatu hari Uthbah bin Abu Lahab menemui
Nabi SAW seraya berkata “Aku mengingkari ayat. Demi bintang ketika
terbenam” dan yang mendekati lalu bertambah dekat lagi (Jibril). Kemudian dia
mulai mengganggu beliau, merobek baju beliau dan meludah kemuka beliau.
Untungnya ludah itu tidak mengenai sasaran. Saat itu beliau berdoa, “Ya Allah,
buatlah ia dilahap seekor anjing dari ciptaan-Mu.”
Doa beliau benar-benar dikabulkan. Suatu hari Uthbah pergi ke Syam bersama
rombongan Quraisy. Suatu malam, tatkala mereka sedang singgah disuatu tempat
di Syam, tepatnya di Az-Zarqa’, tiba-tiba ada seekor singa yang mengelilingi
mereka. Saat itulah Uthbah berkata, “Sungguh celaka saudaraku. Demi Allah
singa itu akan mencaplokku seperti doa yang dibaca Muhammad atas diriku.
Singa itu akan membunuhku selagi Muhammad ada di Makkah dan aku di Syam.”
Singa itu menyibak kerumunan orang lalu menerkam kepala Uthbah hingga
meninggal.

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Reaksi kaum kafir Quraisy menolak dakwah Nabi SAW yang berlangsung
sejak adanya dakwah yang dilakukan secara terang-terangan oleh Rasulullah
SAW pada periode Makkah. Dan penolakan tersebut dipicu karena adanya
beberapa sebab, diantaranya:
1. Rasulullah SAW mengajarkan tentang adanya persamaan hak dan kedudukan
antara semua orang.
2. Islam mengajarkan adanya kehidupan sesudah mati yakni hidup di alam kubur
dan alam akhirat. Islam mengajarkan adanya kehidupan sesudah mati yakni hidup
di alam kubur dan alam akhirat.
3. Reaksi kaum kafir Quraisy terhadap dakwah Nabi SAW yang menolak dakwah
tersebut juga disebabkan karena mereka merasa berat meninggalkan agama dan
tradisi hidup bermasyarakat warisan leluhur mereka.
4. Islam melarang menyembah berhala, memperjualbelikan berhala-berhala, dan
melarang penduduk Makkah dan luar Makkah berziarah memuja berhala. Padahal
itu semua mendatangkan keuntungan dibidang ekonomi terhadap kaum Quraisy.

Bentuk-bentuk penindasan kaum Quraisy terhadap ketidaksenangan


denganagama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW :

1. Penganiayaan dan penyiksaan kaum Quraisy terhadap kaum muslimin


yang lemah.
2. Tokoh-tokoh kaum Quraisy mengganggu dan mengolo-olok Nabi SAW dengan
keras.
3. Pemboikotan kaum Quraisy.
4. Menuduh Nabi SAW menyebarkan ayat-ayat syetan.
5. Kaum Quraisy membuat propaganda melawan Nabi SAW.
6. Melakukan perundingan/rapat untuk menghabisi Nabi SAW.
3.2 Saran
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan, kelemahan, dan
kekhilafan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, penyusun sangat

16
mengharapkan usul dan saran dari para pembaca demi tersajinya makalah yang
lebih baik di edisi berikutnya.
Saran dari kami, kita seharusnya bisa mengambil pelajaran dari kepemimpian
Nabi Muhammad SAW dalam bersabar menghadapi kaum Quraisy yang
menentang ajarannya. Kaum muslimin rela mengorbankan harta, jiwa, dan
raganya untuk bisa melindungi agama Allah dan Nabi-Nya. Jadikanlah sikap dan
sifat Rasulullah SAW dan para pejuang dalam kita beraaktifitas sehari-hari.

17
DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Johan. 1982. Muhammad Nabi dan Negarawan. Jakarta: CV. Kuning
Mas.
H.M.H. Al Husaini, Al Hamid. 1991. Riwayat Kehidupan Nabi Besar Muhammad
S.A.W. Jakarta: Yayasan Al-Hamidi.
Prof. Dr. H. Yahya, Mukhtar. 2007. Sejarah & Kebudayaan Islam1. Jakarta:
Pustaka Al-Husna Baru.
Haekal, Muhammad Husain. 2015. Sejarah Hidup Muhammad Biografi
Rasulullah yang Legendaris dan Terpercaya. Jakarta: Pustaka Akhlak.
Al-Mubarakfuri, Syekh Shafiyyurrahman. 2013. Sirah Nabawiyah. Jakarta Timur:
Pustaka al-Kautsar

18

Anda mungkin juga menyukai