Bandung
ِ ِّين الْ َقيِّ ُم َولَ ِك َّن أَ ْكثَ َر الن ِ ِ فَأَقِم وجهك لِلدِّي ِن حنِيفاً فِطْرَة اللَّ ِه الَِِّت فَطَر النَّاس علَي ها ََل تَب ِد
َّاس ََل يَ ْعلَ ُمو َن َ يل ِلَلْ ِق اللَّ ِه َذل
ُ ك الد َ ْ َْ َ َ َ َ َ َ َْ َ ْ
Keluarga
ِّ َود يُولَ ُد َعلَى الْ ِفطَْرةِ فَأَبَ َواهُ يُ َه ِّوَدانِِه أ َْو يُن
صَرانِِه أ َْو ُيَُ ِّج َسانِِه ٍ ُُك ُّل مول
َْ
"Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kemudian kedua orang tuanyalah
yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi" (HR. Bukhari dan
Muslim)
Teman karib
1
Kajian Rabu, masjid Umar bin Khattab, Annajiyah. Bandung
“Seseorang itu sesuai dengan agama temannya, maka hendaklah setiap orang dari
kalian memperhatikan siapakah yang akan dia jadikan teman dekat.”1
Syetan
ْي َع ْن ِديْنِ ِه ْم ِ َ فَاجتَالَتْ هم،إِ ِِّّن خلَ ْقت ِعب ِادي حنَ َفاء
ُ ْ الشيَاط ُُ ْ ً ُ ْ َ ُ َ ْ
Oleh karena itu, apabila lingkungan keluarga atau lingkungan anak itu tidak baik
dan kita ingin anak kita baik pendidikannya maka pindahkanlah anak ke lingkungan
yang baik. Seorang ulama menyatakan bahwa “Inti pendidikan anak adalah menjauhkan
anak dari teman teman yang buruk.” 2
***#***
َ ﴿ يَاأَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا قُوا أَنفُ َس ُك ْم َوأَ ْهلِي ُك ْم نَا ًرا َوقُو ُدهَا النَّاسُ َو ْال ِح َج
﴾ ُارة
“Wahai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamu* dari api
neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu” (QS.At-tahrim-6)
Ayat ini menjadi dasar pendidikan di dalam keluarga orang-orang beriman. Wajib
hukumnya bagi setiap bapak dan suami memelihara dan menjaga istri-istri dan anak-
anak mereka dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu.3
ََ ُكلُّ ُك ْم،َِِِ
ِ ت َزو ِجها وول
ِ ِ ِِ َّ َو، َواْأل َِم ْي ُر َر ٍاع،ول َع ْن َر ِعيَّتِ ِه
ٌ َوُكلُّ ُك ْم َم ْس ُؤ،ُكلُّ ُك ْم َر ٍاع
َ َ َ ْ َوال َْم ْرأَةُ َراعيَةٌ َعلَى بَ ْي،الر ُج ُل َر ٍاع َعلَى أَ ْه ِل بَ ْيته
.ول َع ْن َر ِعيَّتِ ِه
ٌ َوُكلُّ ُك ْم َم ْس ُؤ،َر ٍاع
“Kamu sekalian adalah pemimpin, dan kamu sekalian bertanggung jawab atas
orang yang dipimpinnya. Seorang Amir (raja) adalah pemimpin; seorang suami pun
1
) HR. Ahmad dan Abu Dawud. Dihasankan al-Albani dalam ash-Shahihah no. 127
2
) perkataan Al-Ghazali –rahimahullah- dalam Ihya’ Ulumuddin, 1/95
3
) Menanti buah hati hadiah untuk yang dinanti. Cet.10. Halaman 322.
2
Kajian Rabu, masjid Umar bin Khattab, Annajiyah. Bandung
pemimpin atas keluarganya, dan istri juga pemimpin bagi rumah suaminya dan
anak-anaknya. Kamu sekalian adalah pemimpin dan kamu sekalian akan diminta
pertanggungjawabannya atas kepemimpinannya.” (Muttafaqun ‘Alaihi)
أدب ابنك َإنك مسؤول عنه ما ذا أدبته وما ذا علمته وهو مسؤول عن برك وطواعيته لك
Apabila Allah telah menetapkan kewajiban mendidik anak terhadap orang tuanya, maka
itu menunjukkah bahwa pasti orang tua yang memiliki anak itu sebenarnya mampu
mendidik anaknya, terutama hal yang paling mendasar, yakni pendidikan dasar Tauhid
bagi anak-anak. Sebagaimana Allah Ta’ala menyatakan: “Allah tidak membebani
seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya...” [QS. Al Baqarah: 286]
Betapa mudah pendidikan dasar Tauhid ini kepada anak-anak karena setiap orang
memang telah terlahir dalam keadaan siap menerima kebenaran ajaran Islam, terutama
anak-anak; yang masih belum banyak terpengaruhi faktor-fakor negatif; dan
penjelasan Tauhid kepada anak-anak tentu sangat jauh lebih sederhana
ketimbang menjelaskan Tauhid pada orang dewasa. Maka manfaatkanlah
kesempatan emas ini!!
***#***
َ َوفَرِّ قُوْ ا بَ ْينَهُ ْم فِي ْال َم، َوهُ ْم أَ ْبنَا ُء َع ْش ٍر، َواضْ ِربُوْ هُ ْم َعلَ ْيهَا، َُمـرُوْ ا أَوْ الَ َد ُك ْم بِالصَّـالَ ِة َوهُ ْم أَ ْبنَا ُء َسب ِْع ِسنِ ْين
.ضا ِج ِع
“Suruhlah anak kalian shalat ketika berumur 7 tahun, dan kalau sudah
berusia 10 tahun meninggal-kan shalat, maka pukullah ia. Dan pisahkanlah
tempat tidurnya (antara anak laki-laki dan anak wanita).”4
# Penerapan hadits tersebut telah dijelaskan pada fatwa Syaikh Prof. Dr. Sulaiman
Al-Ruhaily –hafizhahullah- ketika ditanya oleh seorang ibu mengenai; apakah anak kecil
umur 7 tahun harus dipaksa melaksanakan shalat wajib 5 waktu serta shalat sunat fajar
dan witir?
4
) Abu Dawud [no. 495], Ahmad [II/180, 187] dengan sanad hasan.
3
Kajian Rabu, masjid Umar bin Khattab, Annajiyah. Bandung
“Tidak! Kita jangan memaksanya shalat Subuh maupun shalat fajar (sebelum shalat
subuh). Kita jangan memaksanya melaksanakan yang fardhu (wajib) maupun yang
sunat!
Akan tetapi, kita berikan motivasi kepadanya dalam melaksanakan ibadah fardhu.
Maka kita menyuruhnya dengan perintah yang memotivasi; bukan perintah yang
memaksa; bukan pula perintah yang mengandung kekerasan!
‘Shalatlah, karena orang yang shalat akan dimasukkan oleh Allah ke Surga’
Dan, kami memperingatkan dari apa yang dilakukan oleh sebagian orang;
berupa menggantungkan hati anak (saat memotivasi beribadah) kepada
duniawi! Ini bertentangan dengan metode Tarbiyah (pendidikan) yang benar.
‘Bila kamu shalat hari ini, nanti ku beri uang beberapa Riyal.’
Ini justru akan menyebabkan anak tersebut beribadah dengan maksud duniawi!
‘Shalatlah, dan bila kau shalat; bisa saja nanti Allah memberiku petunjuk untuk
memberimu beberapa uang Riyal...’
Lalu, saat anak itu telah shalat, Anda katakan padanya: ‘Sungguh Allah memberiku
petunjuk untuk memberimu beberapa uang Riyal. Itu karena telah Allah ridha
dengan sebab shalatmu itu.’
Boleh saja Anda motivasi anak dengan sesuatu yang ia sukai, Tetapi jangan
Anda jadikan hatinya bergantung kepada duniawi.
Tidak boleh; terhadap anak umur 8 tahun yang tidak shalat lalu Anda katakan
padanya: ‘Kamu tidak shalat maka kamu Kafir!’
4
Kajian Rabu, masjid Umar bin Khattab, Annajiyah. Bandung
‘wahai ananda, camkanlah bahwa seluruh kaum muslimin itu melaksanakan shalat.’
‘Orang-orang yang yang tidak shalat, maka mereka itu tidak mencintai Allah.’
Lain halnya, tatkala Anda melakukan kekerasan pada anak dalam hal ini!
Mencelanya! Membentaknya! Maka ini tidak disyari’atkan! (Tidak boleh dalam
syari’at Islam!)
Yakni: diawali dengan kita motivasi anak untuk melaksanakan yang fardhu (wajib).
Kemudian setelah itu, kita motivasi ia terhadap hal-hal yang sunat hukumnya.
Dilakukan dengan bertahap agar tidak membuatnya meresa berat dan bosan (karena
diharuskan mengerjakan yang wajib dan yang sunat sekaligus), lalu kita
memotivasinya untuk pergi ke masjid, lalu kita mengajarnya.
Sekitar dua atau tiga pekan lalu, saat Saya berada di dalam mobil sendirian, lalu Saya
bersin, dan saya ucapkan Alhamdulillah (dengan pelan). Tiba-tiba datang anak kecil
dari kejauhan, umurnya sekitar di bawah 7 tahunan, lalu ia diam di sampingku dan
bertanya: ‘Kenapa engkau tidak mengucapkan Alhamdulillah?’
Karena orang tua anak itu mengajarkannya mengucapkan Alhamdulillah bila bersin,
tetapi saat itu ia mendengar orang bersin; namun ia tidak mendengar Saya
mengucapkan Alhamdulillah. Maka anak itu pun datang kepada Saya dan bertanya
seperti itu karena ia tidak mendengar Saya mengucapkan Alhamdulillah.
Akan tetapi, hati mereka tidak bisa menerima disakiti, maka Janganlah Anda
sakiti ia!! Jangan Anda menyakiti hatinya dengan kata-kata! Jangan Anda
menyakitinya dengan pukulan! (Teruslah lakukan metode pendidikan
motivasi seperti itu) sampai ia berumur 10 tahun.
Dan apabila anak telah berumur 10 tahun, dan Anda tidak menyia-nyiakan
pendidikan selama periode 3 tahun tersebut (dari sejak anak umur 7 sampai
10 tahun), dan selama itu Anda telah berusaha menggunakan metode yang
benar, seperti mengucapkan: ‘Nak, shalatlah, karena Allah mencintai orang
yang shalat...’ Anda benar-benar telah berusaha seperti itu.
5
Kajian Rabu, masjid Umar bin Khattab, Annajiyah. Bandung
Maka kemudian, apabila telah mencapai umur 10 tahun, namun anak belum juga mau
melaksanakan shalat; silahkan mulailah Anda pukul ia dengan pukulan yang tidak
melukainya.
Akan tetapi, bila selama priode 3 tahun Anda hanya diam; tanpa memerintahkannya
shalat, yakni dari sejak anak Anda umur 7 tahun; Anda tidak menyuruhnya shalat
sampai umur 10 tahun, lalu saat anak Anda telah berumur 10 tahun; Anda
menyuruhnya shalat dengan memukulnya menggunakan tongkat!? Anda hanya
memanfaatkan pukulan tongkat!! Sedangkan Anda telah meninggalkan kewajiban
bersikap memerintahnya dengan cara lemah lembut!
Jadi, anak kecil berumur 7 tahun, kita memulainya dengan perintah yang
memotivasi, itu pun dengan bertahap, dan tanpa membuatnya bosan. Justru
jadikanlah anak selalu terkait hatinya dengan shalat dan cinta shalat. Kita pun
bertahap dalam melakukannya.
Metode ini lebih meresap ke hati anak, daripada hanya sekedar kata-kata. Memang
perkataan itu adalah dakwah, namun bila disertai dengan dakwah perbuatan maka
tentu itu sangat lebih berpengaruh dan lebih baik.”
###*###
Pendidikan aqidah Tauhid ini sangat penting, demi untuk menyiapkan jiwa
sang anak dalam mengarungi masa depannya. Semakin kuat Tauhid seseorang
maka akan semakin siap dalam menjalankan segala ketetapan Allah Ta’ala dan
dalam menempuh berbagai macam ujian hidup.
َ َولَ ْو نََزَل أ ََّو َل َي ْء ٍء َل،ُ َّاس إِ ََل ا ِل ْسََِ نََزَل ا َْحَََ ُل َوا َْحََرا ِ ِ ِ َّ إََِّّنَا نَزَل أ ََّو َل ما نَزَل ِمنْه سورةٌ ِمن الْم َف
َ َ َح ََّّت إِذَا ث،ص ِل ف َيها ذ ْكُر ا ْْلَنَّة َوالنَّا ِر
ُ اب الن ُ َ َُ ُ َ َ َ
. ) (رواه البخاري...الزنَا أَبَ ًدا ِّ ع ُ اِلَ ْمَر أَبَ ًدا! َولَ ْو نََزَل َلَ تَ ْزنُوا لَ َقالُوا َلَ نَ َد
ْ ع ُ َلَ نَ َد:اِلَ ْمَر لَ َقالُوا
ْ تَ ْشَربُوا
6
Kajian Rabu, masjid Umar bin Khattab, Annajiyah. Bandung
“.... di antara surat-surat Al Quran yang diturunkan pada mulanya hanyalah surat-
surat mufashshal (yakni yang pendek-pendek) yang padanya disebutkan tentang
Surga dan Neraka, sampai apabila manusia telah semakin mantap keyakinannya
terhadap Islam maka turunlah ayat-ayat mengenai perkara Halal dan Haram.
Seandainya ayat yang pertamakali turun berbunyi ‘Janganlah kalian minum
khamr!’ niscaya mereka akan mengatakan ‘Kami tidak akan meninggalkan minum
khamr selamanya!’ Seandainya ayat yang pertamakali turun berbunyi ‘Janganlah
kalian berzina!’ niscaya mereka akan mengatakan ‘Kami tidak akan meninggalkan
zina selamanya!’....” (HR. Bukhari)
“Ilmu tentang (nama-nama dan sifat-sifat mulia) Allah merupakan pokok dan
sumber dari segala ilmu. Barangsiapa mengenal Allah maka ia akan mengenal
hakikat selain dari Allah, dan barangsiapa yang bodoh terhadap Rabbnya maka ia
akan lebih bodoh lagi terhadap hakikat selain dari Rabbnya.
Artinya: ‘Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu
Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri...’ QS. Al Hasyr: 19
Renungkanlah ayat tersebut; akan kau dapati padanya ada makna yang agung.
Yaitu: bahwasannya orang yang lupa terhadap Rabbnya maka Rabb pun akan
menjadikan orang itu lupa pada hakikat dirinya sendiri dan pada hakikat jiwanya.
Karena itulah orang tersebut tidak akan mengetahui hakikat dirinya dan tidak
akan mengetahui hal-hal yang maslahat bagi dirinya, bahkan orang itu akan lupa
terhadap apa-apa yang menyebabkan kebaikan dan kesuksesan dirinya di
kehidupan dunia maupun akhirat. Sehingga, orang itu akan menjadi rusak dan
terkatung-katung bagaikan binatang yang tidak berarti, atau bahkan binatang itu
sebenarnya lebih mengetahui hal yang maslahat bagi dirinya dari pada orang
tersebut!” –selesai nukilan terjemahan- (Miftah Daar As Sa’aadah, 1//86).
7
Kajian Rabu, masjid Umar bin Khattab, Annajiyah. Bandung
Yang patut diperhatikan di sini, bahwasanya di zaman Ibnul Qayyim itu telah ada
dan tersebar lembaga-lembaga Pendidikan dengan berbagai macam kurikulum dan
sistemnya yg bagus. Namun, beliau tetap ‘menyalahkan’ orangtua atas keteledorannya
dalam mendidik anak. Hal itu karena, sebaik apapun lembaga pendidikan, kalau tidak
ada peran penting kerjasama orang tua maka sangat sukar bagi sang anak untuk
berhasil dalam pendidikannya.
8
Kajian Rabu, masjid Umar bin Khattab, Annajiyah. Bandung
Demi untuk kerusakan yang besar itu pun Iblis -yang terlaknat- sangat senang dan
takjub terhadap syetan yang berhasil menggoda dan merusak kehidupan suami istri
sampai terjadi perceraian yang dengan sebab perceraian tersebut pendidikan dan
keadaan anak menjadi kacau.
###*###
7)
Sebagaimana tambahan keterangan Al A’masy