PENDAHULUAN
Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada pasien sangat ditentukan oleh pemilihan
metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan
masyarakat akan pelayanan keperawatan dan tuntutan perkembangan iptek, maka metode sistem
pemberian asuhan keperawatan harus efektif dan efesien.
Ada beberapa metode sistem pemberian asuhan keperawatan kepada pasien. McLaughin,
Thomas, dan Barterm (1995) mengidentifikasi delapan model pemberian asuhan keperawatan,
tetapi model yang paling umum digunakan di rumah sakit adalah asuhan keperawatan total,
keperawatan tim, dan asuhan keperawatan primer.
Ruangan atau bangsal merupakan salah satu unit terkecil pelayanan kesehatan merupakan
tempat yang memungkinkan bagi perawat untuk menerapkan ilmu dan kiatnya secara optimal.
Hasil penelitian Lambertson dalam douglas (1992) menunjukan bahwa metode tim jika
dilakukan dengan benar merupakan metode pemberian asuhan keperawatan yang tepat untuk
meningkatkan pemanfaatan tenaga keperawatan yang bervariasi kemampuannya dalam
memberikan asuhan keperawatan. Namun perlu disadari, tanpa adanya tata kelola yang memadai,
kemauan dan kemampuan yang kuat, serta peran aktif dari semua pihak, maka pelayanan
keperawatan profesional hanyalah akan menjadi teori semata.
Untuk itu kami akan membahas salah satu model asuhan keperawatan yaitu metode asuhan
keperawatan model tim.
1.2. RUMUSAN MASALAH
3. Apa tanggung jawab sebagai kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim ?
Dalam penulisan makalah ini ada pula tujuan umum dan khusus yaitu
1.Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Dalam penyusunan makalah Model Asuhan Keperawatan Model (MAKP) Tim. Penulis
menggunakan metode Tinjauan Pustaka yaitu menggunakan beberapa referensi buku yang
berkaitan dengan pokok pembahasan dan searching internet.
BAB II
PEMBAHASAN
Metode tim merupakan metode yang menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat
ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/ grup yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan
pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu. Metode ini biasa digunakan pada
pelayanan keperawatan di unit rawat inap, unit rawat jalan, dan unit gawat darurat. (Nursalam,
edisi 5 ; 171).
Metode tim merupakan metode pemberian asuhan keperawatan, yaitu seorang perawat
profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan
pada sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif. Pembagian tugas di dalam
kelompok dilakukan oleh pimpinan kelompok/ketua tim. Selain itu ketua tim bertanggungjawab
dalam mengarahkan anggota grup/tim. Selain itu ketua tim bertanggungjawab dalam
mengarahkan anggota grup/tim. Sebelum tugas dan menerima laporan kemajuan pelayanan
keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila menjalani
kesulitan. Selanjutnya ketua tim yang melaporkan pada kepala ruangan tentang kemajuan
pelayanan/asuhan keperawatan terhadap klien.
Tim keperawatan dikembangkan pada tahun 1950-an dalam upaya mengurangi masalah
yang berhubungan dengan fungsi pengorganisasian pelayanan pasien. Banyak yang percaya
meskipun terus-menerus kekurangan staf perawat professional, system pelayanan pasien harus
dikembangkan untuk mengurangi pelayanan yang terpilah-pilah dari metode keperawatan
fungsional. Dalam keperawatan tim, tenaga pendukung berkolaborasi dalam memberikan
pelayanan terhadap sekelompok pasien di bawah arahan seorang perawat professional. Seorang
ketua tim bertanggungjawab mengetahui kondisidan kebutuhan seluruh pasien yang dirawat oleh
tim. Kewajiban ketua tim bergantung kepada kebutuhan pasien dan beban kerja, termasuk
membantu anggota tim, memberikan pelayanan langsung kepada pasien, mendidik pasien dan
melakukan koordinasi terhadap aktivitas pasien. Melalui komunikasi tim yang terus-menerus,
pelayanan kompehensifakan dapat diberikan kepada pasien meskipun relative banyak staf
pendukung.
Pelaksanan konsep tim sangat tergantung pada filisofi ketua tim apakah berorientasi pada
tugas atau pada klien. Perawat yang berperan sebagai ketua tim bertanggungjawab untuk
mengetahui kondisi dan kebutuhan semua pasien yang ada didalam timnya dan merencanakan
perawatan klien. Tugas ketua tim meliputi: mengkaji anggota tim, memberi arahan perawatan
untuk klien, melakukan pendidikan kesehatan, mengkoordinasikan aktivitas klien.
1. Untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan objektif pasien sehingga
pasien merasa puas.
2. Dapat meningkatkan kerja sama dan koordinasi perawat dalam melaksanakan
tugas,memungkinkan adanya transfer of knowladge dan transfer of experiences diantara
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
3. Meningkatkan pengetahuan serta keterampilan dan motivasi perawat dalammemberikan asuhan
keperawatan.
Sesuai dengan tujuan tersebut maka tugas dan tanggung jawab keperawatan harus benar-benar di arahkan
dan di rencanakan secara matang untuk keberhasilan asuhan keperawatan. Sebagaimana di ketahui bahwa satu tim
keperawatan terdiri dari dua orang perawat atau lebih yang bekerja sama dalam pemberian asuhan
keperawatan.ketua tim seharusnya perawat professional yang sudah berpenngalaman dalam memberikan asuhan
keperawatan dan di tunjuk oleh perawat kepala ruang (nurse unit manager). Selanjutnya, ketua tim akan
melaksanakan tugas yang di delegasikan oleh perawat kepala ruang bersama sama dengan anggota tim. Tugas dan
tanggungjawab ketua tim menjadi hal yang harus di perhatikan secara cermat. tugas dan tanggung jawab tersebut
diarahkanuntuk melakukan pengkajian dan penyusunan rencana keperawatan untuk setiap pasien yang berada di
bawah tanggungjawabnya, membagi tugas kepada semua anggota tim dengan mempertimbangkan kemampuan
yang di miliki anggota tim dan kebutuhan pasien yang harus dipenuhi, mengontrol dan memberikan bimbingan
kepada anggota tim dalam melaksanakan tugasnya apabila diperlukan, melakukan evaluasi terhadap hasil kerja
anggota tim, menerima laporan tentang perkembangan kondisi pasien dan anggota tim.
2.3. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN METODE TIM
7. Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama bertugas
1. Komunikasi antaranggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang
biasanya mebutuhkan waktu, yang sulit untuk dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
2. Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung atau
berlindung kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim.
1. Perencanaan :
c. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien : gawat, transisi, dan persiapan pulang, bersama ketua
tim;
f. Mengikuti visit dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakanmedis yang dilakukan,
program pengobatan, dan mendiskusikan dengandokter tentang tindakan yang akan dilakukan
terhadap pasien;
2. Pengorganisasian :
c. Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas;
d. Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi 2 ketua tim, danketua tim membawahi 2-3
perawat;
e. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan : membuat proses dinas,mengatur tenaga yang ada
setiap hari, dan lain-lain;
f. Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan;
h. Mendelegasikan tugas, saat kepala ruang tidak berada ditempat kepada ketua tim;
3. Pengarahan :
b. Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik;
4. Pengawasan :
a. Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomuni langsung dengan ketua tim maupun
pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang di berikankepada pasien;
b. Melalui supervisi :
2) Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftra hadir ketua tim,membaca dan
memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuatselama dan sesudah proses
keperawatan dilaksanakan(dokumentasikan), mendengar laporan ketua tim tentang
pelaksanaan tugas;
3). Evaluasi;
4). Mengevaluasi upaya pelasanaan dan membandingkan dengan rencanakeperawatan
yang telah di susun bersama ketua tim;
a. Membuat perencanaan;
c. Mengenal/ mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan pasien;
e. Menyelenggarakan konferensi.
c. Memberikan laporan.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Keperawatan merupakan suatu profesi yang salah satu pekerjaan dari Tim Kesehatan,
yang dimana ikut bertanggungjawab dalam membantu pasien/ klien sebagai individu, keluarga,
maupun masyarakat baik dalam kondisi sehat maupun sakit, yang bertujuan untuk tercapainya
kebutuhan dasar klien, dalam mempertahankan kondisikesehatan yang optimal, dalam
menentukan tindakan keperawatan harus didasarkan padailmu pengetahuan, komunikasi
interpersonal, serta memiliki keterampilan yang jelas dalam keahliannya.
Bumolo, d. (2017). Pengaruh Manajemen Model Asuhan Keperawatan Profesional Tim. e-Jurnal Keperawatan.