Anda di halaman 1dari 10

F5.

PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DAN TIDAK


MENULAR

1. PENYULUHAN DIABETES MELLITUS


A. Latar Belakang
Hiperglikemia adalah suatu kondisi medik berupa peningkatan kadar glukosa dalam
darah melebihi batas normal. Hiperglikemia merupakan salah satu tanda khas penyakit
diabetes melitus (DM), meskipun juga mungkin didapatkan pada beberapa keadaan yang lain.
Saat ini penelitian epidemiologi menunjukan adanya kecenderungan peningkatan angka
insidensi dan prevalensi DM tipe 2 diberbagai penjuru dunia.

Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 oleh departemen
kesehatan, menunjukan bahwa rata-rata prevalensi DM didaerah urban untuk usia diatas 15
tahun sebesar 5,7%. Prevalensi tecil terdapat di provinsi Papua sebesar 1,7% dan terbesar di
provinsi Maluku Utara dan Kalimantan Barat yang mencapai 11,1%. Sedangkan prevalensi
toleransi glukosa terganggu (TGT), berkisar antara 4,0% diprovinsi Jambi sampai 21,8% di
propinsi Papua Barat dengan rerata sebesar 10,2%.

B. Permasalahan
Insiden DM makin meningkat seiring dengan bertambahnya waktu. Badan kesehatan
dunia (WHO) memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang DM yang menjadi salah
satu ancaman kesehatan global. WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di
Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Laporan
ini menunjukan adanya peningkatan jumlah penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat pada
tahun 2035. Sedangkan International Diabetes Federation (IDF) memprediksi adanya
kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 9,1 juta pada tahun 2014 menjadi 14,1
juta pada tahun 2035.

C. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Berdasarkan permasalahan di atas maka diadakan kegiatan berupa penyuluhan
mengenai “diabetes mellitus” pada ruang tunggu puskesmas Cikarang. Penyuluhan diberikan
kepada seluruh pasien yang hadir di Puskesmas Cikarang. Kegiatan ini dilakukan dengan
harapan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang DM, komplikasi yang dapat
terjadi, serta asupan gizi yang benar untuk pasien DM didaerah puskesmas Cikarang.
D. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan “Diabetes Mellitus kepada pasien di ruang tunggu
puskesmas Cikarang, dilaksanakan pada :
Hari, Tanggal : Senin, 9 Desember 2019
Tempat : Ruang tunggu Puskemas Cikarang
Waktu : 08.00 WIB – selesai
Sasaran : Pasien puskesmas Cikarang

E. Monitoring dan Evaluasi


Kegiatan penyuluhan dilakukan kepada masyarakat yang hadir di ruang tunggu
Puskesmas Cikarang. Kegiatan diawali dengan perkenalan dan pembukaan yang dilakukan
oleh pemegang program Promosi kesehatan. Kemudian diberikan penyuluhan. Penyuluhan
dibuka oleh narasumber dan menjelaskan maksud diadakannya penyuluhan.
Materi penyuluhan yang diberikan terdiri atas apa itu diabetes mellitus, komplikasi
apa saja yang dapat terjadi pada diabetes mellitus, kendalikan diabetes mellitus dan
bagaimana pengaturan gizi yang benar pada diabetes mellitus. Setelah pemberian materi,
dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan, peserta
diharapkan dapat mengerti mengenai diabetes mellitus, serta dapat menerapkannya di
kehidupan sehari-hari dan sadar akan pentingnya menerapkan gaya hidup sehat, dan
mengkonsumsi makanan sehat.

2. PENYULUHAN NOVEL CORONAVIRUS/ CoVid-19


A. LATAR BELAKANG
Koronavirus atau coronavirus (istilah populernya: virus korona, virus corona, atau virus Corona)
adalah virus dari familia Coronaviridae yang dapat
menyebabkan penyakit pada burung dan mamalia (termasuk manusia). Struktur tubuh virus (virion) ini
terdiri dari membran, selubung lipid bilayer (envelope), glikoprotein yang menyerupai paku
(spike), genom RNA positif, dan protein nukleokapsid. Glikoprotein koronavirus dapat berikatan dengan
glikoprotein permukaan sel inang secara spesifik untuk memulai terjadinya infeksi. Koronavirus
diklasifikasikan menjadi tiga golongan utama, golongan 1 dan 2 menginfeksi mamalia, mulai
dari kelelawar hingga manusia, sedangkan golongan 3 hanya ditemukan pada spesies avian (burung).
Infeksi virus ini dapat menimbulkan gejala penyakit yang bervariasi, mulai dari hampir tidak timbul gejala
apa pun hingga gejala yang fatal dan cepat. Infeksi koronavirus dapat menyebabkan berbagai penyakit,
seperti bronkitis, ensefalitis, gastroenteritis, dan hepatitis
B. PERMASALAHAN
Wabah koronavirus baru 2019–2020 atau dikenal sebagai wabah COVID-19 adalah
peristiwa wabah penyakit koronavirus 2019 (bahasa Inggris: coronavirus disease 2019, disingkat
COVID-19). Penyakit ini disebabkan oleh koronavirus jenis baru yang diberi nama SARS-CoV-
2.[42] COVID-19 pertama kali dideteksi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok pada bulan
Desember 2019 setelah beberapa orang mengalami pneumonia tanpa sebab yang jelas dan
prosedur perawatan dan vaksin yang diberikan ternyata tidak efektif. Kemunculan penyakit
diduga berhubungan dengan pasar grosir makanan laut Huanan yang menjual hewan hidup.
Sedikitnya 70% urutan genom SARS-CoV-2 sama seperti SARS-CoV. Per 14 Februari 2020,
1.486 orang tewas, 1.483 terjadi di daratan Tiongkok sedangkan 1 kematian terjadi di Jepang,
Hong Kong dan Filipina, dan ada bukti penyebaran dari manusia ke manusia. Kasus ini juga
telah dilaporkan di 27 negara lainnya.

Wabah ini telah dinyatakan sebagai kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan
dunia (PHEIC) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 30 Januari 2020. Pernyataan ini
adalah deklarasi keenam yang dilakukan oleh WHO sejak pandemi flu 2009.

C. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


Berdasarkan permasalahan di atas maka diadakan kegiatan berupa penyuluhan mengenai
“coronavirus” pada ruang tunggu puskesmas Cikarang. Penyuluhan diberikan kepada seluruh
pasien yang hadir di Puskesmas Cikarang. Kegiatan ini dilakukan dengan harapan dapat
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang coronavirus, gejala dan tanda yang dapat
terjadi, serta pencegahan agar terhindar dari coronavirus di daerah puskesmas Cikarang.

D. PELAKSANAAN KEGIATAN
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan “novel coronavirus kepada pasien di ruang tunggu
puskesmas Cikarang, dilaksanakan pada :
Hari, Tanggal : Senin, 3 februari 2020
Tempat : Ruang tunggu Puskemas Cikarang
Waktu : 08.00 WIB – selesai
Sasaran : Pasien puskesmas Cikarang

E. MONITORING DAN EVALUASI


Penyuluhan coronavirus diikuti oleh 30 audiens. Penyuluhan yang disampaikan oleh pemateri
direspons positif oleh audiens. Audiens menanyakan beberapa hal, terutama mengenai
keluhan penyakitnya dan mengenai apa yang harus dihindari untuk mencegah terjadinya
coronavirus. Audiens secara aktif merespon pertanyaan pemateri setelah penyuluhan selesai,
dan secara aktif berinteraksi dengan pemateri terkait materi yang telah disampaikan.
3. PENYULUHAN KANKER SERVIKS DI DESA CIKARANG KOTA
A. LATAR BELAKANG
Kanker serviks terjadi akibat pertumbuhan sel tubuh berlebih disebabkan oleh infeksi virus
Human papillomavirus (HPV), terutama HPV tipe 16 dan 18, yang ditularkan secara seksual.
Kanker serviks merupakan penyakit infeksi virus pada saluran reproduksi terbanyak dan
merupakan penyakit tidak menular yang dapat menyebabkan kematian. Infeksi HPV dapat
menimbulkan lesi prekanker yang biasanya tidak menimbulkan tanda dan gejala pada
penderitanya, namun lesi prekanker dapat berkembang menjadi kanker serviks yang dapat
menimbulkan keluhan perdarahan atau keputihan pada vagina, hingga menyebabkan
kematian.

Pada tahun 2018 sekitar 311000 perempuan meninggal akibat kanker serviks di seluruh dunia
dan dilaporkan penduduk dengan pendapatan menengah dan rendah menyumbang 85% dari
angka tersebut, salah satunya Indonesia.2 Menurut data dinas kesehatan 2013, prevalensi
kanker serviks di Indonesia mencapai 98692 kasus dengan urutan terbanyak (1) Jawa Timur
21313 kasus; (2) Jawa Tengah 19734 kasus; (3) Jawa Barat 15635 kasus; (4) DKI Jakarta
5919 kasus; dan (5) Sumatera Utara 4694 kasus.

B. PERMASALAHAN
Kanker serviks merupakan jenis penyakit keganasan yang menyerang leher rahim
(serviks) disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel abnormal yang tidak terkontrol dan
merusak jaringan normal disekitarnya. Serviks atau leher rahim adalah bagian ujung
depan rahim yang menjulur ke vagina. Kanker serviks merupakan penyakit terbanyak
yang menimbulkan kematian pada perempuan di negara berkembang. Diperkirakan
temuan kanker serviks baru mencapai 500.000 orang di seluruh dunia dan sebagian
besar terjadi di negara berkembang
C. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
Berdasarkan permasalahan di atas maka diadakan kegiatan berupa penyuluhan mengenai
“kanker serviks” di Desa Cikarang Kota. Penyuluhan diberikan kepada seluruh masyarakat
yang hadir di Desa Cikarang Kota. Kegiatan ini dilakukan dengan harapan dapat
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kanker serviks, gejala dan tanda yang dapat
terjadi, serta pencegahan agar terhindar dari kanker serviks di daerah Cikarang Kota.
D. PELAKSANAAN
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan “Kanker serviks”, dilaksanakan pada :
Hari, Tanggal : Senin, 10 februari 2020
Tempat : Desa Cikarang Kota
Waktu : 09.00 WIB – selesai
Sasaran : Masyarakat di Desa Cikarang Kota

E. MONITORING DAN EVALUASI


Penyuluhan kanker serviks diikuti oleh 30 audiens. Penyuluhan yang disampaikan oleh
pemateri direspons positif oleh audiens. Audiens menanyakan beberapa hal, terutama
mengenai keluhan penyakitnya dan mengenai apa yang harus dihindari untuk mencegah
terjadinya kanker serviks. Audiens secara aktif merespon pertanyaan pemateri setelah
penyuluhan selesai, dan secara aktif berinteraksi dengan pemateri terkait materi yang telah
disampaikan.
4. Penyuluhan Preeklampsia di ruang tunggu Puskesmas Cikarang
LATAR BELAKANG
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas
yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria yang muncul pada kehamilan 20 minggu
sampai akhir minggu pertama setelah persalinan. Salah satu penyebab kematian maternal di
Indonesia adalah preeklampsia-eklampsia. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh
Angsar (1993), insiden preeklampsia-eklampsia di Indonesia berkisar 10- 13% dari
keseluruhan ibu hamil. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui tekanan darah selama
masa kehamilan agar preeklampsia dapat terdeteksi dan ditangani dengan tepat.
PERMASALAHAN
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan bahwa
penyebab langsung Angka Kematian Ibu (AKI) antara lain: perdarahan 42%,
eklampsia/preeklampsia 13%, abortus 11%, infeksi 10%, partus lama/persalinan macet 9%,
dan penyebab lain 15%. Menurut World Health Organization (WHO, 2001), angka kejadian
preeklampsia berkisar antara 0,51% - 38,4%. Preeklampsia dan eklampsia di seluruh dunia
diperkirakan menjadi penyebab kira-kira 14% (50.000-75.000) kematian maternal setiap
tahunnya. Angka kejadian preeklampsia di Amerika Serikat sendiri kira-kira 5% dari semua
kehamilan, dengan gambaran insidensinya 23 kasus preeklampsia ditemukan per 1.000
kehamilan setiap tahunnya

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


Promosi kesehatan dilakukan dengan metode penyuluhan. Penyuluhan disampaikan, terutama
pada audiens yang sedang hamil, yang memiliki resiko tinggi untuk terkena penyakit ini
PELAKSANAAN
Senin, 02 Desember 2019
Ruang tunggu Puskesmas Cikarang
Desa Karangasih, Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat

MONITORING DAN EVALUASI


Penyuluhan preeklampsia diikuti oleh 20 audiens. Penyuluhan yang disampaikan oleh
pemateri direspons positif oleh audiens. Audiens menanyakan beberapa hal, terutama
mengenai keluhan penyakitnya dan mengenai apa yang harus dihindari saat sudah
terdiagnosa preeklampsia. Audiens secara aktif merespon pertanyaan pemateri setelah
penyuluhan selesai, dan secara aktif berinteraksi dengan pemateri terkait materi yang telah
disampaikan.

5. PENYULUHAN GIZI SEIMBANG PADA ANAK DI PUSKESMAS


CIKARANG
Latar Belakang
Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu dari tiga
anak di dunia meninggal setiap tahun akibat buruknya kualitas gizi. Dari data Departemen
Kesehatan menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena masalah
kekurangan gizi dan buruknya kualitas makanan, didukung pula oleh kekurangan gizi selama
masih didalam kandungan. Kekurangan gizi masih menjadi masalah di Indonesia. Sebanyak
10,2% bayi di Indonesia lahir dengan berat badan rendah (<2500 gram), 19,6% balita di
Indonesia memiliki berat badan tidak sesuai dengan usianya (gizi kurang), dan 32,2% balita
di Indonesia memiliki tinggi badan tidak sesuai dengan usianya (pendek). Sekitar 8 juta anak
Indonesia mengalami pertumbuhan tidak maksimal, yang dapat memberikan dampak berupa
mudah sakit, kemampuan kognitif beerkurang, saat tua berisiko terkena penyakit
berhubungan dengan pola makan, fungsi-fungsi tubuh tidak seimbang, mengakibatkan
kerugian ekonomi, dan postur tubuh tak maksimal saat dewasa.
Saat ini Indonesia dihadapkan pada Beban Gizi Ganda atau sering disebut Double
Burden, yang artinya pada saat kita masih terus bekerja keras mengatasi masalah kekurangan
gizi seperti kurus, stunting, dan anemia, namun pada saat yang sama juga harus menghadapi
masalah kelebihan gizi atau obesitas. Gizi buruk adalah salah satu hal yang menjadi masalah
global, termasuk di Indonesia. Pemneuhan gizi yang belum tercukupi sejak dalam kandungan
hingga bayi lahir dapat menyebabkan terjadinya berbagai masalah kesehatan, baik pada ibu
maupun bayinya.
Banyak sekali faktor yang menyebabkan terjadinya masalah kurang gizi yaitu
ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga, pola pengasuhan anak, kondisi lingkungan atau
penyediaan air bersih serta pelayanan kesehatan yang tidak memadai serta faktor sosial
budaya dan ekonomi seperti tingkat pendapatan keluarga, besar anggota keluarga, pantangan
atau tabu dalam hal makanan dan adat kebiasaan yang merugikan.
Permasalahan
Kekurangan gizi merupakan salah satu penyebab tingginya kematian pada bayi dan
anak. Apabila anak kekurangan gizi dalam hal zat karbohidrat (zat tenaga) dan protein (zat
pembangun) akan berakibat anak menderita kekurangan gizi yang disebut KEP tingkat ringan
dan sedang, apabila hal ini berlanjut lama maka akan berakibat terganggunya pertumbuhan,
terganggunya perkembangan mental, menyebabkan terganggunya sistem pertahanan tubuh,
hingga menjadikan penderita KEP tingkat berat sehingga sangat mudah terserang penyakit
dan dapat berakibat kematian.
Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Berdasarkan permasalahan di atas maka diadakan kegiatan berupa penyuluhan
mengenai “Gizi Seimbang pada anak”. Penyuluhan diberikan kepada seluruh masyarakat
yang hadir dalam Puskesmas Cikarang. Kegiatan ini dilakukan dengan harapan dapat
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang Gizi seimbang pada anak dan gizi buruk,
komplikasi yang dapat terjadi, serta cara mencegah gizi buruk.

Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan “Gizi Seimbang” di Puskesmas Cikarang,
dilaksanakan pada :
Hari, Tanggal : Kamis, 23 Januari 2020
Tempat : ruang tunggu Puskesmas Cikarang, Desa Karangasih
Waktu : 08.30 WIB – selesai
Sasaran : Masyarakat sekitar

Monitoring dan Evaluasi


Kegiatan penyuluhan dilakukan kepada masyarakat yang hadir pada kegiatan
Puskesmas Cikarang. Kegiatan diawali dengan pengumpulan peserta, untuk kemudian
diberikan penyuluhan. Penyuluhan dibuka oleh narasumber dan menjelaskan maksud
diadakannya penyuluhan. Sebelum menyampaikan tentang materi “Gizi Seimbang”,
narasumber mengajukan beberapa pertanyaan pada peserta untuk mengetahui tingkat
pengetahuan peserta mengenai Gizi seimbang.
Materi penyuluhan yang diberikan terdiri atas apa itu gizi seimbang, komplikasi apa
saja yang dapat terjadi bila anak tidak mendapatkan gizi yang seimbang, dan bagaimana
menu makanan yang sesuai pada anak-anak. Setelah pemberian materi, dilanjutkan dengan
sesi tanya jawab. Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan, peserta diharapkan dapat mengerti
mengenai gizi seimbang serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya gizi yang baik bagi
tumbuh kembang anak.
6. Penyuluhan Kusta/ Lepra di ruang tunggu puskesmas Cikarang
a. Latar belakang
Penyakit Hansen atau Morbus Hansen yang dahulu dikenal sebagai
penyakit kusta atau lepra adalah sebuah penyakit infeksi kronis yang sebelumnya,
diketahui hanya disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Penyakit ini adalah
tipe penyakit granulomatosa pada saraf tepi dan mukosa dari saluran pernapasan atas
dan lesi pada kulit adalah tanda yang bisa diamati dari luar. Bila tidak ditangani, kusta
dapat sangat progresif, menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-saraf, anggota gerak,
dan mata. Tidak seperti mitos yang beredar di masyarakat, kusta tidak menyebabkan
pelepasan anggota tubuh yang begitu mudah, seperti pada penyakit tzaraath.
b. Permasalahan
Kusta disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri ini memerlukan waktu
6 bulan hingga 40 tahun untuk berkembang di dalam tubuh. Tanda dan gejala kusta
bisa saja muncul 1 hingga 20 tahun setelah bakteri menginfeksi tubuh penderita.
Penemuan kasus baru untuk penyakit kusta di Indonesia tergolong tinggi. Indonesia
menempati uratan ketiga, setelah India dan Brasil, untuk penemuan kasus baru
penyakit kusta pada tahun 2015. Sebenarnya kusta adalah penyakit yang dapat
diobati, namun adanya stigma negatif di masyarakat seringkali menyebabkan
munculnya diskriminasi terhadap penderitanya. Stigma negatif dan diskriminasi ini
berakibat kepada penemuan kasus baru dan pengobatan yang tertunda.

c. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Berdasarkan permasalahan di atas maka diadakan kegiatan berupa penyuluhan
mengenai “kusta/lepra ”. Penyuluhan diberikan kepada seluruh masyarakat yang
hadir dalam Puskesmas Cikarang. Kegiatan ini dilakukan dengan harapan dapat
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit kusta atau leprae, gejala
penyakit kusta, komplikasi yang dapat terjadi, serta cara mencegah penyakit kusta.
d. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan “Kusta/Lepra” di Puskesmas Cikarang,
dilaksanakan pada :
Hari, Tanggal : Kamis, 27 Februari 2020
Tempat : ruang tunggu Puskesmas Cikarang, Desa Karangasih
Waktu : 08.30 WIB – selesai
Sasaran : Masyarakat sekitar
e. Monitoring dan Evaluasi
Penyuluhan kusta diikuti oleh 20 audiens. Penyuluhan yang disampaikan oleh
pemateri direspons positif oleh audiens. Audiens menanyakan beberapa hal, terutama
mengenai keluhan penyakitnya dan mengenai apa yang harus dilakukan untuk
mencegah penyakit kusta. Audiens secara aktif merespon pertanyaan pemateri setelah
penyuluhan selesai, dan secara aktif berinteraksi dengan pemateri terkait materi yang
telah disampaikan.
PENYULUHAN HIPERTENSI di Desa Karang Asih
A. Latar Belakang
Hipertensi atau yang dikenal dengan nama penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan
dimana terjadi peningkatan tekanan darah di atas ambang batas normal yaitu 120/80 mmHg.
Menurut WHO (Word Health Organization), batas tekanan darah yang dianggap normal
adalah kurang dari 130/85 mmHg. Bila tekanan darah sudah lebih dari 140/90 mmHg
dinyatakan hipertensi (batas tersebut untuk orang dewasa di atas 18 tahun).
Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu hipertensi primer atau esensial
(90% kasus hipertensi) yang penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi sekunder (10%)
yang disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung dan gangguan
ginjal. Menurut JNC VII Report 2003, diagnosis hipertensi ditegakkan apabila didapatkan
tekanan darah sistolik (TDS) ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik (TDD) ≥ 90
mmHg pada dua kali pengukuran dalam waktu yang berbeda
WHO menyebutkan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring dengan
jumlah penduduk yang bertambah pada 2025 mendatang diperkirakan sekitar 29% warga
dunia terkena hipertensi. WHO menyebutkan negara ekonomi berkembang memiliki
penderita hipertensi sebesar 40% sedangkan negara maju hanya 35%, kawasan Afrika
memegang posisi puncak penderita hipertensi, yaitu sebesar 40%. Kawasan Amerika sebesar
35% dan Asia Tenggara 36%. Kawasan Asia penyakit ini telah membunuh 1,5 juta orang
setiap tahunnya. Hal ini menandakan satu dari tiga orang menderita hipertensi. Sedangkan di
Indonesia cukup tinggi, yakni mencapai 32% dari total jumlah penduduk
Menurut laporan Kemenkes (2013), bahwa hipertensi merupakan penyebab kematian
nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, dimana proporsi kematiannya mencapai 6,7% dari
populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Balitbangkes tahun 2013 menunjukkan prevalensi hipertensi secara nasional mencapai
25,8%. Penderita hipertensi di Indonesia diperkirakan sebesar 15 juta tetapi hanya 4% yang
hipertensi terkendali. Hipertensi terkendali adalah mereka yang menderita hipertensi dan
mereka tahu sedang berobat untuk itu. Sebaliknya sebesar 50% penderita tidak menyadari diri
sebagai penderita hipertensi, sehingga mereka cenderung untuk menderita hipertensi yang
lebih berat.

B. Permasalahan
Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Dalam beberapa
dekade terakhir, risiko tekanan darah tinggi telah meningkat karena penurunan gaya hidup
sehat. Bahkan, sembilan dari sepuluh orang berada pada risiko terkena hipertensi setelah usia
50 tahun.Menurut Depkes (2006) pada golongan umur 55-64 tahun, penderita hipertensi pada
pria dan wanita sama banyak. Dari beberapa penelitian tingginya prevalensi hipertensi sejalan
dengan bertambahnya umur. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di 6 kota besar seperti
Jakarta, Padang, Bandung, Yogyakarta, Denpasar, dan Makasar terhadap usia lanjut (55-85),
didapatkan prevalensi hipertensi sebesar 52,5%
C. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Berdasarkan permasalahan di atas maka diadakan kegiatan berupa penyuluhan
mengenai “Hipertensi” di Desa Karang Asih. Penyuluhan diberikan kepada seluruh
masyarakat dan kader yang hadir di Desa Karang Asih. Kegiatan ini dilakukan dengan
harapan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang Hipertensi, komplikasi yang
dapat terjadi, serta asupan gizi yang benar untuk pasien Hipertensi didaerah puskesmas
Cikarang.

D. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan “Hipertensi” dilaksanakan pada :
Hari, Tanggal : Jumat, 29 November 2019
Tempat : Desa Karang Asih
Waktu : 10.00 WIB – selesai
Sasaran : masyarakat sekitar

E. Monitoring dan Evaluasi


Kegiatan penyuluhan dilakukan kepada masyarakat yang hadir di desa Karang Asih.
Kegiatan diawali dengan pengumpulan peserta yang dibantu oleh petugas puskesmas, untuk
kemudian diberikan penyuluhan. Penyuluhan dibuka oleh narasumber dan menjelaskan
maksud diadakannya penyuluhan.
Materi penyuluhan yang diberikan terdiri atas apa itu hipertensi, komplikasi apa saja
yang dapat terjadi pada hipertensi, kendalikan Hipertensi dengan Patuh dan bagaimana
pengaturan gizi yang benar pada hipertensi. Setelah pemberian materi, dilanjutkan dengan
sesi tanya jawab. Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan, peserta diharapkan dapat mengerti
mengenai hipertensi, serta dapat menerapkannya di kehidupan sehari-hari dan sadar akan
pentingnya menerapkan gaya hidup sehat, dan mengkonsumsi makanan sehat.

Anda mungkin juga menyukai