Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Visum Et Repertum
Tanatologi
Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan logos
(ilmu). Tanatolgi adalah bagian dari ilmu kedokteran forensik yang mempelajari kematian dan
perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut.12
Sistem persarafan, sistem kardiovaskular dan sistem pernapasan adalah ketiga system yang
memungkinkan kehidupan seseorag dapat berlangsung. Ketiga sistem utama tersebut saling
memengaruhi satu dengan lainnya. Adanya gangguan pada salah satu system akan
menyebabkan terganggunya pula system yang lain.14 Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah
tentang mati, yaitu:
a. Mati somatis (mati klinis) terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang
kehidupan, yaitu susunan saraf pusat, sistem kardiovaskular dan sistem pernapasan,
yang menetap (irreversible). Secara klinis tidak ditemukan refleks-refleks, EEG
mendatar, nadi tidak teraba, denyut jantung tidak terdengar, tidak ada gerak
pernapasan dan suara nafas tidak terdengar pada auskultasi. 12
b. Mati suri (suspended animation, apparent death) adalah terhentinya ketiga sistim
kehidupan di atas (susunan saraf pusat, sistem kardiovaskular dan sistem
pernapasan) yang ditentukan dengan alat kedokteran sederhana. Dengan peralatan
kedokteran canggih masih dapat dibuktikan bahwa ketiga sistem tersebut masih
berfungsi. Mati suri sering ditemukan pada kasus keracunan obat tidur, tersengat
aliran listrik dan tenggelam.12
c. Mati seluler (mati molekuler) adalah kematian organ atau jaringan tubuh yang
timbul beberapa saat setelah kematian somatis. Daya tahan hidup masing - masing
organ atau jaringan berbeda-beda, sehingga terjadinya kematian seluler pada tiap
organ tidak bersamaan. Sebagai gambaran, bahwa susunan saraf pusat mengalami
mati seluler dalam waktu 4 menit; otot masih dapat dirangsang (listrik) sampai kira-
kira 2 jam pasca mati dan mengalami mati seluler setelah 4 jam.12 Kornea masih
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan transplantasi bila jaringan tersebut diambil
dalam jangka waktu 6 jam setelah seseorang dinyatakan mati somatis. 14
d. Mati serebral adalah kerusakan kedua hemisfer otak yang irreversible kecuali
batang otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu sistem
pernapasan dan sistem kardiovaskular masih berfungsi dengan bantuan alat.12
e. Mati otak (mati batang otak) adalah bila telah terjadi kerusakan seluruh isi neuronal
intrakranial yang irreversible, termasuk batang otak dan serebelum. Dengan
diketahuinya mati otak (mati batang otak) maka dapat dikatakan seseorang secara
keseluruhan tidak dapat dinyatakan hidup lagi, sehingga alat bantu dapat
dihentikan.12,15
1. Tanda Kematian
Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang
berupa tanda kematian, yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan
tersebut dapat timbul dini pada saat meninggal atau beberapa menit kemudian, misalnya
kerja jantung dan peredaran darah terhenti, pernapasan berhenti, refleks cahaya dan
kornea mata hilang, kulit pucat dan relaksasi otot. Setelah beberapa waktu timbul
perubahan pascamati yang jelas yang memungkinkan diagnosis kematian lebih pasti.
Tanda-tanda tersebut dikenal sebagai tanda pasti kematian berupa lebam mayat, kaku
mayat (rigor mortis), penurunan suhu tubuh, pembusukan, mumifikasi dan adiposera.12
6) Mummifikasi
Mummifikasi adalah proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang
cukup cepat sehingga terjadi pengeringan jaringan yang selanjutnya dapat
menghentikan pembusukan. Jaringan berubah menjadi keras dan kering,
berwarna gelap, berkeriput dan tidak membusuk karena kuman tidak dapat
berkembang pada lingkungan yang kering. Mumifikasi terjadi bila suhu hangat,
kelembaban rendah, aliran udara yang baik, tubuh yang dehidrasi dan waktu
yang lama (12-14 minggu). Mumifikasi jarang terjadi pada cuaca yang
normal.12
Beberapa uji dapat dilakukan terhadap mayat yang masih segar, misalnya
rangsangan listrik masih dapat menimbulkan kontraksi otot mayat sehingga 90-120
menit pasca mati dan mengakibatkan sekresi kelenjar keringat sampai 60-90 menit
pasca mati, sedangkan trauma masih dapat menimbulkan perdarahan bawah kulit
sampai 1 jam pasca mati. 12
a. Surat Permintaan Visum
Daftar Pustaka
12. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian
Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997.
13. Siswadja TD. Tata laksana pembuatan VeR perlukaan dan keracunan. Simposium
Tatalaksana visum et repertum Korban Hidup pada Kasus Perlukaan & Keracunan di
Rumah Sakit. Jakarta: RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, Rabu 23 Juni 2004.
14. Budiyanto A. Widiatmaka W, dkk. Ilmu Kedokteran Forensik Edisi Pertama Cetakan
Kedua. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 1997.
15. Idries AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik Edisi Pertama. Jakarta: Binarupa
Aksara. 1997
16. Venita and Safitry, O. (2014) ‘Autopsi’, in Kapita Selekta Kedokteran Essensials of
Medicine.
17. Sepherd R. Simpson’s Forensic Medicines. London: Arnold Publishers. 2003.