GEOWISATA Sebuah Solusi Pemanfaatan Kekayaan Geologi Yang Berwawasan Lingkungan PDF
GEOWISATA Sebuah Solusi Pemanfaatan Kekayaan Geologi Yang Berwawasan Lingkungan PDF
ABSTRACK
This article tries to realize a solution how to make use of geology for eco-tourism and economic
activities at the site management level. The paradigm in the management of geowisata is how the
management of tourism is able to optimize the potential of nature (geology) to be added value for the
economic welfare of local communities, as well as able to minimize the potential of natural damage.
Therefore, this article attempts to recommend a geotourism management model. The management of
geo-tourism is in five main focuses, including: formulating the natural potential that can be used for
geotourism activities, formulating criteria of geo-tourism destinations, geo-tourism management,
formulating activities in geo-tourism activities, and finally on indicators of success or from geo-tourism
output.
Keywords: Geotourism, nature tourism, tourism geology
ABSTRAK
Artikel ini mencoba mewujudkan sebuah solusi bagaimana memanfaatkan kekayaan geologi beserta
berbagai dinamikanya untuk kegiatan wisata dan ekonomi yang berwawasan lingkungan pada tingkatan
manajemen tapak. Paradigma dalam pengelolaan geowisata adalah bagaimana pengelolaan pariwisata
mampu mengoptimalkan potensi alam (geologi) menjadi bernilai tambah bagi kesejahteraan ekonomi
masyarakat lokal, sekaligus mampu menekan seminimal mungkin potensi kerusakan alam. Oleh karena
itu, artikel ini mencoba merekomendasikan model pengelolaan geowisata. Pengeloaan geowisata berada
dalam lima fokus utama, yaitu : merumuskan potensi alam yang dapat digunakan untuk kegiatan
geowisata, merumuskan kriteria-kriteria destinasi geowisata, manajemen geowisata, merumuskan
aktifitas dalam kegiatan geowisata, dan terakhir mengenai indikator keberhasilan atau dari output
geowisata.
Kata kunci: Geowisata, pariwisata alam, geologi pariwisata
Melihat tabel diatas, dapat disimpulkan antara wisatawan dengan masyarakat. Wisata di
bahwa pada prinsipnya kriteria daya tarik kawasan geopark, tidak selamanya berinteraksi
wisata alam dengan keriteria geopark telah dengan benda mati (alam non hayati), akan
memiliki kemiripan satu sama lain, hanya saja tetapi interaksi dengan masyarakat lokal sekitar
masih terdapat satu dua aspek yang tidak juga cukup penting, sehingga mampu
dimiliki satu sama lain. Oleh karena itu, memberikan pengalaman yang lebih bernilai
perumusan kriteria geowisata melengkapi bagi wisatawan; (3) Rewarding, pariwisata
kekurangan dari kriteria daya tarik wisata alam yang memasukkan unsur pemberian
secara umum. Perumusan kriteria geowisata penghargaan. Idealnya dalam kegiatan
juga melengkapi kekurangan dari kriteria geowisata, aktifitas tour yang ditawarkan
geopark yang telah diajukan oleh UNESCO. adalah paket wisata yang mampu
Selain itu, dalam operasional kegiatan menumbuhkan kesadaran (awareness) bagi
geowisata dapat mengadaptasi pola wisata wisatawan serta tuan rumah wsiata untuk lebih
minat khusus. Pada prinsipnya, pariwisata mencintai alam, menjaga kelestarianya, serta
minat khusus adalah pariwisata yang kepedulian untuk mendukung konservasi
mempunyai kaitan dengan petualangan sumber daya alam langka dalam kasus
(adventure) serta unsur pengkayaan wisatawan fenomena geologi tertentu; (4) Adventuring,
berupa pengetahuan dan pengalaman baru. pariwisata yang dirancang dan dikemas
Unsur-unsur wisata minat khusus yang sehingga terbentuk wisata petualangan.
diajukan oleh Fandeli dalam Sudana (2013) Kekeliruan yang umum dalam
sebagai berikut : (1) Learning, pariwisata perencanaan destinasi alam konvensional
menekankan pada unsur belajar sebagai daya adalah menambah berbagai kemudahan bagi
tarik utamanyanya. Dalam kasus geowisata, wisatawan dengan membangun fasilitas wisata
yang dipelajari dapat berupa bentang alam disana-sini pada saat destinasi wisata mulai
geologi : baik struktur geologinya, stratifigrafi, laku. Meskipun penting pembangunan fasilitas
topografinya, jenis batuanya, kandunngan wisata juga perlu dilakukan dengan penuh
mineralnya dan lain sebagainya. Wisatawan pertimbangan dan hati-hati, fakta menujukan
juga dapat diajak untuk mempelajari porses- bahwa wisatawan petualang justru tidak terlalu
proses terbentuknya fenomena geologi diatas, peduli terhadap sarana wisata saat berkunjung
serta mempelajari keterkaitanya dengan pola ke destinasi wisata alam, melainkan
kehidupan masyarakat dan sebagainya; (2) pengalaman dari sajian daya tarik yang cukup
Enriching, pariwisata yang memasukkan menantang menjadi alasan utama mereka untuk
peluang terjadinya pengkayaan pengetahuan berwisata (Hermawan, 2017).
Dalam hal ini, pembagunan sarana dimaksud adalah pembangunan yang
wisata sebaiknya disesuaikan dengan berkelanjutan. Pembangunan yang
kebutuhan pokok wisatawan. Apakah fasilitas berkelanjutan adalah pembangunan untuk
yang dimaksud memang diperlukan memenuhi kebutuhan hidup saat ini tanpa
wisatawan? atau dengan berbagai kemudahan merusak atau menurunkan kemampuan
(sarana wisata) justru menghilangkan aspek generasi mendatang dalam memenuhi
petualangan yang dicari wisatawan dan justru kebutuhan hidupnya (World Commission on
merusak kealamiahan lingkungan. Environmenoutal and Development, 1987 dan
Pada saat ini, jumlah wisatawan yang Komisi PBB untuk Pembangunan
mencari pengalaman lebih dalam dari situs atau Berkelanjutan 1999). Rumusan yang lebih
daerah yang dikunjungi semakin bertambah. spesifik dalam pariwisata berkelanjutan adalah
Pengunjung tipe ini ingin tahu lebih banyak memenuhi kebutuhan wisata saat ini sekaligus
tentang situs atau daerah dan isu-isu terkait melindungi dan meningkatkan peluang
kegeologian. Informasi ini tidak hanya pemenuhan kebutuhan pariwisata masa depan,
mencakup ilmu bumi tetapi juga aspek historis, sekaligus terjaga kelangsungan alam, adil bagi
arkeologi, ekologi atau artistik dari situs ekonomi dan sosial budaya masyarakat. Prinsip
geologi. Jika suatu area atau situs dilindungi, ini dipertimbangkan dalam manajerial untuk
mereka ingin memahami alasannya mengelola semua sumber daya sedemikian
(Kubalíková & Kirchner, 2016). rupa, sehingga ekonomi, sosial, dan kebutuhan
Geowisata dapat dijadikan media bagi estetika dapat terpenuhi dengan tetap menjaga
sosialisasi ilmu pengetahuan alam, pendidikan nilai-nilai kearifan budaya, perlindungan
lingkungan, serta pelestarian alam berbasis ekologis penting, keragaman unsur biologi
geologi yang pada akhirnya diharapkan akan serta sistem pendukung kehidupan lainya
terwujud pembangunan pariwisata yang (Insula dalam Berno & Bricker, 2001).
berkelanjutan. (3) Prinsip ketiga, upaya menjadikan
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan geowisata sebagai kegiatan pariwisata minat
dalam perencanaan, pengembangan dan khusus dengan memanfaatkan seluruh potensi
pengelolaan geowisata yang harus menjadi sumber daya alam, sehingga diperlukan
pedoman manajemen sebagai berikut: peningkatan pengayaan wawasan dan
(1) Prinsip pertama, objek geologi yang pemahaman proses fenomena fisik alam.
dijadikan sebagai daya tarik geowisata benar- Contoh objek geowisata adalah gunung berapi,
benar merupakan bentukkan hasil proses danau, air panas, pantai,sungai, dan lain-
geologi. Geowisata membutuhkan bentang lain.yang di dalamnya tentu saja memiliki
alam yang asli dan alami, bukan alam buatan aspek dalam bidang pendidikan sebagai
hasil rekayasa manusia atau artifisial. Keaslian pengetahuan geodiversity keragaman warisan
dalam daya tarik berbasis alam telah disinggung bumi yang perlu dilestarikan (Nainggolan,
dalam kriteria daya tarik wisata alam yang telah 2016a). Untuk itu, destinasi geowisata
disampaikan sebelumnya. Bahwa kriteria daya sebaiknya dilengkapi dengan sistem informasi
tarik wisata alam haruslah memiliki nilai yang jelas dan mudah dipahami. Dengan sistem
keaslian (originalitas dan otentisitas). Aspek informasi yang baik, diharapkan wisatawan
fisik yang dijadikan daya tarik wisata tersebut paham akan proses proses alam yang terjadi.
dapat berupa kondisi geologis, jenis-jenis Dengan informasi yang baik, masyarakat juga
batuan beserta kandungan mineral didalamnya, diharapkan sadar untuk tidak merusak
atau hal lain yang masih berhubungan dengan keindahan lingkungan di sekitar geowisata.
geologi. Education Tour merupakan bentuk
(2) Prinsip kedua, pengelolaan geowisata pengemasan tour yang cocok dengan
harus suistanable, artinya pengembangan dan geowisata. Education Tour merupakan suatu
pengelolaan geowisata haruslah berkelanjutan perjalanan wisata yang dimaksudkan untuk
agar kelestariannya dapat terjaga. Tidak hanya memberikan gambaran, studi perbandingan
dalam pariwisata, dalam bisnis manapun ataupun pengetahuan mengenai bidang
kelangsungan jangka panjang merupakan pendidikan atau ilmu yang dikunjunginya.
pertimbangan utama dalam pengeloalaanya. Education tour ini dilakukan untuk
Konsep pembangunan jangka panjang yang mengembangkan wawasan dan ilmu
pengetahuan bagi para pelakunya. Pelaku yang Tourism,” n.d., diakses tanggal 15 Agustus
melakukan perjalanan wisata pendidikan 2016); (ASEAN Community Based Tourism
biasanya tidak terlalu mementingkan Standart 2016).
kemewahan yang berlebihan dalam melakukan (5) Prinsip kelima adalah Tourist
kegiatan perjalanan. Namun menuntut satisfaction (R. Dowling & Newsome, 2010).
pengkayaan diri yang lebih, berupa ilmu Mewujudkan kepuasan wisatawan berarti
pengetahuan dan pengalaman baru. pengelolaan geowisata dapat memberikan
(4) Prinsip keempat adalah locally kepuasan lahir dan batin bagi wisatawan yang
beneficial atau bermanfaat secara lokal. Yang mengunjunginya. Kepuasan wisatawan dapat
bermakna bahwa keberadaan geowisata diperoleh dengan tata kelola wisata yang bagus,
diharapkan mampu memberikan manfaat bagi setidaknya mampu menyajikan daya tarik
masyarakat/ komunitas yang berada di wisata yang indah, unik, asli dan bernilai
sekitarnya (N Ginting dkk., 2017). Manfaat edukasi disertai dengan sarana prasarana
tersebut dapat berupa kontribusi dampak positif pendukung yang tepat guna dan didukung
yang dapan dinikmati seperti : pertumbuhan pelayanan prima (Hermawan, 2017).
ekonomi, kemajuan nilai sosial-budaya, Peningkatan keselamatan juga dianggap
peningkatan kualitas lingkungan atau lainnya sebagai upaya yang sangat tepat dalam
(Hermawan, 2016; Hermawan, 2016a). menjamin kepuasan wisatawan terhadap
Dengan pengelolaan geowisata destinasi wisata.
diharapkan proses pembangunan di daerah Untuk mendukung keselamatan
wisata tersebut semakin meningkat, dan wisatawan dapat dilakukan dengan upaya
manfaatnya dapat dirasakan secara nyata oleh minimalisasi risiko bahaya dan kecelakaan
masyarakat lokal. Salah satu model tata kelola dengan mengadaptasi anjuran dalam
atau sistem manajemen yang cocok untuk guidelines for safe recreational water (2003).
geowisata yaitu mengadopsi pariwisata Pencegahan resiko kecelakaan dapat dilakukan
berbasis kerakyatan atau masyarakat, yang dengan peningkatan keselamatan. Peningkatan
dikenal dengan Community Based Tourism keselamatan tersebut dapat diintervensi dengan
(CBT). lima pendekatan yaitu : (1) Pekerjaan/
Konsep CBT, mensyaratkan bahwa perekayasaan (engineering); (2) Memperkuat
pariwisata sebaiknya diinisiasi bersama (enforment); (3) Pendidikan (education); (4)
masyarakat lokal, dikembangkan oleh Tindakan untuk memberanikan
masyarakat lokal, dan benefit dari pariwisata (encouragement); dan (5) Kesiapan bahaya
diharapkan dapat dinikmati masyarakat lokal (emergency preparadness).
sendiri (“Kyrgyz Community Based
Jika digambarkan, maka rumusan model pengelolaan geowisata yang diajukan sebagai berikut :
Manajemen Geowisata :
Batuan &
kandungan Output
mineral
Peningkatan pengetahuan dan Kepuasan wisatawan, Kelestarian
lingkungan, Kesejahteraan ekonomi masyarakat lokal, Pariwisata
yang berkelanjutan
Bagan diatas menunjukan bahwa, pengeloaan Tercapainya kepuasan wisatawan melalui
geowisata berada dalam lima fokus utama, pengalaman bewisata dan pengkayaan
yaitu merumuskan potensi alam yang dapat pengetahuan yang didapat selama berwisata;
digunakan untuk kegiatan geowisata (bisa (3) Peningkatan kesejahteraan ekonomi
memakai kawasan yang berstatus geopark), masyarakat; (4) Terwujudnya pengelolaan
merumuskan kriteria-kriteria destinasi pariwisata yang berkelanjutan.
geowisata, manajemen geowisata, merumuskan
aktifitas dalam kegiatan geowisata, dan terakhir PENUTUP
mengenai indikator keberhasilan atau dari Geowisata mencoba dihadirkan sebagai
output geowisata. sebuah solusi bagaimana memanfaatkan
Potensi atau fenomena geologi yang kekayaan geologi beserta berbagai
dapat dijadikan daya tarik wisata meliputi : (1) dinamikanya untuk kegiatan wisata dan
struktur geologi; (2) stratifigrafi; (3) topografi, ekonomi yang berwawasan lingkungan.
(4) termasuk juga batuan, fosil, dan material Paradigma dalam pengelolaan geowisata
adalah bagaimana pengelolaan pariwisata
yang terkandung didalamnya.
mampu mengoptimalkan potensi alam
Keempat fenomena diatas hendaknya
(geologi) menjadi bernilai tambah bagi
memenuhi kriteria-kriteria untuk kesejahteraan ekonomi masyarakat lokal,
dikembangkan sebagai destinasi geowisata. sekaligus mampu menekan seminimal mungkin
Kriteria destinasi geowisata sebagai berikut : potensi kerusakan alam.
(1) Adanya aspek informasi dan pengkayaan Oleh karena itu, artikel ini mencoba
ilmu pengetahuan kegeologian (geo-science); merekomendasikan model pengelolaan
(2) Adanya keanekaragaman daya tarik dalam geowisata. Pengeloaan geowisata berada dalam
satu kawasan; (3) Keindahan, keaslian, nilai lima fokus utama, yaitu merumuskan potensi
ilmiah, dan keunikan alam (geologi); (4) alam yang dapat digunakan untuk kegiatan
Peluang untuk petualangan alam; (5) Adanya geowisata (bisa memakai kawasan yang
ekosistem yang alami dan dijaga melalui berstatus geopark), merumuskan kriteria-
kegiatan/ menajemen wisata berbasis kriteria destinasi geowisata, manajemen
geowisata, merumuskan aktifitas dalam
konservasi
kegiatan geowisata, dan terakhir mengenai
Aktifitas Geowisata yang dapat dikembangkan indikator keberhasilan atau dari output
di destinasi meliputi : (1) Pembelajaran geowisata.
kegeologian; (2) Kegiatan yang mampu Potensi atau fenomena geologi yang
memberi pengkayaan pengetahuan (wisatawan- dapat dijadikan daya tarik wisata meliputi : (1)
masyarakat) khususnya terkait dengan aspek struktur geologi; (2) stratifigrafi; (3) topografi,
kegeologian yang menjadi daya tarik wisata (3) (4) termasuk juga batuan, fosil, dan material
Kegiatan penghargaan dan pelestarian atau yang terkandung didalamnya.
konservasi alam (4) Petualangan lintas alam. Keempat fenomena diatas hendaknya
Hal ini harus diriringi dengan pengelolaan oleh memenuhi kriteria-kriteria untuk
manajemen profesional dalam hal (1) dikembangkan sebagai destinasi geowisata.
Pengembangan atraksi geowisata & Konservasi Kriteria destinasi geowisata sebagai berikut :
lingkungan; (2) Pembangunan pariwisata (1) Adanya aspek informasi dan pengkayaan
berkelanjutan & keterlibatan masyarakat; (3) ilmu pengetahuan kegeologian (geo-science);
Safety manajement; (4) Service excelent (2) Adanya keanekaragaman daya tarik dalam
disertai sarana prasarana pendukung satu kawasan; (3) Keindahan, keaslian, nilai
Aktifitas geowisata diharapkan dapat ilmiah, dan keunikan alam (geologi); (4)
memberi output manfaat yang meliputi : (1) Peluang untuk petualangan alam; (5) Adanya
Manfaat pada kelestarian alam, dan fenomena ekosistem yang alami dan dijaga melalui
geologi yang menjadi daya tarik wisata; (2) kegiatan/ menajemen wisata berbasis
konservasi
Aktifitas Geowisata yang dapat Principles of Geotourism. Springer.
dikembangkan di destinasi meliputi : (1) Darsono, R. (2015). Pengaruh Kualitas Daya
Pembelajaran kegeologian; (2) Kegiatan yang Tarik Wisata terhadap Tingkat Kepuasan
mampu memberi pengkayaan pengetahuan Wisatawan, Studi Kasus di Waduk
(wisatawan-masyarakat) khususnya terkait Jatiluhur-Kabupaten Purwakarta.
dengan aspek kegeologian yang menjadi daya JURNAL NASIONAL PARIWISATA,
5(1), 14–22.
tarik wisata (3) Kegiatan penghargaan dan
Darsoprajitno, S. (2002). Ekologi Pariwisata.
pelestarian atau konservasi alam (4)
Bandung: Penerbit Angkasa.
Petualangan lintas alam. Hal ini harus diriringi Dirgantara, A. R. (2012). Peran Interpreter
dengan pengelolaan oleh manajemen dalam Kegiatan Geowisata: Studi Kasus
profesional dalam hal (1) Pengembangan Gunung Tangkuban Perahu. Retrieved
atraksi geowisata & Konservasi lingkungan; (2) from www.academia.edu
Pembangunan pariwisata berkelanjutan & Dowling, R. K. (2011). Geotourism’s Global
keterlibatan masyarakat; (3) Safety Growth. Geoheritage, 3, 1–13.
manajement; (4) service excelent disertai Dowling, R. K., & Newsome, D. (2006).
sarana prasarana pendukung Geotourism. routledge.
Aktifitas geowisata diharapkan dapat Dowling, R., & Newsome, D. (2010). Chapter
memberi output manfaat yang meliputi : (1) 1. Geotourism: A global activity. Global
Manfaat pada kelestarian alam, dan fenomena Geotourism Perspectives. Goodfellow
London.
geologi yang menjadi daya tarik wisata; (2)
Ginting, N., Rahman, N. V., & Sembiring, G.
Tercapainya kepuasan wisatawan melalui (2017). Tourism Development Based on
pengalaman bewisata dan pengkayaan Geopark in Bakkara Caldera Toba,
pengetahuan yang didapat selama berwisata; Indonesia. In IOP Conference Series:
(3) Peningkatan kesejahteraan ekonomi Materials Science and Engineering (Vol.
masyarakat; (4) Terwujudnya pengelolaan 180, p. 12086). IOP Publishing.
pariwisata yang berkelanjutan. Ginting, N., & Sasmita, A. (2018). Developing
Tourism Facilities Based on Geotourism
DAFTAR PUSTAKA in Silalahi Village, Geopark Toba
Adom, Y. A., Jussem, B., Pudun, J., & Azizan, Caldera. In IOP Conference Series:
Y. (2012). Factors that Influence Earth and Environmental Science (Vol.
Visitor’s Satisfaction Toward Kuching 126, p. 12163). IOP Publishing.
Waterfront. Journal for the Advancement Guidelines for Safe Recreational Water.
of Scient & Art, 45. Volume 1, Coastal and Fresh Waters.
Ahman Sya, M. (2012). Geologi Pariwisata. (2003). Risk Management (Vol. 1).
Bandung: Universitas BSI Press. Hendratno, A. (2004). Peluang Pemanfaatan
ASEAN Community Based Tourism Standart. Data Geologi dan Sumberdaya Mineral
(2016). Jakarta: ASEAN Secretariat. dalam Pembangunan Wilayah. In
Retrieved from public@asean.org Seminar Geologi Nuklir dan Sumberdaya
Basiya, R., & Rozak, H. A. (2012). Kualitas Tambang. Jakarta: Pusat Pengembangan
Daya Tarik Wisata, Kepuasan dan Niat Bahan Galian dan Geologi Nuklir-
Kunjungan Kembali Wisatawan BATAN. Retrieved from
Mancanegara di Jawa Tengah. Jurnal http://www.iaea.org/inis/collection/NCL
Ilmiah Dinamika Kepariwisataan, 11(2). CollectionStore/_Public/39/123/3912307
Berno, T., & Bricker, K. (2001). Sustainable 6.pdf
Tourism Development: The Long Road Hermawan, H. (2016a). Dampak
from Theory to Practice. International Pengembangan Desa Wisata
Journal of Economic Development, 3(3), Nglanggeran Terhadap Ekonomi
1–18. Masyarakat Lokal. Jurnal Pariwisata,
Camp, M. C. I. (2016). Wisata Outbond 3(2), 105–117.
Ciwangun Indah Camp. Hermawan, H. (2016b). Dampak
Chen, A., Lu, Y., & Ng, Y. C. Y. (2015). The Pengembangan Desa Wisata
Nglanggeran Terhadap Sosial Budaya Cestovního Ruchu. Czech Jounal of
Masyarakat Lokal. In Seminar Nasional Tourism, 1(2).
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pendit, N. S. (2002). Ilmu Pariwisata. Jakarta:
Komputer Nusa Mandiri Pertama Tahun P.T Pradnya Paramita.
2016 (Vol. 1, pp. 426–435). SNIPTEK Pitana, I. (2009). Pengantar Ilmu Pariwisata.
Nusa Mandiri. Yogyakarta: andi.
Hermawan, H. (2017). Pengaruh Daya Tarik Pitana, I. G., & Putu, G. (2009). Sosiologi
Wisata, Keselamatan dan Sarana Wisata Pariwisata. Yogyakarta: Andi.
Terhadap Kepuasan serta Dampaknya Purbohadiwijoyo, M. M. (1967).
terhadap Loyalitas Wisatawan : Studi Hydrogeology of Strato-volcanoes: A
Community Based Tourism di Gunung Geomorphic Approach. In Memoires IAH
Api Purba Nglanggeran. Wahana Congress 1965 (pp. 293–298).
Informasi Pariwisata : Media Wisata, Seminar Nasional Tentang Geowisata. (1990).
15(1), 562–577. In Seminar Nasional Tentang Geowisata.
Hermawan, H., & Brahmanto, E. (2018). Pusat Penelitian dan Pengembangan
GEOWISATA : Perencanaan Pariwisata Geologi (P3G) : Departemen Energi dan
Berbasis Konservasi. Jawa Tengah: Jawa Mineral Republik Indonesia.
Tengah: PT Nasya Expanding Stevianus, S. (2014). Pengaruh Atraksi Wisata,
Management. Fasilitas Dan Kualitas Pelayanan
Hidayat, N. (2002). Analisis Pengelolaan Terhadap Kepuasan Pengunjung Di
Kawasan Eksokarst Gunungkidul Taman Margasatwa Ragunan Jakarta.
sebagai Kawasan Geowisata. Institut Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, 19(3).
Pertanian Bogor. Stokes, A. M., Cook, S. D., & Drew, D.
Khan. (1997). Tourism Development and (2003). Geotourism: The New Trend in
Dependency Theory: Mass Tourism travel. Travel Industry America and
versus Ecotourism. Annals of Tourism National Geographic Traveler.
Research, 24(4), 988–991. Sudana, I. P. (2013). Strategi Pengembangan
Kubalíková, L., & Kirchner, K. (2016). Desa Wisata Ekologis Di Desa
Geosite and Geomorphosite Assessment Belimbing, Kecamatan Pupuan
as A Tool For Geoconservation and Kabupaten Tabanan. Analisis Pariwisata,
Geotourism Purposes: A Case Study 13(1), 11–31.
from Vizovicka Vrchovina Highland Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009
(Eastern Part of The Czech Republic). Tentang Kepariwisataan, Sekretariat
Geoheritage, 8(1), 5–14. Negara. Jakarta § (2009). Indonesia.
Kyrgyz Community Based Tourism. (2017). UNESCO. (2006). Guidelines and Criteria for
Retrieved from www.cbtkyrgyztan.kg National Geoparks seeking UNESCO’s
Naidoo, P., Ramseook-Munhurrun, P., & assistance to join the Global Geoparks
Seegoolam, P. (2011). An Assessment of Network (GGN).
Visitor Satisfaction with Nature-Based Wood, M. (2002). Ecotourism: Principles,
Tourism Attractions. practices and policies for sustainability.
Nainggolan, R. (2016a). Informasi Geologi UNEP.
Lingkungan Berbasis Partisipasi World Commission on Environmenoutal and
Masyarakat debagai Kawasan Geowisata Development. (1987) (Our Common).
Danau Toba di Kabupaten Samosir. Oxford University Press.
Jurnal Penelitian Pendidikan Sosial Dan
Humaniora, 1(1), 22–28. PROFIL PENULIS
1
Nainggolan, R. (2016b). Informasi Geologi Hary Hermawan, lahir di Sleman pada
Lingkungan Berbasis Partisipasi tanggal 30 September 1990. Saat ini penulis
Masyarakat sebagai Kawasan Geowisata bekerja sebagai dosen di Sekolah Tinggi
Danau Toba di Kabupaten Samosir. Pariwisata AMPTA Yogyakarta. Selain
Jurnal Penelitian Pendidikan Sosial Dan mengajar, penulis juga aktif dalam kegiatan
Humaniora, 1(1), 22–28. penelitian bidang keahlian manajemen
Pásková, M. (2012). Environmentalistika kepariwisataan. Karya yang pernah diterbitkan
penulis berupa buku-buku pariwisata
diantaranya buku berjudul “Geowisata :
Perencanaan Pariwisata Berbasis Konservasi”
dan Buku berjudul “Pengantar Manajemen
Hospitality.” Penulis juga memiliki website
pribadi yang menyediaakan konten-konten
kepariwisataan yang dapat diakses di
www.indonesiacultureandtourism.com.
2
Yosef Abdul Ghani, Merupakan dosen
tetap prodi pariwisata di Universitas BSI
Bandung. Saat ini mengampu mata kuliah
ekowisata dan geografi pariwisata.