Anda di halaman 1dari 10

J-PAL, Vol. 7, No.

1, 2016 ISSN: 2087-3522


E-ISSN: 2338-1671

Studi Laju Transpirasi Peltophorum dassyrachis dan Gliricidia sepium Pada


Sistem Budidaya Tanaman Pagar Serta Pengaruhnya Terhadap
Konduktivitas Hidrolik Tidak Jenuh
Sugeng Prijono1, Moh. Teguh Satya Laksmana2
1Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang
2 Alumni Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang

Abstrak
Laju transpirasi tanaman bervariasi dengan karakter vegetasi, karakter tanah, lingkungan dan budidaya tanaman. Studi
ini bertujuan untuk mempelajari perbedaan kadar lengas tanah dan laju transpirasi tanaman pagar, dan pengaruh laju
transpirasi tanaman terhadap konduktivitas hidrolik tidak jenuh. Studi ini dilakukan di Daerah Karta, Lampung Utara,
Indonesia selama tiga bulan. Studi ini menggunakan Rancangan Petak Terbagi, dengan dua perlakuan petak utama (jenis
tanaman pagar) yaitu Peltophorum dassyrachis (P) dan Gliricidia sepium (G). Dua perlakuan (anak petak) adalah jarak
tanaman 40 cm (A) dan 120 cm (B). Masing-masing perlakuan ini diulang empat kali. Pengamatan kadar lengas tanah
dilakukan dengan mengkalibrasikan hasil pengukuran Neutron Probe dengan kadar air gravimetrik. Laju transpirasi
tanaman dihitung berdasarkan selisih antara kadar lengas tanah pada perlakuan tanaman pagar tanpa perakaran (T)
dengan kadar lengas tanah pada perlakuan tanaman pagar dengan perakaran (R). Konduktivitas hidrolik tidak jenuh
diukur dengan menggunakan metode Pedo Transfer Functions. Data hasil pengamatan selanjutnya dianalisis
menggunakan metode analisis ragam (ANOVA), uji korelasi dan regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar
lengas tanah di bawah G. sepium lebih tinggi dibandingkan dengan P. dassyrachis, kecuali pengamatan hari ke-0 di
kedalaman 40-70 cm. Kadar lengas tanah cenderung menurun seiring dengan waktu pengamatan pada semua jenis
tanaman pagar dan jarak tanamnya. Laju transpirasi G. sepium lebih tinggi dibandingkan dengan P. dassyrachis pada
kedalaman tanah 0-40 cm, sedangkan pada kedalaman 40-60 cm laju transpirasi kedua jenis tanaman pagar tersebut
adalah sama. Pada kedalaman tanah 0-20 cm, laju transpirasi tanaman pagar dengan jarak tanam 40 cm lebih tinggi
dibandingkan dengan jarak 120 cm. Sedangkan pada kedalaman tanah 20-60 cm, laju transpirasi tanaman pagar dengan
jarak 120 cm lebih tinggi dibandingkan dengan jarak tanam 40 cm. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa tidak terdapat
korelasi antara laju transpirasi tanaman pagar dengan konduktivitas hidrolik tidak jenuh.

Kata kunci: Hedgerow, Kadar Lengas Tanah, Konduktivitas Hidrolik Tidak Jenuh, Transpirasi

Abstract
Transpiration rate are varied with vegetation character, soil characteristics, environmental conditions and crops. This
study aims to analyze differences in soil moisture content and transpiration rate of hedgegrow plant, and effects of
transpiration rate on the unsaturated hydraulic conductivity. The study was conducted in the Karta, North Lampung,
Indonesia, for three months. This study used the split-plot experimental design, with two main plot treatments (species
of hedgerow plant) i.e. Peltophorum dassyrachis (P) and Gliricidia sepium (G). Two subplot treatments (plant spacing)
i.e. 40 cm (A) and 120 cm (B). Each treatment was replicated four times. Observation of soil moisture content is done by
calibrating the measurement of Neutron Probe with gravimetric water content. Plant transpiration rate is calculated
based on the difference between soil moisture levels on hedgegrow plants without roots (T) and soil moisture levels at
hedgegrow plants with roots (R). Unsaturated hydraulic conductivity is measured using the Pedo Transfer Functions.
The data were analyzed using analysis of variance (ANOVA), analysis of correlation and regression. The results showed
that the soil moisture content under G. sepium are higher than under P. dassyrachis, except the observation at the 0
day in a soil depth of 40-70 cm. Soil moisture content tends to decrease over time observations on all kinds of
hedgerows and planting space. G. sepium transpiration rate was higher than P. dassyrachis at 0-40 cm soil depth, while
at a depth of 40-60 cm plant transpiration rate of the both types of hedgegrow are similar. In the 0-20 cm soil depth,
transpiration rate of hedgegrow with a spacing of 40 cm are higher than the planting space of 120 cm. Meanwhile, at a
soil depth of 20-60 cm, transpiration rate of hedgegrow with a planitng space of 120 cm are higher compared with a
planting space of 40 cm. Correlation results showed that there is no significant correlation between transpiration rate
oaf hedgegrow and unsaturated hydraulic conductivity of soil.

Keywords: hedgerow, Soil moisture content, Transpiration, Unsaturated soil hydraulics condustivity

Alamat Korespondensi Penulis:


Sugeng Prijono
Email : sugeng_prijono@yahoo.com
Alamat : Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang

15
Studi Laju Transpirasi Peltophorum dassyrachis dan Gliricidia sepium (Prijono, et al.)

PENDAHULUAN akan berkurang sebagai fungsi dari lengas tanah


Transpirasi merupakan proses pergerakan [7].
air dalam tubuh tanaman dan hilang menjadi uap Tingkat curah hujan dan temperature
air ke atmosfir [1]. Proses transpirasi dimulai dari merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh
absorbs air tanah oleh akar tanaman yang terhadap laju transpirasi tanaman. Laju
kemudian ditransport melalui batang menuju transpirasi tanaman bergantung pada curah
daun dan dilepaskan (transpired) sebagai uap air hujan dimana tingginya curah hujan diikuti oleh
ke atmosfir. Laju transpirasi dipengaruhi oleh peningkatan laju transpirasi tanaman [10]. Dalam
faktor karakter vegetasi, karakter tanah, proses transpirasi, air bergerak dari daun yang
lingkungan serta pola budidaya tanaman. mempunyai tingkat kelembaban yang lebih tinggi
Laju transpirasi mempunyai relasi menuju atmosfir yang lebih kering [11] sehingga
dengan jenis tanaman dan populasi tanaman [2]. temperature udara mempunyai pengaruh
Perbedaan jenis tanaman berpengaruh terhadap terhadap laju transpirasi. Temperature tanah
laju transpirasinya [3]. Tiap vegetasi mempunyai juga merupakan faktor pembatas transpirasi
struktur akar dan tajuk yang berbeda-beda. dimana pada suhu dibawah +80 C conductance
Struktur tajuk, fisiologi tanaman, indeks luas stomata rendah dan permeabilitas akar menurun
daun dan conductance stomata berpengaruh sehingga menghambat laju transpirasi tanaman
terhadap transpirasi [4]. Volume air tanah yang [12].
mampu diserap oleh tanaman sangat bergantung Penggunaan lahan berperan penting
pada pola perakaran, semakin tinggi penetrasi dalam mengontrol status lengas tanah melalui
akar pada tanah maka akan semakin banyak air pengaruhnya terhadap infiltrasi, limpasan
yang mampu diserap oleh tanaman sehingga permukaan dan evapotranspirasi [13].
volume air yang mengalami transpirasi juga Perubahan vegetasi dari pohon menjadi tanaman
semakin tinggi. Perbedaan struktur kanopi dapat budidaya maupun padang rumput dapat
dilihat dari perbedaan struktur batang serta daun menurunkan laju transpirasi vegetasi [10].
yaitu luas daun tanaman, dimana semakin tinggi Perbedaan laju transpirasi dari vegetasi
indeks luas daun tanaman maka semakin tinggi merupakan pengaruh dari perubahan
laju transpirasi tanaman. Perbedaan kumulasi penggunaan lahan [11][13]. Penggunaan lahan
water loss dan laju transpirasi tiap tanaman dengan vegetasi yang berbeda berpengaruh
disebabkan oleh karakter tanaman dan stomata terhadap variasi pola lolos tajuk yang diakibatkan
yang meliputi luas daun, serta density dan lebar oleh perbedaan kanopi dan pola naungan
stomata [5]. Transpirasi dikontrol oleh perilaku permukaan tanah dimana hal tersebut
membuka dan menutupnya stomata [6], dimana berpengaruh terhadap laju evaporasi dan
perilaku stomata bervariasi menurut jenis ekstraksing lengas untuk transpirasi dari profil
tanaman. tanah [13]. Kebutuhan air tanaman di hutan lebih
Dalam daur hidrologi, air presipitasi besar apabila dibandingkan dengan padang
akan mengalami infiltrasi sebagai air tanah, rumput karena pada penggunaan lahan hutan
intersepsi dan sebagian lainnya hilang melalui mempunyai laju transpirasi yang tinggi, periode
limpasan permukaan. Sebagian air presipitasi proses transpirasi yang panjang serta pola akar
yang mengalami intersepsi oleh kanopi akan yang dalam sehingga tanaman mampu menyerap
dievaporasi ke atmosfer dan sebagian lainnya lebih banyak air [11]. Laju transpirasi pada
akan masuk ke dalam tanah melalui proses wilayah lowland lebih tinggi apabila dibandingkan
infiltrasi menjadi air tanah. Proses kehilangan air dengan upland yang disebabkan karena tingginya
tanah akan terjadi dari mintakat perakaran volume air yang mengalami intersepsi pada
melalui proses transpirasi dan proses evaporasi upland sehingga menghambat volume air yang
akan terjadi melalui permukaan tanah pada lahan mengalami transpirasi [7]. Kadar lengas tanah
kosong [7]. Kadar lengas tanah merupakan pada shrub land lebih rendah apabila
karakter tanah yang diduga berpengaruh dibandingkan dengan penggunaan lahan lainnya,
terhadap laju transpirasi, dimana semakin tinggi hal tersebut terjadi karena density akar pada
kadar lengas tanah maka semakin besar volume shrub land lebih tinggi dibandingkan penggunaan
air yang diabsorbs dan ditranspirasi oleh lahan lainnya sehingga kehilangan lengas melalui
tamanan. Pendapat ini didukung oleh pernyataan transpirasi menjadi lebih banyak [13].
dimana lengas tanah [8] dan distribusi lengas Konduktivitas hidrolik tidak jenuh
tanah [9] berpengaruh terhadap transpirasi. Pada merupakan komponen utama dalam mempelajari
saat tanah mulai mengering maka laju transpirasi gerakan air dalam tanah dan transportasi solute
Studi Laju Transpirasi Peltophorum dassyrachis dan Gliricidia sepium (Prijono, et al.)

[14].. Keberadaan vegetasi [15] akibat perbedaan ini menggunakan Rancangan Petak Terbagi
penggunaan lahan [16] sangat mempengaruhi dengan 3 perlakuan sebagai petak utama yaitu
konduktivitas hidrolik tidak jenuh. Vegetasi jenis tanaman pagar Peltophorum dassyrachis (P)
diduga dapat meningkatkan konduktivitas dan Gliricidia sepium (G). Sebagai anak petak
hidrolik tidak jenuh disebabkan oleh adanya terdapat 2 perlakuan yaitu perlakuan jarak dari
perbaikan porositas tanah akibat perakaran tanaman pagar sebesar 40 cm (A) dan perlakuan
tanaman. Hal tersebut didukung hasil studi yang jarak dari tanaman pagar sebesar 120 cm (B).
menunjukkan bahwa peningkatan konduktivitas Sehingga studi ini mempunyai 4 perlakuan yaitu
hidrolik tidak jenuh berasosiasi dengan coarser PA, PB, GA, dan GB dimana masing-masing
pores pada budidaya taprooted [17]. Variasi perlakuan mempunyai 4 ulangan.
vegetasi berpengaruh terhadap karakter tanah Plot pengamatan terdiri dari 20 petak,
seperti bulk density, kandungan bahan organic dimana masing-masing petak mempunyai ukuran
tanah, maupun porositas tanah [18]. Sebuah hasil 2x1 m. Di antara petak-petak tersebut diberi
studi menunjukkan bahwa value konduktivitas pembatas plastic dengan tujuan membatasi
hidrolik tidak jenuh pada area kanopi lebih tinggi pergerakan air ke samping. Dua buah access tube
dan berbeda nyata apabila dibandingkan dengan dipasang di tengah masing-masing petak sampai
area intercanopy [19]. kedalam 70 cm dan tinggi di atas permukaan
Budidaya tanaman pagar merupakan tanah 10 cm. Selanjutnya petak disiram air
bagian dari praktek agroforestry dimana pohon sampai jenuh dan kemudian permukaan petak
atau semak ditanam pada lorong hamparan ditutup dengan plastic [23].
tanaman budidaya sebagai tanaman pagar [20].
Praktek pemangkasan pada tanaman pagar Pengamatan kadar lengas tanah
dilakukan sebelum musim tanam dan secara Kadar lengas tanah diukur dengan menggunakan
periodic apabila tajuk tanaman pagar terlalu Neutron Probe pada tujuh interval kedalaman
menaungi tanaman budidaya namun yaitu 0-10 cm, 10-20 cm, 20-30 cm, 30-40 cm, 40-
pemangkasan umumnya tidak dilakukan selama 50 cm, 50-60 cm dan 60-70 cm. Waktu
musim tanam [20] agar tidak merusak tanaman pengamatan dilakukan pada saat penjenuhan, 2
budidaya. Aplikasi tanaman pagar mempunyai jam setelah penjenuhan, setiap hari selama 3
beberapa manfaat antara lain adalah hasil hari, 3 hari sekali selama 30 hari dan setiap 7 hari
pangkasan yang dapat dimanfaatkan sebagai sekali selama 2 minggu. Hasil pengukuran kdar
mulsa sehingga dapat meningkatkan proses daur lengas tanah dengan neutron probe kemudian
ulang unsur hara, menekan pertumbuhan gulma dikalibrasikan dengan kadar air gravimetric [24].
serta memperbaiki karakter tanah. Selain itu Untuk menentukan persamaan kalibrasi
tanaman pagar juga dapat digunakan untuk neutron probe dibutuhkan data kadar air
mengendalikan erosi [21] serta sebagai pemecah volumetric dengan menganalisis tanah yang
angin. Namun, praktek budidaya tanaman pagar dilakukan di Laboratorium Fisika Tanah, Fakultas
diduga dapat meningkatkan kompetisi Pertanian Universitas Brawijaya Malang.
penggunaan komponen pertumbuhan tanaman Prosentase massa air dihitung dengan
seperti air, unsur hara dan cahaya. Vegetasi persamaan:
mempunyai peran penting dalam kontrol air 𝐵𝐵 − 𝐵𝐾
%𝐾𝐴 = 𝑥 100%
dalam suatu ekosistem karena tanaman berperan 𝐵𝐾
aktif dalam penggunaan air dalam suatu yang kemudian diubah ke dalam bentuk
ekosistem [22]. Besarnya penggunaan air oleh volumetrik dengan persamaan:
tanaman dapat dinilai dari laju transpirasi %𝑉 = %𝐾𝐴 𝑥 𝐵𝐼
tanaman. Oleh karena itu studi ini bertujuan Dimana: %KA : persen kadar air massa (%g g-1);
untuk mempelajari perbedaan laju transpirasi BB: Berat basah tanah (g); BK: Berat kering tanah
tanaman pagar yaitu Peltophorum dassyrachis (g); %V: persen volume (%v v-1); BI: Bobot isi
dan Gliricidia sepium serta mempelajari tanah (g cm-3)
pengaruh laju transpirasi tanaman pagar
terhadap nilai konduktivitas hidrolik tanah tidak Kadar lengas tanah dihitung dengan
jenuh. menggunakan persamaan kalibrasi neutron
probe yaitu:
METODE PENELITIAN 𝑅
𝜃 = 𝑎𝑥 + 𝑏
Studi ini dilakukan di daerah Karta, 𝑅𝑤
Lampung Utara, Indonesia selama 3 bulan. Studi

17
Studi Laju Transpirasi Peltophorum dassyrachis dan Gliricidia sepium (Prijono, et al.)

Tabel 1. Persamaan kalibrasi neutron probe


Kedalaman (cm)
Nilai
10 20 30 40 50 60 70 80
r 0.880 0.560 0.690 0.790 0.850 0.850 0.930 0.089
b -0.0022 0.0295 0.0482 0.0547 0.0066 0.0411 0.0154 -0.0722
a 0.6421 0.4988 0.5064 0.4636 0.5846 0.5049 0.5506 0.7495

Dimana:  : kadar air volumetric (cm3 cm-3); R : transpirasi tanaman pagar. Analisis korelasi dan
kadar lengas hasil pengukuran neutron probe regresi dilakukan untuk mengetahui keeratan
dalam tanah (cps); Rw: kadar lengas hasil hubungan antara kadar lengas tanah dengan
pengukuran neutron probe dalam air (cps); a dan transpirasi tanaman pagar.
b: konstanta; r: koefisien korelasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran transpirasi tanaman pagar Secara umum kadar lengas tanah dibawah G.
Pengukuran transpirasi tanaman pagar sepium lebih tinggi apabila dibandingkan dengan
didasarkan pada perbedaan kadar lengas tanah P. dassyrachis kecuali pada waktu pengamatan
pada perlakuan tanaman pagar dengan akar dan hari ke-0 di kedalaman 40-70 cm (Gambar 1).
tanpa akar. Selisih kadar lengas tanah pada Kadar lengas tanah di bawah P. dassyrachis dan
perlakuan tanpa perakaran (T) dan dengan G. sepium cenderung mengalami penurunan
perakaran (R) merupakan jumlah air yang diserap dengan peningkatan waktu pengamatan. Hasil
oleh tanaman. Transpirasi tanaman dihitung studi ini menunjukkan bahwa kadar lengas tanah
dengan persamaan: bervariasi menurut jenis vegetasi yang sejalan
𝑇 = 𝑠𝑇𝑡 – 𝑠𝑇𝑟 dengan hasil penelitian yang menunjukkan
𝑠 = 𝑧𝑥𝜃 bahwa rerata kadar lengas tanah pada hutan P.
dimana: T : transpirasi tanaman pagar (mm hari- crassifolia lebih tinggi apabila dibandingkan
1
); sTt : simpanan lengas tanah pada plot dengan hutan S. przewalskii [25]. Kadar lengas
tanaman pagar tanpa perakaran “T” (mm); sTr : tanah dipengaruhi oleh jenis vegetasi [25][26],
simpanan lengas tanah pada plot tanaman pagar karakter tanah [18], tipe penggunaan lahan [13]
dengan akar “R” (mm); s : jumlah air pada dan sistem pengolahan tanah [26]. Perbedaan
kedalaman tertentu (mm); z : kedalaman tanah jenis vegetasi, karakter tanah dan penggunaan
(mm);  : kadar air volumetric (cm3 cm-3). lahan berpengaruh terhadap laju evaporasi [27];
infiltrasi [13]; [18] transpirasi dan runoff [13].
Pengukuran konduktivitas hidrolik tidak jenuh Perbedaan penggunaan lahan menyebabkan
Konduktivitas hidrolik tidak jenuh diukur dengan perbedaan terhadap tutupan lahan dimana hal
menggunakan metode Pedo Transfer Functions tersebut berpengaruh terhadap fluktuasi lengas
(PTFs) melalui persamaan van Genuchten (1980), tanah melalui perbedaan produksi seresah yang
yaitu: berperan dalam peningkatan intersepsi dan
𝜃𝑠 − 𝜃𝑟 penurunan limpasan permukaan [28]. Sebuah
𝜃(ℎ) = 𝜃𝑟 +
(1 + |𝛼ℎ|𝑛 )1−1/𝑛 penelitian menunjukkan bahwa lengas tanah
dibawah Zea mays, L. berada pada kadar yang
((1 + |𝛼ℎ|𝑛 )1−1/𝑛 − |𝛼ℎ|𝑛−1 )2 tinggi, lengas tanah di bawah Andropogon dan
𝐾(ℎ) = 𝐾𝑠
((1 + |𝛼ℎ|𝑛 )(1−1/𝑛)(1+2) Artemisia scoparia berada pada kadar
intermediate, sedangkan kadar lengas tanah di
Dimana: s: kadar air saat jenuh; r: kadar air bawah Spiraea pubescens dan Robinia
residu; h: potensial matrik;  dan n: parameter pseudoacacia berada pada kadar yang rendah
yang menggambarkan bentuk kurva; K(h): [25].
konduktivitas hidrolik tidak jenuh; Ks : Struktur dari vegetasi berperan penting
konduktivitas hidrolik jenuh. terhadap distribusi sumber abiotic seperti
energy, air dan unsur hara [29]. Jenis vegetasi
Analisis statistik yang berbeda mempunyai model tajuk yang
Analisis ragam (ANOVA) digunakan untuk berbeda pula, hal tersebut berpengaruh
mengetahui sejauh mana pengaruh perlakuan terhadap perbedaan lolos tajuk dan prosentase
jenis tanaman pagar dan perakaran tanaman naungan sehingga mempengaruhi laju evaporasi
pagar terhadap kadar lengas tanah dan dan transpirasi [13].

18
Studi Laju Transpirasi Peltophorum dassyrachis dan Gliricidia sepium (Prijono, et al.)

3 -3
Soil moisture (cm cm ) Soil moisture (cm3 cm-3)
Days: 0 days: 1

60-70 60-70

50-60 50-60

40-50 40-50

depth (cm)
depth (cm)

30-40 30-40

PA
20-30 20-30
PB
GA PA
10-20 GB 10-20 PB
GA
0-10 0-10 GB

0.20 0.25 0.30 0.35 0.40 0.20 0.25 0.30 0.35 0.40

soil moisture (cm3 cm-3) soil moisture (cm3 cm-3)


3 -3
Soil moisture (cm cm )
Soil moisture (cm3 cm-3)
days: 33
days: 3

60-70 60-70

50-60 50-60

40-50 40-50
depth (cm)

depth (cm)
30-40 30-40

20-30 20-30
PA
PA
10-20 PB 10-20 PB
GA
GA
GB
0-10 0-10 GB

0.20 0.25 0.30 0.35 0.40 0.20 0.25 0.30 0.35 0.40

soil moisture (cm3 cm-3) soil moisture (cm3 cm-3)

Gambar 1. Kadar lengas tanah dibawah tanaman pagar dengan jarak yang berbeda pada berbagai kedalaman
profil tanah dan waktu pengamatan

Perbedaan pola tajuk antar vegetasi juga kedalaman profil 10-70 cm. Hal tersebut sesuai
menyebabkan perbedaan prosentase radiasi dengan pendapat Qiu et al. (2001) yang
matahari yang diterima permukaan tanah menyebutkan bahwa kadar lengas tanah juga
sehingga berpengaruh terhadap evapotranspirasi bervariasi terhadap kedalaman profil
[18]. Kanopi tanaman me-redistribute air hujan pengamatan. Chen et al. (2007) menyebutkan
dan menaungi permukaan tanah sehingga bahwa perbedaan lengas tanah antar vegetasi
mengurangi laju evaporasi tanah dan yang berbeda mengalami penurunan seiring
memperbaiki kadar lengas tanah pada subcanopy dengan peningkatan kedalaman lapisan tanah.
soils [29]. Struktur akar vegetasi dapat Lengas tanah pada kedalaman profil 80-100 cm
memperbaiki porositas tanah sehingga lebih tinggi dibandingkan dengan kedalaman
memperbaiki kemampuan infiltrasi dan kadar profil lainnya baik pada kondisi kapasitas lapang
lengas tanah [29]. maupun wilting point [31].
Terjadi kecenderungan penurunan kadar Peningkatan laju evaporasi menyebabkan
lengas tanah seiring dengan peningkatan waktu penurunan kadar lengas pada lapisan permukaan
pengamatan pada semua perlakuan jenis tanah yaitu pada kedalaman 10-30 cm [32].
tanaman pagar dan jarak tanam. Kadar lengas Fluktuasi kadar lengas pada lapisan tanah juga
tanah bervariasi menurut iklim, topografi, tanah, dipengaruhi oleh pola perakaran tanaman,
vegetasi, luas, waktu dan kedalaman profil dimana semakin besar volume akar pada suatu
pengamatan [13]. Hal tersebut sejalan dengan lapisan tanah tertentu maka laju pengambilan air
sebuah hasil penelitian yang menunjukkan oleh akar semakin tinggi sehingga kadar lengas
bahwa rerata lengas tanah bervariasi terhadap tanah mengalami penurunan. Pendapat tersebut
jenis vegetasi dan periode pengamatan, dimana sesuai dengan pernyataan bahwa pola akar
pine woodland mempunyai kadar lengas tanah tanaman merupakan salah satu faktor yang
yang lebih tinggi dibandingkan dengan semi- berpengaruh terhadap kadar air volumetric pada
natural grassland pada periode July sampai profil tanah [26]. Kadar lengas tanah yang tinggi
September namun pada awal May kadar lengas pada penggunaan lahan woodland terdapat pada
tanah cenderung rendah [30]. Pada waktu lapisan tanah 0-5 cm dan 10-15 cm karena
pengamatan hari ke-0, 1 dan 3 terjadi tingkat tutupan tajuk yang rapat sehingga laju
kecenderungan penurunan kadar lengas tanah laju evaporasi rendah, selain itu hal tersebut juga
pada kedalaman profil 0-10 cm dan kemudian disebabkan karena density akar pada lapisan
terjadi peningkatan secara bertahap pada tanah 10-15 cm adalah rendah sehingga laju

19
Studi Laju Transpirasi Peltophorum dassyrachis dan Gliricidia sepium (Prijono, et al.)

Transpiration rate (mm days-1) -1


Transpiration rates (mm days )
on hedgerow among treatment
0.5

0.35 PA
PB
Peltophorum dassyrachis (P) GA

transpiration rates (mm days-1)


0.4
0.30 Gliricidia sepium (G) GB
transpiration rate (mm days -1)

0.25
0.3

0.20

0.2
0.15

0.10
0.1

0.05

0.00 0.0
0-20 20-40 40-60 0-20 20-40 40-60

depth (cm) depth (cm)

Gambar 2. Laju tanspirasi antara dua jenis tanaman pagar dan jarak yang berbeda

transpirasi juga rendah [13]. Sedangkan pada Selanjutnya Qiu et al. (2001) juga menyebutkan
cropland dan fallow land kadar lengas tanah yang bahwa kadar lengas tanah dapat bervariasi
tinggi justru berada pada lapisan tanah dalam menurut jenis vegetasi, kerapatan (density) serta
(40-45 cm) akibat rendahnya pengambilan air musim pada saat dilakukan pengamatan. Pada
oleh akar tanaman pada lapisan tersebut [13]. lahan dengan pola tanam intercropping
Perlakuan jarak tanaman pagar mempunyai kadar lengas tanah yang lebih
memberikan pengaruh yang berbeda-beda rendah akibat dari tingginya laju transpirasi dari
terhadap kadar lengas tanah. Pada waktu tingginya populasi tananaman yang mempunyai
pengamatan hari ke-33, kadar lengas tanah di indeks luas daun (LAI) yang lebih tinggi pula (Qiu
bawah P. dassyrachis dengan jarak 120 cm lebih et al., 2001). Tutupan vegetasi yang rapat dapat
tinggi apabila dibandingkan dengan jarak 40 cm. meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah sehingga
Pada waktu pengamatan yang sama (hari ke-33) kadar lengas tanah juga meningkat (Prijono et al.,
kadar lengas tanah di bawah G. sepium dengan 2014). Tutupan vegetasi yang rendah
jarak 120 cm lebih tinggi apabila dibandingkan berpengaruh terhadap produksi seresah yang
dengan jarak 40 cm pada kedalaman 0-10 cm dan berperan sebagai mulsa yaitu menjaga
40-70 cm, sedangkan pada kedalaman 10-30 cm termperatur dan kelembaban tanah sehingga laju
kadar lengas tanah cenderung sama antara evaporasi dapat ditekan dan kadar lengas tanah
tanaman pagar yang berbeda. Semakin tinggi terjaga [33].
jarak tanam pada suatu lahan maka populasi Laju transpirasi G. sepium lebih tinggi
tanaman semakin rendah akibatnya penggunaan apabila dibandingkan dengan P. dassyrachis pada
air tanah oleh tanaman juga rendah. Hal tersebut kedalaman profil tanah 0-40 cm, sedangkan pada
yang ditengarai menjadi faktor penyebab kedalaman 40-60 cm laju transpirasi antara
tingginya kadar lengas tanah pada plot kedua jenis tanaman pagar cenderung sama
pengamatan dengan jarak 120 cm. Keberadaan (Gambar 2). Perbedaan vegetasi berpengaruh
vegetasi yang meutupi permukaan tanah menjadi terhadap perbedaan laju transpirasi. Laju
penyebab terjadinya penurunan lengas tanah transpirasi dipengaruhi oleh karakter tanaman,
[26]. Pada lingkungan semi arid, efisiensi aspek lingkungan serta praktek budidaya
penggunaan air oleh tanaman seperti almonds tanaman (Allen et al., 1998). Laju transpirasi pada
dan olives tergantung pada laju evaporasi pada hutan dan vegetasi shrub lebih tinggi dan stabil
tanah kosong antar barisan tanaman [27]. apabila dibandingkan dengan vegetasi subshrub

Tabel 2. Korelasi antara laju transpirasi (mm day-1) dengan konduktivitas hidrolik tidak jenuh (mm day -1)
parameter K()0-20 K()20-40 K()40-60 T0-20 T20-40 T40-60
K()0-20 1.000
K()20-40 .847 1.000
K()40-60 .641 .137 1.000
T0-20 -.554 -.213 -.673 1.000
T20-40 -.873 -.549 -.857 .430 1.000
T40-60 -.185 -.527 .362 -.704 .143 1.000
Keterangan: K() adalah unsaturated hydraulic conductivity (mm day-1)
pada beberapa kedalaman profil tanah. T
adalah laju transpirasi (mm day-1) pada beberapa kedalaman profil tanah.

20
Studi Laju Transpirasi Peltophorum dassyrachis dan Gliricidia sepium (Prijono, et al.)

dan rumput [25]. Qiu et al. (2001) menyebutkan pada kedalaman profil tanah 20-60 cm, laju
bahwa perbedaan laju transpirasi antar vegetasi transpirasi tanaman pagar dengan jarak 120 cm
disebabkan karena perbedaan pola tajuk cenderung lebih tinggi apabila dibandingkan
sehingga menyebabkan perbedaan laju lolos dengan jarak 40 cm. Allen et al. (1998)
tajuk dan prosentase naungan. Selain itu menyebutkan bahwa tidak hanya karakter
perbedaan density akar pada tiap-tiap vegetasi tanaman dan faktor lingkungan yang
juga berpengaruh terhadap laju transpirasi mempengaruhi laju transpirasi tanaman, namun
dimana semakin tinggi density akar maka juga faktor fase pertumbuhan tanaman dan juga
semakin tinggi soil water loss melalui proses manajemen praktek kultivasi. Hasil studi ini
transpirasi [13]. Laju transpirasi pada tanaman bertentangan dengan hasil penelitian yang
Eucalyptus camaldulensis lebih tinggi menyimpulkan bahwa peningkatan populasi
dibandingkan dengan Casuarina cunninghamiana tanaman diikuti dengan peningkatan transpirasi
yang diduga disebabkan oleh pola akar [38]. Perbedaan indeks luas daun antar species
Eucalyptus camaldulensis yang lebih dalam yang berbeda berpengaruh terhadap perbedaan
sehingga mampu mengabsorbsi lebih banyak laju transpirasi [39]. Laju transpirasi pada lahan
lengas tanah [34]. Sebuah studi juga dengan pola tanam intercropping lebih tinggi
menunjukkan bahwa perlakuan pemangkasan karena populasi tanaman yang tinggi sehingga
akar pada tanaman Anggur ternyata berpengaruh indeks luas daun (LAI) juga tinggi yang
terhadap conductance stomata dan transpirasi mempercepat terjadinya proses transpirasi [13].
[35], oleh karena itu pola perakaran tanaman Tabel 2 menunjukkan tidak ada korelasi
sangat berpengaruh terhadap laju transpirasi antara laju transpirasi tanaman pagar dengan
tanaman. konduktivitas hidrolik tidak jenuh pada beberapa
Tingginya kadar lengas tanah kedalaman profil tanah. Hal tersebut
menyebabkan tingginya laju transpirasi oleh menunjukkan bahwa laju transpirasi tanaman
tanaman [18]. Pernyataan tersebut sesuai pagar tidak berpengaruh terhadap konduktivitas
dengan hasil studi ini yang menunjukkan bahwa hidrolik tidak jenuh. Salah satu faktor yang
kadar lengas tanah dan laju transpirasi oleh G. mempengaruhi konduktivitas hidrolik tidak jenuh
sepium cenderung lebih tinggi apabila adalah perbedaan vegetasi (Yan-Li et al., 2008)
dibandingkan dengan P. dassyrachis (Gambar 1 yang berupa variasi struktur canopy (Wilcox et
dan 2). Kadar lengas tanah serta kemampuan al., 2003) dan pola perakaran tanaman (Yan-Li et
tanah membawa air menuju akar tanaman juga al., 2008). Keberadaan akar tanaman
menentukan laju transpirasi tanaman [3]. Defisit berpengaruh terhadap pori makro dalam tanah
kadar lengas tanah pada suatu lahan akan [40];[17], dimana pori makro berperan dalam
direspon oleh tanaman dengan penutupan proses infiltrasi dan pergerakan air dalam tanah.
stomata [36]. Tanaman mengurangi laju Oleh karena itu konduktivitas hidrolik tidak jenuh
transpirasi dimulai dengan menutupnya stomata bervariasi terhadap pori makro tanah [16].
untuk mencegah internal water losses (Laio et al.,
2001). Transpirasi Platycladus orientalis (L.) KESIMPULAN
sangat dipengaruhi oleh conductance stomata Vegetasi berpengaruh terhadap kadar
dan kanopi [37]. Terdapat hubungan yang linear lengas tanah dan laju transpirasi. Kadar lengas
antara lebar stomata dengan conductance tanah dan laju transpirasi oleh G. sepium
stomata dan laju transpirasi yaitu semakin lebar cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan P.
stomata maka conductance stomata dan laju dassyrachis. Kadar lengas tanah pada semua jenis
transpirasi tanaman semakin tinggi, dimana
tanaman pagar dan jarak tanam cenderung
terdapat perbedaan density dan rasio stomata
mengalami penurunan seiring dengan
pada 2 kultivar pisang (Berangan dan Rastali)
sehingga laju transpirasi antara 2 kultivar pisang peningkatan waktu pengamatan. Jarak tanam
tersebut juga berbeda [6]. berpengaruh yang berbeda terhadap laju
Perlakuan jarak tanam memberikan transpirasi tanaman pagar pada kedalaman profil
pengaruh yang berbeda terhadap laju transpirasi tanah yang berbeda-beda. Laju transpirasi
tanaman pagar pada kedalaman profil tanah yang tanaman pagar tidak berpengaruh terhadap
berbeda (Gambar 2). Pada kedalaman profil konduktivitas hidrolik tidak jenuh.
tanah 0-20 cm, laju transpirasi tanaman pagar DAFTAR PUSTAKA
dengan jarak 40 cm lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan jarak 120 cm. Sedangkan

21
Studi Laju Transpirasi Peltophorum dassyrachis dan Gliricidia sepium (Prijono, et al.)

[1]. Desborough, C.E. 1997. The Impact of Root Available at: http://www.elseiver.com/
Weighting on the Response of Transpiration locate/jhydrol/doi:10.1016/j.jhydrol.2007.1
to Moisture Stress in Land Surface Schemes. 1.001
Monthly Weather Review, 125:1920-1930. [11]. Shaxson, F. dan R. Barber. 2003. Optimizing
[2]. Cramer, V.A., P.J.Thorburn dan G.W.Fraser. Soil Moisture for Plant production. FAO Soil
1999. Transpiration and groundwater Bulletin 79. FAO. Rome
uptake from farm forest plots of Casuarina [12]. Mellander, P.E., K.Bishop dan T.Lundmark.
glauca and Eucalyptus camaldulensis in 2004. The influence of soil temperature on
saline areas of southeast Queensland, transpiration: a plot scale manipulation in a
Australia. Agricultural Water Management, young Scots pine stand. Forest Ecology and
39: 187-204. Management, 195: 15–28. Available at:
[3]. Allen, R.G., L.S.Pereira, D.Raes dan M.Smith. http://www.elsevier.com/locate/foreco/
1998. Crop Evapotranspiration (guidelines doi:10.1016/j.foreco.2004.02.051
for computing crop water requirements). [13]. Qiu, Y., B. Fu, J. Wang dan L. Chen. 2001.
FAO Irrigation and Drainage Paper No. 56. Spatial variability of soil moisture content
FAO. Rome, Italy. and its relation to environmental indices in
[4]. Wallace, J. dan D. McJannet. 2010. a semi-arid gully catchment of the Loess
Processes controlling transpiration in the Plateau, China. Journal of Arid
rainforests of north Queensland, Australia. Environments, 49: 723–750. Available at
Journal of Hydrology, 384 (2010): 107–117. http://www.idealibrary.com/doi:10.1006/ja
Available at: http://www.elseiver.com/ re.2001.0828 October.
locate/jhydrol/doi:10.1016/j.jhydrol.2010.0 [14]. Ghanbarian-Alavijeh, B. dan A.G. Hunt.
1.015 2012. Unsaturated hydraulic conductivity in
[5]. Rajapakse, N.C. dan J.W. Kelly. 1993. porous media: Percolation theory.
Spectral Filters Influence Transpirational Geoderma, 187–188: 77–84.
Water Loss in Chrysanthemum. Hortscience, [15]. Yan Li, X., S.Contreras dan A.Solé-Benet.
28(10): 999–1001. 2008. Unsaturated hydraulic conductivity in
[6]. Putra, E.T.S., W. Zakaria, N.A.P. Abdullah limestone dolines: Influence of vegetation
dan G.B. Saleh. 2012. Stomatal Morphology, and rock fragments. Geoderma 145
Conductance and Transpiration of Musa sp. (2008):288–294.
cv Rastali in Relation to Magnesium, Boron, [16]. Hu, W., M. Shao, Q. Wang, J. Fan dan R.
and Silicon Avaibility. American Journal of Horton. 2009. Temporal changes of soil
Plant Physiology, 7(2):84-96. Available at: hydraulic properties under different land
http://www.academicjournals.com/DOI:10. uses. Geoderma, 149: 355–366.
3923/ajpp.2012.84.96 [17]. Uteau, D., S.Peth, C.Diercks, S.Pagenkemper
[7]. Dunn, S.M. dan R. Mackay. 1995. Spatial dan R.Horn. 2014. Deep rooting plants
Variation in Evapotranspiration and the influence on soil hydraulic properties and
Influence of Land Use on Catctment air conductivity over time. Geophysical
Hydrology. Journal of Hydrology, 171:49-73 Research Abstracts Vol. 16, EGU2014-8237.
[8]. Moore, G.W., B.J. Bond, J.A. Jones,N. Phillips [18]. Wang, C., C.Zhao, Z.Xu, Y.Wang dan H.Peng.
dan F.C. Meinzer. 2004. Structural and 2013. Effect of vegetation on soil water
compositional controls on transpiration in retention and storage in a semi-arid alpine
40- and 450-year-old riparian forests in forest catchment. J Arid Land, 5(2):207-219.
western Oregon, USA. Tree Physiology, Available at: www.springer.com/40333/
24:481–491. doi:10.1007/s40333-013-0151-5
[9]. Guswa, A.J., M.A.Celia dan I.Rodriguez- [19]. Wilcox, B.P., D.D. Breshears dan H.J.Turin.
Iturbe. 2002. Models of soil moisture 2003. Hydraulic Conductivity in A Piñon-
dynamics in ecohydrology: A comparative Juniper Woodland: Influence of Vegetation.
study. Water Resources Research, 38(9): Soil Sci. Soc. Am. J., 67(4): 1-12.
1166. doi:10.1029/2001WR000826, 2002 [20]. Oyedele, D.J., O.O.Awotoye dan
[10]. Zeppel, M.J.B., C.M.O.Macinnis-Ng, I.A.M. S.E.Popoola. 2009. Soil physical and
Yunusa, R.J.Whitley dan D.Eamus. 2008. chemical properties under continuous
Long term trends of stand transpiration in a maize cultivation as influenced by hedgerow
remnant forest during wet and dry years. trees species on an alfisol in South Western
Journal of Hydrology (2008) 349:200– 213.

22
Studi Laju Transpirasi Peltophorum dassyrachis dan Gliricidia sepium (Prijono, et al.)

Nigeria. African Journal of Agricultural Perrot, S. Ringrose dan P. D’Odorico. 2012.


Research, 4(7):736-739. August, 2009. Evaluating Ecohydrological Theories of
[21]. Lin, C., S. Tu, J.Huang dan Y.Chen. 2009. The Woody Root Distribution in the Kalahari.
effect of plant hedgerows on the spatial PLoS ONE, 7(3): e33996. Available at:
distribution of soil erosion and soil fertility www.plosone.org/doi:10.1371/journal.pone
on sloping farmland in the purple-soil area .0033996
of China. Soil & Tillage Research, 105: 307– [30]. Chen, L., Z.Huang, J.Gong, B. Fu dan Y.
312. Huang. 2007. The effect of land
[22]. Rodriguez-Iturbe, I., A. Porporato, F. Laio cover/vegetation on soil water dynamic in
dan L. Ridolfi. 2001. Plants in Water- the hilly area of the loess plateau, China.
Controlled ecosystems: acyive role in Catena, 70:200–208.
hydrologic processes and response to water [31]. Prijono, S. dan S.Bana. 2015. Study of Soil
stress I. Scope and general outline. Moisture on Coffee Plantation in Dry Land
Advances in Water Resources, 24:695-705. Using Neutron Probe in Malang, East Java.
[23]. Comegna, V., A.Coppola, A.Basile dan Bull. Env. Pharmacol. Life Sci., 4(2):135-143.
A.Comegna. 2012. A Review of Approaches January
for Measuring Soil Hydraulic Properties and [32]. Bana, S., S. Prijono, Ariffin dan Soemarno.
Assessing the Impacts of Spatial 2013. The Effect of Soil Management on the
Dependence on the Results. In: Availability of Soil Moisture and Maize
Hydrogeology – A Global Perspective. G.A. Production in Dryland. International Journal
Kazemi (ed). China:Intech. 79-140. Available of Agriculture and Forestry, 3(3):77-85.
at: [33]. Prijono, S., R.Midiyaningrum dan S.Nafriesa.
http://www.intechopen.com/books/hydrog 2014. Infiltration and Evaporation Rate in
eology-a-global-perspective/a-review-of- Different Landuse in the Bango Watershed,
approachesfor-measuring-soil-hydraulic- Malang District, Indonesia. International
properties-and-assessing-the-impacts-of- Journal of Agriculture Innovations and
spatial. February 2012 Research, 3(4):1061-1067.
[24]. Fouépé, A.T., L. Kengni, V.V.S.G.Rao dan [34]. Sun, D. dan G.R. Dickinson. 1995. Salinity
J.R.Ndam. 2009. Transfer of moisture effects on tree growth, root distribution and
through the unsaturated zone in the transpiration of Casuarina cunninghamiana
tropical forest using the neutron probe. Int. and Eucalyptus camaldulensis planted on a
J. Environ. Sci. Tech., 6 (3): 379-388. saline site in tropical north Australia. Forest
[25]. Wang, S., B.J. Fu, G.Y.Gao, X.L.Yao dan J. ecology and management, 77(1995):127-
Zhou. 2012. Soil moisture and 138.
evapotranspiration of different land cover [35]. Ferree, D.C., D.M. Scurlock dan J.C. Schmid.
types in the Loess Plateau, China. Hydrol. 1999. Root Pruning Reduces
Earth Syst. Sci., 16:2883–2892. Available at: Photosynthesis, Transpiration, Growth, and
www.hydrol-earth-syst-sci.net/16/2883/ Fruiting of Container-grown French-
2012/doi:10.5194/hess-16-2883-2012 American Hybrid Grapevines. Hortscience,
[26]. Brant, V., J.Pivec, V.Venclová, J.Soukup dan 34(6):1064–1067.
J.Holec. 2006. The influence of different soil [36]. Porporato, A., F. Laio, L. Ridolfi dan I.
vegetation covers onto the volumetric Rodriguez-Iturbe. 2001. Plants in water-
water content in upper soil layers. Plant Soil cotrolled ecosystems: active role in
Environ., 52(6):275–281. hydrologic processes and response to water
[27]. Mellouli, H.J., B.van Wesemael, J.Poesen stress III. Vegetation water stress. Advances
dan R.Hartmann. 2000. Evaporation losses in Water Resources, 24: 725-744.
from bare soils as influenced by cultivation [37]. Laio, F., A, Porporato, L. Ridolfi dan I.
techniques in semi-arid regions. Agricultural Rodriguez-Iturbe. 2001. Plants in water-
Water Management, 42: 355-369. controlled ecosystems: active role in
[28]. Prijono, S. dan S. Yulianti. 2015. The Role of hydrologic processes and response to water
Litter in Rainwater Interception. British stress II. Probabilistic soil moisture
Journal of Applied Science & Technology, dynamics. Advances in Water Resources,
8(6): 567-575. 24:707-723.
[29]. Bhattachan, A., M. Tatlhego, K. Dintwe, F. [38]. Persaud, N. dan R. Khosla. 1999. Partitioning
O’Donnell, K.K. Caylor, G.S. Okin, D.O. soil-water losses in different plant

23
Studi Laju Transpirasi Peltophorum dassyrachis dan Gliricidia sepium (Prijono, et al.)

populations of dry-land corn. Agricultural


Water Management, 42:157-172.
[39]. Moore, G.W., J.A.Jones dan B.J.Bond. 2011.
How soil moisture mediates the influence of
transpiration on streamflow at hourly to
interannual scales in a forested catchment.
Hydrol. Process. (2011). Available at:
http://www.wileyonlinelibrary.com/DOI:10.
1002/hyp.8095
[40]. van Genuchten, M. Th. 1980. A closed-form
equation for predicting the hydraulic
conductivity of unsaturated soils. Soil Sci.
Soc. Am. J., 44: 892-898.
[41]. Lei Han, Kang-ning He, Xing-bo Hu, D.
Zhang, Jing Qin, M. Dong dan An-chao Li.
2011. Characteristics and modelling of
canopy conductance and transpiration of
Platycladus orientalis (L.) Franco in Loess
Plateau of China. African Journal of
Agricultural Research 6(18):4253-4260.
September 2011. Available at:
http://www.academicjournals.org/AJAR/DO
I:105897/AJAR11.951
[42]. Scanlan, C. dan C. Hinz. 2010. Insights into
the processes and effects of root-induced
changes to soil hydraulic properties. 2010
19th World Congress of Soil Science, Soil
Solutions for a Changing World 1 – 6 August
2010, Brisbane, Australia

24

Anda mungkin juga menyukai