Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KONFLIK SOSIAL

Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Antropologi dan Sosiologi

Dosen

Disusun oleh :

Anita Dwi Kusuma Wardhani

6211181160

Kelas D

Jurusan Ilmu Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Jederal Achmad Yani

Cimahi

2019
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konflik merupakan kondisi yang terjadi ketika dua pihak atau lebih menganggap ada
perbedaan posisi yang tidak selaras, tidak cukup sumber dan tindakan salahsatu pihak
menghalangi, atau mencampuri atau dalam beberapa hal membuat tujuan pihak lain kurang
berhasil. Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau
dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya
masyarakat itu sendiri.

Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi.
Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan,
adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam
interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu
masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok
masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu
sendiri.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apakah pengertian konflik sosial?
b. Apa saja jenis konflik sosial?
c. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konflik sosial?
d. Bagaimana contoh dan cara penanganan konflik sosial?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian konflik social
b. Untuk mengetahui jenis-jenis konflik social
c. Untuk mengetahui faktor-faktor konflik social
d. Untuk mengetahui contoh dan cara penanganan konflik social
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Konflik Sosial

Konflik berasal dari kata kerja latin configure, yang berarti saling memukul, yang
dimaksud dengan konflik sosial adalah salah satu bentuk interaksi sosial antara satu pihak dengan
pihak lain didalam masyarakat yang ditandai dengan adanya sikap saling mengancam, menekan,
hingga saling menghancurkan. Konflik sosial sesungguhnya merupakan suatu proses bertemunya
dua pihak atau lebih yang mempunnyai kepentingan yang relative sama terhadap hal yang sifatnya
terbatas. Dengan demikian, terjadilah persaingan hingga menimbulkan suatu benturan-benturan
fisik baik dalam skala kecil maupun dalam skala besar. Berikut ini beberapa pendapat ahli tentang
pengertia konflik :

1. Berstein, menyebutkan bahwa konflik merupakan suatu pertentangan atau perbedaan yang
belum pernah dicegah, konflik mempunnyai potensi yang memberikan pengaruh positif dan ada
pula yang negative didalam interaksi manusia.
2. Robert M. Z Lawang mengemukakan bahwa konflik adalah perjuangan untuk memperoleh nilai,
status, dan kekuasan dimana tujuan dari mereka yang berkonflik tidak hany memperoleh
keuntungan, tetapi juga untuk menundukkan saingannya.
3. Soerjono Soekanto, konflik merupakan proses sosial dimana orang perorangan atau kelompok
manusia berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai
dengan ancaman dan kekerasan.

2.2 Faktor-faktor Konflik Sosial


Banyak orang berpendapat bahwa konflik terjadi karena adanya perebutan sesuatu yang
jumlahnya terbatas. Adapula yang berpendapat bahwa konflik muncul karena adanya
ketimpangan-ketimpangan dalam masyarakat, terutama antara kelas atas dan kelas bawah. Selain
itu juga karena adanya perbedaan-perbedaan kepentingan, kebutuhan, dan tujuan dari masing
masing anggota masyarakat. Sementara itu, Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa sebab
sebab terjadinya konflik antara lain sebagai berikut.
1. Perbedaan antar perorangan
Perbedaan ini dapat berupa perbedaan perasaan, pendirian, atau pendapat. Hal ini mengingat
bahwa manusia adalah individu yang unik atau istimewa, karena tidak pernah ada kesamaan yang
baku antara yang satu dengan yang lain.
Perbedaan-perbedaan inilah yang dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya konflik sosial,
sebab dalam menjalani sebuah pola interaksi sosial, tidak mungkin seseorang akan selalu sejalan
dengan individu yang lain. Misalnya dalam suatu diskusi kelas, kamu bersama kelompokmu
kebetulan sebagai penyaji makalah. Pada satu kesempatan, ada temanmu yang mencoba untuk
mengacaukan jalannya diskusi dengan menanyakan hal-hal yang sebetulnya tidak perlu dibahas
dalam diskusi tersebut. Kamu yang bertindak selaku moderator melakukan interupsi dan mencoba
meluruskan pertanyaan untuk kembali ke permasalahan pokok. Namun temanmu (si penanya) tadi
menganggap kelompokmu payah dan tidak siap untuk menjawab pertanyaan. Perbedaan
pandangan dan pendirian tersebut akan menimbulkan perasaan amarah dan benci yang apabila
tidak ada kontrol terhadap emosional kelompok akan terjadi konflik.
2. Perbedaan Kebudayaan
Perbedaan kebudayaan mempengaruhi pola pemikiran dan tingkah laku perseorangan dalam
kelompok kebudayaan yang bersangkutan. Selain perbedaan dalam tataran individual, kebudayaan
dalam masing-masing kelompok juga tidak sama. Setiap individu dibesarkan dalam lingkungan
kebudayaan yang berbeda-beda. Dalam lingkungan kelompok masyarakat yang samapun tidak
menutup kemungkinan akan terjadi perbedaan kebudayaan, karena kebudayaan lingkungan
keluarga yang membesarkannya tidak sama. Yang jelas, dalam tataran kebudayaan ini akan terjadi
perbedaan nilai dan norma yang ada dalam lingkungan masyarakat. Ukuran yang dipakai oleh satu
kelompok atau masyarakat tidak akan sama dengan yang dipakai oleh kelompok atau masyarakat
lain. Apabila tidak terdapat rasa saling pengertian dan menghormati perbedaan tersebut, tidak
menutup kemungkinan faktor ini akan menimbulkan terjadinya konflik sosial.
Contohnya seseorang yang dibesarkan pada lingkungan kebudayaan yang bersifat individualis
dihadapkan pada pergaulan kelompok yang bersifat sosial. Dia akan mengalami kesulitan apabila
suatu saat ia ditunjuk selaku pembuat kebijakan kelompok. Ada kecenderungan dia akan
melakukan pemaksaan kehendak sehingga kebijakan yang diambil hanya menguntungkan satu
pihak saja. Kebijakan semacam ini akan di tentang oleh kelompok besar dan yang pasti kebijakan
tersebut tidak akan diterima sebagai kesepakatan bersama. Padahal dalam kelompok harus
mengedepankan kepentingan bersama. Di sinilah letak timbulnya pertentangan yang disebabkan
perbedaan kebudayaan.
3. Bentrokan Kepentingan
Bentrokan kepentingan dapat terjadi di bidang ekonomi, politik, dan sebagainya. Hal ini karena
setiap individu memiliki kebutuhan dan kepentingan yang berbeda dalam melihat atau
mengerjakan sesuatu. Demikian pula halnya dengan suatu kelompok tentu juga akan memiliki
kebutuhan dan kepentingan yang tidak sama dengan kelompok lain.
Misalnya kebijakan mengirimkan pemenang Putri Indonesia untuk mengikuti kontes ‘Ratu
Sejagat’ atau ‘Miss Universe’. Dalam hal ini pemerintah menyetujui pengiriman tersebut, karena
dipandang sebagai kepentingan untuk promosi kepariwisataan dan kebudayaan. Di sisi lain kaum
agamis menolak pengiriman itu karena dipandang bertentangan dengan norma atau adat ketimuran
(bangsa Indonesia). Bangsa Indonesia yang selama ini dianggap sebagai suatu bangsa yang
menjunjung tinggi budaya timur yang santun, justru merelakan wakilnya untuk mengikuti kontes
yang ternyata di dalamnya ada salah satu persyaratan yang mengharuskan untuk berfoto
menggunakan swim suit (pakaian untuk berenang).
4. Perubahan Sosial yang Terlalu Cepat
Perubahan tersebut dapat menyebabkan terjadinya disorganisasi dan perbedaan pendirian
mengenai reorganisasi dari sistem nilai yang baru. Perubahan-perubahan yang terjadi secara cepat
dan mendadak akan membuat keguncangan proses-prosessosial di dalam masyarakat, bahkan akan
terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan
kehidupan masyarakat yang telah ada. Sebenarnya perubahan adalah sesuatu yang wajar terjadi,
namun jika terjadinya secara cepat akan menyebabkan gejolak sosial, karena adanya ketidaksiapan
dan keterkejutan masyarakat, yang pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya konflik sosial.
Contohnya kenaikan BBM, termasuk perubahan yang begitu cepat. Masyarakat banyak yang
kurang siap dan kemudian menimbulkan aksi penolakan terhadap perubahan tersebut.
BAB III
PERMASALAHAN
Konflik Suku Dayak dan Madura
3.1 Perbedaan stereotip dalam konflik antara suku Dayak dan suku Madura
Beragamnya suku di Indonesia terkadang melahirkan sebuah peperangan yang biasa kita
sebut dengan perang antar suku. Alasan peperangan itu sangatlah bermacam-macam. Menurut
badan riset, data suku-suku yang ada di Indonesia mencapai kurang lebihnya lebih dari 300
kelompok suku atau etnik. Jumlah suku bangsa yang mencapai ratusan inilah pada kenyataannya
memang sangat rentan akan terhadap sebuah konflik. Dan perang antar suku pun pada akhirnya
menjadi suatu hal perstiwa yang memang tidak bisa dihindarkan lagi. Dari sekian banyak suku di
Indonesia, suku Jawa adalah kelompok suku yang paling besar dengan mencapai jumlah 41% dari
total populasinya.
Suku-suku terpencil di Kalimantan dan Papua, memiliki populasi yang kecil yang
beranggotakan ratusan orang saja. Banyak atau sedikitnya kelompok suku ternyata berpengaruh
terhadap perang antar suku tersebut. Konflik merupakan hal atau masalah yang lazim atau biasa
terjadi di lingkungan masyarakat. Dimana lagi-lagi perbedaan menjadi latar belakang yang
mendasar dalam setiap konflik perang antar suku di Indonesia.
Perang antar suku di Indonesia yang sempat menarik perhatian dan perbincangan ini adalah
perang yang dilakukan antara Suku Dayak dan Suku Madura. Dengan timbulnya peperangan
antara Suku Dayak dan Suku Madura ini banyak menimbulkan pergeseran moral tentang
seharusnya bagaimana manusia saling menghargai dengan adanya perbedaan tersebut. Pada saat
itu nyawa bukanlah harga mati dan mahal untuk diperjuangkan, melainkan pemenggalan terhadap
kepala-kepala manusia waktu itu menjadi bukti kebencian, seolah hal itu sudah membutakan mata
hati nurani manusia-manusia Indonesia saat itu. Dimana perang antara kedua suku ini sungguh
amat mengerikan dan tidak layak untuk bangsa Indonesia ini yang mana negara ini
bermayoritaskan agama Islam tetapi aqidah-aqidah dalam Islam tidak pernah diterapkan dalam diri
manusia-manusia itu dan lingkungannya. Bahkan aqidah saat itu pun sudah tidak ada lagi karena
setan yang merasuki manusia begitu keji dan jahat sehingga tega melakukan hal seperti itu
terhadap sesama manusia.
Perang yang terjadi antara Suku Dayak dan Suku Madura memang telah lama berlalu,
namun kini telah menorehkan luka mendalam bagi keluarga-keluarga yang menjadi korban
kebiadapan manusia saat itu dan juga meninggalkan kesan mendalam yang mengerikan bagi
masyarakat kedua suku tersebut.
BAB IV

REKOMENDASI PENANGANAN MASALAH

Secara umum, untuk menyelesaikan konflik dikenal beberapa istilah, yakni:


a. Pencegahan konflik; pola ini bertujuan untuk mencegah timbulnya kekerasan dalam konflik,
b. penyelesaian konflik; bertujuan untuk mengakhiri kekerasan melalui persetujuan perdamaian,
c. pengelolaan konflik; bertujuan membatasi atau menghindari kekerasan melalui atau mendorong
perubahan pihak-pihak yang terlibat agar berperilaku positif;
d. resolusi konflik; bertujuan menangani sebab-sebab konflik, dan berusaha membangun hubungan
baru yang relatif dapat bertahan lama di antara kelompok-kelompok yang bermusuhan,
e. transformasi konflik; yakni mengatasi sumber-sumber konflik sosial dan politik yang lebih luas,
dengan mengalihkan kekuatan negatif dari sumber perbedaan kepada kekuatan positif.
Ideologi dalam kehidupan negara, pada hakekatnya merupakan suatu upaya untuk meningkatkan
ketahanan nasional, dalam arti mempersatukan tekad dan semangat untuk menjaga kelangsungan
hidup bangsa dan negara serta konsistensi bangsa terhadap cita-citanya.
Berikut beberapa prinsip Persatuan dan Kesatuan yang bisa dilakukan suatu bangsa dalam
mengatasi konflik di masyarakat yaitu :
1. Prinsip-Bhineka-Tunggal-Ika
Prinsip ini mengharuskan kita mengakui bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang terdiri
dari berbagai suku, bahasa, agama dan adat kebiasaan yang majemuk. Hal ini mewajibkan kita
bersatu sebagai bangsa Indonesia.
2. Prinsip-Nasionalisme-Indonesia
Kita mencintai bangsa kita, tidak berarti bahwa kita mengagung-agungkan bangsa kita sendiri.
Nasionalisme Indonesia tidak berarti bahwa kita merasa lebih unggul daripada bangsa lain. Kita
tidak ingin memaksakan kehendak kita kepada bangsa lain, sebab pandangan semacam ini hanya
mencelakakan kita. Selain tidak realistis, sikap seperti itu juga bertentangan dengan sila Ketuhanan
Yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Prinsip-Kebebasa-yang-Bertanggung-jawab
Manusia Indonesia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Ia memiliki kebebasan dan
tanggung jawab tertentu terhadap dirinya, terhadap sesamanya dan dalam hubungannya dengan
Tuhan Yang maha Esa.
4. Prinsip-Wawasan-Nusantara
Dengan wawasan itu, kedudukan manusia Indonesia ditempatkan dalam kerangka kesatuan politik,
sosial, budaya, ekonomi, serta pertahanan keamanan. Dengan wawasan itu manusia Indonesia
merasa satu, senasib sepenanggungan, sebangsa dan setanah air, serta mempunyai satu tekad dalam
mencapai cita-cita pembangunan nasional.
5. Prinsip-Persatuan-Pembangunan-untuk-Mewujudkan-Cita-cita-Reformasi
Dengan semangat persatuan Indonesia kita harus dapat mengisi kemerdekaan serta melanjutkan
pembangunan menuju masyarakat yang adil dan makmur.

Adapun cara lain yang dapat dilakukan dalam penyelesaian konflik di masyarakat adalah :

1. Gencatan senjata, yaitu penangguhan permusuhan untuk jangka waktu tertentu, guna melakukan
suatu pekerjaan tertentu yang tidak boleh diganggu. Misalnya : untuk melakukan perawatan bagi
yang luka-luka, mengubur yang tewas, atau mengadakan perundingan perdamaian, merayakan hari
suci keagamaan, dan lain-lain.

2. Abitrasi, yaitu suatu perselisihan yang langsung dihentikan oleh pihak ketiga yang memberikan
keputusan dan diterima serta ditaati oleh kedua belah pihak. Kejadian seperti ini terlihat setiap hari
dan berulangkali di mana saja dalam masyarakat, bersifat spontan dan informal. Jika pihak ketiga
tidak bisa dipilih maka pemerintah biasanya menunjuk pengadilan.

3. Mediasi, yaitu penghentian pertikaian oleh pihak ketiga tetapi tidak diberikan keputusan yang
mengikat. Contoh : PBB membantu menyelesaikan perselisihan antara Indonesia dengan Belanda.

4. Konsiliasi, yaitu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak-pihak yang berselisih sehingga
tercapai persetujuan bersama. Misalnya panitia tetap penyelesaikan perburuhan yang dibentuk
Departemen Tenaga Kerja. Bertugas menyelesaikan persoalan upah, jam kerja, kesejahteraan
buruh, hari-hari libur, dan lain-lain.

5. Stalemate, yaitu keadaan ketika kedua belah pihak yang bertentangan memiliki kekuatan yang
seimbang, lalu berhenti pada suatu titik tidak saling menyerang. Keadaan ini terjadi karena kedua
belah pihak tidak mungkin lagi untuk maju atau mundur. Sebagai contoh : adu senjata antara
Amerika Serikat dan Uni Soviet pada masa Perang dingin.

6. Adjudication (ajudikasi), yaitu penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan.


BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Manusia adalah mahluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah SWT. Yang
memiliki keragaman dalam berbagai bidang terutama suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan,
ideologi, adat, kesopanan, serta situasi ekonomi.serta memiliki sifat saling meghormati dalam
keragaman dan kesederajadan.
Konflik sosial adalah suatu bentuk interaksi yang ditandai oleh keadaan saling mengancam,
menghancurkan, melukai, dan melenyapkan di antara pihak-pihak yang terlibat. Sebenarnya,
konflik tidak selalu membawa dampak negatif.
Terjadinya konflik sosial di masyarakat muncul karena adanya ketimpangan-ketimpangan
dalam masyarakat, terutama antara kelas atas dan kelas bawah. Selain itu juga karena adanya
perbedaan-perbedaan kepentingan, kebutuhan, dan tujuan dari masing masing anggota
masyarakat. Soerjono Soekantomengemukakan bahwa sebab sebab terjadinya konflik antara lain
sebagai berikut: perbedaan antar perorangan, perbedaan kebudayaan, bentrokan kepentingan, dan
perubahan sosial yang terlalu cepat di dalam masyarakat.
Munculnya konflik di dalam masyarakat di dorong oleh adanya kemajemukan masyarakat
indonesia yang sangat beragam atau multikulturalisme.Suatu masyarakat disebut sebagai
masyarakat majemuk, jika masyarakat tersebut memenuhi satu dari dua definisi berikut ini.
Pertama, masyarakat majemuk adalah masyarakat yang terdiri dari komunitas etnik yang berbeda-
beda. Yang kedua, masyarakat majemuk adalah masyarakat yang hidup di dalam satu komunitas
yang sama, namun dipisahkan satu sama lain oleh pasar.
DAFTAR PUSTAKA

https://jusarluthfin.blogspot.com/2016/01/konflik-sosial-di-masyarakat.html

https://www.meraknet.com/2015/11/makalah-konflik-sosial.html

https://www.liputan6.com/news/read/3897282/kerusuhan-sampit-kegagalan-merawat-perbedaan-
18-tahun-silam

Anda mungkin juga menyukai