Diajukan Oleh :
CAHYADI HERLANDO
NIM. 14401 2017 058
A. Latar Belakang
Lebih dari dua pertiga (70%) dari populasi global akan meninggal akibat
Penyakit tidak menular yang hingga saat ini menunjukkan peningkatan salah
menderita diabetes melitus pada tahun 2008 adalah berjumlah sekitar 347 juta
dan 80% diantaranya berasal dari negara miskin dan berkembang. Tidak
hanya itu pada tahun 2008 sebanyak 1,3 juta jiwa meninggal akibat diabetes
Kesehatan, 2014)
Peer Group Support Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
depresi pada lansia. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
seringkali sulit mereka dapatkan. Oleh karena itu dengan adanya Peer Group
cenderung akan memiliki citra tubuh yang negatif. Penelitian yang dilakukan
oleh Sitorus (2011) pasien paska amputasi mempunyai citra tubuh yang
depresi. Jika lansia mengalamni hal demikian akan sulit dilakukan oleh
Faktor yang memengaruhi lansia dalam Peer group support yaitu memberikan
support system dari sekelompok orang yang menderita penyakit atau tidak
memiliki penyakit yang sama. Peer group support dapat mengurangi masalah
diabetes mellitus pada tahun 2018 dari bulan januari sampai desember
tipe II. Berdasarkan data dari ruang bedah RSUD Pringsewu penderita
2020
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
b. Untuk mengetahui sejauh mana peran peer group atau teman sebaya
kelompok.
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perawat
b. Bagi Puskesmas
c. Institusi Kesehatan
d. Bagi Masyarakat
mandiri dirumah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Lansia
1. Definisi
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi sejak permulaan hidup
menjadi tua proses alamiah yaitu anak, dewasa dan tua. tahap tiga ini
telah disebut Janjut usia. Secara umum perubahan fisik pada masa Janjut
usia adaJah menurunnya fungsi pancaindra, minat dan fungsi organ seksuaI
(Azizah, 2011).
a. Teori Biologi
Teori biologi mencakup teori genetik dengan proses penuaan, yaitu teori
dan setiap sel pad a saatnya akan mengalami mutasi, sebagai contoh
kemampuan fungsi sel) terjadi pigman atau lemak dalam tubuh yang
adanya pigmen lipofusin di sel otot jantung dan sel sususan saraf
sendiri (Maryam,2008).
2) Teori Psikologi
(Mia, 2008).
3) Teori Sosial
4) Teori Spiritual
keagamaan.
1) Perubahan Fisik
a) Sel
b) Sistem Persyarafan
d) Sistem Genitourinaria
e) Sistem Muskuloskeletal
mengerut.
f) Sistem Kardiovaskuler
lansia akan lebih tebal dan kaku akibat dari akumulasi lipid.
meningkat.
2) Perubahan Intelektual
3) Perubahann Keagamaan
kehidupan.
1) Mudah jatuh
penglihatan menurun.
2) Mudah Lelah
4) Nyeri Dada
anemia.
Gangguan sendi pinggul misal radang sendi dan sendi tulang yang
kandung kemih.
saluran pencernaan.
(Bandiyah, 2009).
1. Definisi Penyakit
Diabetes melitus adalah suatu penyakit dari kumpulan gejala yang timbul
yang disebabkan karena kelainan sekresi insulin, gangguan kerja insulin atau
keduanya.
Diabetes melitus merupakan salah satu jenis keadaan darurat kesehatan
bersama dengan tiga besar lainnya yaitu penyakit kardiovaskular, kanker dan
melitus apabila orang tersebut memiliki kadar gula darah puasa >126 mg/dl
dan pada tes gula darah sewaktu >200 mg/dl. Tes gula darah sewaktu adalah
dimana akan meningkat setelah makan dan akan kembali normal dalam
2. Patogenesis
fungsi sel beta, dan akhirnya menuju ke kerusakan total dari sel beta. Ketika
resistensi insulin agar kadar glukosa dalam darah tetap normal. Namun
setelah melewati waktu lama sel beta tidak sanggup lagi untuk
meningkat dan fungsi sel beta semakin menurun (Soegondo, Soewondo &
Subekti, 2011).
dan liver serta kegagalan sel beta pankreas telah dikenal sebagai
pada yang diperkirakan sebelumnya. Selain otot, liver dan sel beta, organ
mellitus.
Pada saat diagnosis diabetes melitus ditegakkan, fungsi sel beta sudah
sangat berkurang. Obat anti diabetik yang bekerja melalui jalur ini adalah
yang bekerja melalui jalur ini adalah metformin, yang menekan proses
gluconeogenesis.
c. Otot
timbul gangguan transport glukosa dalam sel otot. Obat yang bekerja di
d. Sel lemak
e. Usus
Glukosa yang ditelan secara langsung atau rute oral lebih memicu respon
intravena. Efek yang dikenal sebagai efek incretin ini diperankan oleh
polypeptide).
diketahui sejak tahun 1970. Sel ini berfungsi dalam sintesis glukagon
an amylin.
g. Ginjal
glukosa setiap harinya. 90% dari glukosa terfiltrasi ini akan diserap
h. Otak
Insulin merupakan penekan nafsu makan yang kuat. Pada individu yang
memiliki berat badan berlebih atau obesitas baik yang diabetes melitus
3. Klasifikasi
a. Diabetes Tipe 1
b. Diabetes Tipe 2
Hal ini disebabkan karena hilangnya progresif sekresi insulin sel pada
transplantasi organ)
4. Diagnosis
plasma darah vena. Dan agar lebih valid hasilnya maka sebaiknya dilakukan
setempat juga dipakai bahan darah lengkap, vena ataupun kapiler dengan
glukosa plasma-baik glukosa plasma puasa (FPG) atau nilai glukosa plasma
2 jam setelah tes toleransi glukosa oral 75-g (OGTT) - atau A1C. Tes yang
2-jam setelah TTGO antara 140-199 mg/dl dan glukosa plasma puasa
<100 mg/dl.
dibagi menjadi dua yaitu dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi.
Faktor yang tidak dapat dimodifikasi yaitu ras dan etnik, jenis kelamin,
badan lebih dari 4000 gram dan riwayat lahir dengan berat badan kurang dari
2500 gram. Sedangkan faktor yang masih dapat untuk dimodifikasi adalah
diet yang tidak seimbang, riwayat TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau
Gula Darah Puasa terganggu (GDP terganggu), merokok, dll. Selain itu
kerusakan retina daripada pasien non diabetes melitus, 7 kali lebih mudah
gangren atau yang biasa disebut kaki diabetik, serta penyakit pembuluh
Menurut ADA (2015) beberapa faktor risiko diabetes melitus yang tidak
umur ≥ 45 tahun, suku, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan ≥ 4000
dengan berat badan rendah kurang dari 2,5 kg. Sedangkan faktor risiko yang
atau stroke, penyakit jantuk koroner (PJK), peripheral arteial disease (PAD),
mellitus :
a. Kelompok dengan berat badan lebih atau Indeks Massa Tubuh (IMT)
lebih dari 23 kg/m3 yang disertai dengan satu atau lebih faktor risiko
sebagai berikut:
gestasional
untuk hipertensi.
6) HDL <35 mg/dl dan atau trigliserida >250 mg/dl. g. Wanita dengan
7) Riwayat prediabetes
kardiovaskular
d. Nafsu makan bertambah namun berat badan turun secara cepat yaitu
a. Sering kesemutan
d. Sering kram
e. Mudah mengantuk
f. Kelelahan
j. Pada ibu hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin dalam
kandungan atau berat bayi lahir lebih dari 4 kg atau 4000 gram.
7. Komplikasi
Yaitu kadar glukosa darah berada di bawah nilai nomal < 50 mg/dl.
mellitus tipe 1 yang dapat dialami 1-2 kali per minggu. Kadar gula darah
b. Hiperglikemia
kemolakto asidosis.
3. Komplikasi kronis
parah.
8. Pencegahan
(Cek kondisi kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas
fisik, Diet sehat dengan kalori seimbang, Istirahat yang cukup, Kendalikan
stress) dan PATUH (Periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter,
Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur, Tetap diet sehat
kelompok yang memiliki faktor resiko, yaitu bagi mereka yang belum
dan intoleransi glukosa. Pencegahannya ada dua yaitu dengan cara faktor
risiko dapat dimodifikasi (berat badan berlebih, kurangnya aktivitas fisik,
hipertensi, diet tidak sehat dan tida seimbang) dan tidak dapat dimodifikasi
(ras dan etnik, riwayat keluarga dengan diabetes melitus, umur, riwayat
melahirkan bayi lebih dari 4000 gram, dan lahir dengan berat badan kurang
dari 2500 gram). Pencegahan secara sekunder yaitu upaya mencegah atau
mellitus dengan pengendalian kadar glukosa darah sesuai target terapi serta
kualitas hidup. Pada upaya ini yang dilakukan yaitu dengan melakukan
9. Penatalaksaan Medis
diabetes melitus.
a. Penatalaksanaan Umum
b) Pola makan, status gizi, riwayat berat badan, perilaku tidur (pola
penggunaan zat
diindikasikan
c) Pemeriksaan funduskopi
d) Palpasi tiroid
(1) Inspeksi
3) Evaluasi Laboratorium
(1) Profil lipid puasa, termasuk kolesterol total, LDL, dan HDL
tipe 1
(1) Profil lipid pada keadaan puasa: kolesterol total, High Density
trigliserida.
(7) Foto rontgen thoraks (bila ada indikasi TBC, penyakit jantung
kongestif)
b. Penatalaksanaan Khusus
1) Edukasi
a) Karbohidrat
b) Lemak
c) Protein
d) Natrium
e) Serat
f) Pemanis alternatif
a) Jenis kelamin
b) Umur
d) Stress metabolik
e) Berat badan
5) Terapi farmakologis
(1) Insulin
akut, stroke)
(g) Kehamilan dengan diabetes gestasional yang tidak
terkendali
1. Pengkajian
Tujuan :
a. Fisik
1) Wawancara
pendengaran.
dirasakan.
b. Pemeriksaan fisik
to toe.
c. Psikologis
8) Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses pikir,
masalah.
d. Sosial ekonomi
rumah.
yang ada.
e. Spiritual
fakir miskin.
3) Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah dengan
berdoa.
2. Diagnosa keperawatan
(NANDA, 2006)
b. Aspek psikososial
5) Resiko kesendirian.
(NANDA, 2006)
c. Aspek spiritual
atau sekarat diri atau orang lain, cemas, mengasingkan diri, kesendirian
Aspek psikososial
1. Koping tidak efektif Koping (coping) Koping enhancement
berhubungan dengan Setelah dilakukan 1. Dorong aktifitas
percaya diri tidak adekuat intervensi keperawatan social dan
dalam kemampuan selama 3x24 jam pasien komunitas
koping, dukungan social secara konsisten 2. Dorong pasien
tidak adekuat yang diharapkan mampu : untuk
dibentuk dari 1. Mengidentifikasi mengembangkan
karakteristik atau pola koping efektif hubungan.
hubungan. 2. Mengedentifikasi 3. Dorong
pola koping yang berhubungan
tidak efektif dengan seseorang
3. Melaporkan yang memiliki
penurunan stress tujuan dan
4. Memverbalkan ketertarikan yang
control perasaan sama.
5. Memodifikasi gaya 4. Dukung pasein
hidup yang untuk
dibutuhkan menguunakan
6. Beradaptasi dengan mekanisme
perubahan pertahanan yang
perkembangan sesuai.
7. Menggunakan 5. Kenalkan pasien
dukungan social yang kepada seseorang
tersedia yang mempunyai
latar belakang
8. Melaporkan pengalaman yang
peningkatan sama.
kenyamanan
psikologis
Aspek spiritual
1. Distress spiritual Pengharapan (hope) Penanaman harapan
berhubungan dengan Setelah dilakukan (hope instillation)
peubahan hidup, intervensi keperawatan 1. Mengkaji pasian
kematian atau sekarat diri selama 3x24 jam pasien atau keluarga
atau orang lain, cemas, secara luas diharapkan untuk
mengasingkan diri, mampu : mengidentifikasi
kesendirian atau 1. Mengekspresikan area pengharapan
pengasingan social, orientasi masa depan dalam hidup.
kurang sosiokultural. yang positif 2. Melibatkan pasien
2. Mengekspresikan arti secara aktif dalam
kehidupan perawatan diri.
3. Mengekspresikan 3. Mengajarkan
rasa optimis keluarga tentang
4. Mengekspresikan aspek positif
perasaan untuk pengharapan.
mengontrol diri
sendiri
5. Mengekspresikan
kepercayaan
6. Mengekspresikan
rasa percaya pada
diri sendiri dan orang
lain