Anda di halaman 1dari 14

Strategi Pelestarian Benda/Situs Cagar Budaya

Berbasis Masyarakat
Kasus Pelestarian Benda/Situs Cagar Budaya
Gampong Pande Kecamatan Kutaraja Banda Aceh Provinsi Aceh

Agus Budi Wibowo


Balai Pelestarian Nilai Budaya Banda Aceh
agusalif@yahoo.com

Abstrak : Benda cagar budaya merupakan benda tinggalan dari kelompok komunitas tertentu yang
memiliki nilai penting karena dapat menunjukkan tingkat peradaban. Oleh karena itu, perlu dilestarikan
agar keberadaannya dapat diwariskan kepada generasi yang akan datang. Artikel ini membahas strategi
pelestarian benda/situs cagar budaya berbasis masyarakat dengan mengambil kasus di Gampong Pande,
Kecamatan Kutaraja Banda Aceh, yang cukup kaya dengan tinggalan budaya. Penemuan dirham oleh
masyarakat beberapa waktu lalu yang sebagian dijual kepada kolektor, menunjukkan masih adanya
permasalahan pelestarian di masyarakat. Untuk menjawab permasalahan tersebut perlu strategi pelestarian
yang dirumuskan berdasarkan penelitian. Penulis melakukan penelitian dengan cara pengumpulan data
melalui FGD, pengamatan/observasi, dan studi pustaka. Selanjutnya dilakukan analisis dengan metode
analisis SWOT.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pelestarian cagar budaya dapat ditingkatkan dengan strategi
pelestarian melalui pemberdayaan masyarakat. Strategi yang dapat dilakukan adalah dengan memberdayakan
aparatur pemerintahan gampong dan memperkuat struktur lembaga gampong, kedua strategi tersebut
saling berhubungan dan tidak terlepas satu dengan lainnya. Jalur yang ditempuh dapat dilakukan dengan tiga
arah, yaitu menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembang
(enabling), memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat (empowering), dan melindungi.
Ketiga arah itu harus diperkuat dengan tiga program yaitu pengembangan sumber daya manusia (SDM)
aparatur pemerintahan gampong dan masyarakat, program pengembangan kelembagaan gampong, dan
program pengembangan prasarana dan sarana, serta kesejahteraan para aparatur pemerintahan gampong
dalam upaya pelestarian benda/situs cagar budaya. Semua strategi, arah, dan program ataupun kegiatan
akan berhasil apabila dilaksanakan secara terpadu dan berkesinambungan.

Kata kunci: Strategi pelestarian, benda/situs cagar budaya, analisis SWOT

Abstract : Cultural heritage objects are remains an object of a particular community groups that heve
UKIPKſECPVXCNWGDGECWUGKVKPFKECVGUVJGNGXGNQHEKXKNK\CVKQP6JGTGHQTGPGGFUVQDGRTGUGTXGFUQVJCVKVWU
existence can be passed on to future generations. This article discusses the society based preservation strategy
of cultural heritage objects/sites by taking the case in the District of Gampong Pande Kutaraja Banda Aceh,
which is quitw rich with cultural heritage. The discovey or dirhams by the public some time ago that some
people sell the collector indicate the conservation issues in the community. Hence conservation strategies
are formulated based on the research to answer the problem. This research conducted by collecting data
through focus group discussions, observation, and literatur study. Futher analysis is done SWOT analysis
methode.
The analysis result showed that the preservation of cultural heritage preservation can be enhanced
VJTQWIJEQOOWPKV[GORQYGTOGPV5VTCVGIKGUVJQUGCTGGORQYGTKPIVJGXKNNCIGIQXGTPOGPVQHſEKCNUCPF
strengthening the structure of Gampong institutions, both strategies are interrelated and can not be separated
from each other. The approach can be done in three directions, which are creating atmospheres that allows
the development of societies (enabling), streng the public potential or power (empowering), and protecting.
These approaches should be reinforced with three programs, which are developing program for Gampong
IQXGTPOGPVQHſEKCNUCPFVJGRWDNKEJWOCPTGUQWTEGU
*4 FGXGNQRKPIRTQITCOKPKPUVKVWVKQPCNNGXGNU
and developing program for infrastructure and facilities as well as the welfare program of the Gampong
government personnel in preservation of cultural heritage objects/sites. All the strategies, directions, and
programs or activities will be successful if implemented in an integrated and sustainable way.

Keywords : Strategy preservation, cultural heritage objects, SWOT analysis

58
Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur, Volume 8, Nomor 1, Juni 2014, Hal 58-71

A. Pendahuluan lampau. Oleh karena itu, dalam penanganannya


Salah satu tolok ukur tinggi rendahnya harus hati-hati dan diusahakan tidak salah yang
peradaban suatu bangsa dapat dilihat dari tinggalan dapat mengakibatkan kerusakan dan perubahan pada
benda cagar budayanya. Benda cagar budaya biasanya benda. Perubahan sekecil apapun dapat mengurangi
merupakan benda yang dihasilkan oleh sekelompok nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Tinggalan
orang atau komunitas yang menyangkut hasil benda cagar budaya dapat memberikan gambaran
karya budaya sesuai dengan zamannya. Masyarakat tentang tingkat-tingkat kemajuan dalam kehidupan
menyebutnya dengan bermacam-macam sebutan, sosial ekonomi, penguasaan teknologi, kehidupan
antara lain benda kuno, benda antik, benda purbakala, religi, dan lain-lain.
monumen, peninggalan arkeologi (archaeological Indonesia adalah salah satu bangsa di dunia yang
remains), atau peninggalan sejarah (historical remains). memiliki benda cagar budaya yang begitu tinggi nilai
Istilah Benda Cagar Budaya (BCB) mulai dipakai sejak budayanya. Sebagai contoh terdapat tiga warisan
tahun 1992, yaitu dengan adanya Undang-Undang dunia terdapat di Indonesia, yaitu: Kompleks Candi
RI No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya, Borobudur, Kompleks Candi Prambanan dan situs1
yang kemudian pada tahun 2010 telah direvisi dengan Prasejarah Sangiran. Selain ketiga situs tersebut,
terbitnya Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 Indonesia masih memiliki ribuan situs lagi yang
tentang Benda Cagar Budaya. Menurut pada pasal 5 tersebar di seluruh Nusantara. Di antara situs-situs
undang-undang tersebut disebutkan bahwa benda, tersebut ada yang terawat baik dan sebagian lagi tidak
bangunan, atau struktur dapat diusulkan sebagai terawat dengan baik.
Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan Kurangnya apresiasi terhadap benda cagar
Struktur Cagar Budaya apabila memenuhi kriteria: budaya menjadi salah satu faktor semakin tingginya
a. berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih; ancaman seperti pencurian, perusakan, dan
b. mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 pemalsuan terhadap benda cagar budaya. Kondisi
(lima puluh) tahun; tersebut diperparah dengan keadaan ekonomi
c. memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu masyarakat yang minim dan lemahnya penegakan
pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau hukum. Arkeolog dari Universitas Indonesia, Hariani
kebudayaan; dan Santiko, mengungkapkan, masyarakat secara umum
d. memiliki nilai budaya bagi penguatan masih kurang mengerti dan menghargai arti penting
kepribadian bangsa. dari benda-benda cagar budaya tersebut. Hal ini dapat
disebabkan oleh minimnya sosialisasi terkait benda
Adapun dalam pasal (6) disebutkan bahwa cagar budaya dan arti pentingnya. Masyarakat sekitar
Benda Cagar Budaya dapat: juga dapat menjadi berjarak dengan situs atau benda
a. berupa benda alam dan/atau benda buatan cagar budaya tersebut karena perbedaan zaman dan
manusia yang dimanfaatkan oleh manusia, serta kultur. Sebagai contoh, peninggalan baik berupa situs
sisa-sisa biota yang dapat dihubungkan dengan maupun cagar budaya di Jawa, misalnya berupa candi
kegiatan manusia dan/atau dapat dihubungkan
dengan sejarah manusia; 1 Dunia arkeologi Indonesia pertama kali mengenal
kata “situs” pada pertengahan tahun 1970-an. Kata
b. bersifat bergerak atau tidak bergerak; dan
ini diciptakan untuk mengganti kata sites yang dalam
c. merupakan kesatuan atau kelompok. bahasa Inggris berarti “tempat”. Ketika diperkenal-
kan di lingkungan Universitas Indonesia, situs lebih
banyak diartikan sebagai sebuah “lokasi”, yaitu tem-
Benda cagar budaya memiliki sifat unik
pat ditemukannya tinggalan arkeologi. Tinggalan itu
(unique), langka, rapuh, tidak dapat diperbaharui sendiri dapat berupa benda, bangunan, atau kom-
(nonrenewable), tidak bisa digantikan oleh teknologi pleks yang menjadi bukti aktivitas manusia masa lalu.
Di Malaysia, kata sites diterjemahkan sebagai “tapak”
dan bahan yang sama, dan penting
UKIPKſECPV karena
(Atmodjo, 2009: 1).
merupakan bukti-bukti aktivitas manusia masa

59
Wibowo, Strategi Pelestarian Benda Cagar Budaya/Situs Berbasis Masyarakat

Hindu atau Buddha, dan sudah berusia ratusan tahun. kebermaknaan sosial
UQEKCN UKIPKſECPEG  situs bagi
Kondisi ini berbeda dengan kepercayaan dan kultur masyarakat sekitarnya. Betapapun berkembangnya
yang dipeluk masyarakat sekitar cagar budaya saat ini, ilmu arkeologi, namun kurang ada gunanya
sehingga penghargaan terhadap benda cagar budaya jika pengelolaannya tidak memiliki mafaat bagi
itu pun mengalami pergeseran (Susanto, 2009: 1). masyarakat. Pandangan ini memunculkan persepsi
Belum lama ini Banda Aceh dihebohkan dengan dan sikap yang berbeda dibandingkan dengan persepsi
penemuan ribuan koin emas bersejarah atau dirham dan sikap yang dimiliki oleh para pelestari terdahulu.
Aceh yang ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang Artinya, paradigma pelestarian warisan budaya pada
wanita yang sedang mencari tiram di salah satu sungai masa kini harus berubah, tidak hanya pada upaya
utama pusat kota Banda Aceh yang juga merupakan MQPUGTXCUK ſUKM UKVWU
UWODGT FC[C CTMGQNQIK  UCLC
bagian dari situs warisan budaya Gampong Pande. tetapi juga harus memperhatikan kebermaknaan sosial
Selain itu, di daerah ini banyak juga peninggalan situs tersebut bagi masyarakat di sekitarnya (Byrne, et
sejarah seperti batu nisan yang ditemukan setelah al, t.t.: 25; Sulistyanto, tt: 1). Upaya pelestarian yang
bencana Tsunami 26 Desember 2004. Gampong Pande dilakukan haruslah berdampak pada meningkatnya
merupakan salah satu wilayah yang paling parah kesadaran masyarakat akan pentingnya keberadaan
terkena dampak bencana. Menurut berita di media cagar budaya, sehingga masyarakatlah nanti yang
massa, koin-koin tersebut ditemukan dalam sebuah akan lebih berperan, pemerintah hanya mengayomi
kotak yang berisi ratusan koin. Akibat kejadian ini, dan mengawasi sehingga tidak keluar dari koridor
koin-koin yang masih mungkin terkubur di lokasi hukum yang berlaku tentang pelestarian.
tersebut berada dalam kondisi terancam karena telah Artikel ini akan membahas tentang strategi
digali oleh masyarakat yang kemudian menjualnya pelestarian benda cagar budaya berbasis masyarakat.
ke pihak kedua. Lokasi tempat koin-koin tersebut 5GECTC NGDKJ URGUKſM FCP KORNGOGPVCVKH MCLKCP KPK
ditemukan sebenarnya adalah bagian dari situs cagar akan menekankan pada pentingya mempedulikan
budaya yang telah dilindungi oleh undang-undang. masyarakat lokal di sekitar situs untuk terlibat secara
Tampaknya masyarakat kurang informasi mengenai penuh dan positif dalam pengelolaan warisan budaya
hal ini sehingga mereka terus mencari koin dan benda- dengan cara memberdayakan kemampuan mereka.
benda peninggalan sejarah lainnya di lokasi tersebut. Masyarakat perlu diajak “menghidupkan” warisan
Situs ini sekarang tidak hanya menarik orang-orang budaya di sekitarnya agar warisan budaya tersebut
lokal, tetapi juga orang-orang dari luar Kota Banda dapat “menghidupi” mereka baik secara lahir maupun
Aceh. Pemerintah berusaha untuk menutup daerah batin. Masyarakat perlu dilibatkan dalam proses
tersebut dengan menempatkan garis polisi di sekitar pelestarian dan pengembangan warisan budaya yang
lokasi, tetapi sepertinya tindakan ini belum cukup dimiliki, agar aset yang dimiliki tersebut memberikan
efektif untuk menghentikan orang-orang datang ke kontribusi balik berupa material maupun non
situs tersebut. material yang berguna untuk kehidupannya.
Paparan tentang Gampong Pande tersebut Pada bagian sebelumnya disebutkan bahwa
menunjukkan bahwa diperlukan kesadaran masyarakat merupakan sebuah elemen yang
masyarakat dalam upaya pelestarian benda cagar sangat penting dalam upaya pelestarian benda
budaya. Dengan kata lain, partisipasi masyarakat cagar budaya. Hal ini mengarahkan sebuah upaya
dalam upaya pelestarian warisan budaya merupakan pemberdayaan masyarakat dalam pelestarian di
salah satu prioritas yang harus tercapai dalam setiap mana dalam pemberdayaan mengadung prinsip-
kegiatan pemanfaatan benda cagar budaya yang prinsip perencanaan seperti pendekatan sistem untuk
berwawasan pelestarian. Konsep dasar yang digunakan mengembangkan interaksi sinergis antar komponen,
berangkat dari pandangan bahwa upaya pengelolaan metodologi pengembangan masyarakat dari dalam
suatu warisan budaya penting untuk memperhatikan (development from within) yang niscaya bersifat

60
Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur, Volume 8, Nomor 1, Juni 2014, Hal 58-71

emansipatoris dan partisipatoris, serta prinsip-prinsip masyarakat haruslah pertama-tama dimulai dengan
perencanaan secara komprehensif, holistik dan menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan
karena itu harus bersifat terbuka (sampai pada tingkat potensi masyarakat berkembang. Di sini titik tolaknya
tertentu boleh menjadi rolling plan) dan kontingen pada pengenalan bahwa setiap manusia, masyarakat
konstekstual, perlu diterjemahkan dalam tolok ukur memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya,
yang terstruktur (Balitbang Depdagri, 1998: 8). tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya
Pemberdayaan merupakan sebuah konsep karena kalau demikian mestinya sudah punah.
yang sedang trend dalam masyarakat. Pemberdayaan Pemberdayaan adalah upaya membangun daya itu
masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan
ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya
ini menurut Chambers (1995), mencerminkan untuk mengembangkannya. Selanjutnya, upaya itu
paradigma baru pembangunan, yaitu yang bersifat harus diikuti dengan memperkuat potensi dan daya
“people-centered, participatory, empowering, dan yang dimiliki oleh masyarakat. Dalam rangka ini
sustainable” (Wibowo, dkk, 2003: 6). Konsep ini lebih diperlukan langkah-langkah lebih positif, selain dari
luas dari hanya semata-mata memenuhi kebutuhan hanya menciptakan iklim dan suasana.
dasar (basic needs) atau menyediakan mekanisme Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata
untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut (safety dan menyangkut penyediaan berbagai masukan (input)
net), yang pemikirannya belakangan ini lebih banyak serta pembukaan akses kepada berbagai peluang
dikembangkan sebagai upaya mencari alternatif (opportunieties) yang akan membuat masyarakat
terhadap konsep-konsep pertumbuhan di masa lalu. menjadi makin berdaya. Pemberdayaan ini bukan
Konsep ini berkembang dari upaya banyak ahli dan hanya meliputi penguatan individu masyarakat,
praktisi untuk mencari hal-hal yang antara lain oleh tetapi juga pranata-pranata. Menanamkan nilai-nilai
Friedman (1992) disebut alternative development, budaya – seperti kerja keras, hemat, keterbukaan,
yang menghendaki “inclusive democracy, appropriate kebertanggungjawaban – adalah bagian pokok dari
economic growth, gender equality, and intergenerational upaya pemberdayaan ini. Demikian pula pembaharuan
equity” (Wibowo, dkk, 2003: 7). lembaga-lembaga sosial dan pengintegrasian ke dalam
Keberdayaan dalam konteks masyarakat kegiatan pelestarian benda cagar budaya serta peranan
adalah kemampuan individu yang bersenyawa dalam masyarakat di dalamnya. Peningkatan partisipasi
masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat rakyat dalam proses pengambilan keputusan yang
yang bersangkutan. Suatu masyarakat yang sebagian menyangkut diri dan masyarakatnya merupakan
DGUCTCPIIQVCP[CUGJCVſUKMFCPOGPVCNVGTFKFKMFCP unsur yang penting dalam hal ini. Dengan dasar
kuat, tentunya memiliki keberdayaan yang tinggi. pandang demikian, pemberdayaan masyarakat dalam
0COWPUGNCKPPKNCKſUKMUGRGTVKVGTUGDWVFKCVCUCFC pelestarian benda cagar budaya sangat erat kaitannya
pula nilai-nilai intrinsik dalam masyarakat yang juga dengan pemantapan, pembudayaan, dan pengamalan
menjadi sumber keberdayaan seperti kekeluargaan, demokrasi. Friedmann (1992) menyatakan bahwa,
kegotongroyongan, dan kebhinekaan (bagi Indonesia).
Memberdayakan masyarakat dalam upaya
“The empowerment approach, which is
pelestarian benda cagar budaya adalah upaya
fundamental to an alternative develompent,
untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan
places the emphasis on autonomy in the decision-
masyarakat yang tinggal di daerah sekitar benda marking of territorially organized communities,
cagar budaya. Dengan kata lain memberdayakan local self-reliance (but not autarchy), direct
adalah memampukan dan memandirikan masyarakat (participatory), democracy, and experiental social
melalui upaya-upaya pelestarian benda cagar budaya. learning” (Wibowo, dkk, 2003: 8).
Dalam rangka pemikiran itu, upaya memberdayakan

61
Wibowo, Strategi Pelestarian Benda Cagar Budaya/Situs Berbasis Masyarakat

Untuk mencapai tujuan ideal strategi2 membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau
pelestarian benda cagar budaya pada masyarakat menciptakan sebuah ancaman baru. Teknik ini dibuat
ini, kita perlu juga menganalisis SWOT karena kita oleh Albert Humphrey, yang memimpin proyek riset
harus melihat secara cermat permasalahan dasar yang pada Universitas Stanford pada dasawarsa 1960-an dan
sedang dihadapi oleh masyarakat yang bersangkutan. 1970-an dengan menggunakan data dari perusahaan-
+FGPVKſMCUK CVCU RGTOCUCNCJCP FCUCT [CPI CFC RCFC perusahaan Fortune 500 (Rahman, 2014: 2).
mereka sangat penting dilakukan guna menentukan Dengan analisis SWOT memungkinkan
langkah perencanaan dan penerapan pelaksanaan perusahaan, lembaga, organisasi untuk
program pemberdayaan. Dengan demikian, apabila OGPIKFGPVKſMCUK HCMVQTHCMVQT [CPI OGORGPICTWJK
dilakukan pelestarian benda cagar budaya, masyarakat baik positif maupun negatif dari dalam dan dari luar
dilibatkan secara penuh. perusahaan atau organisasi. Selain bisa diterapkan
Analisis SWOT adalah metode perencanaan dalam bisnis atau organisasi, analisis SWOT
strategis yang digunakan untuk mengevaluasi bisa juga mampu diterapkan di berbagai bidang
kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang seperti kesehatan masyarakat, pembangunan, dan
(opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu pendidikan. Peran kunci dari SWOT adalah untuk
proyek atau suatu spekulasi bisnis (dalam konteks ini membantu mengembangkan kesadaran penuh dari
dimaksud dengan proyek adalah upaya pelestarian semua faktor yang dapat mempengaruhi perencanaan
benda cagar budaya). Empat faktor itulah yang strategis dan pengambilan keputusan, tujuan yang
membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses, dapat diterapkan pada hampir semua aspek industri.
opportunities, dan threats). Proses ini melibatkan Ketika menyusun analisis SWOT, biasanya
RGPGPVWCP VWLWCP [CPI URGUKſM FCTK URGMWNCUK DKUPKU membuat tabel yang dibagi menjadi empat kolom
CVCWRTQ[GMFCPOGPIKFGPVKſMCUKHCMVQTKPVGTPCNFCP dan penempatan setiap elemen mempengaruhi sisi
eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam lain sebagai perbandingan. Kekuatan dan kelemahan
mencapai tujuan tersebut. Analisis SWOT dapat biasanya tidak akan sesuai dengan peluang dan
diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah ancaman dalam tabel, meskipun beberapa korelasi
berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya. harus ada karena mereka saling terikat bersama dalam
Kemudian menerapkannya dalam gambar matrik beberapa cara dan tidak dapat dipisahkan (Rahman
SWOT, dimana aplikasinya adalah bagaimana 2014: 3).
kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan
(advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, Faktor internal
bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) Dua huruf pertama dalam akronim “Strengths
yang mencegah keuntungan (advantage) dari peluang (kekuatan) dan Weaknesses (kelemahan)” dalam
(opportunities) yang ada, selanjutnya bagaimana melihat faktor internal yang berarti sumber daya dan
kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman pengalaman yang tersedia bagi bisnis. Contoh dalam
(threats) yang ada, dan terakhir adalah bagaimana hal ini biasanya meliputi: sumber daya keuangan
cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu seperti pendanaan, pendapatan dan peluang investasi,
UWODGT FC[C ſUKM UGRGTVK NQMCUK RGTWUCJCCP CPFC
2 Kata strategi berasal dari bahasa Yunani “strategia” fasilitas dan peralatan, sumber daya manusia seperti
yang diartikan sebagai “the art of the general” atau karyawan, relawan dan khalayak sebagai sasaran, dan
seni seorang panglima yang biasanya digunakan proses saat ini seperti program kerja, departemen
dalam peperangan. Dalam pengertian umum, strate-
gi adalah cara untuk mendapatkan kemenangan atau penyusunan dan sistem perangkat lunak.
mecapai tujuan. Strategi pada dasarnya merupakan Dalam kekuatan dan kelemahan, individu
seni dan ilmu menggunakan dan mengembangkan tidak harus mencoba untuk menutup-nutupi atau
kekuatan (ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya
dan hankam) untuk mencapai tujuan yang telah melapisi atas kelemahan yang melekat pada kekuatan.
ditetapkan sebelumnya. /GPIKFGPVKſMCUK HCMVQT DCKM FCP DWTWM UCPICV

62
Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur, Volume 8, Nomor 1, Juni 2014, Hal 58-71

Tabel 1. Kerangka Analisis SWOT


Kekuatan Kelemahan
x Dukungan politik x Proyek sangat kompleks
x Dana yang tersedia x Mungkin menjadi merugikan
x Pengalaman pasar x Mungkin memiliki dampak lingkungan
x Kepemimpinan yang kuat x Sumber daya staf yang sudah meregang
Peluang Ancaman
x Proyek dapat meningkatkan ekonomi lokal x Kendala lingkungan
x Akan meningkatkan keamanan x Penundaan waktu
x Proyek akan meningkatkan citra publik perusahaan x Perlawanan dapat berubah
Sumber : Rahman, 2014: 4.

penting dalam menciptakan analisis SWOT secara Budaya (BPCB) Banda Aceh dengan jumlah peserta
menyeluruh. mencapai 60 orang. Pada kegiatan ini penulis ditunjuk
sebagai fasilitator. Selain itu, penulis juga melakukan
Faktor eksternal pengamatan terhadap kondisi situs cagar budaya yang
Setiap perusahaan, organisasi dan individu ada di Gampong Pande. Studi literatur dilakukan
dipengaruhi oleh kekuatan eksternal baik terhubung dengan mengunjungi perpustakaan yang ada di Banda
langsung atau tidak langsung untuk sebuah Aceh. Selain itu, penulis juga mengakses data-data
kesempatan dan ancaman, masing-masing faktor melalui internet sesuai dengan tujuan penelitian
sangat penting. Faktor eksternal biasanya merupakan ini. Metode analisis untuk keperluan penelitian ini
referensi anda atau perusahaan yang tidak bisa digunakan analisis SWOT. Pada dasarnya metode
dikontrol seperti: tren pasar seperti adanya produk- analisis ini adalah metode perencanaan strategis yang
produk baru dan teknologi atau pergeseran kebutuhan digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths),
khalayak; tren ekonomi seperti lokal, nasional dan kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan
VTGP ſPCPUKCN UMCNC KPVGTPCUKQPCN RGPFCPCCP UGRGTVK ancaman (threats). Proses ini melibatkan penentuan
UWODCPICPNGODCICFCP[C[CUCPNCKPP[CFGOQITCſ VWLWCP[CPIURGUKſMFCTKVWLCP[CPICMCPFKECRCKFCNCO
seperti target usia dari khalayak, ras, gender dan UGDWCJMGIKCVCPFCPOGPIKFGPVKſMCUKHCMVQTKPVGTPCN
budaya. Kerangka analisis SWOT beserta contoh dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam
penempatannya yang ditampilkan di Tabel 1. mencapai tujuan tersebut. Setelah proses analisis,
Untuk dapat memperoleh data terkait dengan maka dilanjutkan dengan penetapan strateginya
kajian ini, penulis menggunakan metode penelitian dalam rangka pelestarian benda/situs cagar budaya.
kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan
data berupa pengamatan, FGD (focus group discusion), B. Pembahasan
dan studi literatur. Pengamatan dilakukan terhadap 1. Analisis SWOT
lokasi-lokasi penemuan benda cagar budaya di a. Potensi (6WUHQJWKV) Gampong Pande Banda
Gampong Pande, Kecamatan Kuta Raja, Kota Banda Aceh
Aceh Provinsi Aceh. Data FGD diperoleh ketika Berdasarkan hasil FGD dan pengamatan di
penulis mengikuti kegiatan workshop warisan lapangan, wilayah Gampong Pande dan sekitarnya
budaya Aceh: Penyelamatan dirham di Gampong sekurang-kurangnya mempunyai tiga potensi yang
Pande yang diselenggarakan oleh Aceh Heritage saling terkait satu sama lainnya yaitu lingkungan,
Community pada tanggal 25 Februari 2014 dengan tinggalan arkeologi, dan potensi non arkeologi.
peserta aparatur pemerintah Gampong Pande, tokoh- Di sini dahulu berdiri sebuah kerajaan bernama
tokoh adat/masyarakat/pemuda/pemudi, kaum Lamuri. Bukti-bukti tentang kerajaan ini masih dapat
ibu, lembaga swadaya masyarakat, jurnalis, UPT ditemukan di Gampong Pande, Kecamatan Kuta
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di bidang Raja, Kota Banda Aceh. Di kampung ini masih ada
kebudayaan (yaitu Balai Pelestarian Nilai Budaya makam raja-raja dan ulama yang ditandai dengan batu
(BPNB) Banda Aceh dan Balai Pelestarian Cagar nisan yang diukir. Batu-batu nisan ini dulu diimpor

63
Wibowo, Strategi Pelestarian Benda Cagar Budaya/Situs Berbasis Masyarakat

Tabel 2. Kawasan strategis kota dari sudut kepentingan sosial dan budaya
Kawasan Pusat Kota Lama (Pasar Aceh, Peunayong dan sekitarnya) dengan bangunan-bangunan yang mempunyai
‡
ciri tersendiri dan sebagai kawasan heritage Kota Banda Aceh.
‡ Kawasan Masjid Raya Baiturrahman dan sekitarnya yang merupakan masjid yang bersejarah.
Kawasan Water Front City yang memiliki nilai sejarah yang cukup tinggi, khususnya pada kawasan sepanjang Krueng
‡ Aceh mulai dari muara (Gampong Pande) hingga ke Indrapuri merupakan lintasan sejarah transportasi sungai pada
zaman Kerajaan Aceh tempo dulu.
Kawasan Heritage Gampong Pande, Peunayong dan Neusu. Kawasan Gampong Pande merupakan tempat awal
Kerajaan Aceh. Kawasan Peunayong merupakan kawasan yang dikembangkan untuk melestarikan nilai sejarah
‡
sebagai kawasan etnis Cina (China Town), sedangkan kawasan Neusu tetap dilestarikan sebagai bagian dari
peninggalan bersejarah.
Kawasan Wisata Tsunami (Museum Tsunami, PLTD Apung di Punge Blang Cut, kuburan masal korban tsunami di
‡
UleeLheue dan Mesjid Baitul Rahim di UleeLheue).

dari India Selatan dan sebagian lain berasal dari Pulau emas. Dari namanya saja, Pande, merupakan
Batee, berdekatan dengan Pulau Aceh sekarang. arti “tukang”, tempat dimana orang membuat
Ornamen-ornamen pada nisan tersebut bermotif sesuatu atau barang, misalnya pande besi”.
DKPIMCK EGTOKP VWORCN ƀQTC UWNWTUWNWTCP FCP Gampong Pande mempunyai letak yang
MCNKITCſDGTKUKPCOCVQMQJVQMQJ[CPIFKMWDWTMCP strategis. Perjalanan menuju Gampong Pande
Salah satunya adalah Machdum Ali Abdullah Abdul dapat dilakukan dengan mudah, ditempuh dengan
Manaf Al-bagdady, ulama dari Bagdad yang datang kendaraan roda dua atau roda empat. Jalan menuju
ke Aceh ketika negerinya diserang Hulagu Khan, daerah ini relatif bagus. Selain itu, di sekitar Gampong
pemimpin bangsa Mongol. Selain nisan, di kawasan Pande juga memiliki beberapa Kawasan Strategis
Gampong Pande juga ditemukan pecahan keramik. Kota dari sudut kepentingan sosial dan budaya seperti
Sebagian keramik-keramik tersebut berasal dari di Tabel 2.
Dinasti-Dinasti Cina, Burma dan Eropa. Keramik- Potensi non arkeologi yang ada di wilayah
keramik ini menjadi bukti bahwa di tempat itu Gampong Pande dan sekitarnya adalah potensi
pernah terjadi perdagangan skala luas berabad-abad penunjang yang sangat penting terkait dengan
silam. Menurut Husaini Ibrahim (seorang informan wisatawan, sehingga potensi penunjang ini dapat
dari Jurusan Sejarah FKIP dan Kepala Pusat dipandang sebagai potensi yang dapat memperkuat
Penelitian Ilmu Sosial dan Budaya Universitas Syiah usaha untuk membangun suatu tempat atau kawasan
Kuala) bahwa Gampong Pande merupakan pusat pariwisata. Kesenian-kesenian daerah Aceh juga
penyebaran agama Islam dan kerajaan apabila dilihat sangat terkenal ke mancanegara yang sangat menarik
dari berbagai jenis batu nisan yang ditemukan di situs minat para wisatawan, misalnya Tari Saman, Tari
tersebut. Selanjutnya, ia juga mengatakan3, Seudati, geude-geude, dan lain-lain.
“Berdasarkan temuan temuan di Gampong
Pande terdapat beberapa benda cagar budaya, b. Kelemahan (:HDNQHVVHV) Gampong Pande
yaitu batu nisan, mata uang atau dirham, Pelestarian benda cagar budaya tidak luput
dan benda-benda lainnya. Batu nisan yang dari halangan yang mengancam situs ini berupa
FKVGOWMCP FCRCV FKMNCUKſMCUKMCP OGPLCFK VKIC
kelemahannya sendiri dan kelemahan yang berasal
salah satunya jenis bucranc, batu nisan yang
dari masyarakat. Berdasarkan hasil FGD, diperoleh
bersayap. Kemudian, ditemukan uang emas atau
dirham yang beberapa waktu lalu membuat data bahwa kondisi sosial ekonomi dapat menjadi
heboh masyarakat dan menjadi berita pokok di faktor kelemahan dalam rangka kegiatan pelestarian
koran Serambi Indonesia, Waspada, dan berita benda cagar budaya. Hal ini ditunjukkan ketika benda-
lainnya. Diduga uang emas tersebut merupakan benda cagar budaya ditemukan oleh masyarakat,
mata uang yang digunakan pada abad ke-16. kemudian mereka menjualnya kepada pihak-pihak
Banyaknya penemuan dirham diduga dulu di
lain, baik secara diam-diam maupun terbuka. Belum
daerah ini merupakan lokasi pembuatan uang
lama berselang, banyak dirham yang ditemukan
dijual oleh masyarakat kepada kolektor dan penjual
3 Wawancara pada tanggal 27 Februari 2014

64
Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur, Volume 8, Nomor 1, Juni 2014, Hal 58-71

emas, baik di Banda Aceh maupun luar daerah. dari pemasukan pariwisata yang nantinya dapat
Selain itu, keterbatasan pemerintah dalam dipakai dalam upaya pelestarian benda/situs cagar
mengantisipasi penjualan benda-benda cagar budaya budaya di Gampong Pande. Pemanfaatan juga akan
karena ketiadaan/kurangnya/lamanya proses membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat
pengeluaran dana sebagai kompensasi benda-benda sekitar. Peluang untuk mendapatkan penghasilan
tersebut menjadikan benda-benda cagar budaya tidak cukup besar dari pariwisata misalnya membuka
terlindungi dan “lari” keluar daerah/luar negeri. peluang jasa seperti pemandu wisata, toko souvenir,
Kurangnya sosialisasi tentang undang-undang cagar membuat barang souvenir, dan sebagainya.
budaya kepada masyarakat merupakan kelemahan
yang ketiga. Informasi tentang keadaan benda-benda d. Ancaman (7KUHDWV)
cagar budaya, situs, dan sanksi sangat diperlukan, Setiap objek cagar budaya yang dikembangkan
karena ilmu atau pengetahuan tentang benda cagar menjadi daya tarik wisata, memiliki ancaman
budaya dan situs yang dimiliki masyarakat sangat yang sulit untuk dihindari. Hal ini tergantung dari
kurang. Perlu adanya pemberian informasi dari aturan-aturan yang diterapkan masyarakat. Semakin
instansi terkait atau yang lebih mengetahui tentang ketatnya aturan-aturan yang ada, maka semakin kecil
keadaan benda/situs cagar budaya kepada para pula ancaman yang akan diperoleh. Misalnya, karena
masyarakat. Selain itu, perlu penataan kawasan dari Aceh daerah syariat Islam, maka pengunjung tidak
situs-situs yang ada di gampong ini. Hal ini sangat diperbolehkan melakukan kegiatan-kegiatan yang
menunjang dalam pelestarian benda/situs cagar tidak sesuai dengan penerapan syariat Islam. Aturan-
budaya di Gampong Pande. aturan ini akan menjaga kehidupan sosial budaya
masyarakat di sekitar areal situs yang memegang
c. Peluang (2SRWXQLWLHV) Gampong Pande teguh syariat Islam.
Benda cagar budaya yang lestari, secara ideal Ancaman lainnya merambat terhadap kerusakan
akan memberi peluang pemanfaatan peninggalan situs. misalnya ada oknum yang tidak bertanggung
arkeologi, memberikan kesejahteraan kepada jawab masuk ke areal situs dan melakukan vandalisme.
masyarakat sekitarnya tanpa menimbulkan dampak Walaupun sudah ada undang-undang yang mengatur
negatif. Dalam hal ini, kesejahteraan yang dimaksud tentang benda cagar budaya, ancaman tersebut harus
adalah kesejahteraan lahir batin serta terpeliharanya dipertimbangkan juga. Analisis SWOT disajikan di
nilai-nilai luhur budaya, demikian juga lingkungan Tabel 3.
hidup masyarakat setempat. Hal ini dapat diperoleh

Tabel 3. Analisis SWOT


Kekuatan Kelemahan
x Gampong Pande memiliki banyak sumber x Undang-undang tentangCagar Budaya belum
sejarah dan benda cagar budaya seperti tersosialisasi dengan baik
makam, dirham x Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang masih
x Gampong Pande terletak tidak jauh dengan rendah
pusat kota dan kawasan strategis lainnya x Dana yang masih kurang untuk upaya pelestarian
x Gampong Pande juga memiliki potensi x Situs benda cagar budaya belum ditata secara
penunjang lain seperti kesenian maksimal
Peluang Ancaman
x Adanya pelestarian benda cagar budaya x Kerusakan lingkungan
dapat meningkatkan ekonomi lokal x Vandalisme
x Adanya pelestarian benda cagar budaya x Perubahan kehidupan
meningkatkan keamanan
x Adanya pelestarian benda cagar budaya
akan akan meningkatkan citra publik terhadap
Gampong Pande

65
Wibowo, Strategi Pelestarian Benda Cagar Budaya/Situs Berbasis Masyarakat

2. Strategi Pelestarian Benda/Situs Cagar Budaya dan masyarakatnya agar lebih berdaya, tidak hanya
di Gampong Pande dapat meningkatkan kapasitas dan kemampuannya
Sejarah dan proses menunjukkan bahwa dalam memanfaatkan potensi yang dimilikinya
pembangunan bersifat multi dimensi dan tujuan- untuk melestarikan benda cagar budaya, tetapi
tujuan pembangunan sangat bervariasi. Upaya untuk sekaligus meningkatkan kemampuan ekonomi
mencapai suatu tujuan harus terkait dengan yang dan sosial aparatur pemerintahan gampong beserta
lainnya. Saat ini para ahli dan praktisi pembangunan masyarakatnya dimana benda warisan budaya
memahami bahwa pertumbuhan saja tidak cukup tersebut berada. Pendekatan yang berorientasi pada
tanpa upaya pemerataan. Sebaliknya, pertumbuhan masyarakat (community-oriented) menurut Prasodjo
tetap diperlukan karena tanpa pertumbuhan akan (2004), dalam implementasinya diwujudkan melalui
terjadi kemandekan atau kemunduran. Upaya pemberdayaan masyarakat di sekitar situs. Pendekatan
mencari cara pembangunan yang lebih baik dapat ini menguntungkan kedua belah pihak, yaitu pihak
makin memenuhi berbagai tujuan dan sasarannya pengelola warisan budaya dan pihak masyarakat
memang masih terus berlangsung, baik di bidang di sekitar situs. Pihak pengelola, yakni pemerintah
ekonomi maupun administrasi (Kartasasmita, 1996: (pusat) maupun pemerintah daerah (otonom) dalam
157). upaya pelestarian akan memperoleh dukungan dari
Dalam upaya itu strategi pembangunan harus masyarakat setempat karena mereka membutuhkan
ditujukan ke dua arah yaitu menyadari ada masalah peran dari warisan tersebut. Sebaliknya, masyarakat
struktural dalam perekonomian dan juga dalam juga akan memperoleh keuntungan baik moral maupun
tatanan sosial, yang memisahkan lapisan masyarakat material karena warisan budaya dapat memberikan
yang maju dan berada di sektor modern, serta yang kontribusi konkret yang dapat meningkatkan taraf
tertinggal dan berada di sektor tradisional. Strategi perekonomian dalam kehidupannya (Sulistyanto,
pembangunan untuk kedua sektor itu tidak dapat 2014: 2).
disamakan begitu saja. Strategi seperti yang dipaparkan Adapun strategi kedua adalah memperkuat
di atas tidak hanya menyangkut pembangunan struktur lembaga gampong dalam rangka pelestarian
ekonomi, tetapi juga terkait dengan pembangunan benda/situs cagar budaya. Terbitnya Undang-
kebudayaan dalam konteks pelestarian benda/situs Undang No. 11 Tahun 2010 tentang Benda Cagar
cagar budaya. Budaya, diharapkan keberadaan lembaga gampong ini
Oleh karena itu, strategi pelestarian benda/ berperan dan di dalam aktivitas masyarakat sehari-
situs cagar budaya di Gampong Pande di dalam hari. Yang dibutuhkan dalam strategi ini adalah lebih
pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah banyak kebebasan untuk bergerak dan iklim yang
dapat dilakukan melalui pemberdayaan sumber daya memungkinkan lembaga gampong berkreativitas.
manusia (SDM) aparatur pemerintahan gampong Pemerintah hanya memfasilitasi lembaga gampong
dan masyarakat. Secara konkret, pemikiran tersebut dalam pembangunan, khususnya keterlibatan
didasarkan pada alasan bahwa masyarakat lokal pemerintah gampong dalam upaya-upaya pelestarian
tidak dapat diabaikan dalam segala kegiatan yang benda cagar budaya/situs.
menyangkut keberadaan dan keberlangsungan Kedua strategi tersebut jelas tidak terlepas satu
warisan budaya di sekitarnya. Masyarakat lokal yang dengan lainnya. Keduanya saling berhubungan. Pola
bertempat tinggal di sekitar situs pada hakekatnya hubungan tersebut perlu ditata agar menghasilkan
merupakan pemilik sah dari warisan budaya (Groube, suatu struktur kelembagaan gampong dan masyarakat
1985: 58, Schaafsma, 1989: 38, Layton, 1989:1 yang bersinergi menuju ke arah pelestarian benda
dalam Tanudirjo, 1993/1994: 11-12; Sulistyanto, cagar budaya/situs dalam konteks pembangunan
2014: 3). Untuk itu, strategi yang pertama adalah yang berkesinambungan, merata, dan tumbuh di atas
memberdayakan aparatur pemerintahan gampong landasan yang kokoh.
dan masyarakatnya. Intinya adalah aparatur gampong Sesuai kerangka pikir tersebut, upaya

66
Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur, Volume 8, Nomor 1, Juni 2014, Hal 58-71

memberdayakan aparatur pemerintahan gampong, pemberdayaan aparatur pemerintahan gampong,


masyarakat, dan lembaga gampong dalam upaya masyarakat dan lembaga gampong bukan membuat
pelestarian benda/situs cagar budaya harus dilakukan masyarakat menjadi makin tergantung pada berbagai
melalui tiga arah/jalur. Pertama, menciptakan program pemberian (charity) karena pada dasarnya
suasana atau iklim yang memungkinkan potensi setiap hal yang dinikmati harus dihasilkan atas usaha
aparatur pemerintahan gampong dan masyarakatnya sendiri, dan hasilnya dapat dipertukarkan dengan
agar dapat berkembang (enabling) dalam rangka pihak lain.
pelestarian benda/situs cagar budaya di wilayahnya. Berdasarkan strategi, arah/jalur ada beberapa
Di sini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap program yang dapat dilakukan oleh pemerintah
aparatur pemerintahan gampong dan masyarakat Kota Banda Aceh/pemerintah Provinsi Aceh,
memiliki potensi yang dapat dikembangkan. lembaga pemerintah yang bergerak dalam bidang
Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun pembangunan kebudayaan, lembaga swadaya
daya itu dengan mendorong (encourage), memotivasi, masyarakat dalam strategi pelestarian benda/
dan membangkitkan kesadaran (awareness) akan situs cagar budaya di Gampong Pande melalui
potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk pemberdayaan aparatur pemerintahan gampong,
mengembangkannya. masyarakat, dan lembaga gampong yaitu:
Kedua, memperkuat potensi atau daya yang 1. Program Pengembangan Sumber Daya Manusia
dimiliki oleh aparatur pemerintahan gampong (SDM)
(empowering) dan masyarakat. Dalam kerangka ini Banyak teori-teori pembangunan mengatakan
diperlukan langkah-langkah lebih positif selain dari bahwa sumber daya manusia merupakan salah satu
hanya menciptakan iklim dan suasana yang kondusif. faktor yang cukup menentukan berhasil atau tidaknya
Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata dan sebuah pembangunan. Sumber pertumbuhan, dalam
menyangkut penyediaan berbagai masukan (input) teori endogen, antara lain yang dikembangkan oleh
serta pembukaan akses kepada berbagai peluang Romer (1990) yaitu meningkatnya stok pengetahuan
(opportunities) yang akan membuat masyarakat dan ide baru dalam perekonomian akan mendorong
menjadi makin berdaya dalam upaya-upaya pelestarian tumbuhnya daya cipta dan inisiatif yang diwujudkan
benda/situs cagar budaya di wilayahnya. dalam kegiatan inovatif dan produktif. Teori
Ketiga, memberdayakan mengandung pula pertumbuhan endogen ini didasarkan pada berbagai
arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan harus premis pokok antara lain pengenalan bahwa pasar
dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah karena tidak sempurna dan adanya eksternalitas dalam
kurang berdaya dalam menghadapi yang kuat. Oleh perekomomian. Teknologi atau penemuan-penemuan
karena itu, dalam konsep pemberdayaan aparatur baru itu memberi eksternalitas bagi perekomian
pemerintah gampong, masyarakat dan lembaga (Wibowo dkk, 2003: 54).
gampong, perlindungan dan pemihakan kepada Pengembangan teori pertumbuhan endogen ini
yang lemah amat mendasar sifatnya. Dalam rangka meningkatkan perhatian yang lebih besar terhadap
pemberdayaan ini, adanya peraturan perundangan pembangunan manusia. Apabila pengetahuan baru
yang secara jelas dan tegas melindungi golongan yang dan keterampilan dalam sumber daya manusia dan
lemah sangat diperlukan. Melindungi tidak berarti pembangunan ekonomi tergantung pada peningkatan
mengisolasi atau menutup dari interaksi, karena teknologi, pengetahuan, dan cara-cara baru dalam
hal itu justru akan mengerdilkan yang kecil dan proses produksi, maka keberhasilan pembangunan
melunglaikan yang lemah. Melindungi harus dilihat akan ditentukan oleh proses akumulasi dari
sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan kualitas sumber daya manusia (Becker dan Tamura,
yang tidak seimbang serta eksploitasi yang kuat atas 1990; Wibowo dkk, 2003: 56) ). Atas dasar itu,
yang lemah, termasuk dalam upaya-upaya pelestarian berkembanglah konsep mengenai modal manusia
benda/situs cagar budaya. Dengan demikian, (human capital). Investasi dalam modal manusia yaitu

67
Wibowo, Strategi Pelestarian Benda Cagar Budaya/Situs Berbasis Masyarakat

dalam bentuk pendidikan, pelatihan, dan kesehatan. merata dan berkesinambungan.


Dengan demikian, upaya pemberdayaan
b. Mengadakan Penyuluhan-Penyuluhan
lembaga gampong dan masyarakat dalam pelestarian
benda-benda cagar budaya dalam pembangunan dapat Di samping melaksanakan penataran-penataran
dilakukan dengan program pengembangan sumber secara bertahap seperti dikemukakan di atas, untuk
daya manusia aparatur pemerintahan gampong dan memacu pemberdayaan lembaga gampong dan
masyarakat tersebut. Dalam proses pemberdayan, masyarakat dalam pelestarian benda cagar budaya
program pengembangan sumber daya manusia juga harus dilaksanakan berbagai penyuluhan, baik
melalui peningkatan pengetahuan, wawasan, dan oleh tim yang berasal dari pemerintah kota Banda
cakrawala berpikir akan mendorong, memotivasi, dan Aceh, dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
membangkitkan kesadaran potensi yang dimilikinya, maupun yang berasal UPT Kebudayaan, seperti Balai
selanjutnya berupaya untuk mengembangkannya. Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Banda Aceh dan
Program pengembangan sumber daya manusia Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Banda Aceh.
tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan Penyuluhan dapat dilakukan dengan cara mendatangi
seperti di bawah ini. gampong yang akan diberikan penyuluhan tersebut.
Maksud penyuluhan ini selain untuk menambah
a. Mengadakan Penataran-Penataran
pengetahuan juga sekaligus memotivasi warga
Penataran-penataran memegang peranan masyarakat dan aparatur pemerintahan gampong agar
penting di dalam membuka wawasan dan pola pikir memberikan perhatian yang besar bagi pelestarian
para aparatur pemerintahan gampong dan masyarakat, benda/situs cagar budaya. Karena hal ini bukan
khususnya dalam mengelola pelestarian benda/ hanya tanggung jawab keuchik (kepala desa) beserta
situs cagar budaya yang ada wilayah di gampongnya perangkatnya, tetapi juga merupakan tanggung
dengan sebaik-baiknya, sehingga pelestarian benda/ jawab seluruh warga ataupun pemerintah daerah/
situs cagar budaya dapat dilaksanakan secara berdaya pemerintah pusat.
guna dan berhasil guna. Oleh karena pembangunan mempunyai dimensi
Sesuai dengan ketersediaan dana, pada setiap [CPI NWCU FCNCO CTVK DWMCP RGODCPIWPCP ſUKM
tahun anggaran harus dialokasikan dana untuk UGOCVC VGVCRK LWIC OGNKRWVK RGODCPIWPCP PQPſUKM
berbagai penataran bagi aparatur pemerintahan maka tim penyuluh ini harus berasal dari berbagai
gampong, antara lain dalam hal pengelolaan benda/ disiplin ilmu. Dengan demikian, penyuluhan akan
situs cagar budaya yang ada di wilayah gampong. Ada membawa dampak bagi upaya pelestarian benda/situs
beberapa bentuk penataran yang dapat dilaksanakan cagar budaya dengan membuka wawasan dan pola
setiap tahunnya, antara lain penataran kader pelestari pikir, baik bagi para aparatur pemerintahan gampong
benda/situs cagar budaya, penataran dan pembinaan maupun warga gampong.
pemangku adat gampong terkait dengan pelestarian
benda/situs cagar budaya, penataran manajemen 2. Program Pengembangan Kelembagaan
pengelolaan situspenataran guide situs, dan lainnya, *DPSRQJ
yang kesemuanya memberikan hasil positif bagi para Untuk mendukung program pengembangan
aparatur pemerintahan gampong dan masyarakat sumber daya manusia aparatur pemerintah gampong
dalam pelestarian benda/situs cagar budaya dalam dalam upaya pelestarian benda/situs cagar budaya,
rangka pembangunan kebudayaan. program pembangunan kelembagaan gampong
Kendala yang mungkin dihadapi dalam menjadi teramat penting pula. Lembaga pemerintahan
melaksanakan penataran-penataran ini adalah dan lembaga kemasyarakatan gampong perlu diperkuat
ketersediaan dana dibandingkan jumlah peserta, agar pembangunan dapat dilaksanakan secara efektif
maka perlu dilaksanakan secara bertahap. Akan dan efesien dengan kewenangan dan tanggung
tetapi, penataran-penataran harus dilaksanakan secara jawab yang lebih besar pada pemerintah gampong

68
Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur, Volume 8, Nomor 1, Juni 2014, Hal 58-71

dan masyarakat gampong. Aparatur pemerintahan gampong-gampong percontohan/binaan (dalam


gampong harus mampu menampung aspirasi, hal ini Gampong Pande dapat dijadikan gampong
menggali potensi, dan menggerakkan masyarakat percontohan yang melaksanakan upaya pelestarian
untuk berperan serta dalam pembangunan. benda/situs cagar budaya). Terbentuknya gampong
Untuk menanggulangi kelemahan-kelemahan binaan diharapkan segenap instansi yang terkait
yang ada di dalam struktur lembaga gampong dan dengan upaya pelestarian benda/situs cagar budaya
perubahan-perubahan yang ada, maka program yang baik di tingkat kabupaten/provinsi/pusat dan
dapat dilaksanakan adalah sebagai berikut. lembaga lainnya dapat memberikan pengetahuan
dan ilmu tentang pelestarian benda cagar budaya/
a. Pembentukan Qanun sebagai Payung Hukum
situs kepada aparatur pemerintahan gampong yang
Pelestarian Benda/Situs Cagar Budaya
dijadikan gampong percontohan. Apabila aparatur
Peran masyarakat dan kelembagaan gampong pemerintahan gampong percontohan/binaan
perlu ditingkatkan agar lebih berpartisipasi aktif sukses melakukan pelestarian benda cagar budaya/
dalam pembangunan, khususnya dalam upaya situs, maka seterusnya dapat dijadikan contoh bagi
pelestarian benda cagar budaya/situs. Agar lembaga gampong lainnya. Dengan demikan, terjadi transfer
tersebut mempunyai “payung” dalam menjalankan dan motivasi keberhasilan upaya pelestarian benda/
UGICNCCMVKſVCUP[CUGJCTKJCTKRGTNWFKRGTMWCVFGPICP situs cagar budaya dari satu gampong ke gampong
landasan hukum, baik berupa undang-undang, lainnya.
qanun, maupun peraturan daerah. Dengan demikian,
c. Mengadakan Studi Banding
lembaga-lembaga itu memiliki aturan yang mengatur
tugas, fungsi, hak, kewajiban secara jelas dan tegas. Kegiatan studi banding merupakan suatu
Hal ini amat penting untuk menghindari hal-hal kegiatan pembangunan yang diarahkan untuk
yang tidak diinginkan dalam pelaksanaan organisisasi membuka pola pikir dan pola pandang aparatur
lembaga gampong itu dalam upaya pelestarian benda/ pemerintahan gampong terhadap keberadaan lembaga
situs cagar budaya. Kepastian hukum merupakan dan hal-hal apa saja yang dapat dilakukan di dalam
suatu landasan dalam mengoptimalkan keberadaan melayani masyarakat dari gampong yang menjadi
dan fungsi sebuah lembaga dalam masyarakat. objek studi banding. Aparatur pemerintahan gampong
Selama ini memang telah ada Undang-Undang dan masyarakat dapat mengambil hal-hal yang positif
No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya, tetapi dalam upaya pelestarian benda/situs cagar budaya,
hendaknya hal tersebut lebih diperkuat dengan baik di sebuah gampong yang menjadi objek studi
peraturan daerah (di Aceh disebut dengan Qanun). banding di Aceh maupun situs yang ada di luar Aceh.
Adanya Qanun tersebut, maka upaya pelestarian
benda cagar budaya/situs akan lebih kuat karena 3. Program Peningkatan Prasana dan Sarana
ada peraturan daerah/qanun yang telah disesuaikan Lembaga dan Kesejahteraan Aparatur
dengan kondisi yang ada di Banda Aceh khususnya Pemerintahan *DPSRQJ
dan Provinsi Aceh pada umumnya. Program peningkatan kesejahteraan aparatur
b. Membentuk *DPSRQJ - *DPSRQJ pemerintahan gampong dimaksudkan bukan hanya
Percontohan/Binaan untuk kesejahteraan pengelola saja, tetapi juga untuk
penyediaan prasarana dan sarana lembaga itu sendiri.
Pemberian contoh merupakan sebuah cara Artinya, sebuah kegiatan tidak akan berjalan secara
untuk meningkatkan motivasi seseorang/lembaga optimal apabila kedua hal itu (lembaga dan aparatur
agar mereka menjadi seseorang/lembaga yang berhasil pemerintahan gampong) tidak sejahtera. program
pula. Salah satu upaya meningkatkan kemampuan untuk lembaga ini dapat dilaksanakan melalui
lembaga gampong dalam upaya pelestarian benda/ penyediaan perangkat “keras” (hard ware) berupa
situs cagar budaya adalah dengan membentuk penyiapan segala prasarana dan sarana yang menunjang

69
Wibowo, Strategi Pelestarian Benda Cagar Budaya/Situs Berbasis Masyarakat

kegiatan, baik administrasi maupun operasional, ini ialah masyarakat dan pemerintah gampong yang
seperti peralatan kantor, kendaraan operasional, berada di sekitar benda/situs cagar budaya. Dasar
gedung, peningkatan pengetahuan tentang teknologi penentuannya adalah bahwa masyarakat tersebut
administrasi (misalnya internet dan komputer), yang menerima dampak langsung dari kegiatan
dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan pengembangan benda/situs cagar budaya. Berangkat
peningkatan kesejahteraan aparatur pemerintahan dari pandangan tersebut, kebijakan pemberdayaan
gampong dapat berupa pemberian insentif kepada diarahkan pada kemandirian masyarakat/pemerintah
para aparatur pemerintahan gampong seperti honor/ gampong.
gaji. Ketika FGD dilaksanakan di Gampong Pande, Upaya-upaya strategi pelestarian benda/situs
masyarakat dan aparatur pemerintah gampong cagar budaya dalam pembangunan dapat dilakukan
memohon dibuat sebuah museum yang dapat dengan pemberdayaan aparatur pemerintahan
dijadikan media dalam upaya pelestarian benda-benda gampong/pemberdayaan lembaga gampong dan
cagar budaya yang ada di daerah ini. masyarakat. Untuk itu, strategi yang dapat
dilakukan adalah dengan memberdayakan aparatur
C. PENUTUP pemerintahan gampong dan memperkuat struktur
Benda/situs cagar budaya merupakan salah lembaga gampong. Kedua strategi tersebut jelas
satu tinggalan yang dimiliki oleh sebuah komunitas tidak terlepas satu dengan lainnya. Keduanya saling
masyarakat. Cagar budaya tidak hanya menceritakan berhubungan. Adapun jalur yang ditempuh dapat
peradaban suatu masyarakat dalam suatu wilayah, dilakukan dengan tiga arah yaitu menciptakan suasana
tetapi juga perwujudan peradaban umat manusia. Aceh atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat
memiliki banyak tinggalan benda/situs cagar budaya, berkembang (enabling), memperkuat potensi atau
namun tidak semua tinggalan tersebut dalam kondisi daya yang dimiliki oleh masyarakat (empowering),
baik walaupun pembangunan dalam upaya pelestarian dan melindungi. Ketiga arah itu harus diperkuat
benda/situs cagar budaya telah dilaksanakan oleh dengan tiga program yaitu pengembagan sumber
pemerintah. Oleh karena itu, hasil penelitian senada daya manusia (SDM) aparatur pemerintahan gampong
dengan makalah yang ditulis oleh Sulistyanto (2014) dan masyarakat, program pengembagan kelembagaan
mengatakan, perlu pelibatan masyarakat melalui gampong, dan program pengembagan prasarana dan
upaya pemberdayaan. Tujuan pemberdayaan pada sarana serta kesejahteraan para aparatur pemerintahan
hakekatnya memampukan masyarakat agar dapat gampong dalam upaya pelestarian benda/situs cagar
mengaktualisasi diri dalam pengelolaan lingkungan budaya. Semua strategi, arah, dan program ataupun
budaya yang terdapat di sekitarnya dan memenuhi kegiatan akan berhasil apabila dilaksanakan secara
kebutuhannya secara mandiri tanpa ketergantungan terpadu dan berkesinambungan.
dengan pihak-pihak lain. Sasaran utama dari kegiatan

DAFTAR PUSTAKA

Atmodjo, J. Satrio. 2009. Pelestarian Kawasan Byrne, Denis, Helen Brayshaw, Tracy Ireland. t.t.
Purbakala Antara Konsep dan Realita. Buletin 5QEKCN 5KIPKſECPEG # &KUEWUUKQP 2CRGT NSW
Penataan Ruang. Edisi November - Desember National Parks & Wildlife Service. Research
2009. http://bulletin.penataanruang.net/ Unit. Cultural Heritage Devision.
index.asp?mod=_fullart&idart=214 Kartasasmita, Ginandjar. 1996. Pembangunan Untuk
Balitbang Depdagri. 1998. “Pemerintahan Desa”, Rakyat Memadukan Pertumbuhan dan
Laporan Penelitian; tidak dipublikasikan, Pemerataan. Jakarta: Cides.
Jakarta: Balitbang Depdagri.

70
Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur, Volume 8, Nomor 1, Juni 2014, Hal 58-71

Rahman, Muhammad. Pentingnya analisis SWOT Susanto, Djulianto. Gampong . Apresiasi Masyarakat
FCNCODKUPKU%QPVQJ2QNC&GſPKUK http:// terhadap Benda Bersejarah Masih Rendah.
www.opsional.com/showthread.php/4248- http://djulianto-kompas.blogspot.
Pentingnya-analisis-SWOT-dalam-bisnis- com/2009/02/cagar-budaya-terancam.html.
%QPVQJ2QNCCOR&GſPKUK &KWPFWJ  diunduh 12 April 2104.
April 2014. Wibowo, Budi, dkk. 2003. Pemberdayaan Lembaga
Sulistyanto, Bambang. 2014. Pemberdayaan Mukim dalam Pembangunan Daerah Kota
Masyarakat sebagai Pertanggung-jawaban Banda Aceh. Banda Aceh: Badan Perencanaan
Sosial Arkeolog. http://www.hura-hura. Pembangunan Daerah Kota Banda Aceh
wordpress.com/category/bambang-
sulistyanto/. Diunduh tanggal 20 April 2014.

71

Anda mungkin juga menyukai