Anda di halaman 1dari 39

HAKIKAT PENDEKATAN, MODEL, STRATEGI DAN

METODE PEMBELAJARAN

Oleh : Kelompok 1

Putu Anggalia Krisna Putri /1713011007 / 4C

Anak Agung Istri Trisna Pradnyadari /1713011068 / 4C

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat karuniaNyalah makalah ini dapat terselesaikan. Dalam penulisan makalah
ini penulis pun mendapat banyak ilmu yang berguna. Makalah ini disusun agar
pembaca dapat memperluas ilmu pengetahuan tentang hakikat pendekatan, model,
strategi dan metode pembelajaran, selain itu juga dengan adanya makalah ini
diharapkan bagi pembaca agar dapat mengembangkannya lagi.

Semoga makalah yang penulis buat ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dan
khususnya pada diri penulis sendiri serta dapat memberikan wawasan yang lebih
luas bagi kita semua.

Singaraja, 22 Februari 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB 1 PEMBAHASAN

1.1. Latar Belakang………………………………………………………………1


1.2. Rumusan Masalah……………………………………………………………2
1.3. Tujuan Penulisan……………………………………………………………..2
1.4. Manfaat Penulisan……………………………………………………………2

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Pendekatan Pembelajaran…………………………………………..3


2.2 Hakikat Model Pembelajaran………………………………………………..6
2.3 Hakikat Strategi Pembelajaran………………………………………………9
2.4 Hakikat Metode Pembelajaran……………………………………………....16
2.5 Hubungan Pendekatan, Model, Strategi dan Model Pembelajaran………….34

BAB 3 PENUTUP

3.1. Kesimpulan………………………………………………………………….35

3.2. Saran………………………………………………………………………...35

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1

PEMBAHASAN

1.1 Latar Belakang

Pendidik adalah orang dewasa dengan segala kemampuan yang


dimilikinya untuk dapat mengubah psikis dan pola pikir anak didiknya dari
tidak tahu menjadi tahu serta mendewasakan anak didiknya. Salah satu hal
yang harus dilakukan oleh guru adalah dengan melakukan proses pembelajaran
di kelas. Pembelajaran merupakan sebuah hal yang teramat penting dalam
kehidupan manusia. Pembelajaran memiliki fungsi utama sebagai penurunan
nilai dan norma dari orang tua kepada anak juga sebagai penyalur atau transfer
ilmu dan informasi dari pendidik kepada para peserta didik. Pembelajaran
merupakan kegiatan wajib yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan guna mencetak generasi bangsa yang berilmu pengetahuan tinggi.
Untuk mewujudkan tujuan ini diperlukan pembelajaran efektif.
Pendidik dalam melaksanakan perannya yaitu sebagai pendidik,
pengajar, pemimpin, administrator harus mampu melayani peserta didik yang
dilandasi dengan kesadaran, keyakinan, kedisiplinan, dan tanggung jawab
secara optimal sehingga memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan
siswa secara optimal, baik fisik maupun psikis. Selain itu Sebagai seorang
pendidik guru juga harus mampu memilih Pendekatan, Strategi, Metode dan
Model Pembelajaran yang efektif untuk diterapkan sesuai dengan kondisi
peserta didik. Dimana antara Pendekatan, Strategi, Metode dan Model
Pembelajaran harus saling berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya,
sehingga tujuan pembelajaran yang ingin dicapai bisa terpenuhi. Namun untuk
pelaksanaannya tentu tidaklah mudah oleh karenanya para pendidik sangat
membutuhkan pendekatan, model, strategi dan metode pembelajaran yang
tepat untuk membuat pembelajaran menyenangkan, efektif dan efisien maka
dari itu penyusun membuat makalah berjudul “Hakikat Pendekatan Model
Strategi dan Metode Pembelajaran”

1.2 Rumusan Masalah

1
1.2.1 Bagaimana hakikat pendekatan pembelajaran ?
1.2.2 Bagaimana hakikat model pembelajaran ?
1.2.3 Bagaimana hakikat strategi pembelajaran?
1.2.4 Bagaimana hakikat metode pembelajaran ?
1.2.5 Bagaimana hubungan pendekatan, model, strategi dan metode
pembelajaran ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Mengetahui hakikat pendekatan pembelajaran
1.3.2 Mengetahui hakikat model pembelajaran
1.3.3 Mengetahui hakikat strategi pembelajaran
1.3.4 Mengetahui hakikat metode pembelajaran
1.3.5 Mengetahui hubungan pendekatan, model, strategi dan metode
pembelajaran

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Bagi Penulis
Makalah ini diharapkan mampu menambah wawasan mengenai
pendekatan, strategi, metode dan model pembelajaran, serta mampu
meningkatkan keprofesionalan penulissebagai calon guru.
1.4.2 Bagi Mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat membantu mahasiswa sebagai calon guru
dalam memahami pendekatan, strategi, metode dan model pembelajaran.
1.4.3 Bagi Masyarakat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan
mengenai pendekatan, strategi, metode dan model pembelajaran.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Pendekatan Pembelajaran


Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya
mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran
dengan cakupan teoritis tertentu. Pendekatan pembelajaran merupakan jalan
yang akan ditempuh oleh pendidik dan peserta didik dalam mencapai tujuan
instruksional. Pendekatan pembelajaran merupakan aktivitas pendidik dalam
memilih kegiatan pembelajaran, apakah pendidik akan menjelaskan suatu
pengajaran dengan materi bidang studi yang sudah tersusun dalam urutan
tertentu, ataukah dengan menggunakan materi yang terkait satu dengan yang
lainnya dalam tingkat kedalaman yang berbeda, atau bahkan merupakan materi
yang terintegrasi dalam suatu kesatuan multi disiplin ilmu. Dilihat dari
pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada peserta didik (student
centered approach) dan pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau
berpusat pada pendidik (teacher centered approach). Pembelajaran berorientasi
pada peserta didik (student centered approach) berarti fokus yang menjadi
pusat pembelajaran terdapat pada peserta didiknya, peserta didik yang dituntut
untuk aktif dalam pembelajaran dan pendidik hanya sebagai fasilitator yang
memfasilitasi dan mendampingi peserta didik
tersebut.SedangkanPembelajaran berorientasi pada pendidik (teacher centered
approach) yaitu pendidik mempunyai peranan yang sangat penting, pendidik
menjadi sumber informasi dan pendidik pun bisa menentukan apa saja yang
harus dikuasai peserta didik.
Pendekatan pembelajaran tentu tidak kaku harus menggunakan
pendekatan tertentu, tetapi sifatnya lugas dan terencana, artinya memilih
pendekatan disesuaikan dengan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam
perencanaan pembelajaran. Adapun pendekatan pembelajaran yang sudah

3
umun dipakai oleh para pendidik antara lain pendekatan konsep dan proses,
deduktif dan induktif, ekspositoris dan heuristik, serta pendekatan kontekstual.
a. Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep,
hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk
mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah,
mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan
berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan
mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.
b. Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
membimbing peserta didik untuk memahami suatu bahasan melalui
pemahaman konsep yang terkandung didalamnya. Dalam proses
pembelajaran tersebut penguasaan konsep menjadi fokus. Pendekatan
konsep adalah suatu pendekatan pembelajaran yang secara langsung
menyajikan konsep tanpa memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh.
c. Pendekatan Proses
Pendekatan proses adalah suatu pendekatan pembelajaran. Memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk ikut menghayati proses penemuan
atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses.
Pendekatan proses dalam pembelajaran dikenal pula sebagai keterampilan
proses, pendidik menciptakan bentuk kegiatan pembelajaran yang
bervariasi, agar peserta didik terlibat dalam berbagai pengalaman. Peserta
didik diminta untuk merencanakan, melaksanakan, dan menilai sendiri
suatu kegiatan.Peserta didik melakukan kegiatan percobaan, pengamatan,
pengukuran, perhitungan, dan membuat kesimpulan-kesimpulan sendiri.
d. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif (deductive approach) adalah pendekatan pembelajaran
yang menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan
(conclusion) berdasarkan seperangkat premis yang diberikan. Dalam sistem

4
deduktif yang kompleks, peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan.
Metode deduktif sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari
sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus. Pendekatan deduktif
merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan umum ke keadaan
khusus sebagai pendekatan pembelajaran yang bermula dengan menyajikan
aturan, prinsip umum dan diikuti dengan contoh khusus atau penerapan
aturan, prinsip umum ke dalam keadaan khusus.
e. Pendekatan Induktif
Pendekatan induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik
kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut
sebagai sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi
umum. Jadi, pendekatan induktif merupakan proses penalaran yang bermula
dari keadaan khusus menuju keadaan umum.
f. Pendekatan Ekspositori
Dalam pendekatan ini peserta didik diharapkan dapat menangkap dan
mengingat informasi yang telah diberikan oleh penddik, serta
mengungkapkan kembali apa yang dimilikinya melalui respon yang ia
berikan pada saat diberikan pertanyaan oleh pendidik. Pendekatan
ekspositori menempatkan pendidik sebagai pusat pembelajaran, karena
pendidik lebih aktif memberikan informasi, menerangkan suatu konsep,
mendemonstrasi keterampilan dalam memperoleh pola, aturan, dalil,
memberikan contoh soal beserta penyelesaiannya, memberikan kesempatan
peserta didik untuk bertanya, dan kegiatan pendidik lainnya dalam
pembelajaran.
g. Pendekatan Heuristik
Pendekatan heuristik ini adalah pendekatan pembelajaran yang merancang
pembelajaran dari berbagai aspek, dari pembentukan sistem instruksional
mengarah pada pengaktifan peserta didik mencari dan menemukan sendiri
fakta, prinsip, dan konsep yang mereka butuhkan. Pendekatan heuristik
adalah pendekatan pengajaran yang menyajikan sejumlah data dan peserta
didik diminta untuk membuat kesimpulan menggunakan data tersebut.
h. Pendekatan Kontekstual

5
Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran yang
membantu pendidik mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
2.2 Hakikat Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan wadah keseluruhan dari kegiatan
pembelajaran itu sendiri. Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan kegiatan
pembelajaran agar mencapai tujuan pembelajaran yang sudah dibuat
sebelumnya.Hal tersebut berfungsi sebagai pedoman bagi pendidik dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas.Apabila antara pendekatan,
strategi, metode, dan teknik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu
kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model
pembelajaran. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau
bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Joyce & Weil (1986) dalam bukunya yang berjudul “Models of Teaching
(Third Edition)”, menyatakan bahwa setiap model pembelajaran memiliki
karakteristik umum masing-masing yang dibedakan menurut unsur-unsur,
yaitu:

1. Sintaks, yaitu tahap-tahap kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan


pembelajaran menurut model tertentu.

2. Sistem sosial, yaitu situasi atau suasana dan norma yang berlaku
dalam model tersebut.

3. Prinsip reaksi, yaitu pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana


pendidik seharusnya melihat dan memperlakukan para peserta didik
termasuk bagaimana seharusnya memberi respon kepada peserta
didik.

4. Sistem pendukung, yaitu segala sarana, bahan, dan alat yang


diperlukan untuk melaksanakan suatu model pembelajaran tertentu.

6
5. Dampak instruksional, yaitu hasil belajar yang dicapai langsung
dengan cara mengarahkan para peserta didik pada tujuan yang
diharapkan.

6. Dampak pengiring, yaitu hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh


suatu proses kegiatan pembelajaran, sebagai akibat terciptanya
suasana pembelajaran yang dialami langsung oleh peserta didik
tanpa adanya arahan langsung dari pendidik.

Menurut Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Suptiawan dan A.


Benyamin Surasega, 1990), ada 4 kelompok model pembelajaran, yaitu :

1. Model Interaksi Sosial


Model interaksi sosial menekankan pada hubungan personal dan
sosial kemasyarakatan diantara peserta didik. Model tersebut berfokus
pada peningkatan kemampuan peserta didik untuk berhubungan dengan
orang lain, terlibat dalam proses yang demokratis, dan bekerja secara
produktif dalam masyarakat. Model ini didasari oleh teori belajar
Gestalt (field-theory). Model interaksi sosial menitikberatkan pada
hubungan yang harmonis antara individu dalam masyarakat (learning to
life together).

2. Model Personal-Humanistik
Model personal-humanistik menekankan pada pengembangan
konsep diri setiap individu. Hal ini meliputi pengembangan proses
individu dan membangun serta mengorganisasikan dirinya sendiri.
Model memfokuskan pada konsep diri yang kuat dan realistis untuk
membantu membangun hubungan yang produktif dengan orang lain dan
lingkungannya. Model ini bertitik tolak dari teori Humanistik, yaitu
berorientasi pada pengembangan individu. Perhatian utamanya pada
emosional peserta didik dalam mengembangkan hubungan yang
produktif dengan lingkungannya. Model ini menjadikan pribadi peserta
didik mampu membentuk hubungan harmonis serta mampu memproses
informasi secara efektif. Tokoh humanistik adalah Abraham Maslow

7
(1962), R. Rogers, C. Buhler dan Arthur Comb. Menurut teori ini,
pendidik harus berupaya menciptakan kondisi kelas yang kondusif, agar
peserta didik merasa bebas dalam belajar mengembangkan dirin baik
emosional maupun intelektual. Teori humanistik timbul sebagai cara
untuk memanusiakan manusia. Pada teori humanistik ini, pendidik
seharusnya berperan sebagai pendorong bukan menahan sensivitas
peserta didik terhadap perasaanya.
3. Model Pengolahan Informasi
Model pengolahan informasi ditekankan pada pengambilan,
penguasaan, dan pemprosesan informasi. Model ini lebih memfokuskan
pada fungsi kognitif peserta didik. Model ini didasari oleh teori belajar
kognitif (Piaget) dan berorientasi pada kemampuan peserta didik
memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya.
Pemrosesan informasi merujuk pada cara mengumpulkan/menerima
stimuli dari lingkungan, mengorganisasi data, memecahkan masalah,
menemukan konsep, dan menggunakan simbol verbal dan visual. Teori
pemrosesan informasi/kognitif dipelopori oleh Robert Gagne (1985).
Asumsinya adalah pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting
dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil komulatif dari
pembelajaran. Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi
yang kemudian diolah sehingga menghasilkan output dalam bentuk
hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi interaksi antara
kondisi internal (keadaan individu, proses kognitif) dan kondisi-kondisi
eksternal (rangsangan dari lingkungan). Interaksi antar keduanya akan
menghasilkan hasil belajar.

4. Model Modifikasi Tingkah laku (Behavioral)


Model behavioral menekankan pada perubahan perilaku yang
tampak dari peserta didik sehingga konsisten dengan konsep dirinya.
Sebagai bagian dari teori stimulus-respon. Model behaviorial
menekankan bahwa tugas-tugas harus diberikan dalam suatu rangkaian
yang kecil, berurutan dan mengandung perilaku tertentu. Model ini

8
bertitik tolak dari teori belajar behavioristik, yaitu bertujuan
mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas
belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara memanipulasi
penguatan (reinforcement). Model ini lebih menekankan pada aspek
perubahan perilaku psikologis dan perlilaku yang tidak dapat diamanti
karakteristik model ini adalah penjabaran tugas-tugas yang harus
dipelajari peserta didik lebih efisien dan berurutan. Implementasi dari
model modifikasi tingkah laku ini adalah meningkatkan ketelitian
pengucapan pada peserta didik. Pendidik harus selalu perhatian terhadap
tingkah laku belajar peserta didik. Modifikasi tingkah laku peserta didik
yang kemampuan belajarnya rendah dengan reward, sebagai
reinforcement pendukung. Penerapan prinsif pembelajaran individual
dalam pembelajaran klasikal.
2.3 Hakikat Strategi Pembelajaran
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar
haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Jika dihubungkan dengan pembelajaran, strategi bisa diartikan sebagai pola-
pola umum kegiatan pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan
yang telah digariskan.
Terdapat berbagai pendapat tentang strategi pembelajaran sebagaimana
dikemukakan oleh para ahli pembelajaran (Instructional Technology), di
antaranya akan dipaparkan sebagai berikut :
 Kozna(1989) secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat
diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan
fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan
pembelajaran tertentu.
 Gerlach dan Ely (1980) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran
merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode
pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu.
 Dick dan Carey (1990) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran terdiri atas
seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan

9
belajar yang/atau digunakan oleh pendidik dalam rangka membantu peserta
didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
 Groppper (1990) mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan
pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai.

Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal - hal
berikut :

1. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan


tingkah laku dan kepribadian peserta didik sebagaimana yang diharapkan.
2. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan
pandangan hidup masyarakat.
3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar
yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan
oleh pendidik dalam menunaikan kegiatan mengajar.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kreteria
serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh pendidik
dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya
akan dijadikan umpan balik untuk penyempurnaan sistem intrusional yang
bersangkutan.
Dari uraian di atas tergambar bahwa ada empat masalah pokok yang
sangat penting sehingga dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran agar berhasil sesuai dengan yang diharapkan.

1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku yang


bagaimana diinginkan sebagai hasil pembelajaran yang dilakukan itu.
Disini terlihat apa yang dijadikan sebagai sasaran dari kegiatan
pembelajaran. Sasaran yang dituju harus jelas dan terarah. Oleh karena itu,
tujuan pembelajaran yang dirumuskan harus jelas dan konkret, sehingga
mudah dipahami oleh peserta didik. Bila tidak, maka kegiatan pembelajaran
tidak punya arah dan tujuan yang pasti. Akibatnya perubahan yang
diharapkan terjadi pada peserta didik pun sukar diketahui, karena
penyimpangan-penyimpangan dari kegiatan pembelajaran. Karena itu,

10
rumusan tujuan yang oprasional dalam pembelajaran mutlak dilakukan oleh
pendidik sebelum melakukan tugasnya di sekolah.
2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang
dipandang paling efektif.
Bagaimana cara pendidik memandang suatu persoalan, konsep,
pengertian dan teori apa yang pendidik gunakan dalam memecahkan suatu
kasus, akan mempengaruhi hasilnya. Satu masalah yang dipelajari oleh dua
orang dengan pendekatan yang berbeda, akan menghasilkan kesimpulan-
kesimpulan yang tidak sama. Norma-norma sosial seperti baik,benar, adil,
dan sebagainya akan melahirkan kesimpulan yang berbeda dan bahkan
mungkin bertentangan bila dalam cara pendekatannya menggunakan
berbagai disiplin ilmu. Misalkan dengan cara pendekatan yang digunakan
terhadap kegiatan pembelajaran, belajar menurut Teori Asosiasi, tidak sama
dengan pengertian belajar menurut Teori Problem Solving. Suatu topik
tertentu dipelajari atau dibahas dengan cara menghapal, akan berbeda
hasilnya kalau dipelajari atau dibahas dengan teknik diskusi. Juga akan lain
hasilnya andai kata topik yang sama dibahas dengan menggunakan
kombinasi berbagai teori.

3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur,


metode dan teknik pembelajaran.
Metode atau teknik penyajian untuk memotivikasi peserta didik agar
mampu menerapkan pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan
masalah, berbeda dengan cara atau metode supaya peserta didik terdorong
dan mampu berpikir bebas dan cukup keberanian untuk mengemukan
pendapatnya sendiri. Perlu dipahami bahwa suatu metode mungkin hanya
cocok dipakai untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Jadi dengan sasaran
yang berbeda, pendidik hendaknya jangan menggunakan teknik penyajian
yang sama. Bila beberapa tujuan ingin diperoleh, maka pendidik dituntut
untuk memiliki kemampuan tentang penggunaan berbagai metode atau
mengombinasikan beberapa metode yang relevan. Variasi dalam
penggunaan teknik penyajian supaya kegiatan pembelajaran yang
berlangsung tidak membosankan.

11
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau
kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Suatu program dapat diketahui keberhasilannya, setelah dilakukan
evaluasi. Sistem penilaian dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah
satu strategi yang tidak bisa dipisahkan dengan strategi dasar lainnya. Apa
yang harus dinilai, dan bagaimana penilaian itu harus dilakukan termasuk
kemampuan yang harus dimiliki oleh pendidik. Seorang peserta didik dapat
dikategorikan sebagai peserta didik yang berhasil, dapat dilihat dari
berbagai segi. Bisa dilihat dari segi kerajinannya mengikuti tatap muka
dengan pendidik, perilaku sehari-hari di sekolah, hasil ulangan, hubungan
sosial , kepemimpinan, prestasi olahraga, keterampilan, dan sebagainya.

2.3.1. Jenis – Jenis Strategi Pembelajaran


a. Strategi Pembelajaran Ekspositori (SPE)
Strategi Pembelajaran Ekspositori adalah strategi pembelajaran yang
menekankan kepada penyampaian materi secara verbal dari seorang
pendidik kepada sekelompok peserta didik dengan maksud agar
peserta didik dapat menguasai materi pembelajaran secara optimal
(Sanjaya,2006). Adapun ciri utama dari strategi pembelajaran
ekspositori adalah :
1. Penyampaian secara verbal di mana proses bertutur secara lisan
merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini.
2. Materi pelajarannya sudah jadi seperti data atau fakta.
3. Strategi pembelajaran ini berorientasi kepada pendidik (teacher
centered), melalui strategi ini pendidik menyampaikan materi
pembelajaran dengan baik dengan harapan peserta didik akan
mampu menguasai pelajaran tersebut.
b. Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI)
Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk
mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peritiwa)
secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat

12
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Ciri
utama strategi pembelajaran inkuiri adalah:
1. Strategi pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktivitas peserta
didik secara maksimal untuk mencari dan menemukan, dengan
demikian strategi ini menempatkan peserta didik sebagai subjek
belajar
2. Seluruh aktivitas yang dilakukan peserta didik diarahkan untuk
mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang
dipertanyakan.
3. Tujuan penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah
mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, kritis,
logis dan analitis.
c. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan suatu strategi
pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk memecahkan suatu
masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta didik
dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah
tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan
masalah (Ward, 2002; Dasna 2007). Adapun ciri-ciri utama strategi
pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:
1. Belajar dimulai dengan suatu masalah dan masalah yang diberikan
berhubungan dengan dunia nyata peserta didik
2. Mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah, bukan diseputar
disiplin ilmu
3. Memberikan tanggung jawab yang besar kepada peserta didik
dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar
mereka sendiri, dalam kerangka berpikir ilmiah.
4. Menuntut peserta didik untuk mendemontrasikan apa yang telah
mereka pelajari dalam bentuk suatu produk atau kinerja.
d. Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB)
Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB)
merupakan strategi pembelajaran yang bertumpu kepada

13
pengembangan kemampuan berpikir peserta didik melalui telaah
fakta-fakta atau pengalaman peserta didik sebagai bahan untuk
memecahkan masalah yang diajukan (Sanjaya, 2006). Adapun ciri-ciri
utama Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir
adalah sebagai berikut (Sanjaya, 2006):

1. Proses pembelajaran melalui SSKB menekankan kepada proses


mental peserta didik secara maksimal, SPPKB menghendaki
aktivitas peserta didik dalam proses berpikir.
2. SPPKB dibangun dalam nuansa dialogis dan proses Tanya jawab
secara terus menerus. Proses pembelajaran melalui dialog dan
Tanya jawab diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan
kemampuan berpikir peserta didik.
3. SPPKB adalah model pembelajaran menekankan pada sisi prose
dan hasil belajar, proses belajar diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan berpikir, sedangkan sisi hasil belajar diarahkan untuk
mengkontruksi pengetahuan atau penguasaan materi pembelajaran
baru.
e. Strategi Pembelajaran Kooperatif
Eggen dan Kauchack mendefinisikan strategi pembelajaran kooperatif
sebagai sekumpulan strategi mengajar yang digunakan pendidik agar
peserta didik saling membantu dalam mempelajari sesuatu. Olah
karena itu, belajar kooperatif ini juga dinamakan “belajar teman
sebaya”. Menurut Slavin (1997), pembelajaran kooperatif, merupakan
metode pembelajaran dengan peserta didik bekerja dalam kelompok
yang memiliki kemampuan heterogen. Menurut Arends (1997),
pembelajaran yang menggunakan strategi kooperatif memiliki ciri
sebagai berikut:
1. Peserta didik bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk
menyelesaikan materi belajar
2. Kelompok dibentuk dari peserta didik yang memiliki kemampuan
tinggi, sedang dan rendah.

14
3. Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku
jenis kelamin yang berbeda-beda, penghargaan lebih berorientasi
pada kelompok daripada individu.

f. Strategi Pembelajaran Konstekstual


Strategi Pembelajaran Konstekstual (Contoxtual Teaching Learning)
adalah strategi pembelajaran yang membantu pendidik mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik.
Strategi belajar ini dapat melatih peserta didik dalam dalam membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sehari-hari sebagai anggota keluarga
maupun sebagai anggota masyarakat (Medsker, 2001). Adapun ciri-
ciri strategi pembelajaran kontekstual (Arends, 1997), adalah sebagai
berikut :
1. Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Peserta didik harus
mengkonstruksi pengetahuan di benak mereka.
2. Peserta didik belajar dari mengalami. Peserta didik mencatat
sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan
diberi begitu saja oleh pendidik.
3. Peserta didik perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan
sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.

g. Strategi Pembelajaran Afektif


Afektif erat kaitannya dengan nilai yang dimiliki seseorang. Sikap
merupakan refleksi dari nilai yang dimiliki. Oleh karena itu,
pendidikan sikap pada dasarnya adalah pendidikan nilai. Nilai adalah
suatu konsep yang berada dalam pikiran manusia yang sifatnya
tersembunyi, tidak berada dalam dunia empiris. Nilai berhubungan
dengan pandangan seseorang tentang baik dan buruk, indah dan tidak
indah, layak dan tidak layak, adil dan tidak adil, dan lain sebagainya.

15
Martin dan Briggs tahun 1986 menyimpulkan bahwa afektif adalah
konsep diri, kesehatan mental, dinamika kelompok, pengembangan
personal, moralitas, tingkah laku, nilai, pengembangan ego, perasaan,
motivasi, dan lain-lain (Reigeluth, 1999). Dengan demikian,
pendidikan afektif dapat diartikan pendidikan untuk pengembangan
social-individu, perasaan, emosi, dan moral-etika (Ackerson, 1992;
Beane, 1990). Sedangkan perkembangan afektif adalah proses
perkembangan individu atau perubahan-perubahan internal untuk
menjadi individu yang baik dan menjadi anggota social masyarakat
yang baik pula.
2.4 Hakikat Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh para
pendidik agar proses pembelajaran pada peserta didik tercapai sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Ini merupakan dorongan untuk
pendidik agar dapat mencari metode yang tepat dalam penyampaian materi
sehingga peserta didik mampu memahami materi yang diajarkan dengan
maksimal. Pemahaman materi dengan baik sangatlah bergantung pada
pemilihan dan penggunaan motode dalam pembelajaran.
Dari hasil analisis yang dilakukan, lahirlah pemahaman tentang
kedudukan metode sebagai alat komunikasi ekstrinsik, sebagai strategi
pengajaran, dan sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Adapun
penjelasan kedudukan tersebut sebagai berikut.
a. Sebagai Alat Motivasi Ekstrinsik
Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode menempati peranan
yang tidak kalah pentingnya dari komponen lainnya dalam kegiatan
pembelajaran.Tidak ada satupun kegiatan belajar mengajar yang tidak
menggunakan metode pembelajaran.Hal ini berarti guru memahami benar
metode sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan pembelajaran. Oleh
karena itu, metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat
membangkitkan belajar seseorang.
Dalam penggunaan metode terkadang guru harus menyesuaikarn
dengan kondisi dan suasana kelas, misalnya jumlah siswa akan

16
memengaruhi penggunaan metode. Tujuan instruksional adalah pedoman
yang mutlak dalam pemilihan metode. Dalam perumusan tujuan, guru perlu
merumuskan dengan jelas dan dapat diukur. Dengan demikian, mudahlah
bagi guru dalam menentukan metode yang bagaimana dan yang dipilih guna
menunjang pencapaian tujuan yang telah dirumuskan tersebut.
Dalam mengajar, guru jarang menggunakan satu metode, karena
mereka menyadari bahwa semua metode ada kelebihan dan kelemahannya.
Penggunaan satu metode lebih cenderung menghasilkan kegiatan belajar
yang membosankan bagi siswa dan jalan pembelajarannya pun menjadi
kaku, serta siswa kurang terlihat bergairah belajar. Kondisi ini sangat tidak
menguntungkan bagi guru dan siswa. Ini berarti metode tidak dapat
difungsikan oleh guru sebagai motivasi ekstrinsik dalam pembelajaran
Akhirnya dapat dipahami bahwa penggunaan metode yang tepat dan
bervariasi akan dapat dijadikan sebagai motivasi ekstrinsik dalam kegiatan
pembelajaran di sekolah.
b. Sebagai Strategi Pembelajaran
Dalam kegiatan pembelajaran tidak semua siswa mampu
berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama. Daya serap siswa terhadap
bahan atau materi yang diberikan juga bermacam-macam, ada yang cepat,
ada yang sedang dan ada yang lambat. Faktor inteligensi memengaruhi daya
serap siswa terhadap bahan pelajaran yang diberikan. Terdapat perbedaan
daya serap siswa sebagaimana tersebut di atas, memerlukan strategi
pengajaran yang tepat. Metode pembelajaran yang menjadi salah satu
jawabannya untuk menanggulangi masalah tersebut. Untuk sekelompok
siswa mungkin mudah menyerap bahan pelajaran jika guru menggunakan
metode tanya jawab, tetapi untuk sekelompok siswa yang lain lebih mudah
menyerap bahan pelajaran jika guru menggunakan metode demonstrasi atau
metode eksperimen. Oleh karena itu, dalam kegiatan pembelajaran, guru
harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien
dan mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk
memiliki strategi itu harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya
disebut metode pembelajaran. Dengan demikian, metode pembelajaran

17
adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang
diharapkan.
c. Sebagai Alat untuk Mencapai Tujuan
Tujuan pembelajaran adalah suatu cita-cita yang akan dicapai dalam
kegiatan pembelajaran. Tujuan adalah pedoman yang memberi arah kemana
kegiatan belajar mengajar akan dibawa. Guru tidak bisa membawa kegiatan
pembelajaran sehendak hatinya dan mengabaikan tujuan yang telah
dirumuskan. Jika kegiatan pembelajaran tidak mempunyai tujuan sama
halnya ke pasar tanpa tujuan, sehingga sukar untuk menyeleksi mana
kegiatan yang harus dilakukan dan mana yang harus diabaikan dalam upaya
untuk mencapai keinginan yang dicita-citakan tersebut. Dalam hal ini,
metode pembelajaran berperan sebagai alat untuk mencapai tujuan
pembelajarannya.
Adapun Faktor Penentu Metode Pembelajaran yaitu :
a. Peserta Didik
Dalam pemilihan suatu metode pembelajaran yang akan digunakan
haruslah menyesuaikan dengan tingkat jenjang pendidikan para peserta
didik, dimana dalam penerapan suatu metode yang digunakan akan sangat
berkaitan dengan kemampuan berfikir dari peserta didik tersebut.
Pada suatu ruang kelas pendidik akan menghadapi sejumlah peserta
didik yang mempunyai latar belakang, status sosial, postur tubuh,
kemampuan intelektual serta aspek psikologis yang berbeda. Perbedaan-
perbedaan tersebut mempengaruhi dalam pemilihan metode pembelajaran,
agar bisa tercipta lingkungan belajar yang nyaman dan kreatif dalam waktu
yang relatif lama demi tercapainya tujuan pembelajaran.
b. Tujuan Pembelajaran Yang Akan Dicapai
Tujuan pembelajaran merupakan hal yang dituju dari setiap kegiatan
pembelajaran, karena hal ini sangat mempengaruhi penggunaan metode
yang digunakan. Metode yang akan digunakan oleh pendidik haruslah
sesuai dengan tingkat kemampuan yang akan diisi pada diri setiap peserta
didik. Maka metode harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.
c. Faktor Materi Pembelajaran

18
Materi pelajaran memiliki tingkat kesulitan dan kerumitan yang
berbeda-beda. Materi pembelajaran dengan tingkat kesulitan yang tinggi
akan menuntut langkah-langkah analisis yang beragam. Analisis bisa hanya
pada tataran dangkal, sedang, maupun analisis secara mendalam. Pemilihan
metode pembelajaran yang tepat mampu memberikan arahan praktis untuk
mengatasi tingkat kesulitan suatu materi pembelajaran
d. Situasi Pembelajaran
Pendidik harus menciptakan suasana belajar yang berbeda.
Maka dari itu
pendidik harus memilih metode mengajar yang sesuai dengan situasi
yang diciptakan. Di waktu lain, yang sesuai dengan sifat bahan dan
kemampuan yang ingin dicapai oleh tujuan maka pendidik dapat
menciptakan situasi belajar yang kondusif, yaitu bisa dengan belajar secara
berkelompok.
e. Fasilitas Pembelajaran
Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar
anak di sekolah. Pentingnya fasilitas dalam pembelajaran yaitu untuk
mempermudah proses pembelajaran dan juga pemenuhan kebutuhan dalam
proses pembelajaran. Tidak semua sekolah mempunyai fasilitas
pembelajaran yang memadai sesuai dengan standar yang diharapkan.
Dengan adanya kendala ini maka seorang pendidik harus lebih jeli dalam
pemilihan metode pembelajaran yang akan digunakan.
Pendidik harus bisa berfikir kreatif untuk memanfaatkan fasilitas
yang ada dengan maksimal agar dapat menyelenggarakan pembelajaran
yang menarik dan tentunya yang mampu mencapai tujuan pembelajaran
yang diharapkan.
f. Alokasi Waktu Pembelajaran
Rancangan belajar yang baik adalah penggunaan alokasi waktu yang
dihitung secara terperinci, agar pembelajaran berjalan dengan dinamis, dan
tidak ada waktu yang terbuang tanpa arti. Kegiatan pembukaan, inti, dan
penutup disusun secara sistematis. Dalam kegiatan inti ini diharuskan

19
mengambil bagian waktu dengan porsi terbesar dibandingkan dengan
kegiatan pembuka dan penutup
g. Pendidik
Setiap pendidik mempunyai kepribadian yang berbeda, Latar
pendidikan seorang pendidik diakui mempengaruhi kompetensi.
Kurangnya penguasaan terhadap berbagai jenis metode pembelajaran
menjadi kendala dalam memilih dan menentukan metode pembelajaran
yang ingin digunakan dalam mendidik. Apalagi belum memiliki
pengalaman mengajar yang memadai
2.4.1 Jenis – Jenis Metode Pembelajaran
A. Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan cara menyampaikan materi ilmu
pengetahuan maupun agama kepada anak didik yang dilakukan secara
lisan. Yang harus diperhatikan hendaknya ceramah mudah diterima,
isinya mudah dipahami dan mampu menstimulasi pendengar untuk bisa
mengkaji hal – hal penting dari materi yang disampaikan. Dalam proses
pembelajaran di sekolah, tujuan metode ceramah adalah menyampaikan
bahan yang bersifat informasi (konsep, pengertian, dan prinsip–prinsip)
yang banyak serta luas.
Metode ceramah ini bertujuan untuk :
a) Menciptakan landasan pemikiran peserta didik melalui produk
ceramah yaitu bahan tulisan peserta didik sehingga peserta didik dapat
belajar melalui bahan yang mereka tulis dari hasil ceramah
b) Menyajikan garis–garis besar isi pelajaran dan permasalahan yang
terdapat dalam isi pelajaran
c) Merangsang peserta didik untuk belajar mandiri dan menumbuhkan
rasa ingin tau
d) Memperkenalkan hal–hal baru dan memberikan penjelasan secara
gambling
e) Sebagai langkah awal untuk metode yang lain dalam upaya
menjelaskan prosedur yang baru ditempuh peserta didik.

20
Alasan pendidik menggunakan metode ceramah ini karena
mempertimbangkan :

a) Peserta didik benar–benar memerlukan penjelasan, misalnya karena


bahan baru atau guna menghindari kesalahpahaman
b) Benar–benar tidak ada sumber bahan pelajaran bagi peserta didik
c) Menghadapi peserta didik yang banyak jumlahnya dan bila
menggunakan metode lain sukar diterapkan
d) Menghemat biaya, waktu dan peralatan

Kelebihan Metode Ceramah yaitu :

a) Guru mudah menguasai kelas.


b) Mudah mengorganisasikan tempat duduk / kelas.
c) Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar.
d) Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.
e) Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik.
f) Lebih ekonomis dalam hal waktu.
g) Memberi kesempatan pada guru untuk menggunakan pengalaman,
pengetahuan dan kearifan.
h) Dapat menggunakan bahan pelajaran yang luas
i) Membantu siswa untuk mendengar secara akurat, kritis, dan penuh
perhatian.
j) Jika digunakan dengan tepat maka akan dapat menstimulasikan dan
meningkatkan keinginan belajar siswa dalam bidang akademik.
k) Dapat menguatkan bacaan dan belajar siswa dari beberapa sumber lain

Kelemahan dari Metode Ceramah yaitu :

a) Bila selalu digunakan dan terlalu digunakan dapat membuat bosan.


b) Cenderung membuat siswa pasif
c) Siswa sering kali memahami pengertian lain atas apa yang dijelaskan
oleh guru
d) Guru sulit mengetahui sampai dimana siswa menguasai pembelajaran.
Langkah-langkah penggunaan Metode Ceramah

21
a) Terlebih dahulu harus mengetahui dengan jelas dan merumuskan
sekhusus-khususnya mengenai tujuan pembelajaran atau hal yang
akan dipelajari oleh siswa.
b) Bahan ceramah harus disusun sedemikian sehingga:
 Bahan ceramah dapat dimengerti dengan jelas
 Bahan ceramah menarik perhatian siswa
 Memperlihatkan pada siswa bahwa naham pelajaran yang
mereka peroleh berguna bagi mereka.
c) Menanamkan pengertian yang jelas dimulai dengan suatu intisari
ringkasan tentang pokok-pokok tersebut. Lalu pada akhirnya
menyimpulkan kembali tentang pokok-pokok penting tersebut.
Peranan Guru dalam Metode Ceramah
a) Guru sebagai fasilisator
b) Guru sebagai demonstrator
c) Guru sebagai pengelola kelas
d) Guru sebagai mediator
e) Guru sebagai evaluator
B. Metode Tanya Jawab
Proses tanya jawab terjadi apabila ada ketidaktahuan atau
ketidakpahaman akan suatu peristiwa. Dalam proses belajar mengajar
Tanya jawab dijadikan salah satu metode untuk menyampaikan materi
pembelajaran dengan cara pendidik bertanya kepada peserta didik atau
peserta didik yang bertanya kepada pendidik. Metode Tanya jawab
dimaksudkan untuk merangsang, untuk berfikir dan membimbing
perserta didik dalam mencapai kebenaran, memberikan pengertian
kepada seseorang dan memancingnya dengan umpan pertanyaan.
Metode Tanya jawab hanya dapat dipakai oleh guru secara umum untuk
menetapkan perkiraan apakah anak didik yang mendapat giliran
pertanyaan sudah memahami pelajaran yang diberikan dan metode ini
tidak dapat digunakan sebagai ukuran untuk menetapkan kadar
pengetahuan anak didik dalam suatu kelas karena metode ini tidak

22
memberi kesempatan yang sama pada setiap murid untuk menjawab
pertanyaan.
Adapun tujuan dari metode tanya jawab adalah :
a) Mengecek dan mengetahui sejauhmana kemampuan anak didik
terhadap pelajaran yang dikuasainya
b) Memberi kesempatan kepada anak didik untuk mengajukan
pertanyaan terkait permasalahan yang belum dipahaminya
c) Memotivasi dan menimbulkan kompetisi belajar
d) Melatih anak didik untuk berpikir dan berbicara secara sistematis
berdasarkan pikiran yang orisinil

Alasan pendidik menggunakan metode Tanya jawab

a) Untuk meninjau pelajaran yang lain


b) Agar siswa memusatkan perhatian terhadap kemajuan
yang telah dicapai sehingga dapat melanjutkan pelajaran berikut
c) Untuk menangkap perhatian siswa serta memimpin pengamatan dan
pemikiran siswa

Kelebihan metode tanya jawab yaitu :

a) Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa, sekalipun


ketika itu siswa sedang ribut, yang mengantuk kembali tegar dan
hilang kantuknya.
b) Merangsang siswa untuk melatih dan mengebangkan daya pikir,
termasuk daya ingatan.
c) Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam
menjawab dan mengemukakan pendapat.

Kelemahan metode tanya jawab yaitu :

a) Siswa merasa takut, apabila guru kurang dapat mendororng siswa


untuk berani, dengan menciptakan suasana yang tidak tegang
melainkan akrab.

23
b) Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat
berpikir dan mudah dipahami siswa.
c) Waktu sering banyak terbuang, terutama apabila siswa tidak dapat
menajawab pertanyaan sampai dua atau tiga orang.
d) Dalam jumlah siswa yang banyak, tidak mungkin cukup waktu untuk
memberikan pertanyaan kepada setiap siswa.

Langkah-langkah Penggunaan Metode Tanya Jawab


a) Guru menentukan topik pelajaran
b) Guru menjelaskan kepada siswa mengenai tujuan pembelajaran
c) Guru memberikan permasalahan sebagai bahan materi pelajaran dan
mengajukan pertanyaan yang ditujukan untuk seluruh siswa di kelas
d) Guru harus memberikan waktu yang cukup untuk siswa dapat
menjawab pertanyaan, sehingga dapat diambil kesimpulan secara
sistematis
e) Tanya jawab harus berlangsung dengan tenang.

Peran guru dalam Metode Tanya Jawab


a) Guru membuat rencana dan mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan
yang sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus, menyimpulkan
jawaban, memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya dan
menjawab pertanyaan.
b) Guru sebagai pengajar
c) Guru sebagai pembimbing
d) Guru sebagai motivator
e) Guru sebagai elevator

C. Metode Diskusi
Metode diskusi merupakan salah satu cara mendidik yang berupaya
memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang
masing–masing mengajukan argumentasinya untuk memperkuat
pendapatnya. Untuk mendapatkan hal yang disepakati, tentunya masing–

24
masing harus menghilangkan perasaan subjektivitas dan emosionalitas.
Diskusi pada dasarnya ialah tukar menukar informasi, pendapat, dan
pengalaman untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas.
Sumantri dan Permana (1998/1999) mengemukakan alasan dipilihnya
metode diskusi yaitu :
a) Topik bahasan bersifat problematis.
b) Merangsang peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam
perdebatan ilmiah.
c) Melatih peserta didik untuk berpikir kritis dan terbuka.
d) Mengembangkan suasana demokratis dan melatih peserta didik
berjiwa besar.
e) Peserta didik memiliki pAndangan yang berbeda-beda tentang
masalah yang dijadikan topik diskusi.
f) Peserta didik memiliki pengetahuan dan pendapat-pendapat
tentang masalah yang akan didiskusikan.
g) Masalah yang didiskusikan akan berhubungan dengan persoalan-
persoalan yang lain pula.

Adapun metode diskusi bertujuan untuk :

a) Melatih peserta didik mengembangkan keterampilan bertanya,


berkomunikasi, menafsirkan dan menyimpulkan bahasan
b) Melatih dan membentuk kestabilan sosio-emosional
c) Mengembangkan kemampuan berpikir sendiri dalam memecahkan
masalah sehingga tumbuh konsep diri yang lebih positif
d) Mengembangkan keberhasilan peserta didik dalam menemukan
pendapat
e) Mengembangkan sifat terhadap isu – isu controversial
f) Melatih peserta didik untuk berani berpendapat tentang suatu masalah
Alasan pendidik menggunakan metode Diskusi adalah salah
satu cara untuk memecahkan masalah.

Kelebihan dari metode diskusi :

25
a) Metode diskusi melibatkan siswa secara langsung dalam proses
belajar.
b) Setiap siswa dapat menguji pengetahuan dan penguasaan bahan
pelajarannya masing-masing.
c) Metode diskusi dapat menumbuh dan mengembangkan cara berpikir
dan sikap ilmiah.
d) Dengan mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam
diskusi diharapkan para siswa akan dapat memperoleh kepercayaan
akan (kemampuan) diri sendiri.
e) Metode diskusi dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap
sosial dan sikap demokratis para siswa.
f) Merangsang kreativitas siswa dalam bentuk ide, gagasan–prakarsa,
dan terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah.
g) Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain
h) Memperluas wawasan
i) Membina untuk terbiasa musyawarah untuk memperkuat dalam
memecahkan

Kelemahan dari metode diskusi :

a) Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.


b) Pembicaraan terkadang menyimpang, sehingga memerlukan waktu
yang panjang.
c) Mungkin dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara atau ingin
menonjolkan diri.
d) Suatu diskusi tidak dapat diramalkan sebelumnya mengenai
bagaimana hasil sebab tergantung kepada kepemimpinan siswa dan
partisipasi anggota-anggotanya.
e) Suatu diskusi memerlukan keterampilan-keterampilan tertentu yang
belum pernah dipelajari sebelumnya.
f) Jalannya diskusi dapat dikuasai (didominasi) oleh beberapa siswa
yang menonjol.

26
g) Tidak semua topik dapat dijadikan pokok diskusi, akan tetapi hanya
hal-hal yang bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan.
h) Diskusi yang mendalam memerlukan waktu yang banyak. Siswa
tidak boleh merasa dikejar-kejar waktu.
i) Perasaan dibatasi waktu menimbulkan kedangkalan dalam diskusi
sehingga hasilnya tidak bermanfaat.
j) Apabila suasana diskusi hangat dan siswa sudah berani
mengemukakan pikiran mereka maka biasanya sulit untuk
membatasi pokok masalahnya.
k) Sering terjadi dalam diskusi murid kurang berani mengemukakan
pendapatnya.
l) Jumlah siswa di dalam kelas yang terlalu besar akan mempengaruhi
setiap siswa untuk mengemukakan pendapatnya.

Langkah-langkah penggunaan metode diskusi


a) Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan
memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara
pemecahannya
b) Dengan arahan guru, siswa membentuk kelompok diskusi, memilih
pemimpin diskusi, mengatur tempat duduk, ruangan, sarana, dll
c) Para siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing,
sedangkan guru berkeliling menghampiri setiap kelompok secara
bergantian dengan menjaga ketertiban serta memberikan dorongan
dan juga bantuan agar setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif
dan agar diskusi berjalan lancar
d) Kemudian tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya, lalu hasil-
hasil tersebut ditanggapi oleh seluruh siswa di dalam kelas.
e) Akhirnya para siswa mencatat hasil diskusi, dan guru
mengumpulkan laporan hasil diskusi dari tiap kelompok setelah
siswa mencatatnya untuk catatan pribadi.
Peranan Guru dalam Metode Diskusi
a) Guru sebagai ahli

27
b) Guru sebagai pengawas
c) Guru sebagai pendorong

D. Metode Pemberian Tugas


Metode pemberian tugas merupakan suatu metode mengajar yang
diterapkan dalam proses pembelajaran. Menurut Roestiyah N.K, 1989,
pemberian tugas dapat diartikan pekerjaan rumah, tetapi sebenarnya
ada perbedaan antara pemberian tugas dan pekerjaan rumah, untuk
pekerjaan rumah peserta didik ditugaskan membaca buku kemudian
memberi pertanyaan-pertanyaan di kelas, tetapi dalam pemberian tugas
pendidik menugaskan peserta didik membaca dan menambahkan tugas.
Roestiyah N.K, 1989, juga mengatakan bahwa teknik pemberian tugas
memiliki tujuan agar peserta didik menghasilkan hasil belajar yang
lebih mantap, karena peserta didik melaksanakan latihan-latihan selama
melakukan tugas, sehingga pengalaman peserta didik dalam
mempelajari sesuatu menjadi lebih.
Tugas jauh lebih luas dari pekerjaan rumah karena metode
pemberian tugas diberikan dari pendidik kepada peserta didik untuk
diselesaikan dan dipertanggung jawabkan. Peserta didik dapat
menyelesaikan dirumah atau di tempat lain yang kiranya dapat
menunjang penyelesaian tugas tersebut, baik secara individu atau
kelompok. Tujuannya untuk melatih terhadap materi yang diberikan
dan juga melatih tanggung jawab akan tugas yang diberikan. Lingkup
kegiatannya adalah tugas guru bidang studi di luar jam pelajaran tatap
muka. Tugas ditetapkan batas waktunya, dikumpulkan, diperiksa,
dinilai, dan dibahas tentang hasilnya.
Jenis-jenis tugas yang dapat diberikan kepada peserta didik yang
dapat membantu berlangsungnya proses pembelajaran yaitu: Tugas
membuat rangkuman, membuat makalah, menyelesaikan soal,
mengadakan observasi, mempraktekkan sesuatu, dan
mendemonstrasikan observasi

28
Alasan pendidik menggunakan metode Pemberian Tugas adalah
karena proses pembelajaran, siswa hendaknya didorong
untuk melakukan kegiatan yang dapat menumbuhkan proses kegiatan
kreatif.

Kelebihan Metode Pemberian Tugas:

a) Dapat memupuk rasa percaya diri sendiri,


b) Dapat membina kebiasaan peserta didik untuk mencari, mengolah,
menginformasikan, dan mengkomunikasikannya sendiri,
c) Dapat mendorong belajar, sehingga tidak cepat bosan,
d) Dapat membina tanggung jawab dan disiplin dari peserta didik,
e) Dapat mengembangkan kreativitas peserta didik,
f) Dapat mengembangkan pola pikir peserta didik.

Kelemahan Metode Pemberian Tugas:

a) Tugas tersebut sulit dikontrol pendidik kemungkinan tugas itu


dikerjakan oleh orang lain yang lebih ahli dari peserta didik,
b) Sulit untuk dapat memenuhi pemberian tugas,
c) Pemberian tugas terlalu sering dan banyak, akan dapat menimbulkan
keluhan dari peserta didik,
d) Dapat menurunkan minat belajar peserta didik jika tugas terlalu sulit,
e) Pemberian tugas yang monoton dapat menimbulkan kebosanan
peserta didik apabila terlalu sering,
f) Khusus tugas kelompok juga sulit untuk dinilai siapa yang aktif.

Langkah-langkah penggunaan Metode Pemberian Tugas

a) Fase pemberian tugas

 Tujuan yang akan dicapai


 Jenis tugas yang jelas dan tepat
 Sesuai dengan kemampuan siswa

29
 Ada petunjuk/sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa
 Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut

b) Fase pelaksanaan tugas

 Diberikan bimbingan atau pengewasan oleh guru


 Diberikan dorongan sehingga siswa mau bekerja
 Diusahakan/dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang
lain
 Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan
baik dan sistematik

c) Fase mempertanggungjawabkan tugas

 Laporan siswa secara lisan atau tertulis dari apa yang telah
dikerjakan
 Ada tanya jawab atau diskusi dalam kelas
 Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun dengan
cara lainnya

Peranan Guru dalam metode Pemberian Tugas

a) Guru menerangkan secara garis besar materi pelajaran yang akan


diajarkan
b) Guru berperan sebagai fasilisator untuk menjelaskan rincian tugas
dan cara mengerjakan tugas sesuai dengan petunjuk atau cara
penyelesaian tugas yang diberikan oleh guru
c) Guru sebagai pemeriksa hasil penyelesaian tugas siswa.

E. Metode Kerja Kelompok


Metode kerja kelompok adalah suatu format belajar mengajar yang
menitik beratkan terjadinya interaksi antara anggota yang satu dengan
anggota yang lain untuk menyelesaikan tugas-tugas belajar secara

30
bersama-sama. Penerapan metode kerja kelompok menuntut pendidik
untuk dapat mengelompokkan peserta didik secara arif dan proposional.
Tujuan metode kerja kelompok adalah untuk memupuk kemauan
dan kemampuan kerjasama diantara para peserta didik, meningkatkan
keterlibatan peranan peserta didik dalam proses pembelajaran, dan
meningkatkan perhatian terhadap proses dan hasil dari proses
pembelajaran secara seimbang.
Alasan-alasan pendidik dalam menggunakan metode kerja
kelompok ini yaitu untuk membuat peserta didik bisa bekerja sama
dengan temannya dalam kesatuan tugas, mengembangkan kepedulian
untuk mencari dan menemukan bahan-bahan untuk melaksanakan tugas
tersebut, dan serta membuat peserta didik aktif.

Keuntungan Metode kerja kelompok:

a) Membuat peserta didik aktif mencari bahan untuk menyelesaikan


tugasnya,
b) Memberikan kesempatan para peserta didik untuk menggunakan
keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah,
c) Mengembangkan kepemimpinan peserta didik dan pengajaran
ketrampilan berdiskusi dan proses kelompok,
d) Lebih memungkinkan untuk pendidik dalam memperhatikan peserta
didik,
e) Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk megembangkan
rasa menghargai dan menghormati temannya, menghargai pendapat
orang lain, serta saling membantu kelompok dalam usaha mencapai
tujuan bersama,
f) Menanamkan kerjasama dan kekompakan dalam kelompok.
g) Suatu tugas yang luas dapat diselesaikan
h) Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk lebih
menggunakan ketrampilan bertanya dan membahas suatu masalah

31
i) Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk lebih
intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu kasus atau
masalah

Kelemahan Metode kerja kelompok :

a) Kerja kelompok hanya memberikan kesempatan kepada peserta


didik yang aktif dan mampu untuk berperan sedangkan peserta didik
yang terbelakang tidak berbuat apa-apa.
b) Memerlukan fasilitas yang beragam baik untuk fasilitas fisik dan
ruangan maupun sumber-sumber belajar yang harus disediakan,
c) Keberhasilan metode kerja kelompok tergantung kepada
kemampuan siswa memimpin kelompok atau untuk bekerja sendiri.
d) Adanya sifat-sifat pribadi yang ingin menonjolkan diri atau
sebaliknya yang lemah merasa rendah diri yang selalu bergantung
kepada orang lain
e) Bila kecakapan anggota tidak seimbang, akan menghambat
kelancaran tugas
f) Kerja kelompok sering-sering hanya melibatkan kepada kepada
siswa yang mampu sebab mereka cakap memimpin dan
mengarahkan mereka yang kurang

Langkah-langkah penggunaan Metode Kerja Kelompok


a) Kegiatan persiapan
 Merumuskan pembelajaran yang akan dicapai
 Menyiapkan materi pembelajaran dan menjabarkan materi
tersebut ke dalam tugas-tuigas kelompok
 Mengidentifikasi sumber-sumber yang akan menjadi
sasaran kegiatan kerja kelompok
 Menyusun peraturan pembentukan kelompok, cara kerja
saat memulai dan mengakhiri, dan tata tertib lainnya
b) Kegiatan pelaksanaan
 Kegiatan membuka pelajaran

32
 Kegiatan inti pembelajaran
 Kegiatan mengakhiri pelajaran

Peranan Guru dalam Metode Kerja kelompok


a) Guru berperan sebagai fasilisator
b) Guru harus pintar dalam menempatkan siswa dalam kelompok
heterogen, sehingga memungkinkan siswa bisa bekerja sama dengan
teman kelompoknya
c) Guru harus lebih peka terhadap masalah siswa yang lebih suka
bekerja sendiri
d) Guru harus bisa membantu siswa jika dalam suatu kelompok
tersebut ada suatu permasalahan yang tidak bisa diselesaikan.
2.5 Hubungan Pendekatan, Model, Strategi dan Metode Pembelajaran
Adapun Hubungan antara Pendekatan, Strategi, Metode dan Model
Pembelajaran baik posisi dari masing-masing istilah tersebut, secara lebih
jelas dapat divisualisasikan sebagai berikut :

Istilah strategi, metode, dan teknik pembelajaran sering digunakan


secara bergantian walaupun pada dasarnya istilah – istilah tersebut memiliki
perbedaan satu dengan yang lain. Teknik pembelajaran merupakan cara
yang dilakukan seorang guru dalam mengimplementasikan suatu metode

33
secara spesifik dalam proses pembelajaran ke arah tujuan yang ingin dicapai.
Metode pembelajaran, didefinisikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan strategi pembelajaran dalam bentuk kegiatan nyata
dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran
lebih bersifat procedural, yaitu berisi tahapan tertentu, sedangkan strategi
pembelajaran harus mengandung penjelasan tentang metode dan teknik
yang digunakan selama proses pembelajaran berlangsung. Strategi
pembelajaran mengandung arti yang lebih luas dari metode dan teknik
pembelajaran. Dengan kata lain, metode dan teknik pembelajaran
merupakan bagian dari strategi pembelajaran. Apabila antara pendekatan,
strategi, metode, dan teknik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu
kesatuan yang utuh, maka terbentuklah apa yang disebut dengan model
pembelajaran.Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara
khas oleh guru.

Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau


bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Dengan demikian, dapat dilihat adanya hubungan antara pendekatan,
strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang dapat digambarkan sebagai
suatu kesatuan sistem yang disebut model pembelajaran.

34
BAB 3

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Metode pembelajaran merupakan pengimplementasian dari strategi


pembelajaran yang bersifat operasional dimana strategi pembelajaran adalah
cara tempuh atau pola umum yang masih berupa konseptual yang dibuat
untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Sedangkan pendekatan
pembelajaran adalah sudut pandang atau cara pandang terhadap suatu
kegiatan pembelajaran yang bersifat masih sangat umum. Dan model
pembelajaran merupakan kerangka

konseptual yang merupakan wadah dari seluruh kegiatan


pembelajaran. Dimana dalam model pembelajaran harus ada pendekatan
pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, yang harus
saling berkaitan satu dengan yang lainnya.

3.2. Saran

Berdasarkan pembahasanyang telah dijelaskan dalam makalah, penulis


menyarankan kepada para pembaca khususnya bagi para guru atau pendidik
agar lebih mendalami dan menguasai lagi perbedaan antara pendekatan,
strategi, metode dan model.

35
DAFTAR PUSTAKA

Boeree George . 2010. Metode Pembelajaran & Pengajaran Kritik dan Sugesti
Terhadap Dunia Pendidikan, Pembelajaran, Dan Pengajaran. Yogyakarta:
Ar – Ruzz Media
Abdul Majid . 2008 . Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru . Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Uno Hamzah . 2010 . Perencanaan Pembelajaran . Jakarta: PT Bumi Aksara
Uno Hamzah . 2011 . Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar
yang Kreatif dan Efektif . Jakarta: PT Bumi Aksara
Ni Nyoman Parwati, I Putu Pasek Suryawan, Ratih Ayu Apsari . 2018. Belajar dan
Pembelajaran . Depok : PT Rajagrafindo Persada
Ali Mukti . 2013 . Metode Pembelajaran Tanya Jawab . Tersedia Pada :
http://muktialistkipnganjuk.blogspot.co.id/2013/02/metode-tanya-
jawab.html . Diakses Pada : 26 Februari 2018
Ahmad Syaifudien . 2015 . Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Metode
Pembelajaran. Tersedia pada : http://www.tipspendidikan.site/2015/12/7-
faktor-yang-mempengaruhi-dalam.html . Diakses Pada : 26 Februari 2018

Anda mungkin juga menyukai