Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Perspektif Pedagogik tentang Landasan Menejemen Pendidikan


(Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Kajian
Pedagogik)

Dosen Pengampu:

Dr. Pupun Nuryani, M.Pd.

Disusun oleh:

Devi Andriyani (1906575)


Yayu Martha ()

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2020
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat,
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Azas-Azas Pendidikan”.

Dalam penyusunan makalah ini, penyusun memperoleh banyak bantuan dari berbagai
pihak. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Pupun Nuryani, M.pd selaku
dosen pengampu matakuliah Kajian Pedagogik yang telah memberikan bimbingan dan arahan
sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini, serta, dan rekan-rekan mahasiswa
pascasarjana program studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Pendidikan Indonesia
yang selalu berdoa dan memberikan motivasi kepada penyusun.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan-


kekurangan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun
agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penyusun berharap kerangka acuan
makalah ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan kepada para pembaca pada
umumnya dan pada penyusun pada khususnya

Bandung, Februari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... Error! Bookmark not defined.


1. PENDAHULUAN ........................................................................ Error! Bookmark not defined.
1.1. Latar Belakang ...................................................................... Error! Bookmark not defined.
1.2. Rumusan Masalah ................................................................. Error! Bookmark not defined.
1.3. Tujuan Penulisan ................................................................... Error! Bookmark not defined.
2. KAJIAN TEORI ........................................................................... Error! Bookmark not defined.
2.1. Kajian tentang manejemen pendidikan berorientasi pada tujuan ......... Error! Bookmark not
defined.
2.2. Kajian tentang manejemen pendidikan berbasis pada proses Error! Bookmark not defined.
2.3. Kajian tentang manejemen pendidikan berorientasi pada hasil ........... Error! Bookmark not
defined.
2.4. Kajian tentang manejemen pendidikan berbasis pada TQM (Total Quality Management)
Error! Bookmark not defined.
3. PEMBAHASAN ........................................................................... Error! Bookmark not defined.
4. PENUTUP..................................................................................... Error! Bookmark not defined.
3.1. Kesimpulan ........................................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam suatu tata kelola pendidikan, pelaku pendidikan akan selalu bersinggungan
dengan azas-azas pendidikan. Pendidikan sebagai usaha sadar yang sestematik-sistemik
selalu bertolak dari sejumlah asas-asas tertentu karena pendidikan merupakan pilar utama
terhadap pengembangan manusia dan masyarakat suatu bangsa tertentu. Azas-azas
pendidikan merupakan tumpuan cara berfikir yang memberikan corak terhadap
penyelenggaraan pendidikan (Tirtaharja dan Sulo, 1984).
Sistem pendidikan Indonesia mengenal adanya asas-asas pendidikan. Asas yang
pertama adalah asas Tut Wuri Handayani (berasal dari Bahasa Sansekerta yang berarti ‘Jika
di belakang mengawasi dengan awas’). Asas pendidikan yang kedua adalah asas ‘Belajar
Sepanjang Hayat;’ sedang asas yang ketiga adalah asas ‘Kemandirian dalam Belajar’, asas
yang keempat adalah asas kasih saying, asas yang kelima adalah asas demokrasi, asas yang
ketujuh adalah asas keterbukaan dan transfaransi,asas yang kedelapan adalah asas
tanggungjawab, asas yang kesembilan adalah asas kualitas dan asas yang terakhir adalah
Panca darma Taman Siswa.
Dengan wawasan dan pendidikan yang tepat, serta dengan menerapkan
asa-asas pendidikan yang tepat pula, akan dapat memberi peluang yang lebih besar dalam
merancang dan menyelenggarakan program pendidikan yang tepat. Sehingga akan
memberikan perspektif yang lebih luas terhadap pendidikan, baik dalam aspek konseptual
maupun operasional.
Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan secara singkat konsep dasar asas-asas
pendidikan di Indonesia tersebut. Selain itu, penyusun juga bermaksud untuk ikut
menjelaskan apa saja manifestasi asas-asas pendidikan tersebut dalam dunia pendidikan
Indonesia modern.

A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis membatasi dengan hanya mengkaji
masalah-masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Asas-asas Pendidikan?
2. Bagaimana Penerapan Asas-asas Pendidikan?

B. Tujuan Makalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dibuat tujuan masalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan Asas-asas Pendidikan
2. Menjelaskan Penerapan Asas-asas Pendidikan
BAB II
Kajian Teori
3.1 Pengertian Azas-Azas Pendidika
Pada umumnya, azas bersumber dari pemikiran dan pengalaman sejarah. Sehingga dapat
dikatakan bahwa azas pendidikan merupakan tumpuan berfikir, baik pada tahap perencanaan
maupun pelaksanaan pendidikan. Azas pendidikan memiliki arti hukum atau kaidah yang
menjadi acuan kita dalam melaksanakan kegiatan pendidikan. Dengan kata lain, dapat
dikatakan bahwa azas pendidikan lebih memfokuskan perhatian kepada cara penyelenggaraan
pendidikan berdasarkan pemikiran pemikiran tentang bagaimana layaknya pendidikan
tersebut diselenggarakan. Khusus untuk pendidikan di Indonesia, terdapat beberapa asas
pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Diantara
asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar Sepanjang Hayat, Asas
Kemandirian dalam Belajar, Asas Kasih Sayang, Asas Demokrasi, Asas Keterbukaan dan
Asas Tanggungjawab, Asas Kualitas dan Asas Panca Darma Taman Siswa.

3.2 Macam-Macam Azas Pendidikan


3.2.1 Asas Tut Wuri Handayani
Semboyan Tut Wuri Handayani yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara menjadi
inti dari sistem among pendidikan. Dua semboyan lain yang melengkapi Tut Wuri Handayani
adalah Ing Ngarsa Sung Tuladha (Jika di depan memberi contoh), Ing Madya Mangun
Karsa(ditengah memberi motivasi). Pendidikan yang berasas Tut Wuri Handayani berarti
seorang pendidik yang berada yang berdiri di belakang bertanggung jawab menyingkirkan
segala sesuatu yang merintangi anak didiknya.

3.2.2. Asas Belajar Sepanjang Hayat


Asas belajar sepanjang hayat atau pendidikan sepanjang masa oleh UNESCO
dijelaskan menjadi beberapa definisi:
1) Meliputi seluruh hiidup setiap individu.
2) mengarah pada pembentukan, pembaharuan, peningkatan, dan penyempurnaan secara
sistematis pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat meningkatkan kondisi hidupnya.
3) tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri setiap individu.
4) meningkatkan kemampuan dan motivasi untuk belajarr mandiri.
5) mengakui kontribusi dari semua pengaruh pendidikan yang mungkin terjadi.
Proses belajar mengajar akan mendapat hasil yang lebih maksimal apabila minimal
memiliki dua misi, yaitu membelajarkan peserta didik dengan efisien dan efektif serta
meninkatkan kemauan dan kemampuan belajar mandiri. sedangkan kurikulum yang dapat
mendukung proses pendidikan sepanjang masa selayaknya memperhatikan dimensi vertikal
dan horisontal.dimensi vertikal meliputi keterkaitannya antartingkatan persekolahan dan
antarpeserta didik. sedangkan dimensi horisontal adalah keterkaitan pengalaman yang
diperoleh dari lingkungan sekolah dan dari luar sekolah.

3.2.3. Asas
Kemandirian dalam Belajar
Setiap peserta didik diharapkan memiliki kemandirian dalam belajar. Sehingga guru
disekolah adalah seorang fasilitator, motivator, organisator, dan informator. Kemandirian
dalam belajar ini harus ditanamkan sejak dini dan terus dikembangkan melalui kegiatan
kurikuler maupun ekstra-kurikuler. Baik asas tut wuri handayani maupun belajar sepanjang
hayat secara langsung erat kaitannya dengan asas kemandirian dalam belajar. Asas tut wuri
handayani bertolak pada prinsipnya bertolak dari asumsi kemampuan siswa untuk mandiri,
termasuk mandiri dalam belajar.
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalam peran
utama sebagai fasilitator dan motivator, di samping peran-peran lain: Informator, organisator,
dan sebagainya.

3.2.4. Asas Kasih Sayang


Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa, diciptakan dengan kasih dan
agar hidup dilandasi oleh kasih, maka kasih sayang harus menjadi bagian yang melekat pada
diri masing-masing individu. Kasih sayang adalah salah satu kodrat Tuhan Yang Maha Kuasa
dan diberikan didalam lubuk hati yang paling dalam pada diri manusia, karena itu
pelaksanaan proses kegiatan pendidikan harus menerapkan asas kasih sayang. Dimata Tuhan
Yang Maha Kuasa manusia sama, tidak ada perbedaan sekalipun berbeda dalam ras, suku,
golongan, bahasa dan budaya, status sosial ekonomi, bahkan jenis kelamin itu hanyalah
perbedaan yang sifatnya sementara, namun dalam harkat dan martabat manusia tidak ada
perbedaan dihadapan Tuhan. Demikian juga peserta didik dan pendidik adalah sama tidak ada
bedanyadihadapan Tuhan, mereka berbeda hanyalah dari segi waktu dan kesempatan. Peserta
didik memiliki harkat dan martabat sebagai manusia, juga memiliki kasih sayang, butuh
dikasihi dan butuh mengasihi, sama halnya dengan pendidik.
Dalam proses pelaksanaan kegiatan pendidikan terjadi interaksi antara peserta didik dan
pendidik, peserta didik dengan peserta dididk, pendidik dengan staf lainnya di sekolah, dan
peserta didik dengan staf lainnya di sekolah. Interaksi tersebut harus dibangun diatas dasar
kasih sayang yang terarah pada pembentukan kepribadian, dengan menanamkan nilai-nilai
yang bermakna dalam kehidupan untuk hidup nyaman, aman, damai, dan sejahtera.
Kehidupan yang aman, damai, dan sejahtera tidak akan terwujud bila tidak dibangun diatas
dasar kasih sayang. Kasih sayaang hakikatnya adalah kerelaan mengabdi atau berkorban demi
kebahagiaan orang lain, seseorang bukan lagi berfikir dan berbuat hanya untuk dirinya akan
tetapi hidupnya sebahagian adalah untuk orang lain. Kehidupan yang bermakna merupakan
muara dari kasih sayang. Memang harga diri perlu dalam hidup, akan tetapi yang lebih utama
adalah hidup yang bermakna, orang bijak bermanfaat dalam hidup, jauh lebih bermanfaat dan
bermakna orang bajik dalam hidup. Kehidupan yang dilandasi kasih sayang bukan mencari
kesalahan melainkan memaafkan kesalahan dan mencari solusi untuk mengatasi kesalahan
atau kelemahan. Interaksi yang terjadi dalam proses pendidikan harus didasarkan pada:
a. Kelemah lembutan
b. Kemurahan hati
c. Kesabaran
d. Kesederhanaan
e. Ketulusan
f. Kejujuran

Interaksi yang didasarkan pada asas tersebut yang berlangsung dalam proses pendidikan,
itulah yang disebut dengan interaksi edukatif. Suasana dan hubungan “interaksi edukatif”
antara pendidik dengan peserta didik dengan peserta didik terjalin dalam “kasih sayang”
(Nursid Sumaatmadja. 2002:60). Menciptakan dan membina kasih sayang antara pendidik
dengan peserta didik, selain memelihara hubungan yang harmonis, terutama juga membina
dan menumbuhkan kasih sayang dalam diri peserta didik sebagai anugerah Tuhan Yang
Maha Kuasa, yang sejogyanya diwarisi oleh setiap individu sebagai ciptaan Tuhan.
Komunikasi kasih sayang dalam suasana interaksi edukatif, diharapkan dapat membina
kemampuan peserta didik berkomunikasi dengan siapapun, dalam kesempatan yang
bagaimanapun, dan kurun waktu yang bagaimanapun, tetap dalam suasana harmonis diliputi
oleh kasih sayang.
Asas kasih sayang memiliki makna yang sangat berarti dalam proses kegiatan pendidika
yang dilandasi oleh tanggungjawab menciptakan dan membina sumberdaya manusia yang
perilakunya berpijak pada kasih sayang.

3.2.5. Asas Demokrasi


Di atas dalam pembahasan asas kasih sayang telah dijelaskan bahwa manusia sebagai
ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa memiliki persamaan hak di hadapan Tuhan di dunia ini.
Konsep ini sebagai pengertian yang hakiki yang harus diketahui dan diwujudkan bersama
sebagai anggota atau individu dalam kehidupan masyarakat – bangsa dan negara Indonesia.
Kesamaan kedudukan dan hak sebagai manusia mengandung arti bahwa hidup dan kehidupan
yang satu dengan yang lainnya sangat tergantung dan pengaruh mempengaruhi, bukan
menjadi alat dan diperalat untuk memenuhi kebutuhan orang atau kelompok tertentu. Karena
itu sangat dituntut dalam kehidupan manusia adanya kepedulian msing - masing sebagai umat
manusia, dengan mengabaikan kualitas, pangkat, status, atau posisinya masing-masing.
Para ahli telah mengemukakan pengertian tentang demokrasi yang pada mulanya konsep
ini digunakan dalam pemerintahan atau politik. Dewasa ini demokrasi tidak dibatasi kepada
pengertian politik, tetapi juga menyangkut hal – hal dalam bidang sosial, ekonomi, hukum,
dan HAM. Demokrasi telah merupakan suatu sikap dan cara hidup baik di dalam lingkungan
terbatas maupun di dalam lingkungan bernegara (H. A. R. Tilaar. 2002: 28). Pada dasarnya
hakikat demokrasi adalah kesetaraan hak dan kewajiban sebagai umat manusia serta upaya
bersama untuk mencapai kesejahteraan bersama. Kesederajatan umat manusia, penduduk,
rakyat, pada suasana demokrasi, menjadi acuan bersama. Namun demikian, aturan main,
tanggung jawab tiap orang tetap menjadi dasar pegangan, sehingga tidak terjadi bebas tak
terbatas dan mekanisme sesuka hati. Derajat, kehormatan, hak, dan kewajiban tiap orang
sebagai anggota masyarakat, tetap dihormati.
Berdasarkan makna demokrasi di atas, asas demokrasi yang dikembangkan dan diterapkan
pada proses dan kegiatan pendidikan, mengacu kepada kesetaraan antar subyek sebagai umat
manusia dalam suasana interaksi edukatif, sesuai dengan posisi serta tugas masing – masing.
Pendidik berbeda dengan peserta didik, menjadi acuan, dalam rangka membentuk serta
mengembangkan peserta didik sebagai sumber daya manusia yang bersikap mental
demokratis.
Penerapan demokrasi sebagai salah satu dalam praktek pelaksanaan pendidikan menjadi
sarana serta wadah pembinaan peserta didik menjadi manusia yang demokratis sesuai dengan
hak dan kewajibannya sebagi warga negara serta kedudukannya sebagai umat manusia yang
beradab. Hal inilah yang menjadi makna asas demokrasi dalam proses kegiatan pendidikan.
Oleh karena itu, para pendidik yang di awali dari orang tua dan pendidik lainnya di sekolah
serta di masyarakat hendaknya benar – benar memahami dan menghayati makna demokratis
dalam pendidikan.

3.2.6 Asas Keterbukaan dan Transparansi


Keterbukaan sebagai fenomena yang berkenaan dengan prilaku manusia yang terkait
dengan hati nurani, kebijakan, dan suatu keputusan (Nursid Sumaatmadja). 2002: 63).
Keterbukaan mengandung makna bahwa apa yang dilakukan dan apa yang ada dalam diri
seseorang dapat dan harus diketahui orang lain, tidak ada yang tersembunyi atau rahasia
dalam dirinya. Beban yang ada pada diri dinyatakan dengan terbuka pada orang lain sehingga
dapat dengan segera di temukan solusi atau cara pemecahan untuk mengatasi masalah yang
dihadapi, dengan demikian hidup menjadi ringan dan tehindar dari kehidupan yang steres.
Dalam praktek pelaksanaan pendidikan tidak terlas dari kebijakan atau pengambilan
keputusan terutama dalam pendidikan formal di sekolah yang dilakukan oleh pendidik baik
secara pribadi maupun kelompok pendidik terhadap peserta didik yang menyangkut individu
ataupun kelompok peserta didik. Misalnya, (Kualitatif ataupun kuantitatif) mengenai hasil
prestasi belajar yang di capai peserta didik dalam bidang tertentu adalah suatu keputusan.
Oleh karena itu, maka dalam penetapan pemberian nilai tersebut harus ada keterbukaan
tentang prosedur yang digunakan pendidik dalam menentukan nilai dimaksud sehingga
peserta didik benar-benar dapat termotivasi untuk meningkatkan usaha dan kreatifitasnya
dalam belajar.
Dengan adanya keterbukaan dalam menetapkan sesuatu yang berkitan dengan
pengambilan keputusan, akan mengurangi dan bila mungkin meniadakan timbulnya
kecurigaan dalam pihak yang menerima keputusan. Keputusan yang di ambil merupakan
hasil kesepakatan atau sekurang-kurangnya, orang atau subyak yang dikenai keputusan telah
mengetahui criteria yang digunakan dalam pengambialan keputusan itu. Hal ini merupakan
jaminan terjadinya tanggung jawab dan sekaligus akan menimbulakan dan meningkatkan rasa
memiliki (sense of belonging) dari semua pihak yang terlibat dalam kebijakan tersebut.
Selain untuk membina adanya tanggung jawab dan rasa memiliki pada semua pihak yang
terkait, tidak kalah pentingnya adalah membina timbulnya rasa kejujuran pada diri subyek
didik dan juga para pendidik dalam pengambilan keputusan.
Sedangkan transparansi atau transparan dapat diartikan dengan bening, walaupun ada
yang menghalangi atau yang membatasi namun tetap terlihat dengan jelas (Nursid
Sumaatmadja. 2002: 63). Keterbukaan atau transparansi sering disatukan dalam
penggunaannya karena makna yang dikandung adalah kejujuran. Terbuka dan transparan
berarti tidak ada yang tersembunyi apalagi dibohongi. Dengan demikian, keputusan atau
tindakan maupun perbutan yang dilakukan, dilakukan dengan tulus, jujur, senang hati, dan
bertanggung jawab.
Bila dikaitkan dengan asas demokrasi seperti yang di jelaskan di atas, ketrbukaan dan
transparansi merupakan komponen prilaku yang sangat penting. Demokrasi yang
sesungguhnya tidak akan munkin terjadi dalam kehidupan masyarakat-bangsa dan Negara
Indonesia apabila ketrbukaan dan transparansi tidak terwujud dalam hidup dan kehidupan
setiap warga Negara. Karena itu, penerapan asas demokrasi tidak dapat dipisahkan dari asas
keterbukaan dan transparansi.
Pengembangan dan penerapan asas keterbukaan dan transparansi dalam proses
pelaksanaan kegiatan pendidikan, berarti bahwa program, kebijakan, dukungan dan
perangkat-perangkat lainnya, harus didasari oleh kejujuran, tidak ada yang ditutup-tutupi,
serta tidak ada kebohongan. Dengan demikian, segala kegiatan, penerimaan, perangkatan,
kebijakan, program, dan keputusan yang menyangkut pendidikan, harus berasaskan
keterbukaan serta transparansi, tidak dicemari oleh kebohongan. Melalui pendidikan yang
berasaskan keterbukaan dan transparansi diharapkan akan tercipta sumber daya manusia yang
jujur, tulus, dan berdedikasi tinggi, yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat-bangsa dan
Negara Indonesia saat ini dan waktu-waktu mendatang. Keterbukaan dan transparansi akan
memerangi kebencian, iri hati, dendam, menang sepihak, mengambil jalan pintas untuk
keuntungan sesaat dan kelompok tertentu, kebohongan dan sejenisnya yang merupakan
penyakit yang mencemari kehidupan masyarakat – bangsa dan Negara menuju masyarakat
adil, makmur dan sejahtera.
3.2.7. Asas Tanggungjawab
Tanggungjawab adalah kewajiban terhadap segala sesuatunya; fungsi menerima
pembebanan sebagai akibat sikap tidak sendiri atau pihak lain (Em Zul Fajri & Ratu Aprilia
Senja Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Hal. 974). Tanggungjawab berkaitan dengan
kewajiban seseorang terhadap tugas atau perbuatan yang dilakukan. Perbuatan yang
dilakukan harus dapat dipertanggungjawabkan dari segi tujuan dan konsekuensi lain yang
ditimbulkannya. Sesuatu aktivitas atau perbuatan yang dilakukan tanpa tanggungjawab akan
terjadi secara tidak terarah dan mungkin asal-asalan saja dan akibatnya adalah menimbulkan
masalah atau hal-hal yang tidak diharapkan. Jika perbuatan, prilaku, dan tindakan yang
dilakukan dilandasi oleh tangggungjawab kepada segala pihak yang berhadapan dengan
orang tersebut, maka orang itu akan selalu berada di jalan yang benar.
Aktivitas yang dilakukan dalam proses pendidikan harus selalu di dasarkan pada asas
tanggungjawab, karena kegiatan apapun yang dilakukan dalam pendidikan selalu diarahkan
untuk mencapai tujuan yakni mendidik dan membimbing peserta didik agar dapat tumbuh
dan berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan dan segala potensi yang dimiliki.
Sekecil apapun tindakan atau perbuatan yang dilakukan pendidik dalam proses pendidikan
harus dapat dipertanggungjawabkan dari segi pencapaian tujuan, bukan berdasarkan selera,
atau kemauan pendidik. Secara lebih luas dan menyeluruh, tangggungjawab itu meliputi
tanggungjawab kepada diri sendiri, kepada keluarga, kepada masyarakat-bangsa dan Negara
Indonesia, dan terutama tanggungjawab terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha tahu.
Aktualisasi dari pengembangan dan penerapan asas tangggungjawab dalam proses
pelaksanaan kegiatan pendidikan akan tercermin dalam pemilihan dan penetapan materi,
metode, strategi, pelaksanaan, hubungan pendidik dengan peserta didik, samapi pada
evaluasi, harus bersumber dan bermuara kepada pencapaian tujuan pendidikan atau
pembelajaran. Pendidikan tanpa asas tanggungjawab, bukanlah pendidikan dalam pengertian
yang hakiki untuk menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki sifat dan sikap
bertanggungjawab pada penampilan, prilaku, tindakan, serta perbuatannya.

3.2.8. Asas Kualitas


Asas kualitas berkaitan dengan mutu hasil pendidikan yang akan dicapai. Kualitas hasil
akan bergantung atau dipengaruhi oleh kualitas proses pelaksanaan yang mencakup materi,
metode, strategi, pelaksanaan, hubungan pendidik dengan peserta didik, pengelolaan, sampai
pada evaluasi hasilnya sebagaimana dijelaskan diatas. Dengan demikian asas kualitas dalam
proses dan kegiatan pendidikan, dapat dikatakan sebagai muara dari asas-asas pendidikan
sepanjang hayat, kasih sayang, demokrasi, keterbukaan dan transparansi, serta
tanggungjawab.
Proses kegiatan pendidikan yang bertujuan untuk menciptakan sumber daya manusia
yang berkualitas, haruslah berlandaskan asas kualitas dalam segala perangkat, kerja, dan
kinerjanya. Kegiatan pendidikan yang berlandaskan kualitas akan dapat melahirkan peserta
didik menjadi manusia yang berkualitas yang menyangkut jasmani, keterampilan, etos kerja,
intelektual, emosional, sosial, spiritual, dan akhlak mulia sebagai pribadi utuh, jujur, terbuka,
dan bermakna bagi hidup dan kehidupan diri sendiri dan orang lain.
Dinamika kehidupan yang telah berkembang dan berada dalam suasana global dan
perdagangan bebas, menghadapkan berbagai hambatan dan tantangan sekaligus peluang
untuk peningkatan kemampuan dan keterampilan untuk mengisi peluang pasar bebas. Daya
saing akan semakin tinggi, dan ukuran yang digunakan adalah bukan saja tergantung pada
kualitas hasil akan tetapi justru lebih diutamakan pada kualitas proses pencapaiannya. Dalam
mengantisipasi dinamika, baik yang positif menguntungkan, maupun yang negative
merugikan, bangsa Indonesia sebagai warga dunia, harus memiliki kualitas, kualitas
penguasaan IPTEK, kualitas keterampilan, kualitas etos kerja, sosial kemasyarakatan,
emosional, dan kualitas spiritual. Tanpa memiliki kualitas-kualitas seperti itu, bangsa
Indonesia akan semakin tergantung kepada bangsa lain, menjadi sapi perah bangsa lain dalam
segala aspek khidupan. Oleh karena itu, penerapan dan pengambangan asa kualitas dalam
proses pendidikan, sangat strategis untuk membiana peserta didik menjadi sumber daya
manusia yang berkualitas dalam segala aspek kehidupan manusia.

3.2.9. Panca Darma Taman Siswa


Ki Hajar Dewantara, tokoh Pendidikan Nasinal Indonesia, menerapkan Panca Darma
pada perguruan yang didirikan beliau yang disebut dengan Taman Siswa di Yogyakarta.
Dlam pelaksanaan pendidikannya di Taman Siswa diterapkan lima asas yang disebut dengan
Panca Darma, yang meliputi :
1. Asas Kodrat Alam
2. Asas Kemerdekaan
3. Asas Kebudayaan
4. Asas Kebangsaan, dan
5. Asas Kemanusiaan
Asas inilah yang mendasari pelaksanaan pendidikan Taman Siswa, sehingga
pendidikan yang dilaksanakan benar-benar sesuai dengan masyarakat , bangsa, dan Negara
Indonesia, pada waktu itu masih dalam jajajhan bangsa Belanda. Beliaulah yang pertama
melaksanakan pendidikan dengan berlandaskan pada budaya bangsa Indonesia, dan
karenanya beliau dianugerahi sebagai Bapak Pendidikan Indonesia, dan tanggal lahir
dijadikan sebagai Hari Pendidikan Nasional. ( Tim Pengajar 2011 )
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Asas-Asas Pokok Pendidikan Nasional.


Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau
tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan.

Khusus di Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam
merancang dan melaksanakan pendidikan nasional. Asas-asas tersebut bersumber dari
pemikiran dan pengalaman sepanjang sejarah perkembangan pendidikan di
Indonesia. Diantara asas tersebut, ada tiga asas yang diuraikan secara mendetail, yaitu;
Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan Asas Kemandirian
dalam Belajar.34 Ketiga asas itu dianggap sangat relevan dengan upaya pembinaan dan
pengembangan pendidikan nasional, baik masa kini maupun masa datang. Oleh
karena itu, setiap tenaga kependidikan harus memahami dengan tepat ketiga asas
tersebut agar dapat menerapkannya dengan semestinya dalam penyeleenggaraan
pendidikan sehari-hari.

1. Asas Tut Wuri Handayani


Asas ini merupakan gagasan yang mula-mula dikemukakan oleh Ki Hajar
Dewantara seorang perintis kemerdekaan dan pendidikan nasional. Tut Wuri
Handayani mengandung arti pendidik dengan kewibawaan yang dimiliki mengikuti
dari belakang dan memberi pengaruh, tidak menarik-narik dari depan, membiarkan
anak mencari jalan sendiri, dan bila anak melakukan kesalahan baru pendidik
membantunya. Gagasan tersebut dikembangkan Ki Hajar Dewantara pada masa
penjajahan dan masa perjuangan kemerdekaan. Dalam era kemerdekaan gagasan
tersebut serta merta diterima sebagai salah satu asas pendidikan nasional Indonesia
(Jurnal Pendidikan, No.2:24). Asas Tut Wuri Handayani yang kini menjadi semboyan
Depdikbud( sekarang Kementerian Pendidikan Nasional ), pada awalnya merupakan
salah satu dari “Asas 1922” yakni tujuh buah asas dari Perguruan Nasional Taman
Siswa (didirikan 3 Juli 1922),35 ketujuh asas Perguruan Nasional Taman Siswa yang
merupakan asas perjuangan untuk menghadapi Pemerintah kolonial Belanda
sekaligus untuk mempertahankan kelangsungan hidup bangsa. Ketujuh asas tersebut
yang secara singkat disebut ”Asas 1922” adalah sebagai berikut:
a. Bahwa setiap orang mempunyai hak untuk mengatur dirinya sendiri dengan
mengingat tertibnya persatuan dalam perikehidupan umum.
b. Bahwa pengajaran harus member pengetahuan yang berfaedah, yang dalam
arti lahir dan batin dapat memerdekakan diri.
c. Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri.
d. Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada
seluruh rakyat.
e. Bahwa untuk mengejar kemerdekaan hidup yang sepenuh-penuhnya lahir
maupun batin hendaknya diusahakan dengan kekuatan sendiri, dan menolak bantuan
apapun dan dari siapapun yang mengikat baik berupa ikatan lahir maupun ikatan
batin.
f. Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak
harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan.
g. Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keikhlasan lahir dan batin
untuk mengorbankan segala kepentingan pribadi demi keselamatan dan kebahagiaan
anak- anak.36
Asas Tut wuri Handayani merupakan inti dari asas pertama dalam asas 1922
yang menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri
dengan tetap memelihara persatuan dan kesatuan bangsa. Dari asasnya yang pertama
ini dijelaskan bahwa tujuan asas Tut Wuri Handayani yaitu:

a. pendidikan dilaksanakan tidak menggunakan syarat paksaan.


b. pendidikan adalah penggulowenthah yang mengandung makna: among,
momong dan ngemong (Karya Ki Hajar Dewantara, hal. 13). Among mengandung arti
mengembangkan kodrat alam anak dengan tuntutan agar anak didik dapat
mengembangkan hidup batin menjadi subur dan selamat. Momong mempunyai arti
mengamat-amati anak agar dapat tumbuh menurut kodratnya. Ngemong berarti kita
harus mengikuti apa yang ingin diusahakan anak sendiri dan memberi bantuan pada
saat anak membutuhkan,

c. pendidikan menciptakan tertib dan damai (orde en vrede),


d. pendidikan tidak ngujo (memanjakan anak), dan
e. pendidikan menciptakan iklim, tidak terperintah, memerintah diri sendiri, dan
berdiri di atas kaki sendiri (mandiri dalam diri anak didik). Semboyan lainnya, sebagai
bagian tak terpisahkan dari tut wuri handayani, padahakikatnya bertolak dari
wawasan tentang anak yang sama, yakni tidak ada unsur perintah,paksaan atau
hukuman, tidak ada campur tangan yang dapat mengurangi kebebasan anakuntuk
berjalan sendiri dengan kekuatan sendiri. Dari sisi lain, pendidik setiap saat siap
memberi uluran tangan apabila diperlukan oleh anak.37
Azas Tut Wuri Handayani ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P.
Sostrokartono (filusof dan ahli bahasa) dengan menambahkan dua semboyan lagi,
yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso.38 Kini ketiga semboyan
tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas, masing-masing sebagai berikut;

a. Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di depan memberi contoh) adalah hal yang baik
mengingat kebutuhan anak maupun pertimbangan guru. Di bagian depan, seorang
guru akan membawa buah pikiran para muridnya itu ke dalam sistem ilmu
pengetahuan yang lebih luas. Ia menempatkan pikiran / gagasan / pendapat para
muridnya dalam cakrawala yang baru, yang lebih luas. Dalam posisi ini ia
membimbing dan memberi teladan. Akhirnya, dengan filosofi semacam ini, siswa
(dengan bantuan guru dan teman-temannya ) mengkonstruksi pengetahuannya
sendiri di antara pengetahuan yang telah dikonstruksi oleh banyak orang termasuk
oleh para ahli.
b. Ing Madya Mangu Karsa (di tengah membangkitkan kehendak) diterapkan
dalam situasi ketika anak didik kurang bergairah atau ragu-ragu untuk mengambil
keputusan atau tindakan, sehingga perlu diupayakan untuk memperkuat motivasi.
Dan, guru maju ke tengah-tengah (pemikiran) para muridnya. Dalam posisi ini ia
menciptakan situasi yang memungkinkan para muridnya mengembangkan,
memperbaiki, mempertajam, atau bahkan mungkin mengganti pengetahuan yang
telah dimilikinya itu sehingga diperoleh pengetahuan baru yang lebih masuk akal,
lebih jelas, dan lebih banyak manfaatnya. Guru mungkin mengajukan pertanyaan,
atau mungkin mengajukan gagasan/argumentasi tandingan. Mungkin juga ia
mengikuti jalan pikiran siswa sampai pada suatu kesimpulan yang bisa benar atau
bisa salah, dsb. Pendek kata, di tengah seorang guru menciptakan situasi yang
membuat siswa berolah pikir secara kritis untuk menelaah buah pikirannya sendiri
atau orang lain. Guru menciptakan situasi agar terjadi perubahan konsepsional dalam
pikiran siswa-siswanya. Yang salah diganti yang benar, yang keliru diperbaiki, yang
kurang tajam dipertajam, yang kurang lengkap dilengkapi, dan yang kurang masuk
akal argumentasinya diperbaiki.
c. Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan). Asas ini memberi
kesempatan anak didik untuk melakukan usaha sendiri, dan ada kemungkinan
melakukan kesalahan, tanpa ada tindakan (hukuman) pendidik.39 Hal itu tidak
menjadikan masalah, karena menurut Ki Hajar Dewantara, setiap kesalahan yang
dilakukan anak didik akan membawa pidananya sendiri, karena tidak ada pendidik
sebagai pemimpin yang mendorong datangnya hukuman tersebut. Dengan demikian,
setiap kesalahan yang dialami peserta didik bersifat mendidik. Maksud tut wuri
handayani adalah sebagai pendidik hendaknya mampu menyalurkan dan
mengarahkan perilaku dan segala tindakan sisiwa untuk mencapai tujuan pendidikan
yang telah dirancang. Implikasi dari penerapan asas ini dalam pendidikan adalah
sebagai berikut :

1) Seorang pendidik diharapkan memberikan kesempatan kepada siswa untuk


mengemukakan ide dan prakarsa yang berkaitan dengan mata pelajaran yang
diajarkan.
2) Seorang pendidik berusaha melibatkan mental siswa yang maksimal didalam
mengaktualisasikan pengalaman belajar.
3) Peranan pendidik hanyalah bertugas mengarahkan siswa, sebagai fisilitator,
motivator dan pembimbing dalam rangka mencapai tujuan belajar.
4) Dalam proses belajar mengajar dilakukan secara bebas tetapi terkendali,
interaksi pendidik dan siswa mencerminkan hubungan manusiawi serta merangsang
berfikir siswa, memanfaatkan bermacam-macam sumber, kegiatan belajar yang
dilakukan siswa bervariasi, tetapi tetap dibawah bimbingan guru.
Dalam kaitan penerapan asas Tut Wuri Handayani, dapat dikemukakan
beberapa keadaan yang ditemui sekarang, yakni:
1) peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan dan
ketrampilan yang diminatinya di semua jenis, jalur, dan jenjang pendidikan yang
disediakan oleh pemerintah sesuai peran dan profesinya dalam masyarakat.
2) peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan kejuruan yang
diminatinya agar dapat mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan kerja bidang
tertentu yang diinginkannya.
3) peserta didik yang memiliki kelainan atau cacat fisik atau mental memperoleh
kesempatan untuk memilih pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan cacat yang
disandang agar dapat bertumbuh menjadi manusia yang mandiri,
4) peserta didik di daerah terpencil mendapat kesempatan untuk memperoleh
pendidikan dan ketrampilan agar dapat berkembang menjadi manusia yang memiliki
kemampuan dasar yang memadai sebagai manusia yang mandiri.40
Ketiga asas tersebut sebagai semboyang dalam pendidikan merupakan satu
kesatuan asas yang telah menjadi asas penting dalam pendidikan di Indonesia.
Pendidikan juga mengandung makna mengembangkan kodrat alam anak dengan

tuntutan agar anak didik dapat mengembangkan kehidupan lahir dan bathin menjadi
subur dan selamat, dan perkembangan peserta didik harus senantiasa diikuti dengan
memberi bantuan pada saat anak membutuhkan,
2. Asas Belajar Sepanjang Hayat
Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain
terhadap pendidikan seumur hidup ( long life education). Istilah pendidikan seumur hidup
erat kaitannya dan kadang-kadang digunakan saling bergantian dengan makna yang sama
dengan istilah belajar sepanjang hayat, kedua istilah ini memang tidak dapat dipisahkan,
tetapi dapat dibedakan. Penekanan istilah “belajar”adalah perubahan perilaku
(kognitif/afektif/psikomotor) yang relatif tetap karena pengaruh pengalaman, sedang
istilah “pendidikan” menekankan pada usaha sadar dan sistematis untuk penciptaan suatu
lingkungan yang memungkinkan pengaruh pengalaman tersebut lebih efisien efektif,
dengan kata lain, lingkungan yang membelajarkan subjek didik.

Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup, dalam proses


belajar mengajar di sekolah seyogyanya mengemban sekurang-kurangnya dua hal
pokok, yaitu; pertama; membelajarkan peserta didik dengan efisien dan efektif, dan
kedua; meningkatkan kemauan dan kemampuan belajar mandiri sebagai basis dari
belajar sepanjang hayat.

Ditinjau dari segi kependidikan, perlunya merancang suatu program atau


kurikulum yang dapat mendukung terwujudnya belajar sepanjang hayat dengan
memperhatikan dua dimensi, yaitu; Pertama, Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah
meliputi keterkaitan dan kesinambungan antar tingkatan persekolahan dan
keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan. Kedua, Dimensi
horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman belajar di
sekolah dengan pengalaman di luar sekolah. Untuk mencapai integritas pribadi yang
utuh sebagaimana gambaran manusia Indonesia seutuhnya sesuai dengan nilai-niai
Pancasila, Indonesia menganut asas pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan
sepanjang hayat memungkinkan tiap warga negara Indonesia:

a. mendapat kesempatan untuk meningkatkan kualitas diri dan kemandirian


sepanjang hidupnya,
b. mendapat kesempatan untuk memanfaatkan layanan lembaga-lembaga
pendidikan yang ada di masyarakat. Lembaga pendidikan yang ditawarkan dapat
bersifat formal, informal, non formal,
c. mendapat kesempatan mengikuti program-program pendidikan sesuai bakat,
minat, dan kemampuan dalam rangka pengembangan pribadi secara utuh menuju
profil Manusia Indonesia Seutuhnya (MIS) berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945; dan mendapat kesempatan mengembangkan diri melalui proses
pendidikan jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu sebagaimana tersurat dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003.41

Sesuai dengan uraian di atas, mengindikasikan bahwa pemerintah secara


lintas sektoral telah mengupayakan usaha-usaha untuk menjawab tantangan asas
pendidikan sepanjang hayat dengan cara pengadaan sarana dan prasarana,
kesempatan serta sumber daya manusia yang menunjang.
c. Asas Kemandirian Dalam Belajar.
Kemandirian dalam belajar diartikan sebagai aktifitas belajar yang
berlangsung lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung
jawab sendiri dari pembelajaran. Pengertian tantang belajar mandiri sampai saat ini
belum ada kesepakatan dari para ahli. Ada beberapa pandangan tentang belajar
mandiri yang diutarakan oleh para ahli seperti dipaparkan sebagai berikut:

1. Belajar Mandiri memandang siswa sebagai para manajer dan pemilik


tanggung jawab dari proses pelajaran mereka sendiri. Belajar Mandiri
mengintegrasikan self- management (manajemen konteks, menentukan setting,
sumber daya, dan tindakan) dengan self-monitoring (siswa memonitor, mengevaluasi
dan mengatur strategi belajarnya).

2. Peran kemauan dan motivasi dalam Belajar Mandiri sangat penting di dalam
memulai dan memelihara usaha siswa.
3. Di dalam belajar mandiri, kendali secara berangsur-angsur bergeser dari para
guru ke siswa. Siswa mempunyai banyak kebebasan untuk memutuskan pelajaran apa dan
tujuan apa yang hendak dicapai dan bermanfaat baginya.42
Haris Mujiman dalam Joni Raka, T 43 mencoba memberikan pengertian belajar
mandiri dengan lebih lengkap. Menurutnya belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif,
yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi
suatu masalah. Di sini belajar mandiri lebih dimaknai sebagai usaha siswa untuk melakukan
kegiatan belajar yang didasari oleh niatnya untuk menguasai suatu kompetensi tertentu.
Belajar mandiri dapat diartikan sebagai usaha individu untuk melakukan kegiatan belajar
secara sendirian maupun dengan bantuan orang lain berdasarkan motivasinya sendiri
untuk menguasai suatu materi pembelajaran. Perwujudan asas kemandirian dalam belajar
akan menempatkan guru dalam peran utama sebagai fasilitator dan motifator.

BAB IV
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Asas tut wuri handayani merupakan inti dari asas yang menegaskan bahwa setiap
orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri ( zelf-veschikkingsrecht ) dengan mengikat
tertibnya persatuan dalam prikehidupan umum.
Dalam latar pendidikan seumur hidup, proses belajar-mengajar di sekolah seyogyanya
mengemban sekurang-kurangnya dua misi, yakni membelajarkan peserta didik dengan efisien
dan efektif, dan serentak dengan itu, meningkatkan kemauan dan kemampuan belajar mandiri
sebagai basis dari belajar sepanjan hayat.
Keberadaan Asas Kemandirian dalam Belajar member istilah “berjalan sendiri”
tentunya sama dengan konsep dari “mandiri” yang dalam Asas Kemandirian dalam Belajar
bermakna “menghindari campur tangan guru namun (guru juga harus) selalu siap untuk ulur
tangan apabila diperlukan”.
Suasana dan hubungan “interaksi edukatif” antara pendidik dengan peserta didik
dengan peserta didik terjalin dalam “kasih sayang”.
Kesamaan kedudukan dan hak sebagai manusia mengandung arti bahwa hidup dan
kehidupan yang satu dengan yang lainnya sangat tergantung dan pengaruh mempengaruhi,
bukan menjadi alat dan diperalat untuk memenuhi kebutuhan orang atau kelompok tertentu.
Karena itu sangat dituntut dalam kehidupan manusia adanya kepedulian msing - masing
sebagai umat manusia, dengan mengabaikan kualitas, pangkat, status, atau posisinya masing-
masing.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Kadir, dkk. 2012. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Johnson, Elanie B. PH. D., 2009. Contextual Teaching and Learning. Bandung: Mizan Media
Utama.
Junaid, Hamzah, Sumber, Azas dan Landasan Pendidikan, Sulesana, Vol. 7,
No. 2 Tahun 2012 hlm. 94.
Syafril, Syafril and Zen, Zelhendri. 2017. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Kencana
Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Tim Pengajar.2011. Diktat Filsafat Pendidikan. UNIMED: Medan.

Anda mungkin juga menyukai