Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun memperoleh banyak bantuan dari berbagai
pihak. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Pupun Nuryani, M.pd selaku
dosen pengampu matakuliah Kajian Pedagogik yang telah memberikan bimbingan dan arahan
sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini, serta, dan rekan-rekan mahasiswa
pascasarjana program studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Pendidikan Indonesia
yang selalu berdoa dan memberikan motivasi kepada penyusun.
Penyusun
DAFTAR ISI
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis membatasi dengan hanya mengkaji
masalah-masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Asas-asas Pendidikan?
2. Bagaimana Penerapan Asas-asas Pendidikan?
B. Tujuan Makalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dibuat tujuan masalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan Asas-asas Pendidikan
2. Menjelaskan Penerapan Asas-asas Pendidikan
BAB II
Kajian Teori
3.1 Pengertian Azas-Azas Pendidika
Pada umumnya, azas bersumber dari pemikiran dan pengalaman sejarah. Sehingga dapat
dikatakan bahwa azas pendidikan merupakan tumpuan berfikir, baik pada tahap perencanaan
maupun pelaksanaan pendidikan. Azas pendidikan memiliki arti hukum atau kaidah yang
menjadi acuan kita dalam melaksanakan kegiatan pendidikan. Dengan kata lain, dapat
dikatakan bahwa azas pendidikan lebih memfokuskan perhatian kepada cara penyelenggaraan
pendidikan berdasarkan pemikiran pemikiran tentang bagaimana layaknya pendidikan
tersebut diselenggarakan. Khusus untuk pendidikan di Indonesia, terdapat beberapa asas
pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Diantara
asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar Sepanjang Hayat, Asas
Kemandirian dalam Belajar, Asas Kasih Sayang, Asas Demokrasi, Asas Keterbukaan dan
Asas Tanggungjawab, Asas Kualitas dan Asas Panca Darma Taman Siswa.
3.2.3. Asas
Kemandirian dalam Belajar
Setiap peserta didik diharapkan memiliki kemandirian dalam belajar. Sehingga guru
disekolah adalah seorang fasilitator, motivator, organisator, dan informator. Kemandirian
dalam belajar ini harus ditanamkan sejak dini dan terus dikembangkan melalui kegiatan
kurikuler maupun ekstra-kurikuler. Baik asas tut wuri handayani maupun belajar sepanjang
hayat secara langsung erat kaitannya dengan asas kemandirian dalam belajar. Asas tut wuri
handayani bertolak pada prinsipnya bertolak dari asumsi kemampuan siswa untuk mandiri,
termasuk mandiri dalam belajar.
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalam peran
utama sebagai fasilitator dan motivator, di samping peran-peran lain: Informator, organisator,
dan sebagainya.
Interaksi yang didasarkan pada asas tersebut yang berlangsung dalam proses pendidikan,
itulah yang disebut dengan interaksi edukatif. Suasana dan hubungan “interaksi edukatif”
antara pendidik dengan peserta didik dengan peserta didik terjalin dalam “kasih sayang”
(Nursid Sumaatmadja. 2002:60). Menciptakan dan membina kasih sayang antara pendidik
dengan peserta didik, selain memelihara hubungan yang harmonis, terutama juga membina
dan menumbuhkan kasih sayang dalam diri peserta didik sebagai anugerah Tuhan Yang
Maha Kuasa, yang sejogyanya diwarisi oleh setiap individu sebagai ciptaan Tuhan.
Komunikasi kasih sayang dalam suasana interaksi edukatif, diharapkan dapat membina
kemampuan peserta didik berkomunikasi dengan siapapun, dalam kesempatan yang
bagaimanapun, dan kurun waktu yang bagaimanapun, tetap dalam suasana harmonis diliputi
oleh kasih sayang.
Asas kasih sayang memiliki makna yang sangat berarti dalam proses kegiatan pendidika
yang dilandasi oleh tanggungjawab menciptakan dan membina sumberdaya manusia yang
perilakunya berpijak pada kasih sayang.
Khusus di Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam
merancang dan melaksanakan pendidikan nasional. Asas-asas tersebut bersumber dari
pemikiran dan pengalaman sepanjang sejarah perkembangan pendidikan di
Indonesia. Diantara asas tersebut, ada tiga asas yang diuraikan secara mendetail, yaitu;
Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan Asas Kemandirian
dalam Belajar.34 Ketiga asas itu dianggap sangat relevan dengan upaya pembinaan dan
pengembangan pendidikan nasional, baik masa kini maupun masa datang. Oleh
karena itu, setiap tenaga kependidikan harus memahami dengan tepat ketiga asas
tersebut agar dapat menerapkannya dengan semestinya dalam penyeleenggaraan
pendidikan sehari-hari.
a. Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di depan memberi contoh) adalah hal yang baik
mengingat kebutuhan anak maupun pertimbangan guru. Di bagian depan, seorang
guru akan membawa buah pikiran para muridnya itu ke dalam sistem ilmu
pengetahuan yang lebih luas. Ia menempatkan pikiran / gagasan / pendapat para
muridnya dalam cakrawala yang baru, yang lebih luas. Dalam posisi ini ia
membimbing dan memberi teladan. Akhirnya, dengan filosofi semacam ini, siswa
(dengan bantuan guru dan teman-temannya ) mengkonstruksi pengetahuannya
sendiri di antara pengetahuan yang telah dikonstruksi oleh banyak orang termasuk
oleh para ahli.
b. Ing Madya Mangu Karsa (di tengah membangkitkan kehendak) diterapkan
dalam situasi ketika anak didik kurang bergairah atau ragu-ragu untuk mengambil
keputusan atau tindakan, sehingga perlu diupayakan untuk memperkuat motivasi.
Dan, guru maju ke tengah-tengah (pemikiran) para muridnya. Dalam posisi ini ia
menciptakan situasi yang memungkinkan para muridnya mengembangkan,
memperbaiki, mempertajam, atau bahkan mungkin mengganti pengetahuan yang
telah dimilikinya itu sehingga diperoleh pengetahuan baru yang lebih masuk akal,
lebih jelas, dan lebih banyak manfaatnya. Guru mungkin mengajukan pertanyaan,
atau mungkin mengajukan gagasan/argumentasi tandingan. Mungkin juga ia
mengikuti jalan pikiran siswa sampai pada suatu kesimpulan yang bisa benar atau
bisa salah, dsb. Pendek kata, di tengah seorang guru menciptakan situasi yang
membuat siswa berolah pikir secara kritis untuk menelaah buah pikirannya sendiri
atau orang lain. Guru menciptakan situasi agar terjadi perubahan konsepsional dalam
pikiran siswa-siswanya. Yang salah diganti yang benar, yang keliru diperbaiki, yang
kurang tajam dipertajam, yang kurang lengkap dilengkapi, dan yang kurang masuk
akal argumentasinya diperbaiki.
c. Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan). Asas ini memberi
kesempatan anak didik untuk melakukan usaha sendiri, dan ada kemungkinan
melakukan kesalahan, tanpa ada tindakan (hukuman) pendidik.39 Hal itu tidak
menjadikan masalah, karena menurut Ki Hajar Dewantara, setiap kesalahan yang
dilakukan anak didik akan membawa pidananya sendiri, karena tidak ada pendidik
sebagai pemimpin yang mendorong datangnya hukuman tersebut. Dengan demikian,
setiap kesalahan yang dialami peserta didik bersifat mendidik. Maksud tut wuri
handayani adalah sebagai pendidik hendaknya mampu menyalurkan dan
mengarahkan perilaku dan segala tindakan sisiwa untuk mencapai tujuan pendidikan
yang telah dirancang. Implikasi dari penerapan asas ini dalam pendidikan adalah
sebagai berikut :
tuntutan agar anak didik dapat mengembangkan kehidupan lahir dan bathin menjadi
subur dan selamat, dan perkembangan peserta didik harus senantiasa diikuti dengan
memberi bantuan pada saat anak membutuhkan,
2. Asas Belajar Sepanjang Hayat
Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain
terhadap pendidikan seumur hidup ( long life education). Istilah pendidikan seumur hidup
erat kaitannya dan kadang-kadang digunakan saling bergantian dengan makna yang sama
dengan istilah belajar sepanjang hayat, kedua istilah ini memang tidak dapat dipisahkan,
tetapi dapat dibedakan. Penekanan istilah “belajar”adalah perubahan perilaku
(kognitif/afektif/psikomotor) yang relatif tetap karena pengaruh pengalaman, sedang
istilah “pendidikan” menekankan pada usaha sadar dan sistematis untuk penciptaan suatu
lingkungan yang memungkinkan pengaruh pengalaman tersebut lebih efisien efektif,
dengan kata lain, lingkungan yang membelajarkan subjek didik.
2. Peran kemauan dan motivasi dalam Belajar Mandiri sangat penting di dalam
memulai dan memelihara usaha siswa.
3. Di dalam belajar mandiri, kendali secara berangsur-angsur bergeser dari para
guru ke siswa. Siswa mempunyai banyak kebebasan untuk memutuskan pelajaran apa dan
tujuan apa yang hendak dicapai dan bermanfaat baginya.42
Haris Mujiman dalam Joni Raka, T 43 mencoba memberikan pengertian belajar
mandiri dengan lebih lengkap. Menurutnya belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif,
yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi
suatu masalah. Di sini belajar mandiri lebih dimaknai sebagai usaha siswa untuk melakukan
kegiatan belajar yang didasari oleh niatnya untuk menguasai suatu kompetensi tertentu.
Belajar mandiri dapat diartikan sebagai usaha individu untuk melakukan kegiatan belajar
secara sendirian maupun dengan bantuan orang lain berdasarkan motivasinya sendiri
untuk menguasai suatu materi pembelajaran. Perwujudan asas kemandirian dalam belajar
akan menempatkan guru dalam peran utama sebagai fasilitator dan motifator.
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Asas tut wuri handayani merupakan inti dari asas yang menegaskan bahwa setiap
orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri ( zelf-veschikkingsrecht ) dengan mengikat
tertibnya persatuan dalam prikehidupan umum.
Dalam latar pendidikan seumur hidup, proses belajar-mengajar di sekolah seyogyanya
mengemban sekurang-kurangnya dua misi, yakni membelajarkan peserta didik dengan efisien
dan efektif, dan serentak dengan itu, meningkatkan kemauan dan kemampuan belajar mandiri
sebagai basis dari belajar sepanjan hayat.
Keberadaan Asas Kemandirian dalam Belajar member istilah “berjalan sendiri”
tentunya sama dengan konsep dari “mandiri” yang dalam Asas Kemandirian dalam Belajar
bermakna “menghindari campur tangan guru namun (guru juga harus) selalu siap untuk ulur
tangan apabila diperlukan”.
Suasana dan hubungan “interaksi edukatif” antara pendidik dengan peserta didik
dengan peserta didik terjalin dalam “kasih sayang”.
Kesamaan kedudukan dan hak sebagai manusia mengandung arti bahwa hidup dan
kehidupan yang satu dengan yang lainnya sangat tergantung dan pengaruh mempengaruhi,
bukan menjadi alat dan diperalat untuk memenuhi kebutuhan orang atau kelompok tertentu.
Karena itu sangat dituntut dalam kehidupan manusia adanya kepedulian msing - masing
sebagai umat manusia, dengan mengabaikan kualitas, pangkat, status, atau posisinya masing-
masing.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Kadir, dkk. 2012. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Johnson, Elanie B. PH. D., 2009. Contextual Teaching and Learning. Bandung: Mizan Media
Utama.
Junaid, Hamzah, Sumber, Azas dan Landasan Pendidikan, Sulesana, Vol. 7,
No. 2 Tahun 2012 hlm. 94.
Syafril, Syafril and Zen, Zelhendri. 2017. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Kencana
Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Tim Pengajar.2011. Diktat Filsafat Pendidikan. UNIMED: Medan.