Anda di halaman 1dari 10

A.

Konsep Temperatur dan Hukum ke Nol Termodinamika


1. Konsep Temperatur

Gambar 1.1 Grafik Perubahan Fase Es


Grafik di atas merupakan grafik perubahan wujud es menjadi uap pada tekanan 1
atmosfer. Jika sejumlah es yang memiliki suhu di bawah 0°C dipanaskan (diberikan
kalor) hingga suhunya mencapai di atas 100°C, maka es tersebut akan berubah wujud dari
berbentuk padat menjadi cair kemudian menjadi gas (uap). Perubahan wujud es menjadi
uap dapat diamati pada gambar grafik di atas. Adapun keterangan grafik di atas yakni
sebagai berikut.
Garis A – B menunjukan es mengalami kenaikan suhu dari -T°C hingga menjadi 0°C
akibat diberikannya sejumlah kalor. Dalam hal ini zat masih dalam wujud padat (es).
Adapun rumus yang berlaku pada garis A-B yakni:

Q = m. ces. ΔT

Garis B – C menunjukan walaupun sejumlah kalor diberikan pada zat, suhunya tetap 0°C
tetapi es mulai mengalami perubahan wujud dari padatan menjadi berbentuk cair. Adapun
rumus yang berlaku pada garis B-C yakni:

Q = m. Lf
Garis C–D menunjukan air mengalami kenaikan suhu dari 0°C
hingga mendidih pada suhu 100°C akibat diberikannya sejumlah kalor. Dalam hal ini zat
dalam wujud cairan (air). Adapun rumus yang berlaku pada garis C-D yakni:

Q = m. cair. ΔT
Garis D–E menunjukan walaupun sejumlah kalor diberikan pada zat, suhunya tetap
100°C tetapi air mulai mengalami perubahan wujud dari cair menjadi gas (uap). Adapun
rumus yang berlaku pada garis D-E yakni:

Q = m. Lu

Penjelasan di atas memberikan beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:

1. Rasa kepanasan (hot) suatu benda yang disebut temperatur.


2. Jumlah panas yang menyebabkan perubahan rasa kepanasan yang disebut kalor.
3. Boleh dinyatakan:
a) Temperatur merupakan tingkat atau derajat panasnya suatu benda yang
menentukan arah perpindahan kalor.
b) Temperatur merupakan besaran yang dimiliki oleh dua benda atau lebih yang
bersentuhan melalui dinding diatermis yang ada dalam keadaan setimbang termal.
Pada contoh di atas dinding diatermis berwujud tabung yang terbuat dari gelas.
4. Perubahan fase merupakan perubahan tingkat wujud zat, misalnya: tingkat wujud
padat ke cair, tingkat wujud cair ke gas. Pada proses perubahan fase pada tekanan
tetap, temperatur benda selalu tetap. Kalor yang diberikan atau kalor yang dilepaskan
pada saat perubahan fase harganya juga tetap dan disebut sebagai kalor laten.
5. Kalor yang diberikan pada proses kenaikan temperatur bergantung pada jenis benda
dan sebanding dengan massa benda serta kenaikan temperatur benda. Jenis benda
ditandai dengan besaran yang disebut kapasitas kalor benda. Kapasitas kalor
didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah panas yang diberikan kepada suatu
benda dengan kenaikan temperatur benda.

Definisi ini dapat diformulasikan secara matematissebagai berikut:


𝑑𝑄
𝐶= dengan satuan 𝐽𝐾 −1 ...................................................................... (1)
𝑑𝑇

Kapasitas kalor jenis didefinisikan sebagai kapasitas kalor per massa benda. Definisi ini
dapat diformulasikan secara matematis sebagai berikut.
𝐶 𝑑𝑄
𝑐 = 𝑚 = 𝑚 𝑑𝑇 dengan satuan 𝐽𝑘𝑔−1 𝐾 −1 ................................................... (2)

Persamaan (2) biasa ditulis seperti persamaan (3) berikut.


𝑑𝑄 = 𝑚 𝑐 𝑑𝑇 dengan satuan 𝐽 .................................................................. (3)
Perubahan fase pada contoh di atas dapat dijelaskan lebih lengkap dengan gambar 1.2
berikut:

Gambar 1.2 Perubahan Fase Zat (Benda)

Air (H2O) dalam fase padat bentuk dan volumenya tidak berubah. Air dalam fase
padat disebut es. Jika es dinaikkan temperaturnya, es mulai mencair dan akhirnya es
berubah menjadi air semuanya. Dalam perubahan fase dari fase padat ke fase cair
temperatur zat tetap dan disebut sebagai titik lebur. Kalor yang terlibat dalam perubahan
fase ini disebut kalor laten, dalam hal ini disebut kalor lebur. Sedangkan proses perubahan
fase padat ke fase cair disebut mencair.
Air (H2O) dalam fase cair disebut air. Air volumenya tetap tetapi bentuknya
berubah-ubah sesuai dengan wadahnya. Jika air dinaikkan temperaturnya, maka air mulai
mendidih dan berubah sifatnya menjadi uap air (H2 O). Dalam perubahan fase dari fase

cair ke fase gas temperatur zat tetap dan disebut sebagai titik uap. Kalor yang terlibat
dalam perubahan fase ini disebut kalor laten, dalam hal ini disebut kalor penguapan.
Sedangkan proses perubahan fase cair ke fase gas disebut menguap.
Proses sebaliknya adalah perubahan fase gas ke fase cair dan dari fase cair ke fase
padat. Perubahan dari fase gas ke fase cair zat melepaskan kalor dan temperaturnya turun.
Dalam perubahan fase ini dikenal titik embun dan kalor yang terlibat di dalamnya disebut
kalor pengembunan. Proses perubahan fase gas ke fase cair disebut mengembun.
Sedangkan pada proses perubahan fase cair ke fase padat dikenal titik beku dan
kalor yang terlibat di dalamnya disebut sebagai kalor pembekuan. Proses perubahan fase
cair ke fase padat disebut membeku.
Jika kondisi alam memungkinkan, maka fase gas dapat berubah langsung ke fase
padat atau sebaliknya. Perubahan dari fase gas ke fase padat disebut menyublim. Dalam
peristiwa menyublim dikenal titik sublimasi dan kalor yang terlibat di dalamnya disebut
kalor sublimasi. Sedangkan perubahan dari fase padat ke fase gas disebut melenyap (ada
orang yang menyebut menyublim). Dalam peristiwa melenyap dikenal titik lenyap (ada
orang yang menyebut titik sublimasi) dan kalor yang terlibat di dalamnya disebut kalor
pelenyapan (ada orang yang menyebut kalor sublimasi).
Dari uraian tersebut di atas dikenal temperatur tetap pada perubahan fase zat, yaitu:
1. Titik embun = Titik uap
2. Titk lebur = Titik beku
3. Titik sublimasi = Titik lenyap.
Dari uraian tersebut di atas juga dikenal istilah kalor laten, yaitu kalor yang
diperlukan atau dilepaskan pada saat perubahan fase zat. Kalor laten tersebut adalah:
1. Kalor pengembunan = kalor penguapan
2. Kalor lebur = kalor beku dan
3. Kalor sublimasi = kalor pelenyapan.
Konsep temperatur juga dapat difahami melalui ilustrasi berikut:

Gambar 1.3 Konsep Temperatur Udara


Gambar 1.3 melukiskan adanya partikel udara dalam suatu wadah. Masing-masing
partikel udara mempunyai massa = m dan kecepatan = v. Partikel udara bergerak kesana-
kemari, bertumbukan dengan partikel lainnya dan bertumbukan pula dengan dinding
wadahnya. Andaikan tumbukan yang terjadi lenting sempurna, maka kelajuan partikel
udara adalah tetap, cuma arahnya yang berubah.

Partikel udara punya massa dan bergerak dengan kecepatan tertentu, maka partikel
udara mempunyai momentum sebesar p = m v dan mempunyai energi kinetik sebesar Ek
2
= ½ m v . Andaikan jumlah total massa partikel udara dalam wadah adalah M dan
kecepatan rata-ratanya adalah vave, maka energi kinetik total partikel udara dalam wadah
2
adalah EK = ½ m vave . Akibat gerakan partikel udara dalam wadah, maka udara

mempunyai temperatur sebesar T. Harga tempertaur ini sebanding dengan energi kinetik
total partikel udara dalam wadah, yaitu:
2⁄ 𝐸𝐾 1⁄ 𝑀𝑣 2
3 3 𝑎𝑣𝑒
𝑇= = ..................................................................................... (4)
𝑘 𝑘

dengan k adalah konstante Boltzmann yang nilainya


–16
= 1, 37 x 10 erg / atom K
–16
= 1, 37 x 10 erg / mole K
–25
= 1, 36 x 10 L atm / mole K
–23
= 1, 38 x 10 J / mole K.

Menurut Moran dan Shapiro (2004), Konsep temperatur berasal dari perasaan
“panas” atau “dingin” yang dihasilkan indra manusia. Melalui sentuhan manusia dapat
membedakan dan menyusun benda berdasarkan panasnya. Namun demikian indera
manusia tidak mampu mengukur perbedaan panas ini secara akurat.

2. Hukum ke Nol Termodinamika

Yang menjadi objek penelitian atau penyelidikan termodinamika disebut sistem.


Contoh sistem adalah: padatan, cairan, gas, batere, sepotong logam, dan mesin. Segala
sesuatu di luar sistem disebut lingkungan sistem.

SISTEM + LINGKUNGAN = ALAM RAYA

Antara sistem dan lingkungan sistem terdapat dinding pemisah dan dapat terjadi interaksi
kalor atau interaksi termal atau interaksi pengadaan usaha. Jika interaksi antara sistem
dengan lingkungan sistem ini dicegah oleh dinding pemisah lainnya, sehingga tidak
terjadi interaksi, maka sistem disebut sistem terisolasi.

Gambar 1.4 Kotak Termal Diatermik

Pada kontak diatermik diperoleh hubungan matematis:


(X1 ′ Y1 ′) = (X2 ′Y2 ′) ......................................................................................... (5)

Pada kontak termal melalui dinding adiabatis, tidak terjadi perpindahan kalor dari sistem
yang pertama ke sistem yang kedua atau sebaliknya, sehingga tidak terjadi perubahan
apapun pada koordinat masing-masing sistem. Akibatnya tidak terjadi hubungan apapun
(X1 ′ Y1 ′) dan (X2 ′Y2 ′).

Hukum ke nol termodinamika dapat dilukiskan seperti gambar 1.5

Gambar 1.5 Hukum ke nol termodinamika

Apabila system A berada dalam keadaan setimbang termal dengan sistem B dan sistem
A juga dalam keadaan setimbang termal dengan sistem C, maka sistem B juga berada
dalam keadaan setimbang termal dengan sistem C.

B. Pengukuran Temperatur

Thermometric Property dilambangkan sebagai X, maka X = X (T). Ini berarti


Thermometric Property (X) sebagai fungsi temperatur (T). Fungsi ini dapat dipilih atau
ditentukan sendiri oleh pembuat termometer. Pilihan yang ditetapkan akan menentukan
sifat skala termometer. Dalam kasus ini, memilih diartikan sebagai menentukan kondisi
dan konstruksi termometer sedemikan rupa sehingga skala linier atau skala lainnya dapat
tercapai.

Demi kemudahan pembacaan skala pada termometer, X selalu dipilih sebagai fungsi
linier dari T. Pilihan demikian menghasilkan skala termometer yang dipilih bersifat linier
pula. Ini berarti

X = c T ............................................................................................................. (6)
Persamaan 6 dapat diubah ke dalam bentuk X / T = c atau X1 / T1 = X2 / T2 dengan kata

lain X / T pada setiap keadaan harus bernilai sama, dalam arti kenaikan satu skala pada
termometer selalu sama. Inilah yang dimaksud dengan fungsi linier.

Dalam sistem satuan internasional telah disepakati, bahwa titik acuan untuk
temperatur adalah temperatur tripel air. Temperatur tripel air adalah temperatur air murni
yang berada dalam keadaan setimbang termal dengan es dan uap air jenuhnya.
Temperatur ini berharga 273,16 K (Kelvin) dan dapat direalisasikan dengan
menggunakan sel tripel.

Jika T = temperatur yang hendak diketahui, X = harga Thermometric Property pada


temperatur yang hendak diukur, T1 = temperatur acuan yang dipilih, dan X1 = harga

Thermometric Property pada temperatur acuan atau temperatur yang dipilih, maka
dengan menggunakan temperatur titik tripel dapat diperoleh persamaan:

T = 273,16 (X⁄X ) K (Kelvin)....................................................................... (7)


1

C. Syarat Termometri

Dalam pengukuran temperatur (termometri) dengan menggunakan perubahan sifat


fisis suatu zat diperlukan syarat-syarat termometri sebagai berikut.

1. Zat yang digunakan,


2. Sifat fisis zat (thermometric property), dan
3. Tingkatan kuantitatif yang menyatakan besar kecilnya temperatur.
Ketiga syarat termometri ini saling kait mengait sulit untuk dipisahkan. Sifat fisis
tergantung pada zat yang digunakan, sedangkan batas-batas ukuran kuantitatif yang dapat
dicapai termometer bergantung kepada zat dan sifat fisis zat yang digunakan. Oleh sebab
itu, dalam pembuatan termometer harus diperhatikan ketiga syarat termometri tersebut.
Adapun zat yang sering digunakan dalam pengukuran temperatur (termometri) antara
lain:
1. zat padat, misalnya: platina dan alumel.
2. zat cair, misalnya: airraksa (raksa) dan alkohol.
3. zat gas, misalnya: udara, zat air, dan zat lemas.
Sifat-sifat fisis zat yang sering digunakan dalam pengukuran temperatur (termometri)
antara lain:
1. Perubahan volume gas.
2. Perubahan tekanan gas.
3. Perubahan panjang kolom cairan.
4. Perubahan harga hambatan listrik atau hambatan jenis.
5. Perubahan gaya gerak listrik.
6. Perubahan harga kuat arus listrik.
7. Perubahan intensitas cahaya karena perubahan temperatur.
8. Perubahan warna zat.
9. Perubahan panjang dua logam yang berlainan jenisnya.
D. Jenis-jenis Termometer

1. Termometer Gas Volume Tetap

Sesuai dengan namanya, termometer ini dibuat berdasarkan pada perubahan tekanan
gas karena adanya perubahan temperatur. Volume gas dapat membesar karena kenaikan
temperatur yang diikuti oleh penurunan tekanan gas dan dapat mengecil karena
penurunan temperatur yang diikuti oleh kenaikan tekanan gas. Jadi, pada termometer gas
volume tetap, thermometric property-nya adalah tekanan gas (p) yang diwakili oleh
perubahan panjang kolom air raksa (raksa). Ini berarti p = p (T). Adapun bentuk skematis
termometer gas volume tetap seperti dilukiskan pada gambar 1.6 berikut.

Gambar 1.6 termometer gas volume tetap

Apabila benda yang akan diukur temperaturnya (A) disentuhkan pada bola B, maka
gas dalam bola B akan memuai dan mendesak air raksa dalam pipa C ke bawah dan dalam
pipa E ke atas. Pipa C dan pipa E dihubungkan dengan pipa karet D yang lentur dan dapat
ditarik ke bawah atau ke atas.
Apabila gas bola B memuai dan mendesak air raksa dalam pipa C, maka volume
gas bertambah. Agar volume gas tetap seperti semula, yaitu pada pengatur permukaan
raksa, maka pipa karet D dapat dinaikkan atau diturunkan, sehingga volume gas pada bola
B dapat dijaga tetap.

Pada keadaan 1, misalnya pada titik tetap es yang sedang melebur atau air yang
sedang membeku di bawah tekanan udara luar 1 atmosfer, tinggi raksa adalah h1 dan

tekanannya p1. Pada keadaan 2, misalnya pada titik didih air atau titik embun air di bawah

tekanan udara luar

1 atmosfer, tinggi raksa adalah h2 dan tekanannya adalah P2. Dalam hal ini kita

dapat melakukan interpolasi linier (membuat titik-titik atau harga tertentu diantara kedua

titik tetap) dan ekstrapolasi linier (membuat titik-titik tertentu di luar kedua titik tetap).

Jika kaki-kaki manometer mempunyai luas penampang yang sama, misalnya seluas

A, tinggi cairan raksa yang berada di atas tanda volume tetap (pengatur permukaan raksa)

adalah h, sedangkan massa jenis raksa adalah ρ, maka untuk percepatan gravitasi bumi g

dan tekanan udara luar sebesar po, berlaku persamaan-persamaan berikut.

p1 = po + ρ g h1

p2 = po + ρ g h2

p = po + ρ g h

Dengan menggunakan persamaan (p V / T) = C dengan volume V tetap dan subsitusi

sederhana dapat diperoleh persamaan:

T = 𝑇1 + {(ℎ − ℎ1 )/(ℎ2 − ℎ1 )}{𝑇2 − 𝑇} ...................................................... (8)

2. Termometer Gas Tekanan Tetap

Termometer gas tekanan tetap dibuat berdasarkan pada perubahan volume gas yang
berubah karena adanya perubahan temperatur. Pada proses volume tetap, kenaikan temperatur
mengakibatkan tekanan gas naik dan sebaliknya penurunan temperatur akan mengakibatkan
tekanan gas menurun. Pada proses tekanan tetap, volume gas akan bertambah jika temperatur
gas naik dan sebaliknya volume gas akan mengecil jika temperatur gas turun. Jadi, pada
termometer gas tekanan tetap, thermometric property-nya adalah volume gas (V) yang
diwakili oleh panjang kolom air raksa. Ini berarti V = V (T). Dengan cara yang sama seperti
di atas, dapat dituliskan persamaan berikut.

𝑉−𝑉
T = 𝑇1 + {𝑉 −𝑉1 } (𝑇2 − 𝑇1 ) ............................................................................ (9)
2 1

Anda mungkin juga menyukai