Anda di halaman 1dari 25

TUGAS

ENTREPRENEURSHIP
(Motivasi dan Keinginan Berwirausaha Mahasiswa)

Disusun untuk memenuhi tugas kewirausahaan

Disusun oleh:

NIM : 10114525

Nama : Cahyanto Setya Budi

Kelas : KWU - 9

PRODI TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER


UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
2017
Daftar Isi
Abstrak .................................................................................................................................................... 3
BAB I Pendahuluan.................................................................................................................................. 4
A. Latar Belakang............................................................................................................................. 4
B. Identifikasi masalah .................................................................................................................... 4
C. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 5
D. Tujuan ......................................................................................................................................... 5
E. Kegunaan .................................................................................................................................... 5
BAB II Landasan Teori.............................................................................................................................. 6
1. Pengertian Motivasi .................................................................................................................... 6
2. Pengertian Entrepreneur ............................................................................................................ 7
3. Pendidikan Entepreneurship....................................................................................................... 9
4. Pentingnya Motivasi Wirausaha Mahasiswa .............................................................................. 9
5. Manfaat Berwirausaha.............................................................................................................. 10
BAB III Pembahasan .............................................................................................................................. 19
BAB IV Kesimpulan ................................................................................................................................ 23
1. Analisis ...................................................................................................................................... 23
2. Simpulan dan Saran .................................................................................................................. 23
BAB V Referensi .................................................................................................................................... 25
Abstrak

Sejak jaman dahulu, uang merupakan hal yang penting bagi umat manusia. Uang berguna dalam

memenuhi kebuthan hidup manusia baik primer, sekunder, maupun tersier. Tanpa uang manusia tidak

dapat hidup untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Hal tersebut juga berlaku bagi mahasiswa. Mereka membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya sehari – hari selama di Universitas. Selain untuk kebutuhan primer mereka juga

membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan yang menunjang dalam kegiatan pembelajaran

mereka di Universitas.

Seringkali uang yang diberikan orang tua mahasiswa tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan selama

mereka melakukan studi di universitas. Salah satu cara yang dapat diambil mahasiswa untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya adalah melakukan wirausaha.

Wirausahaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan yaitu tingkat hidup yang lebih baik.

Wirausaha juga seringkali muncul selain sebagai pemasukan tambahan bagi mahasiswa untuk

memenuhi kebutuhan hidup, mahasiswa juga cenderung melakukan hal – hal baru.
BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Mahasiswa merupakan generasi yang dipersiapkan untuk melanjutkan estafet kepemimpinan bangsa.

Mahasiswa diharapkan dapat berperan besar dalam kemajuan suatu bangsa. Setiap mahasiswa

diberikan ilmu yang spesifik sesuai dengan jurusanya sebagai bekal untuk diri sendiri dan juga

diharapkan dapat berkontribusi dalam kemajuan bangsa dan negara.

Melalui pendidikan diharapkan adanya pola pikir dari masa remaja menuju masa dewasa yang dapat

dilihat dari perubahan gaya hidup dan perbubahan sikap dalam kehidupan. Selain itu perubahan yang

diharapkan terjadi kepada mahasiswa adalah perubahan pola pikir. Perubahan pola pikir diantaranya

adalah perubahan yang lebih luas dan universal dalam menganalisa sesuatu.

Saat ini pola pikir mahasiswa untuk menjadi pegawai setelah lulus kuliah masih tinggi. Dari kondisi

tersebut dapat kita simpulkan bahwa kurangnya motivasi mahasiswa untuk melakukan wirausah

setelah lulus. Hal ini tentu saja cukup memprihatinkan seorang mahasiswa yang diharapkan

berkontribusi dalam kemajuan bangsa justru melakukan controh yang sebaliknya.

B. Identifikasi masalah

Melaui latar belakang diatas, maka identifikasi masalah yang sering terjadi yaitu:

1. Kurangnya semangat untuk berwirausah setelah lulus.

2. Rendahnya motivasi mahasiswa untuk belajar berwirausaha.

3. Kurangnya minat mahasiwa mengikuti program kewirausahaan.

4. Masih tingginya mahasiswa yang tidak berwirausaha setelah mengikuti program

kewirausahaan

5. Tingginya mahasiswa bercita – cita menjadi pegawai setelah wisuda.


C. Rumusan Masalah

Dari masalah yang ada, dirumuskan pertanyaan yang membantu menjawab permasalah yang ada

yaitu:

1. Jenis wirausaha apa yang dapat ditekuni?

2. Mengapa harus melakukan wirausaha?

3. Kesulitan apa yang sering dihadapi saat berwirausaha?

4. Bagamaina cara berwirausaha setelah lulus?

D. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas yang sudah dibuat sebelumnya, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui alasan mahasiswa berwirausaha

2. Mengetahui masalah apa yang dihadapi mahasiswa saat melakukan wirausaha

3. Mengetahui alasan mahasiswa enggan berwirausaha

4. Mengetahui langkah wirausah setelah lulus

E. Kegunaan

Penelitian ini berguna sebagai:

1. Memotivasi mahasiswa untu berwirausaha seteleha lulus

2. Memberikan solusi pada kendala mahasiswa yang akan melakukan wirausaha.

3. Sebagai masukan kepada mahasiswa untuk melakukan wirausaha saat masih kuliah.
BAB II

Landasan Teori

1. Pengertian Motivasi

Menurut Abraham Maslow (1943 - 1970) menyatakan bahwa pada dasarnya semua manusia

memiliki kebutuhan pokok. Menurut teori tersebut, manusia mempunyai 5 tingkatan untuk

memnuhi kebutuhan hidup. Kebutuh tersebut terdiri dari kebutuhan mendesak dan kebutuhan

lainnya yang muncul dengan sendirinya setelah kebutuhan lain terpenuhi. Dengan demikian

isimpulkan bahwa kebutuhan puncak akan muncul jika kebutuhan lain yang berada

dibawahnya terpenuhi dan jika belum terpenuhi maka kebutuhan tersebut tidak akan

mengalami peningkatangan ke kebutuhan selanjutnya. Kebutuhan ini dapat juga membedakan

setiap manusia dari tingkat kesejahteraan hidupnya. Berikut bentuk hirarki nya:

 Kebutuhan fisiologis terdiri dari rasa lapar, rasa haus, tempat tinggal, tidur, sex, dan

sebagainya.

 Kebutuhan rasa aman merupakan kebutuhan merasa akan aman dan terlindung dari bebagai

macam bahaya.
 Kebutuhan rasa cinta merupakan kebutuhan berafiliasi dengan orang lain, diterima,

memiliki, dan lain sebagainya.

 Kebutuhan akan penghargaan seperti berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan

dukungan serta pengakuan.

 Kebutuhan aktualisasi diri seperti mendapatkan kepuasan diri, menyadari potensinya,

pengalaman, puncak karir, dan sebagainya.

Setiap manusia pasti akan melewati tingkatan tersebut dan berusaha untuk memenuhinya selama

hidupnya, tetapi hanya akan sedikit orang yang dapat mencapai tingkatan tertingginya.

2. Pengertian Entrepreneur

Ada beberapa definisi tentang entrepreneur. Salah satunya adalah Casson (2003) menyebutkan

bahwa ada dua pendekatan untuk menjelaskan pengusaha; Pendekatan fungsional dan pendekatan

indikatif. Pendekatan fungsional menggambarkan entrepreneur sebagai seseorang yang melakukan

aktivitas kewirausahaan. Ini adalah seseorang yang melakukan tugas seorang wirausahawan.

Sementara, pendekatan fungsional menggambarkan pengusaha dengan cara yang lebih umum,

pendekatan indikatif mendefinisikan wirausahawan dengan cara yang lebih praktis dan masuk akal.

Pendekatan indikatif menggambarkan pengusaha berdasarkan pangkat mereka di masyarakat

mereka, hak hukum, dan terikat dalam hubungan dengan kelompok politik manapun. Selanjutnya,

Hisrich, Peters, Shepherd (2005) menjelaskan tentang wirausahawan sebagai orang yang mengambil

risiko dan menciptakan inovasi. Dengan cara yang sama, entrepreneur sebagai pribadi yang terus

menerus membuat sesuatu yang baru yang mengidentifikasikan pentingnya mengamati peluang

(Thompson, 2004). Dengan cara lain, Gurusamy (2009) juga menyebutkan bahwa pengusaha sebagai

orang yang menciptakan inovasi di negara maju. Di negara terbelakang, peniru bisa disebut sebagai

pengusaha. Dia juga menyatakan bahwa entrepreneur adalah seseorang yang mengabaikan
pengukuran dan tipe tertentu, pengusaha membangun sendiri produksi, sistem bisnis, dan unit

bisnisnya. Ide pengusaha yang paling penting adalah mengelola perusahaannya sendiri.

Menurut Eddy Soeryanto Soegoto (2016:25) mendefinisikan bahwa Entrepreneur adalah orang yang

berjiwa kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, ulet dan tekun, rajin, disiplin, siap menghadapi resiko,

jeli melihat dan meraih peluang, piawai mengelola sumber daya, dalam membangun,

mengembangkan, memajukan, dan menjadikan usaha atau perusahaanya unggul. Seorang

entrepreneur adalah orang yang pandai melihat dan memanfaatkan peluang dan selanjutnya

menciptakan organisasi untuk memajukan peluang tersebut. Sedangakan menurut Geoffrey G.

Meredith (1995:27) menjelaskan bahwa Entrepreneur adalah orang yang mempunya kemampuan

melihat dan menilai kesempatan – kesempatan bisinis, mengumpulkan sumber-sumber daya yang

dibutuhkan guna mengambil keuntungan daripadanya serta mengambil tindakan yang tepat, guna

memastikan kesuksesan. Sementara itu Skinner (1992:27) menyatakan bahwa Entrepreneur adalah

seseorang yang mengambil resiko yang diperlukan untuk mengorganisasikan dan mengelola suatu

bisnis dan menerima imbalan jasa berupa profit nonfinancial. Berdasarkan pendapat diatas dapat

disimpulkan bahwa entrepreneur merupakan kemampuan seseorang dalam mengelola semua

peluang menjadi sesuatu yang bermanfaat dan mempunyai nilai ekonomi. Kewirausahaan dapat

dilakukan secara individu maupun kelompok. Seorang wirausaha juga harus mempunyai mental yang

kuat sehingga dapat mengendalikan emosi.

Definisi pengusaha lain yang berasal dari Krishna (2013) yang menyatakan wiraswasta adalah

seseorang yang mengembangkan sesuatu yang belum dikembangkan, mengatur produksi, mengambil

risiko, dan mengelola ketidakpastian ekonomi. Pengusaha juga potensial dan dicirikan dengan

imajinasi yang hebat, dilengkapi dengan keahlian khusus untuk mengenalkan gagasan baru, atau

untuk meniru identitas, teknologi yang lebih baik dan siap menerima risiko yang terlibat di dalamnya.

Pengusaha juga tahu cara fungsi produksi berfluktuasi dan menggunakannya sebagai faktor produksi

yang berbeda untuk meningkatkan potensi ekonomi Gurusamy (2009).


3. Pendidikan Entepreneurship

Kewirausahaan berbicara tentang proses keterampilan seseorang untuk mengubah gagasan menjadi

tindakan. Proses ini mencakup kreativitas, inovasi dan keberanian untuk mengambil risiko, termasuk

merencanakan dan mengelola pekerjaan agar berhasil mencapai tujuan (Commission Communication,

2006). Definisi lainnya berasal dari Yalcin dan Kapu (2008) yang mengatakan bahwa kewirausahaan

sebagai proses yang terdiri dari tiga dimensi penting yang berbeda: motif kewirausahaan, masalah dan

peluang. Sementara di sisi pendidikan, kewiraswastaan tidak harus dicampur dengan bisnis umum dan

jurusan Ekonomi. Tujuan utamanya adalah untuk mendorong kreativitas, inovasi dan wirausaha, dan

mungkin juga mencakup unsur-unsur berikut: a) mengembangkan karakteristik dan kemampuan

pribadi yang ada untuk mengembangkan pola pikir kewirausahaan dan perilaku yang mencakup

kreativitas, rasa inisiatif, pengambilan risiko, Otonomi, kepercayaan diri, dll.), B) meningkatkan

kesadaran siswa terhadap wirausaha dan membangkitkan siswa untuk memilih kewiraswastaan

sebagai salah satu pilihan karir mereka, c) bekerja pada aktivitas bisnis yang sebenarnya, dan, d)

memberikan bisnis tertentu Keterampilan penting dan memahami bagaimana cara kerjanya di dunia

nyata (Komisi Eropa, 2008).

4. Pentingnya Motivasi Wirausaha Mahasiswa

Motivasi Wirausaha adalah kekuatan yang menjaga semangat kewirausahaan terus menerus dan terus

dalam setiap tindakan yang mereka lakukan. Motivasi melibatkan keadaan batin yang menyebabkan

seseorang mencapai tujuan. Ini juga merupakan proses inspirasional untuk mengendalikan usaha dan

tindakan seseorang yang berkaitan dengan tujuan mereka. Motivasi sebagai salah satu aspek

wirausaha penting adalah emosi fisiologis yang ada, yang membawa tindakan mendekati tujuan. Ini

adalah proses yang terus berlanjut karena naluri manusia untuk tidak pernah benar-benar puas

(Krishan, 2013). Apalagi, Krishan juga menambahkan penjelasannya dengan mengatakan bahwa

motivasi adalah perubahan gaya yang membentuk seseorang menjadi beberapa tindakan. Kata

motivasi berasal dari motif, yang digambarkan sebagai bentuk dinamis dari sebuah ambisi, gairah,
keinginan yang sangat marah, keinginan efek perubahan sikap yang akan dikonversi menjadi

berorientasi pada tujuan.

Pada dasarnya untuk sukses dalam berwirausaha diperlukan ketekunan dan pengulangan usaha yang

terus menerus. Kewirausahaan bukanlah sesuatu yang ajaib yang bisa didapatkan dalam waktu

sekejap saj, melainkan sebuah ilmu dan keterampilan mengelola sumber daya yang ada agar dapat

tercapai apa yang diinginkanya.

Umumnya negara maju di dunia memiliki jumlah wirausahawan yang lebih banyak dibandingkan

dengan negara berkembang apalagi negara miskin. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan jika

motivasi mahasiswa untuk dapat berwirausaha sangat penting.

5. Manfaat Berwirausaha

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan memotivasi semangat berwirausaha

bagi mahasiswa sebagai bekal. Dari penjelasan materi yang ada yang penulis dapatkan maka dapat

disimpulkan jika, “Kewirausahaan bukanlah ilmu yang mempelajari tentang cara menghasilkan uang,

akan tetapi juga sebagai media dalam mewujudkan karakter yang jujur, etos kerja yang tinggi, dan

rasa syukur atas rezeki yang telah didapatkan”.

Selain itu, Hendro (2011:8) mengatakan bahwa kewirausahaan memiliki peran yang sangat vital bagi

kemajuan setiap insan, daerah dan bangsa. Melalu pendapat diatas juga dapat diambil kesimpulan jika

kewirausahaan merupakan cara mewujudkan generasi bangsa yang jujur, semangat dan tidak

gampang untuk menyerah dan juga bermanfaat pada kemajuan bangsa.

Tujuan kewirausahaan antara lain:

a. Melalui kewirausahaan mengajarkan mahasiswa untuk belajar merubah kesulitan yang ada

menjadi suatu peluang dan memberikan kontribusi kepada bangsa dan negara, karena

pendidikan saja tidaklah cukup untuk menjadi bekal di masa depan.


b. Kewirausahaan berguna bagi mahasiswa untuk berkarir di bidang apapun di masa depan

karena kewirausahaan dapat diterapkan tidak hanya di satu bidang saja.

c. Saat seorang sarjana dari perguruan tinggi mendapatkan pekerjaan ata malah terkena PHK

dari perusahaanya, kewirausahaan dapat menjadi sarana dalam mencari rezeki.

d. Untuk dapat sukses dalam berwirausaha tidak cukup jika hanya dengan pandai berbicara akan

tetapi kerja keras sangat dibutuhkan dalam berwirausaha.

e. Memajukan perekonomian bangsa dan menjadi roda penggerak kemakmuran Indonesia.

f. Membudayakan sikap unggul, kreatif, invoatif.

6. Faktor – Faktor Mempengaruhi Kewirausahaan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kewiraswastaan dapat dikelompokkan dalam empat judul utama:

Faktor demografi, faktor sosial, faktor psikologis dan faktor di luar mereka. Isi faktor demografis /

pribadi adalah usia, status perkawinan, enis kelamin, tingkat pendapatan dan pendidikan. Faktor sosial

bisa dianggap budaya, dan nilai masyarakat, keluarga dan agama (Stephen, 1998: 11). Penelitian

sebelumnya menunjukkan bahwa pengusaha memiliki kemampuan untuk bertindak cepat saat

kemunculan peluang baru, dan bahwa ada hubungan penting antara Kemampuan pengusaha dan

kegiatannya (Hardy, 1999: 52).

Dalam berbagai penelitian, motivasi, karakteristik pribadi, struktur keluarga a Pengusaha diperiksa.

Dengan demikian, diterima bahwa selain tingkat pendidikan pengusaha, sifat kepribadian mereka

dianggap sebagai variabel penting Dalam hal pendekatan individual, variabel demografis memiliki

peran penting dalam berwirausaha. Misalnya bagi yang yang pertama anak dalam keluarga, orang-

orang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan mereka yang lahir di a Keluarga wirausahawan

lebih cenderung menjadi / menjadi entrepreneur.

Sebagai tambahan, Banyak faktor seperti usia, status perkawinan, status sosial ekonomi, pendapatan

keluarga mempengaruhi kewiraswastaan (Coulter, 2001: 16-17). Kewirausahaan menurut pendekatan

lingkungan adalah reaksi terhadap sosial, politik, ekonomi, teknologi dan kondisi budaya.
Kewirausahaan bersamaan dengan kondisi tersebut, mempengaruhi perilaku, pengalaman masa lalu,

kepribadian, talenta dan kemampuan orang ini (Lee Dan Peterson, 2000: 402-403). Faktor terpenting

dalam lingkungan faktor yang mempengaruhi orang tersebut adalah karakteristik budaya masyarakat

tempat tinggalnya.

Budaya, keanggotaan kelas sosial, keluarga dan teman berlangsung dalam factor Mempengaruhi

kepribadian Jika dalam budaya, nilai - nilai yang membentuk garis besar umum kewiraswastaan

seperti, wirausaha, sukses dan menghasilkan uang diakui, itu berarti kewiraswastaan didukung dengan

baik dalam budaya ini.

Rasio pendirian perusahaan baru tinggi dalam budaya ini. Bersama dengan Ini, dalam budaya, yang

tidak mengetahui kesuksesan dan gagasan perusahaan baru, dan melihat kegagalan sebagai

kehilangan besar reputasi, kesempatan untuk menjadi perusahaan yang sukses sangat rendah Faktor

lain yang berpengaruh dalam berwirausaha adalah tingkat kepercayaan dalam masyarakat. Dimana

perasaan percaya tinggi, pengusaha bisa mudah bekerja sama dengan individu lain, dan ini

memudahkan mereka untuk menetapkan kekuasaan dan tanggung jawab (Hisrich dan Peters, 2002:

52-54).

Pendidikan adalah metode yang efektif untuk mendorong kewiraswastaan. Itu diterima bahwa itu

memiliki efek positif dalam mempromosikan semangat kewirausahaan kaum muda belajar di

universitas dan mengarahkan mereka ke berwirausaha. Tujuannya pendidikan kewirausahaan adalah

untuk mengungkapkan kepribadian wirausaha. Bukan itu mudah bagi seseorang untuk merangkul

budaya kewiraswastaan. Hal ini karena kewiraswastaan memiliki konten yang komprehensif dan

memberikan tugas yang sulit dan tanggung jawab kepada orang tersebut. Namun, jika studi yang

ditentukan dalam masalah ini bisa jadi terbentuk sebagai sebuah program, hasil positif bisa diraih

(Rasmussen dan Sorheim, 2006: 185-194).


7. Niat Wirausaha dan Pengambilan Keputusan Karir

Dengan menurunnya stabilitas ekonomi, lingkungan kerja, dan meningkatnya kebutuhan akan kontrol

dan pemenuhan pribadi di tempat kerja, kewiraswastaan telah diusulkan sebagai model karir

alternatif yang layak untuk pekerjaan organisasi tradisional. Penelitian sebelumnya telah meneliti

faktor-faktor yang mempengaruhi niat untuk menjadi pengusaha, yang meliputi persepsi pengusaha

dan kewiraswastaan, self-efficacy, motivasi yang berbeda untuk mengejar kewiraswastaan sebagai

karier, serta pengaruh gender dan latar belakang keluarga. Badan sastra ini dirangkum di bawah ini.

Gender memainkan peran penting dalam membentuk persepsi kewiraswastaan individu sebagai

pilihan karir. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa pria memiliki niat kuat untuk mengejar karir

kewirausahaan daripada wanita (untuk review lihat, Shinnar, Giacomin, & Janssen, 2012). Gupta dan

Turban (2009) menemukan bahwa ketidakseimbangan gender dari niat wirausaha sebagian dapat

dikaitkan dengan stereotip gender. Mereka berpendapat bahwa pria dan wanita di masyarakat kita

diberi label dengan karakteristik stereotip yang berbeda yang sesuai untuk jenis pekerjaan yang

berbeda (untuk tinjauan terhadap stereotip gender, Gupta, Turban, Wasti, & Sikdar, 2009). Dalam

penelitian empiris mereka, mereka menemukan bahwa individu yang memiliki identifikasi gender laki-

laki tinggi, dibandingkan dengan mereka yang memiliki identifikasi gender laki-laki yang rendah,

memiliki niat yang lebih tinggi untuk memulai sebuah bisnis. Kewirausahaan terus menjadi "karir yang

gagah" yang membuat wanita enggan berpartisipasi (Gupta & Turban, 2009).

Selain itu, penelitian ekstensif telah mempelajari bagaimana wirausaha self-efficacy mempengaruhi

preferensi karir kewirausahaan. Penelitian menunjukkan bahwa individu dengan self-efficacy

kewiraswastaan yang lebih tinggi memiliki niat kewirausahaan yang lebih tinggi (untuk tinjauan ulang,

Wilson, Kickul, & Marlino, 2007). Ini juga menunjukkan bahwa kehadiran orang tua dalam karir

kewirausahaan tampaknya meningkatkan kewiraswastaan diri (Scherer, Adams, Carley, & Wiebe,

1989). Perbedaan gender juga diamati dalam penilaian self-efficacy. Thébaud (2010) dalam studinya

tentang survei tahunan Global Entrepreneurship Monitor menemukan bahwa wanita sekitar setengah
dari kemungkinan pria berpikir bahwa mereka memiliki kemampuan untuk menjadi pengusaha di AS

walaupun perempuan dan laki-laki memiliki jumlah yang hampir sama dengan manusia, sosial , Dan

modal finansial.

Selanjutnya, penelitian telah menggunakan teori motivasi untuk memahami keputusan karir individu

untuk menjadi pengusaha. Berdasarkan manfaat dan biaya yang dirasakan, individu ditarik atau

didorong menuju karir kewirausahaan (untuk review, Schjoedt & Shaver, 2007). Schjoedt and Shaver

(2007) menganalisis apakah potensi peningkatan kepuasan hidup ditarik, atau ketidakpuasan kerja

mendorong individu menuju karir kewirausahaan. Mereka menemukan bahwa pengusaha yang baru

lahir tidak didorong untuk kewiraswastaan karena rendahnya kepuasan kerja namun malah memilih

menjadi wirausahawan untuk menciptakan kehidupan dan kepuasan kerja. Motivasi lain untuk

menjadi pengusaha meliputi peluang pasar, komitmen keluarga, frustrasi karir, ketidakpuasan,

fleksibilitas, prestasi, kebutuhan akan kemerdekaan, atau perasaan tidak memiliki alternatif lain

(Cabrera, 2007; Patterson & Mavin, 2009).

Penelitian yang ekstensif memberikan wawasan yang terbatas tentang motivasi siswa untuk

mempelajari kewiraswastaan, cara mereka memanfaatkannya selama karir mereka, dan garis waktu

yang terkait dengannya. Komentar Schramm menyiratkan bahwa pendidikan kewiraswastaan harus

mempercepat penciptaan usaha jangka pendek dan pembangunan ekonomi. Memimpin untuk

pertanyaan menarik seperti: Kapan kita bisa mengharapkan hasil dari pendidikan kewiraswastaan?

Akankah pendidikan kewirausahaan menurunkan usia rata-rata pengusaha? Dan, jika pendidikan

kewiraswastaan tidak menghasilkan keterlibatan yang dipercepat dalam pengembangan usaha,

mengapa pelajar mempelajarinya dan bagaimana mereka menggunakannya?

8. Sifat Wirausaha

Keberhasilan orang dalam berwirausaha bergantung pada banyak fitur seperti modal, pengetahuan,

pengalaman, stabilitas. Sekalipun peluang sukses tergantung pada banyak faktor lingkungan dan
demografi yang berbeda, kunci sebenarnya faktor penentu adalah karakteristik yang dimiliki

pengusaha (Hisrich dan Peters, 2002: 32-33). Karakteristik wirausahawan dapat dicatatkan sebagai

Orang-orang melihat perubahan sebagai sebuah kesempatan, inovatif, imajinatif, kreatif, fleksibel dan

memiliki kemampuan untuk bertahan dalam ambiguitas, mudah beradaptasi, andal, mampu

mengambil risiko, bersikap gigih, bertanggung jawab dan mandiri (Chell dan Yang lain, 1991: 47).

Selain itu, dianggap bahwa orang-orang ini memiliki kekuatan untuk bertahan dalam perjuangan

hidup, dan memiliki motivasi lebih dalam mencapainya tujuan (Johnson, 1996: 62-70).

Karakteristik terpenting dari kepribadian kewirausahaan adalah fitur kecenderungan mengambil risiko

atau kecenderungan untuk mengambil risiko. Wirausaha risiko termasuk percaya kembali maksimal

dan mewujudkan usaha dengan rasional pengambilan keputusan Pengalaman di bidang kerja dan

naluri kewirausahaan juga memiliki peran penting dalam jumlah risiko yang mungkin diambil

pengusaha (Busenitz, 1999: 325-341). Menjadi atasan Anda sendiri, keinginan untuk mandiri adalah

Berbaring di belakang keinginan individu untuk membangun operasi mereka sendiri (Hisrich dan

Peters, 2002: 27) dan penilaian nilai sendiri. Faktor-faktor ini menciptakan kepribadian pengusaha

sekaligus memiliki kualitas dasar yang memisahkan pengusaha individu dari individu rata-rata

(Jembatan dan lain-lain, 1998: 42).

9. Perbandingan dengan Amerika

Seperti kemajuan yang telah dicapai Indonesia dalam pendidikan kewiraswastaan, hal itu masih

tertinggal dari yang lain negara, terutama Amerika Serikat yang jauh di depan daerah lain dalam hal

kewirausahaan dan pendidikan kewirausahaan [25]. Oleh karena itu, masuk akal untuk menilai

keadaan Indonesia pendidikan kewirausahaan dengan membandingkannya dengan perkembangan di

Amerika Serikat.

a. Fungsi
Secara historis, pendidikan kewirausahaan telah dimanfaatkan sebagai pendorong utama

pertumbuhan ekonomi di Indonesia Amerika Serikat. Demikian pula kreativitas dan kewirausahaan di

pendidikan tinggi Indonesia dipromosikan untuk mengatasi pengangguran struktural di kalangan

lulusan universitas. Penekanan pada dimensi ekonomi berbeda dari model Eropa yang

menggabungkan tujuan sosial atau kewarganegaraan juga sebagai tujuan komersial.

b. Sebagai Bidang Studi

Pendidikan kewirausahaan telah memantapkan dirinya sebagai bidang studi yang matang. Pada awal

tahun 2002, Amerika Serikat menawarkan lebih dari 2.200 kursus di lebih dari 1.600 sekolah, memiliki

lebih dari 300 orang yang dikaruniai posisi, 44 jurnal akademik wasit, lebih dari 100 pusat, dan selusin

organisasi profesional di pendidikan kewirausahaan. Lembaga Amerika menawarkan pendidikan

kewirausahaan di Indonesia Baccalaureate, master, dan doktor. Dengan demikian, mereka telah

menciptakan kurikulum yang komprehensif untuk jurusan pendidikan kewirausahaan yang terdiri dari

kursus menyentuh setiap aspek kewiraswastaan. Sebaliknya, pendidikan kewiraswastaan tetap

menjadi daerah yang baru berkembang di Indonesia Institusi, yang hanya menawarkan kursus

perorangan, bukan konsentrasi atau jurusan pendidikan kewirausahaan.

c. Kewirausahaan dilingkungan Mahasiswa

Di Amerika Serikat banyak program kewirausahaan telah menemukan rumah akademik dalam bisnis

Dan sekolah teknik, dan semakin banyak sekolah Amerika menawarkan konsentrasi atau jurusan

kewirausahaan. Banyak universitas telah mendirikan departemen kewiraswastaan akademis, dan

lebih dari 1.600 sekolah menawarkan kursus kewirausahaan. Pendidikan kewirausahaan adalah tren

nasional utama, "menjadi universitas, yang menampilkan program lintas disiplin dengan misi beragam

di masing-masing Institusi, bukan hanya sebagai sub-spesialisasi dalam bisnis atau program rekayasa

". Di perbandingan, beberapa universitas di China memiliki departemen kewiraswastaan akademis.

Umumnya, inisiatif kewirausahaan ada sebagai bagian tanggung jawab divisi urusan kemahasiswaan.
Sebagai tambahan, tidak ada perbedaan kursus dengan siswa pada tingkat yang berbeda, terlepas dari

perbedaannya persiapan akademik dan permintaan.

d. Pendanaan

Di Amerika Serikat, pendidikan kewirausahaan menerima dukungan finansial dari sumber eksternal

seperti pengusaha sukses dan yayasan, serta dari pemerintah. Banyak universitas miliki mendirikan

pusat kewiraswastaan dan diamankan dikuasai professorships kewirausahaan, sebagian besar yang

disediakan oleh pengusaha sukses yang lulus dari institusi tersebut. Di Indonesia, pendidikan

kewiraswastaan terutama didanai oleh pemerintah, dan kurangnya dana telah diidentifikasi sebagai

hambatan utama bagi pembangunan, pertumbuhan dan kelangsungan pendidikan kewirausahaan di

sembilan institusi percontohan.

e. Kurikulum

Universitas-universitas Amerika telah mengembangkan berbagai kursus dalam pendidikan

kewirausahaan. Itu kursus masuk dalam tiga kategori:

1) Kursus yang mengajarkan ikhtisar rencana bisnis

2) Kursus yang sangat terkait dengan tahapan siklus hidup bisnis

3) Kursus tentang fungsi bisnis termasuk masalah terkait manajemen (misalnya karakteristik

pengusaha, manajemen inovasi, pembentukan tim) dan atau keuangan, akuntansi dan pajak,

hukum, dan / atau pemasaran.

Universitas menawarkan dua jenis kegiatan ko-kurikuler: kesempatan eksplorasi yang kurang intensif,

seperti klub mahasiswa dan pembicara seri untuk meningkatkan paparan kewirausahaan, dan lebih

intensif, kegiatan belajar eksperiensial, seperti kompetisi rencana bisnis dan magang untuk

mendorong lebih jauh pengembangan keterampilan kewirausahaan.

Di Indonesia, kewiraswastaan cenderung ditawarkan dalam kursus yang berdiri sendiri daripada

diintegrasikan ke dalam isi kursus di departemen lain atau disiplin. Kewirausahaan tetap utamanya
Pilihan, dan kursus biasanya dimulai dengan definisi dan penjelasan konseptual kewiraswastaan dan

beralih ke keterampilan dasar memulai bisnis-menghasilkan sebuah ide, menganalisis pasar, mencari

modal, dan mengikuti prosedur manajemen dan akuntansi untuk menjalankan bisnis Kegiatan co-

kurikuler seperti klub kewirausahaan, ceramah dan pembicara, lokakarya dan seminar, kompetisi

rencana bisnis, magang, dan inkubator usaha tersedia namun terutama terbatas pada lembaga

percontohan yang berpartisipasi dalam Pendidikan Kewirausahaan Nasional Program Percontohan.

f. Research

Di Amerika Serikat, ada sejumlah besar peneliti yang sepenuhnya mengabdikan diri pada

kewiraswastaan pendidikan, sebagaimana tercermin dalam jumlah jurnal dimaksud. Pada awal 2001,

44 wasit Jurnal kewirausahaan menerima makalah, dengan yang baru muncul kira-kira setiap 4 bulan

sejak 1987. Sebaliknya, hanya ada sedikit periset penuh waktu yang dikhususkan untuk penelitian ini

Topik, dan saat ini tidak ada satu jurnal profesional tentang pendidikan kewirausahaan.

g. Fakultas

Lembaga di Amerika Serikat mempekerjakan fakultas penuh waktu yang secara eksklusif berkomitmen

untuk program pendidikan kewirausahaan, meski ada persentase tinggi fakultas tambahan (yaitu,

Non-tenure track, part-time) mengajar kewiraswastaan, bahkan di beberapa bisnis paling terkenal

sekalipun sekolah di Amerika [5]. Sebaliknya, mayoritas profesor kewiraswastaan di China berasal

Disiplin tradisional seperti ekonomi atau administrasi bisnis, yang mencerminkan lama kebijakan dan

praktik. Jelas bahwa Indonesia perlu berinvestasi dalam pelatihan dan pengembangan Profesor

kewirausahaan dan peneliti. Meski Kementerian Pendidikan telah merancang dan tersedia sejak tahun

2003 serangkaian program pelatihan untuk anggota fakultas di bidang pendidikan kewirausahaan,

kekurangan fakultas yang mumpuni tetap menjadi isu bagi Indonesia pendidikan kewirausahaan.

h. Evaluasi dan Peringkat


Peringkat program kewiraswastaan tingkat perguruan tinggi diluncurkan pertama kali pada tahun

1995 oleh Success majalah, yang mendasarkan penilaiannya terhadap kriteria yang mengikutsertakan

kualifikasi fakultas, ragamnya dan kedalaman kurikulum kewirausahaan, standar akademik dan nilai

siswa, dan kualitas dan kedalaman sumber daya. Sejak tahun 2005, peringkat telah dipublikasikan di

media seperti media Kewirausahaan, Berita A.S. dan World Report, Pekan Usaha Kecil dan Bisnis

Fortune. Meskipun peringkat ini kontroversial dan beberapa kriteria dipertanyakan, mereka berfungsi

sebagai sarana untuk mengukur kemajuan pendidikan kewirausahaan. Di China, evaluasi dan

menindaklanjuti hasil Program Percontohan Pendidikan Kewirausahaan Nasional tertinggal. Itu

kecenderungan keseluruhan tampaknya mengevaluasi kursus individual dan aktivitas individual.

Pemantauan dan mengevaluasi tingkat yang lebih umum tampaknya kurang umum.

10. Proses Terjadinya Bisnis Mahasiswa

Proses gestasi ventura bergantung pada karakteristik pendiri dan gagasan usaha terjadi dalam konteks

tertentu (Davidsson, 2015). Sementara tampaknya masuk akal untuk menganggap kontekstual itu

pengaruh penting untuk aktivitas kewirausahaan secara umum dan, khususnya, siswa, Ada juga

indikasi bahwa kepentingan relatif mereka bervariasi selama proses kewirausahaan dan untuk

berbagai jenis ide usaha (Hundt & Sternberg, 2014; Vohora, Wright, & Lockett, 2004). Jadi, kita

mengambil perspektif proses di makalah kami dengan mempertimbangkan berbagai titik awal dan

fase wirausaha proses. Pertama, kita membedakan antara berbagai sumber ide usaha. Menurut a

pandangan yang diterima secara luas, proses penemuan kewirausahaan dimulai dengan konsepsi

gagasan usaha yang dapat berubah dan menjadi lebih dan lebih rumit dari waktu ke waktu (Bhave,

1994; Davidsson, 2003). Keyakinan dan tindakan bekerja sama untuk menyebabkan ketergantungan

jalur pada tahap pengenalan dan evaluasi kesempatan (Shepherd, McMullen, & Jennings, 2007).

Dalam perspektif evolusioner ini, ide usaha awal bisa memiliki dampak yang langgeng pada

pembentukan bisnis baru karena - meski sedang berkembang, biasanya Implisit dan tidak lengkap -

gagasan tersebut memberi arahan saat mencoba menciptakan kegiatan ekonomi baru (Davidsson,

2015). Bagi siswa pemula, penting untuk membedakan antara gagasan usaha dari studi atau
penelitian, yaitu dari dalam universitas, dan gagasan dari luar universitas karena kemungkinan besar

untuk berbeda mengenai inovasi mereka, anchorage pasar, dan transfer pengetahuan. Kedua, kita

membedakan antara kewiraswastaan yang baru lahir dan pembentukan bisnis baru. Seorang

pengusaha baru lahir bisa digambarkan sebagai orang yang telah mengambil langkah awal menuju

mendirikan bisnis yang tidak belum beroperasi (Carter et al., 1996). Namun, tidak setiap usaha untuk

memulai bisnis baru akan menghasilkan yang baru usaha (Brixy, Sternberg, & Stüber, 2012). Hanya

beberapa pengusaha yang baru lahir yang akan berhasil membentuk a bisnis operasi baru dan

kemudian bisa digambarkan sebagai pemilik bisnis baru-manajer (s) atau, singkatnya, baru Pengusaha

(s). Beberapa tahun setelah melahirkan, bisnis biasanya dianggap mapan dan tidak seperti baru lagi.

Secara keseluruhan, kami secara konseptual dan empiris mempelajari perilaku wirausaha mahasiswa

Dari perspektif multi level. Mirip dengan konseptualisasi sebelumnya (Djokovic & Souitaris, 2008),

kami termasuk faktor penentu pada tiga tingkat yang berbeda: tingkat mikro, yaitu siswa dengan

kepribadiannya karakteristik dan latar belakang keluarga, fakultas universitas sebagai konteks

organisasi, dan konteks regional. Kami berpendapat bahwa ketiga tingkat ini memiliki dampak

simultan - dan saling bergantung satu sama lain pada aktivitas wirausaha siswa. Kami juga

membedakan dua sumber usaha yang berbeda Ide dan dua tahap proses gestasi. Berdasarkan

kerangka teori ini kita sekarang beralih ke pengembangan hipotesis tertentu.


BAB III

Pembahasan

Secara keseluruhan, pendidikan kewirausahaan Indonesia masih dalam tahap awal, dan Indonesia

tertinggal di belakang rata-rata standar Global Entrepreneurship Monitor (GEM) dalam pendidikan

kewirausahaan. Dua survei nasional menunjukkan bahwa kurang dari satu persen lulusan perguruan

tinggi benar-benar melanjutkan untuk memimpin start-up dibandingkan dua puluh sampai tiga puluh

persen di negara maju. Sebagai gantinya, sebagian besar lulusan papan atas ikut untuk lulus sekolah

atau lebih memilih pekerjaan keamanan bekerja untuk sebuah perusahaan besar Indonesia atau

menjadi public pelayan.

Untuk pengembangan lebih lanjut pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi dan universitas di

Indonesia, serangkaian rekomendasi diberikan di bawah ini, berdasarkan analisis dari tiga program

percontohan di Indonesia pendidikan kewirausahaan dan perbandingan perkembangan di Indonesia

dan Amerika Serikat.

a. Terapkan definisi wirausaha yang lebih luas agar institusi pendidikan tinggi tidak lagi

menyamakan keterlibatan dalam kewirausahaan hanya dengan usaha bisnis dan menawarkan

insentif untuk berkembang semangat kewirausahaan di seluruh institusi.

b. Meluncurkan strategi nasional untuk meminta keterlibatan aktif semua pemangku

kepentingan termasuk baik sektor publik maupun swasta.

c. Mengembangkan kerangka kebijakan untuk mengarusutamakan kewirausahaan ke

pendidikan tinggi.

d. Menyediakan dana dan dukungan berkelanjutan untuk kegiatan pendidikan kewirausahaan.

e. Mengintegrasikan program dan aktivitas kewirausahaan yang terkait dengan kurikulum yang

telah ditetapkan mata pelajaran yang berbeda sehingga bisa menambah nilai pada semua

program sarjana.
f. Kembangkan kemitraan yang kuat antara institusi pendidikan tinggi, bisnis, dan lainnya

organisasi masyarakat sehingga pemimpin bisnis bisa menjadi profesor, mentor, pelatih, dan

pembicara, dan melibatkan siswa secara langsung dalam proyek perusahaan.

g. Memberikan pelatihan intensif kepada para guru dalam program kewirausahaan, dan

meningkatkan dana untuk mendukung pelatihan guru, pengembangan kurikulum, dan

pengembangan profesional.

h. Memberikan insentif bagi anggota fakultas untuk melakukan penelitian dalam pendidikan

kewirausahaan.

i. Dorong siswa, lulusan, dan peneliti untuk mengembangkan ide bisnis komersial mereka

menjadi perusahaan, dan menyediakan infrastruktur pendukung yang efektif di dalam institusi

seperti inkubator, pembiayaan, bimbingan, dll.

j. Evaluasi dampak pendidikan kewirausahaan dan buktikan legitimasinya di kampus.

Indonesia saat ini tidak sepenuhnya memanfaatkan potensi wirausaha, dan meningkatkan ini akan

membantu negara dalam mentransformasi lebih lanjut ekonominya dan mencapai kekuatan ekonomi

dan kompetitif di masa depan. Oleh karena itu, Indonesia masih memiliki jalan yang panjang sebelum

pendidikan kewirausahaan tersedia institusi pendidikan di semua tingkat dan dari semua jenis dan

menetapkan dirinya sebagai bidang studi yang matang. Pengertian ini, rekomendasi yang disebutkan

di atas akan membantu mempercepat jalannya kemajuan bagi pemerintah dan untuk institusi

individu. Pendidikan kewirausahaan di Indonesia akan sangat diuntungkan dari kombinasi dari konsep

yang lebih jelas dan lebih luas dari konsep ini, sebuah strategi yang berwawasan dan visioner kerangka

kerja di tingkat nasional, kurikulum terpadu di seluruh disiplin ilmu, sebuah pelatihan intensif program

untuk fakultas, hubungan yang lebih erat antara akademi dan industri, dan skema suara mencatat

proses dan mengevaluasi dampak pendidikan kewirausahaan secara reguler.


BAB IV
Kesimpulan
1. Analisis

Berdasarkan hasil wawancara yang kami dapatkan, maka kami analisis. Berikut ini hasil analisis

kami. Dari keenam wawancara diatas, wirausaha yang dilakukan lebih banyak di bidang jasa. Karena

jasa memiliki kesesuaian dengan kemampuan mahasiswa. Sesuai dengan teori motivasi yang

menyatakan bahwa sesorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini tidak bisa dilakukan.

Hobi, ingin mendapatkan uang sendiri, membuat sesuatu yang bermanfaat, berinteraksi

sosial. Keadaan-keadaan ini mencerminkan tingkat tertinggi (Aktualisasi Diri). Motivasi mahasiswa

dalam berwirausaha tidak tinggi karena lebih sekedar mencari pengalaman karena kebutuhan

dasarnya ataupun tingkat dibawahnya sudah terpenuhi

Kendala yang terjadi berdasarkan wawancara paling banyak kendala waktu. Alasan ini sesuai

dengan teori kewirausahaan yang dikemukakan oleh Hisrich dan Brush . Penggunaan waktu yang

terpakai akan diubah menjadi keuntungan yang didapatkan.

Berdasarkan hasil wawancara, mahasiswa lebih banyak tidak sesuai dengan keilmuannya

(jurusannya). Hal ini sejalan dengan teori skala prioritas bahwa berwirausaha berada di skala pilihan

sedangkan pendidikan berada di skala pokok. Karena mahasiswa berpikir berwirausaha sebagai pilihan

adalah sesuatu yang berbeda dan tidak harus sebuah skala pokok.

Dari hasil wawancara yang diperoleh ada 3 orang yang ingin melanjutkan dan 3 orang yang

memilih untuk tidak dilanjutkan atau masih dipertimbangkan. Hal ini bersesuaian dengan teori

orientasi masa depan yang dikemukakan oleh Nurmi (1991). Keadaan masa depan bergantung pada

harapan, tujuan, standar, rencana, dan strategi pencapaian tujuan dimasa akan datang.

2. Simpulan dan Saran

 Pendidikan dan wirausaha merupakan kebutuhan yang berbeda dalam tingkatan prioritasnya
 Kewirausahaan yang dilakukan mahasiswa untuk kedepannya bergantung pada harapan,

tujuan, standar, rencana, dan strategi pencapaian tujuan dimasa akan datang

 Wirausaha yang dilakukan mahasiswa lebih banyak dalam bidang jasa, maka kami

menyarankan sebaiknya berwirausaha dalam bidang jasa

 Alasan mahasiswa berwirausaha adalah untuk memenuhi kebutuhan atas aktualisasi diri

 Kendala waktu paling berpengaruh kepada mahasiswa yang berwirausaha, maka sebaiknya

kita membuat jadwal yang baik untuk berwirausaha dan kuliah


BAB V
Referensi
Soegoto, Eddy Soeryanto. 2016 . Entrepreneurship Menjadi Pebisnis Ulung. Jakarta : Elexmedia

Soegoto, Eddy Soeryanto. 2012 . Metode Riset Online. Jakarta : Andi Offset

Soegoto, Eddy Soeryanto. 2016 . Metode Riset Bisinis. Jakarta : Sinergi

Hendro. 2011. Dasar-dasar Kewirausahaan. Jakarta :Erlangga

Kasmir. 2012. Kewirausahan. Jakarta :Rajawali Persada

Permendiknas No. 13 Tahun 2007. Standar Kepala Sekolah/Madrasah

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung : Alfabeta

Sukamti, Umi. 2000. Manajemen Perusahaan Kecil dan Kewirausahaan.Jakarta : Dikjen dikti

Nasution, A. H. (2007). Entrepreneurship Membangun Spirit Tehnopreneurship. Yogyakarta: Andi.

Nurkhan. (2005). Pengaruh Pekerjaan Orang Tua Terhadap Minat Berwiraswasta Siswa Kelas II
Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif SMK Negeri 1 Tulis Batang Tahun Ajaran 2005/2006 .
Semarang: Fakultas Teknik UNNES.

Anda mungkin juga menyukai