Tugas Entrepreneurship
Tugas Entrepreneurship
ENTREPRENEURSHIP
(Motivasi dan Keinginan Berwirausaha Mahasiswa)
Disusun oleh:
NIM : 10114525
Kelas : KWU - 9
Sejak jaman dahulu, uang merupakan hal yang penting bagi umat manusia. Uang berguna dalam
memenuhi kebuthan hidup manusia baik primer, sekunder, maupun tersier. Tanpa uang manusia tidak
Hal tersebut juga berlaku bagi mahasiswa. Mereka membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya sehari – hari selama di Universitas. Selain untuk kebutuhan primer mereka juga
membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan yang menunjang dalam kegiatan pembelajaran
mereka di Universitas.
Seringkali uang yang diberikan orang tua mahasiswa tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan selama
mereka melakukan studi di universitas. Salah satu cara yang dapat diambil mahasiswa untuk
Wirausahaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan yaitu tingkat hidup yang lebih baik.
Wirausaha juga seringkali muncul selain sebagai pemasukan tambahan bagi mahasiswa untuk
memenuhi kebutuhan hidup, mahasiswa juga cenderung melakukan hal – hal baru.
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Mahasiswa merupakan generasi yang dipersiapkan untuk melanjutkan estafet kepemimpinan bangsa.
Mahasiswa diharapkan dapat berperan besar dalam kemajuan suatu bangsa. Setiap mahasiswa
diberikan ilmu yang spesifik sesuai dengan jurusanya sebagai bekal untuk diri sendiri dan juga
Melalui pendidikan diharapkan adanya pola pikir dari masa remaja menuju masa dewasa yang dapat
dilihat dari perubahan gaya hidup dan perbubahan sikap dalam kehidupan. Selain itu perubahan yang
diharapkan terjadi kepada mahasiswa adalah perubahan pola pikir. Perubahan pola pikir diantaranya
adalah perubahan yang lebih luas dan universal dalam menganalisa sesuatu.
Saat ini pola pikir mahasiswa untuk menjadi pegawai setelah lulus kuliah masih tinggi. Dari kondisi
tersebut dapat kita simpulkan bahwa kurangnya motivasi mahasiswa untuk melakukan wirausah
setelah lulus. Hal ini tentu saja cukup memprihatinkan seorang mahasiswa yang diharapkan
B. Identifikasi masalah
Melaui latar belakang diatas, maka identifikasi masalah yang sering terjadi yaitu:
kewirausahaan
Dari masalah yang ada, dirumuskan pertanyaan yang membantu menjawab permasalah yang ada
yaitu:
D. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas yang sudah dibuat sebelumnya, penelitian ini bertujuan untuk:
E. Kegunaan
3. Sebagai masukan kepada mahasiswa untuk melakukan wirausaha saat masih kuliah.
BAB II
Landasan Teori
1. Pengertian Motivasi
Menurut Abraham Maslow (1943 - 1970) menyatakan bahwa pada dasarnya semua manusia
memiliki kebutuhan pokok. Menurut teori tersebut, manusia mempunyai 5 tingkatan untuk
memnuhi kebutuhan hidup. Kebutuh tersebut terdiri dari kebutuhan mendesak dan kebutuhan
lainnya yang muncul dengan sendirinya setelah kebutuhan lain terpenuhi. Dengan demikian
isimpulkan bahwa kebutuhan puncak akan muncul jika kebutuhan lain yang berada
dibawahnya terpenuhi dan jika belum terpenuhi maka kebutuhan tersebut tidak akan
setiap manusia dari tingkat kesejahteraan hidupnya. Berikut bentuk hirarki nya:
Kebutuhan fisiologis terdiri dari rasa lapar, rasa haus, tempat tinggal, tidur, sex, dan
sebagainya.
Kebutuhan rasa aman merupakan kebutuhan merasa akan aman dan terlindung dari bebagai
macam bahaya.
Kebutuhan rasa cinta merupakan kebutuhan berafiliasi dengan orang lain, diterima,
Setiap manusia pasti akan melewati tingkatan tersebut dan berusaha untuk memenuhinya selama
hidupnya, tetapi hanya akan sedikit orang yang dapat mencapai tingkatan tertingginya.
2. Pengertian Entrepreneur
Ada beberapa definisi tentang entrepreneur. Salah satunya adalah Casson (2003) menyebutkan
bahwa ada dua pendekatan untuk menjelaskan pengusaha; Pendekatan fungsional dan pendekatan
aktivitas kewirausahaan. Ini adalah seseorang yang melakukan tugas seorang wirausahawan.
Sementara, pendekatan fungsional menggambarkan pengusaha dengan cara yang lebih umum,
pendekatan indikatif mendefinisikan wirausahawan dengan cara yang lebih praktis dan masuk akal.
mereka, hak hukum, dan terikat dalam hubungan dengan kelompok politik manapun. Selanjutnya,
Hisrich, Peters, Shepherd (2005) menjelaskan tentang wirausahawan sebagai orang yang mengambil
risiko dan menciptakan inovasi. Dengan cara yang sama, entrepreneur sebagai pribadi yang terus
menerus membuat sesuatu yang baru yang mengidentifikasikan pentingnya mengamati peluang
(Thompson, 2004). Dengan cara lain, Gurusamy (2009) juga menyebutkan bahwa pengusaha sebagai
orang yang menciptakan inovasi di negara maju. Di negara terbelakang, peniru bisa disebut sebagai
pengusaha. Dia juga menyatakan bahwa entrepreneur adalah seseorang yang mengabaikan
pengukuran dan tipe tertentu, pengusaha membangun sendiri produksi, sistem bisnis, dan unit
bisnisnya. Ide pengusaha yang paling penting adalah mengelola perusahaannya sendiri.
Menurut Eddy Soeryanto Soegoto (2016:25) mendefinisikan bahwa Entrepreneur adalah orang yang
berjiwa kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, ulet dan tekun, rajin, disiplin, siap menghadapi resiko,
jeli melihat dan meraih peluang, piawai mengelola sumber daya, dalam membangun,
entrepreneur adalah orang yang pandai melihat dan memanfaatkan peluang dan selanjutnya
Meredith (1995:27) menjelaskan bahwa Entrepreneur adalah orang yang mempunya kemampuan
melihat dan menilai kesempatan – kesempatan bisinis, mengumpulkan sumber-sumber daya yang
dibutuhkan guna mengambil keuntungan daripadanya serta mengambil tindakan yang tepat, guna
memastikan kesuksesan. Sementara itu Skinner (1992:27) menyatakan bahwa Entrepreneur adalah
seseorang yang mengambil resiko yang diperlukan untuk mengorganisasikan dan mengelola suatu
bisnis dan menerima imbalan jasa berupa profit nonfinancial. Berdasarkan pendapat diatas dapat
peluang menjadi sesuatu yang bermanfaat dan mempunyai nilai ekonomi. Kewirausahaan dapat
dilakukan secara individu maupun kelompok. Seorang wirausaha juga harus mempunyai mental yang
Definisi pengusaha lain yang berasal dari Krishna (2013) yang menyatakan wiraswasta adalah
seseorang yang mengembangkan sesuatu yang belum dikembangkan, mengatur produksi, mengambil
risiko, dan mengelola ketidakpastian ekonomi. Pengusaha juga potensial dan dicirikan dengan
imajinasi yang hebat, dilengkapi dengan keahlian khusus untuk mengenalkan gagasan baru, atau
untuk meniru identitas, teknologi yang lebih baik dan siap menerima risiko yang terlibat di dalamnya.
Pengusaha juga tahu cara fungsi produksi berfluktuasi dan menggunakannya sebagai faktor produksi
Kewirausahaan berbicara tentang proses keterampilan seseorang untuk mengubah gagasan menjadi
tindakan. Proses ini mencakup kreativitas, inovasi dan keberanian untuk mengambil risiko, termasuk
merencanakan dan mengelola pekerjaan agar berhasil mencapai tujuan (Commission Communication,
2006). Definisi lainnya berasal dari Yalcin dan Kapu (2008) yang mengatakan bahwa kewirausahaan
sebagai proses yang terdiri dari tiga dimensi penting yang berbeda: motif kewirausahaan, masalah dan
peluang. Sementara di sisi pendidikan, kewiraswastaan tidak harus dicampur dengan bisnis umum dan
jurusan Ekonomi. Tujuan utamanya adalah untuk mendorong kreativitas, inovasi dan wirausaha, dan
pribadi yang ada untuk mengembangkan pola pikir kewirausahaan dan perilaku yang mencakup
kreativitas, rasa inisiatif, pengambilan risiko, Otonomi, kepercayaan diri, dll.), B) meningkatkan
kesadaran siswa terhadap wirausaha dan membangkitkan siswa untuk memilih kewiraswastaan
sebagai salah satu pilihan karir mereka, c) bekerja pada aktivitas bisnis yang sebenarnya, dan, d)
memberikan bisnis tertentu Keterampilan penting dan memahami bagaimana cara kerjanya di dunia
Motivasi Wirausaha adalah kekuatan yang menjaga semangat kewirausahaan terus menerus dan terus
dalam setiap tindakan yang mereka lakukan. Motivasi melibatkan keadaan batin yang menyebabkan
seseorang mencapai tujuan. Ini juga merupakan proses inspirasional untuk mengendalikan usaha dan
tindakan seseorang yang berkaitan dengan tujuan mereka. Motivasi sebagai salah satu aspek
wirausaha penting adalah emosi fisiologis yang ada, yang membawa tindakan mendekati tujuan. Ini
adalah proses yang terus berlanjut karena naluri manusia untuk tidak pernah benar-benar puas
(Krishan, 2013). Apalagi, Krishan juga menambahkan penjelasannya dengan mengatakan bahwa
motivasi adalah perubahan gaya yang membentuk seseorang menjadi beberapa tindakan. Kata
motivasi berasal dari motif, yang digambarkan sebagai bentuk dinamis dari sebuah ambisi, gairah,
keinginan yang sangat marah, keinginan efek perubahan sikap yang akan dikonversi menjadi
Pada dasarnya untuk sukses dalam berwirausaha diperlukan ketekunan dan pengulangan usaha yang
terus menerus. Kewirausahaan bukanlah sesuatu yang ajaib yang bisa didapatkan dalam waktu
sekejap saj, melainkan sebuah ilmu dan keterampilan mengelola sumber daya yang ada agar dapat
Umumnya negara maju di dunia memiliki jumlah wirausahawan yang lebih banyak dibandingkan
dengan negara berkembang apalagi negara miskin. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan jika
5. Manfaat Berwirausaha
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan memotivasi semangat berwirausaha
bagi mahasiswa sebagai bekal. Dari penjelasan materi yang ada yang penulis dapatkan maka dapat
disimpulkan jika, “Kewirausahaan bukanlah ilmu yang mempelajari tentang cara menghasilkan uang,
akan tetapi juga sebagai media dalam mewujudkan karakter yang jujur, etos kerja yang tinggi, dan
Selain itu, Hendro (2011:8) mengatakan bahwa kewirausahaan memiliki peran yang sangat vital bagi
kemajuan setiap insan, daerah dan bangsa. Melalu pendapat diatas juga dapat diambil kesimpulan jika
kewirausahaan merupakan cara mewujudkan generasi bangsa yang jujur, semangat dan tidak
a. Melalui kewirausahaan mengajarkan mahasiswa untuk belajar merubah kesulitan yang ada
menjadi suatu peluang dan memberikan kontribusi kepada bangsa dan negara, karena
c. Saat seorang sarjana dari perguruan tinggi mendapatkan pekerjaan ata malah terkena PHK
d. Untuk dapat sukses dalam berwirausaha tidak cukup jika hanya dengan pandai berbicara akan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kewiraswastaan dapat dikelompokkan dalam empat judul utama:
Faktor demografi, faktor sosial, faktor psikologis dan faktor di luar mereka. Isi faktor demografis /
pribadi adalah usia, status perkawinan, enis kelamin, tingkat pendapatan dan pendidikan. Faktor sosial
bisa dianggap budaya, dan nilai masyarakat, keluarga dan agama (Stephen, 1998: 11). Penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa pengusaha memiliki kemampuan untuk bertindak cepat saat
kemunculan peluang baru, dan bahwa ada hubungan penting antara Kemampuan pengusaha dan
Dalam berbagai penelitian, motivasi, karakteristik pribadi, struktur keluarga a Pengusaha diperiksa.
Dengan demikian, diterima bahwa selain tingkat pendidikan pengusaha, sifat kepribadian mereka
dianggap sebagai variabel penting Dalam hal pendekatan individual, variabel demografis memiliki
peran penting dalam berwirausaha. Misalnya bagi yang yang pertama anak dalam keluarga, orang-
orang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan mereka yang lahir di a Keluarga wirausahawan
Sebagai tambahan, Banyak faktor seperti usia, status perkawinan, status sosial ekonomi, pendapatan
lingkungan adalah reaksi terhadap sosial, politik, ekonomi, teknologi dan kondisi budaya.
Kewirausahaan bersamaan dengan kondisi tersebut, mempengaruhi perilaku, pengalaman masa lalu,
kepribadian, talenta dan kemampuan orang ini (Lee Dan Peterson, 2000: 402-403). Faktor terpenting
dalam lingkungan faktor yang mempengaruhi orang tersebut adalah karakteristik budaya masyarakat
tempat tinggalnya.
Budaya, keanggotaan kelas sosial, keluarga dan teman berlangsung dalam factor Mempengaruhi
kepribadian Jika dalam budaya, nilai - nilai yang membentuk garis besar umum kewiraswastaan
seperti, wirausaha, sukses dan menghasilkan uang diakui, itu berarti kewiraswastaan didukung dengan
Rasio pendirian perusahaan baru tinggi dalam budaya ini. Bersama dengan Ini, dalam budaya, yang
tidak mengetahui kesuksesan dan gagasan perusahaan baru, dan melihat kegagalan sebagai
kehilangan besar reputasi, kesempatan untuk menjadi perusahaan yang sukses sangat rendah Faktor
lain yang berpengaruh dalam berwirausaha adalah tingkat kepercayaan dalam masyarakat. Dimana
perasaan percaya tinggi, pengusaha bisa mudah bekerja sama dengan individu lain, dan ini
memudahkan mereka untuk menetapkan kekuasaan dan tanggung jawab (Hisrich dan Peters, 2002:
52-54).
Pendidikan adalah metode yang efektif untuk mendorong kewiraswastaan. Itu diterima bahwa itu
memiliki efek positif dalam mempromosikan semangat kewirausahaan kaum muda belajar di
untuk mengungkapkan kepribadian wirausaha. Bukan itu mudah bagi seseorang untuk merangkul
budaya kewiraswastaan. Hal ini karena kewiraswastaan memiliki konten yang komprehensif dan
memberikan tugas yang sulit dan tanggung jawab kepada orang tersebut. Namun, jika studi yang
ditentukan dalam masalah ini bisa jadi terbentuk sebagai sebuah program, hasil positif bisa diraih
Dengan menurunnya stabilitas ekonomi, lingkungan kerja, dan meningkatnya kebutuhan akan kontrol
dan pemenuhan pribadi di tempat kerja, kewiraswastaan telah diusulkan sebagai model karir
alternatif yang layak untuk pekerjaan organisasi tradisional. Penelitian sebelumnya telah meneliti
faktor-faktor yang mempengaruhi niat untuk menjadi pengusaha, yang meliputi persepsi pengusaha
dan kewiraswastaan, self-efficacy, motivasi yang berbeda untuk mengejar kewiraswastaan sebagai
karier, serta pengaruh gender dan latar belakang keluarga. Badan sastra ini dirangkum di bawah ini.
Gender memainkan peran penting dalam membentuk persepsi kewiraswastaan individu sebagai
pilihan karir. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa pria memiliki niat kuat untuk mengejar karir
kewirausahaan daripada wanita (untuk review lihat, Shinnar, Giacomin, & Janssen, 2012). Gupta dan
Turban (2009) menemukan bahwa ketidakseimbangan gender dari niat wirausaha sebagian dapat
dikaitkan dengan stereotip gender. Mereka berpendapat bahwa pria dan wanita di masyarakat kita
diberi label dengan karakteristik stereotip yang berbeda yang sesuai untuk jenis pekerjaan yang
berbeda (untuk tinjauan terhadap stereotip gender, Gupta, Turban, Wasti, & Sikdar, 2009). Dalam
penelitian empiris mereka, mereka menemukan bahwa individu yang memiliki identifikasi gender laki-
laki tinggi, dibandingkan dengan mereka yang memiliki identifikasi gender laki-laki yang rendah,
memiliki niat yang lebih tinggi untuk memulai sebuah bisnis. Kewirausahaan terus menjadi "karir yang
gagah" yang membuat wanita enggan berpartisipasi (Gupta & Turban, 2009).
Selain itu, penelitian ekstensif telah mempelajari bagaimana wirausaha self-efficacy mempengaruhi
kewiraswastaan yang lebih tinggi memiliki niat kewirausahaan yang lebih tinggi (untuk tinjauan ulang,
Wilson, Kickul, & Marlino, 2007). Ini juga menunjukkan bahwa kehadiran orang tua dalam karir
kewirausahaan tampaknya meningkatkan kewiraswastaan diri (Scherer, Adams, Carley, & Wiebe,
1989). Perbedaan gender juga diamati dalam penilaian self-efficacy. Thébaud (2010) dalam studinya
tentang survei tahunan Global Entrepreneurship Monitor menemukan bahwa wanita sekitar setengah
dari kemungkinan pria berpikir bahwa mereka memiliki kemampuan untuk menjadi pengusaha di AS
walaupun perempuan dan laki-laki memiliki jumlah yang hampir sama dengan manusia, sosial , Dan
modal finansial.
Selanjutnya, penelitian telah menggunakan teori motivasi untuk memahami keputusan karir individu
untuk menjadi pengusaha. Berdasarkan manfaat dan biaya yang dirasakan, individu ditarik atau
didorong menuju karir kewirausahaan (untuk review, Schjoedt & Shaver, 2007). Schjoedt and Shaver
(2007) menganalisis apakah potensi peningkatan kepuasan hidup ditarik, atau ketidakpuasan kerja
mendorong individu menuju karir kewirausahaan. Mereka menemukan bahwa pengusaha yang baru
lahir tidak didorong untuk kewiraswastaan karena rendahnya kepuasan kerja namun malah memilih
menjadi wirausahawan untuk menciptakan kehidupan dan kepuasan kerja. Motivasi lain untuk
menjadi pengusaha meliputi peluang pasar, komitmen keluarga, frustrasi karir, ketidakpuasan,
fleksibilitas, prestasi, kebutuhan akan kemerdekaan, atau perasaan tidak memiliki alternatif lain
Penelitian yang ekstensif memberikan wawasan yang terbatas tentang motivasi siswa untuk
mempelajari kewiraswastaan, cara mereka memanfaatkannya selama karir mereka, dan garis waktu
yang terkait dengannya. Komentar Schramm menyiratkan bahwa pendidikan kewiraswastaan harus
mempercepat penciptaan usaha jangka pendek dan pembangunan ekonomi. Memimpin untuk
pertanyaan menarik seperti: Kapan kita bisa mengharapkan hasil dari pendidikan kewiraswastaan?
Akankah pendidikan kewirausahaan menurunkan usia rata-rata pengusaha? Dan, jika pendidikan
8. Sifat Wirausaha
Keberhasilan orang dalam berwirausaha bergantung pada banyak fitur seperti modal, pengetahuan,
pengalaman, stabilitas. Sekalipun peluang sukses tergantung pada banyak faktor lingkungan dan
demografi yang berbeda, kunci sebenarnya faktor penentu adalah karakteristik yang dimiliki
pengusaha (Hisrich dan Peters, 2002: 32-33). Karakteristik wirausahawan dapat dicatatkan sebagai
Orang-orang melihat perubahan sebagai sebuah kesempatan, inovatif, imajinatif, kreatif, fleksibel dan
memiliki kemampuan untuk bertahan dalam ambiguitas, mudah beradaptasi, andal, mampu
mengambil risiko, bersikap gigih, bertanggung jawab dan mandiri (Chell dan Yang lain, 1991: 47).
Selain itu, dianggap bahwa orang-orang ini memiliki kekuatan untuk bertahan dalam perjuangan
hidup, dan memiliki motivasi lebih dalam mencapainya tujuan (Johnson, 1996: 62-70).
Karakteristik terpenting dari kepribadian kewirausahaan adalah fitur kecenderungan mengambil risiko
atau kecenderungan untuk mengambil risiko. Wirausaha risiko termasuk percaya kembali maksimal
dan mewujudkan usaha dengan rasional pengambilan keputusan Pengalaman di bidang kerja dan
naluri kewirausahaan juga memiliki peran penting dalam jumlah risiko yang mungkin diambil
pengusaha (Busenitz, 1999: 325-341). Menjadi atasan Anda sendiri, keinginan untuk mandiri adalah
Berbaring di belakang keinginan individu untuk membangun operasi mereka sendiri (Hisrich dan
Peters, 2002: 27) dan penilaian nilai sendiri. Faktor-faktor ini menciptakan kepribadian pengusaha
sekaligus memiliki kualitas dasar yang memisahkan pengusaha individu dari individu rata-rata
Seperti kemajuan yang telah dicapai Indonesia dalam pendidikan kewiraswastaan, hal itu masih
tertinggal dari yang lain negara, terutama Amerika Serikat yang jauh di depan daerah lain dalam hal
kewirausahaan dan pendidikan kewirausahaan [25]. Oleh karena itu, masuk akal untuk menilai
Amerika Serikat.
a. Fungsi
Secara historis, pendidikan kewirausahaan telah dimanfaatkan sebagai pendorong utama
pertumbuhan ekonomi di Indonesia Amerika Serikat. Demikian pula kreativitas dan kewirausahaan di
lulusan universitas. Penekanan pada dimensi ekonomi berbeda dari model Eropa yang
Pendidikan kewirausahaan telah memantapkan dirinya sebagai bidang studi yang matang. Pada awal
tahun 2002, Amerika Serikat menawarkan lebih dari 2.200 kursus di lebih dari 1.600 sekolah, memiliki
lebih dari 300 orang yang dikaruniai posisi, 44 jurnal akademik wasit, lebih dari 100 pusat, dan selusin
kewirausahaan di Indonesia Baccalaureate, master, dan doktor. Dengan demikian, mereka telah
menciptakan kurikulum yang komprehensif untuk jurusan pendidikan kewirausahaan yang terdiri dari
menjadi daerah yang baru berkembang di Indonesia Institusi, yang hanya menawarkan kursus
Di Amerika Serikat banyak program kewirausahaan telah menemukan rumah akademik dalam bisnis
Dan sekolah teknik, dan semakin banyak sekolah Amerika menawarkan konsentrasi atau jurusan
lebih dari 1.600 sekolah menawarkan kursus kewirausahaan. Pendidikan kewirausahaan adalah tren
nasional utama, "menjadi universitas, yang menampilkan program lintas disiplin dengan misi beragam
di masing-masing Institusi, bukan hanya sebagai sub-spesialisasi dalam bisnis atau program rekayasa
Umumnya, inisiatif kewirausahaan ada sebagai bagian tanggung jawab divisi urusan kemahasiswaan.
Sebagai tambahan, tidak ada perbedaan kursus dengan siswa pada tingkat yang berbeda, terlepas dari
d. Pendanaan
Di Amerika Serikat, pendidikan kewirausahaan menerima dukungan finansial dari sumber eksternal
seperti pengusaha sukses dan yayasan, serta dari pemerintah. Banyak universitas miliki mendirikan
pusat kewiraswastaan dan diamankan dikuasai professorships kewirausahaan, sebagian besar yang
disediakan oleh pengusaha sukses yang lulus dari institusi tersebut. Di Indonesia, pendidikan
kewiraswastaan terutama didanai oleh pemerintah, dan kurangnya dana telah diidentifikasi sebagai
e. Kurikulum
3) Kursus tentang fungsi bisnis termasuk masalah terkait manajemen (misalnya karakteristik
pengusaha, manajemen inovasi, pembentukan tim) dan atau keuangan, akuntansi dan pajak,
Universitas menawarkan dua jenis kegiatan ko-kurikuler: kesempatan eksplorasi yang kurang intensif,
seperti klub mahasiswa dan pembicara seri untuk meningkatkan paparan kewirausahaan, dan lebih
intensif, kegiatan belajar eksperiensial, seperti kompetisi rencana bisnis dan magang untuk
Di Indonesia, kewiraswastaan cenderung ditawarkan dalam kursus yang berdiri sendiri daripada
diintegrasikan ke dalam isi kursus di departemen lain atau disiplin. Kewirausahaan tetap utamanya
Pilihan, dan kursus biasanya dimulai dengan definisi dan penjelasan konseptual kewiraswastaan dan
beralih ke keterampilan dasar memulai bisnis-menghasilkan sebuah ide, menganalisis pasar, mencari
modal, dan mengikuti prosedur manajemen dan akuntansi untuk menjalankan bisnis Kegiatan co-
kurikuler seperti klub kewirausahaan, ceramah dan pembicara, lokakarya dan seminar, kompetisi
rencana bisnis, magang, dan inkubator usaha tersedia namun terutama terbatas pada lembaga
f. Research
Di Amerika Serikat, ada sejumlah besar peneliti yang sepenuhnya mengabdikan diri pada
kewiraswastaan pendidikan, sebagaimana tercermin dalam jumlah jurnal dimaksud. Pada awal 2001,
44 wasit Jurnal kewirausahaan menerima makalah, dengan yang baru muncul kira-kira setiap 4 bulan
sejak 1987. Sebaliknya, hanya ada sedikit periset penuh waktu yang dikhususkan untuk penelitian ini
Topik, dan saat ini tidak ada satu jurnal profesional tentang pendidikan kewirausahaan.
g. Fakultas
Lembaga di Amerika Serikat mempekerjakan fakultas penuh waktu yang secara eksklusif berkomitmen
untuk program pendidikan kewirausahaan, meski ada persentase tinggi fakultas tambahan (yaitu,
Non-tenure track, part-time) mengajar kewiraswastaan, bahkan di beberapa bisnis paling terkenal
sekalipun sekolah di Amerika [5]. Sebaliknya, mayoritas profesor kewiraswastaan di China berasal
Disiplin tradisional seperti ekonomi atau administrasi bisnis, yang mencerminkan lama kebijakan dan
praktik. Jelas bahwa Indonesia perlu berinvestasi dalam pelatihan dan pengembangan Profesor
kewirausahaan dan peneliti. Meski Kementerian Pendidikan telah merancang dan tersedia sejak tahun
2003 serangkaian program pelatihan untuk anggota fakultas di bidang pendidikan kewirausahaan,
kekurangan fakultas yang mumpuni tetap menjadi isu bagi Indonesia pendidikan kewirausahaan.
1995 oleh Success majalah, yang mendasarkan penilaiannya terhadap kriteria yang mengikutsertakan
kualifikasi fakultas, ragamnya dan kedalaman kurikulum kewirausahaan, standar akademik dan nilai
siswa, dan kualitas dan kedalaman sumber daya. Sejak tahun 2005, peringkat telah dipublikasikan di
media seperti media Kewirausahaan, Berita A.S. dan World Report, Pekan Usaha Kecil dan Bisnis
Fortune. Meskipun peringkat ini kontroversial dan beberapa kriteria dipertanyakan, mereka berfungsi
sebagai sarana untuk mengukur kemajuan pendidikan kewirausahaan. Di China, evaluasi dan
Pemantauan dan mengevaluasi tingkat yang lebih umum tampaknya kurang umum.
Proses gestasi ventura bergantung pada karakteristik pendiri dan gagasan usaha terjadi dalam konteks
tertentu (Davidsson, 2015). Sementara tampaknya masuk akal untuk menganggap kontekstual itu
pengaruh penting untuk aktivitas kewirausahaan secara umum dan, khususnya, siswa, Ada juga
indikasi bahwa kepentingan relatif mereka bervariasi selama proses kewirausahaan dan untuk
berbagai jenis ide usaha (Hundt & Sternberg, 2014; Vohora, Wright, & Lockett, 2004). Jadi, kita
mengambil perspektif proses di makalah kami dengan mempertimbangkan berbagai titik awal dan
fase wirausaha proses. Pertama, kita membedakan antara berbagai sumber ide usaha. Menurut a
pandangan yang diterima secara luas, proses penemuan kewirausahaan dimulai dengan konsepsi
gagasan usaha yang dapat berubah dan menjadi lebih dan lebih rumit dari waktu ke waktu (Bhave,
1994; Davidsson, 2003). Keyakinan dan tindakan bekerja sama untuk menyebabkan ketergantungan
jalur pada tahap pengenalan dan evaluasi kesempatan (Shepherd, McMullen, & Jennings, 2007).
Dalam perspektif evolusioner ini, ide usaha awal bisa memiliki dampak yang langgeng pada
pembentukan bisnis baru karena - meski sedang berkembang, biasanya Implisit dan tidak lengkap -
gagasan tersebut memberi arahan saat mencoba menciptakan kegiatan ekonomi baru (Davidsson,
2015). Bagi siswa pemula, penting untuk membedakan antara gagasan usaha dari studi atau
penelitian, yaitu dari dalam universitas, dan gagasan dari luar universitas karena kemungkinan besar
untuk berbeda mengenai inovasi mereka, anchorage pasar, dan transfer pengetahuan. Kedua, kita
membedakan antara kewiraswastaan yang baru lahir dan pembentukan bisnis baru. Seorang
pengusaha baru lahir bisa digambarkan sebagai orang yang telah mengambil langkah awal menuju
mendirikan bisnis yang tidak belum beroperasi (Carter et al., 1996). Namun, tidak setiap usaha untuk
memulai bisnis baru akan menghasilkan yang baru usaha (Brixy, Sternberg, & Stüber, 2012). Hanya
beberapa pengusaha yang baru lahir yang akan berhasil membentuk a bisnis operasi baru dan
kemudian bisa digambarkan sebagai pemilik bisnis baru-manajer (s) atau, singkatnya, baru Pengusaha
(s). Beberapa tahun setelah melahirkan, bisnis biasanya dianggap mapan dan tidak seperti baru lagi.
Secara keseluruhan, kami secara konseptual dan empiris mempelajari perilaku wirausaha mahasiswa
Dari perspektif multi level. Mirip dengan konseptualisasi sebelumnya (Djokovic & Souitaris, 2008),
kami termasuk faktor penentu pada tiga tingkat yang berbeda: tingkat mikro, yaitu siswa dengan
kepribadiannya karakteristik dan latar belakang keluarga, fakultas universitas sebagai konteks
organisasi, dan konteks regional. Kami berpendapat bahwa ketiga tingkat ini memiliki dampak
simultan - dan saling bergantung satu sama lain pada aktivitas wirausaha siswa. Kami juga
membedakan dua sumber usaha yang berbeda Ide dan dua tahap proses gestasi. Berdasarkan
Pembahasan
Secara keseluruhan, pendidikan kewirausahaan Indonesia masih dalam tahap awal, dan Indonesia
tertinggal di belakang rata-rata standar Global Entrepreneurship Monitor (GEM) dalam pendidikan
kewirausahaan. Dua survei nasional menunjukkan bahwa kurang dari satu persen lulusan perguruan
tinggi benar-benar melanjutkan untuk memimpin start-up dibandingkan dua puluh sampai tiga puluh
persen di negara maju. Sebagai gantinya, sebagian besar lulusan papan atas ikut untuk lulus sekolah
atau lebih memilih pekerjaan keamanan bekerja untuk sebuah perusahaan besar Indonesia atau
Untuk pengembangan lebih lanjut pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi dan universitas di
Indonesia, serangkaian rekomendasi diberikan di bawah ini, berdasarkan analisis dari tiga program
a. Terapkan definisi wirausaha yang lebih luas agar institusi pendidikan tinggi tidak lagi
menyamakan keterlibatan dalam kewirausahaan hanya dengan usaha bisnis dan menawarkan
pendidikan tinggi.
e. Mengintegrasikan program dan aktivitas kewirausahaan yang terkait dengan kurikulum yang
telah ditetapkan mata pelajaran yang berbeda sehingga bisa menambah nilai pada semua
program sarjana.
f. Kembangkan kemitraan yang kuat antara institusi pendidikan tinggi, bisnis, dan lainnya
organisasi masyarakat sehingga pemimpin bisnis bisa menjadi profesor, mentor, pelatih, dan
g. Memberikan pelatihan intensif kepada para guru dalam program kewirausahaan, dan
pengembangan profesional.
h. Memberikan insentif bagi anggota fakultas untuk melakukan penelitian dalam pendidikan
kewirausahaan.
i. Dorong siswa, lulusan, dan peneliti untuk mengembangkan ide bisnis komersial mereka
menjadi perusahaan, dan menyediakan infrastruktur pendukung yang efektif di dalam institusi
Indonesia saat ini tidak sepenuhnya memanfaatkan potensi wirausaha, dan meningkatkan ini akan
membantu negara dalam mentransformasi lebih lanjut ekonominya dan mencapai kekuatan ekonomi
dan kompetitif di masa depan. Oleh karena itu, Indonesia masih memiliki jalan yang panjang sebelum
pendidikan kewirausahaan tersedia institusi pendidikan di semua tingkat dan dari semua jenis dan
menetapkan dirinya sebagai bidang studi yang matang. Pengertian ini, rekomendasi yang disebutkan
di atas akan membantu mempercepat jalannya kemajuan bagi pemerintah dan untuk institusi
individu. Pendidikan kewirausahaan di Indonesia akan sangat diuntungkan dari kombinasi dari konsep
yang lebih jelas dan lebih luas dari konsep ini, sebuah strategi yang berwawasan dan visioner kerangka
kerja di tingkat nasional, kurikulum terpadu di seluruh disiplin ilmu, sebuah pelatihan intensif program
untuk fakultas, hubungan yang lebih erat antara akademi dan industri, dan skema suara mencatat
Berdasarkan hasil wawancara yang kami dapatkan, maka kami analisis. Berikut ini hasil analisis
kami. Dari keenam wawancara diatas, wirausaha yang dilakukan lebih banyak di bidang jasa. Karena
jasa memiliki kesesuaian dengan kemampuan mahasiswa. Sesuai dengan teori motivasi yang
menyatakan bahwa sesorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini tidak bisa dilakukan.
Hobi, ingin mendapatkan uang sendiri, membuat sesuatu yang bermanfaat, berinteraksi
sosial. Keadaan-keadaan ini mencerminkan tingkat tertinggi (Aktualisasi Diri). Motivasi mahasiswa
dalam berwirausaha tidak tinggi karena lebih sekedar mencari pengalaman karena kebutuhan
Kendala yang terjadi berdasarkan wawancara paling banyak kendala waktu. Alasan ini sesuai
dengan teori kewirausahaan yang dikemukakan oleh Hisrich dan Brush . Penggunaan waktu yang
Berdasarkan hasil wawancara, mahasiswa lebih banyak tidak sesuai dengan keilmuannya
(jurusannya). Hal ini sejalan dengan teori skala prioritas bahwa berwirausaha berada di skala pilihan
sedangkan pendidikan berada di skala pokok. Karena mahasiswa berpikir berwirausaha sebagai pilihan
adalah sesuatu yang berbeda dan tidak harus sebuah skala pokok.
Dari hasil wawancara yang diperoleh ada 3 orang yang ingin melanjutkan dan 3 orang yang
memilih untuk tidak dilanjutkan atau masih dipertimbangkan. Hal ini bersesuaian dengan teori
orientasi masa depan yang dikemukakan oleh Nurmi (1991). Keadaan masa depan bergantung pada
harapan, tujuan, standar, rencana, dan strategi pencapaian tujuan dimasa akan datang.
Pendidikan dan wirausaha merupakan kebutuhan yang berbeda dalam tingkatan prioritasnya
Kewirausahaan yang dilakukan mahasiswa untuk kedepannya bergantung pada harapan,
tujuan, standar, rencana, dan strategi pencapaian tujuan dimasa akan datang
Wirausaha yang dilakukan mahasiswa lebih banyak dalam bidang jasa, maka kami
Alasan mahasiswa berwirausaha adalah untuk memenuhi kebutuhan atas aktualisasi diri
Kendala waktu paling berpengaruh kepada mahasiswa yang berwirausaha, maka sebaiknya
Soegoto, Eddy Soeryanto. 2012 . Metode Riset Online. Jakarta : Andi Offset
Sukamti, Umi. 2000. Manajemen Perusahaan Kecil dan Kewirausahaan.Jakarta : Dikjen dikti
Nurkhan. (2005). Pengaruh Pekerjaan Orang Tua Terhadap Minat Berwiraswasta Siswa Kelas II
Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif SMK Negeri 1 Tulis Batang Tahun Ajaran 2005/2006 .
Semarang: Fakultas Teknik UNNES.