Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
Toksikologi adalah pemahaman mengenai pengaruh-pengaruh bahan kimia yang
merugikan bagi organisme hidup. Dari definisi di atas, jelas terlihat bahwa dalam
toksikologi terdapat unsur-unsur yang saling berinteraksi dengan suatu cara-cara
tertentu untuk menimbulkan respon pada sistem biologi yang dapat menimbulkan
kerusakan pada sistem biologi tersebut. Salah satu unsur toksikologi adalah agen-
agen kimia atau fisika yang mampu menimbulkan respon pada sistem biologi.
Selanjutnya cara-cara pemaparan merupakan unsur lain yang turut menentukan
timbulnya efek-efek yang tidak diinginkan ini.
Zat-zat toksis digolongkan dengan cara-cara yang bermacam-macam tergantung
pada minat dan kebutuhan dari yang menggolongkannya. Sebagai contoh, zat-zat
toksis dibicarakan dalam kaitannya dengan organ-organ sasaran dan dikenal sebagai
racun liver, racun ginjal penggunaannya dikenal sebagai pestisida, pelarut, bahan
additif pada makanan dan lain-lain dan kalau dihubungkan ke sumbernya dikenal
sebagai toksin binatang dan tumbuhan kalau dikaitkan dengan efek-efek mereka
dikenali sebagai karsinogen, mutagen dan seterusnya.
Penggolongan agent-agent toksik atas dasar mekanisme kerja biokimianya
(inhibitor-inhibitor sulfhidril, penghasil met Hb) biasanya lebih memberi penjelasan
dibanding penggolongan oleh istilah-istilah umum seperti iritasi dan korosif, tetapi
penggolongan-penggolongan yang lebih umum seperti pencemar udara, agen yang
berhubungan dengan tempat kerja, dan racun akut dan kronis dapat menyediakan satu
sentral yang berguna atas satu masalah khusus.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu xenobiotik?
2. Bagaimana metabolism xenobiotik di dalam tubuh?
3. Apa saja hal yang mempengaruhi enzim dalam reaksi xenobiotik?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi metabolism xenobiotik?
5. Bagaimana respon tubuh terhadap metabolism xenobiotik?

1
6. Bagaimana klasifikasi dari racun?

C. TUJUAN
1. Mahasiswa/I dapat mengetahui defenisi xenobiotik.
2. Mahasiswa/I dapat mengetahui proses metabolism xenobiotik dalam tubuh.
3. Mahasiswa/I dapat mengetahui hal-hal yang mempengaruhi enzim dalam reaksi
xenobiotik.
4. Mahasiswa/I dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi metabolism
xenobiotik.
5. Mahasiswa/I dapat mengetahui bagaimana respon tubuh terhadap metabolism
xenobiotik
6. Mahasiswa/I dapat mengetahui klasifikasi dari racun

D. MANFAAT

1. Untuk mengenal dan memahami secara mendalam tentang xenobiotik.


2. Agar pembaca atau Mahasiswa/i sekolah Tinggi Analis Bakti Asih dapat
menggunakan makalah ini sebagai bahan pembelajaran dalam mata kuliah
Toksikologi

2
BAB II

ISI

A. XENOBIOTIK
Xenobiotik berasal dari bahasa Yunani: Xenos yang artinya asing, Biotik yang
Artinya hidup. Xenobiotik adalah zat asing yang masuk dalam tubuh manusia. Contoh :
obat- obatan, zat kimia tambahan pada makanan, dll. Xenobiotik umumnya tidak larut air,
sehingga kalau masuk tubuh tidak dapat diekskresi. Untuk dapat diekskresi
xenobiotik harus dimetabolisme menjadi zat yang larut, sehingga bisa diekskresi. Organ
yang paling berperan dalam metabolism xenobiotik adalah hati. Ekskresi
xenobiotik melalui empedu dan urine.

Yang dimetabolisme oleh biotransformasi atau reaksi detoksifikasi


dikelompokkan ke dalam fase satu dan fase dua. Fase pertama reaksi berupa Fase
Hidroksilasi yaitu fase mengubah xenobiotik aktif menjadi inaktif dan Fase kedua berupa
fase Konjugasi yaitu fase mereaksikan xenobiotik inaktif dengan zat kimia tertentu dalam
tubuh menjadi zat yang larut, sehingga mudah diekresi baik lewat empedu maupun urine

1. Fase Hidroksilasi → fase mengubah xenobiotik aktif menjadi inaktif oleh enzim
mono oksidase atau sitokrom P450. Enzim Sitokrom P450 terdapat banyak di
Retikulum Endoplasma. Fungsi enzim ini adalah sebagai katalisator perubahan
Hidrogen (H) pada xenobiotik menjadi gugus Hidroksil (OH). Reaksi Hidroksilasi
oleh enzim Sitokrom P450 adalah sbb: RH + O2 → R-OH + H2O. Enzim sitokrom
P450 banyak terdapat dalam membran retikulum endoplasna sel hati. Pada beberapa
keadaan produk hidroksilasi bersifat mutagenic atau karsinogenik.
Reaksi ini meliputi:
Oksidasi : penambahan gugus O2- dan hilangnya gugus H+
Reaksi oksidasi merupakan proses terbesar yang terjadi pada fase 1 (90%) .
Sebagian besar dikatalisis oleh enzym sitokrom P450 (CYP) menghasilkan produk
sampingan ROS (Reactive Oxygen Species), misal: superoksida dan hidrogen
peroksida (H2O2). ROS dapat merusak unsur-unsur di dalam mitokondria
kerusakan sel. Dalam keadaan normal, ROS akan dinetralisir oleh sistem gluthation
peroksidase yang terdapat di sitosol dan matrix. Zat-zat yang dapat menginduksi

3
aktifitas sitokrom P450 antara lain: Acetaminophen, Rifampisin, Alkohol,
Phenobarbital, Diazepam.
Reduksi: penambahan gugus H+ dan hilangnya gugus O2-
Penting untuk pembentukan gugus hidroksil atau amino yang dapat membuat obat
menjadi metabolit lebih polar
Hidrolisis: penambahan gugus OH- dan H+
Hidrolisis xenobiotik ester dan amida menghasilkan asam karboksilat, alkohol dan
amina, Beberapa enzim hidrolisis yang penting antara lain kolinesterase,
karboksilesterase, arilesterase dan endopeptidase.
2. Fase konjugasi → fase mereaksikan xenobiotik inaktif dengan zat kimia tertentu
dalam tubuh menjadi zat yang larut, sehingga mudah diekskresi baik lewat empedu
maupun urine. Zat di dalam tubuh bisa digunakan untuk proses konjugasi adalah
asam glukoronat, sulfat, acetat, glutation atau asam amino tertentu.
 Glukuronidasi adalah proses menkonjugasi xenobiotik dengan glukorunat,
dengan enzim glukuronil transferase. Xenobiotik yang mengalami
glukuronidasi asetilaminofluoren (karsinogenik), anilin, asam benzoat,
meprobamat, fenol dan senyawa steroid.
 Sulfasi, proses konjugasi xenobiotik dengan asam sulfat, dengan enzim
sulfotransferase, Xenobiotik yang mengalami sulfasi adalah: alkohol,
arilamina, fenol.
 Glutation, yang terdiri dari tripeptida (glutamat, sistein, glisin) dan biasa
disingkat GSH, menggunakan enzim glutation S-transferase atau epoksid
hidrolase, Xenobiotik yang berkonjugasi dengan GSH adalah xenobiotik
elektrofilik (karsinogenik).
 Asetilasi, Reaksi : X + asetil KoA  asetil-X + KoA, Enzim nya yaitu
asetiltransferase (sitosol pada sel liver, terutama), xenobiotik yang
berkonjugasi dengan asetat yaitu isoniazid.

4
a. Hal-Hal Yang Mempengaruhi Emzim Dalam Reaksi Xenobiotik

Aktivitas enzim yang memetabolisme xenobiotik dipengaruhi oleh usia, jenis


kelamin, dan faktor lainnya.Tedapat berbagai faktor yang mempengaruhi aktivitas
enzim-enzim yang memetabolisme xenobiotik. Aktivitas enzim-enzim ini dapat
menunjukkan perbedaan bermakna di antara spesies. Oleh karena itu, contohnya,
kemungkinan toksisitas atau karsinogenisitas xenobiotik pada satu spesies tidak sama
dengan spesies lainnya. Terdapat perbedaan signifikan dalam aktivitas enzim di
antara individu, dan banyak diantaranya disebabkan oleh faktor genetik. Aktivitas
sebagai enzim ini bervariasi sesuai usia dan jenis kelamin.

Asupan berbagai xenobiotik, misalnya fenobarbital, PBC, atau hidrokarbon


tertentu dapat menyebabkan induksi enzim. Oleh karena itu, dalam mengevaluasi
respons biokimiawi terhadap xenobiotik, penting diketahui apakahyang bersangkutan
telah terpajan bahan-bahan penginduksi ini. Metabolit xenobiotik tertentu dapat
menghambat atau merangsang aktivitas enzim-enzim yang memetabolisme
xenobiotik. Hal ini juga dapat memengaruhi dosis obat tertentu yang diberikan
kepada pasien. Berbagai penyakit (misalnya Sirosis hati) dapat memengaruhi aktivitas
enzim yang memetabolisme obat sehingga kadang-kadang dosis berbagai obat untuk
pasien dengan penyakit ini perlu disesuaikan.

b. Faktor Yang Mempengaruhi Metabolisme


 Faktor genetic
Perbedaan individual efek obat (sensitivitas dan resistensi obat), interaksi
dan toksisitas obat bias dipengaruhi oleh ras atau karakteristik etnis karena
terjadi perbedaan gen polimorfik dan ekspresi enzim pemetabolisme.
Contoh: etnik Jepang & Cina (Asia) lebih sensitif terhadap etanol
dibandingkan Caucasian (~20% vs ~3%).

5
 Faktor fisiologis
Usia merupakan salah satu faktor fisiologis yang mempengaruhi
metabolisme, terlalu muda atau terlalu tua dapat menyebabkan kegagalan
metabolisme.
Hormon, jenis kelamin, kehamilan, perubahan mikroflora intestinal,
penyakit (terutama penyakit hati), dan status nutrisi juga mempengaruhi
metabolisme. Faktor yg menentukan perbedaan metabolisme pada
penyakit hati adalah: tingkat keparahan penyakit, aliran darah ke hati, &
jenis obat.
 Faktor lingkungan
Senyawa dari lingkungan (karbon monoksida, pestisida) dapat
berkompetisi dgn obat atau xenobiotik untuk enzim pemetabolisme. Selain
itu senyawa dari lingkungan dapat juga menginduksi ekspresi enzim
pemetabolisme (jumlah molekul enzim meningkat, laju tetap).

c. Respon Metabolisme Xenobiotik


Mutasi ini terjadi karena adanya perubahan struktur gen (DNA Mutasi ini terjadi karena

adanya perubahan struktur gen (DNA

Cedera sel ( jejas ) terjadi apabila suatu sel tidak lagi dapat beradaptasi terhadap
rangsangan atau sel terkena agen perusak ( damaging agents ). Hal ini dapat
terjadi bila rangsangan tersebut terlalu lama atau terlalu berat. Sel dapat pulih dari
cedera atau mati bergantung pada sel tersebut dan besar serta jenis cedera.
6
Apabila suatu sel mengalami cedera, maka sel tersebut dapat mengalami
perubahan dalam ukuran, bentuk, sintesis protein, susunan genetik, dan sifat
transportasinya.
Hapten adalah substansi kimiawi sederhana atau suatu bagian dari antigen yang
tidak menimbulkan respon kekebalan, tetapi jika hapten berikatan dengan protein
tubuh akan mengenalinya sebagai substansi berbahay

Puru ayal[1] atau kanker atau neoplasma ganas[2] adalah penyakit yang ditandai dengan
kelainan siklus sel khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk:

 tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel melebihi batas normal)


 menyerang jaringan biologis di dekatnya.
 bermigrasi ke jaringan tubuh yang lain melalui sirkulasi darah atau sistem limfatik,
disebut metastasis.

Tiga karakter ganas inilah yang membedakan kanker dari tumor jinak. Sebagian besar kanker
membentuk tumor, tetapi beb
Kanker adalah suatu penyakit yang ditimbulkan oleh sel tunggal yang tumbuh tidak
normal dan tidak terkendali sehingga dapat menjadi tumor ganas yang dapat
menghancurkan dan merusak sel atau jaringan sehat. Kanker merupakan salah satu
jenis penyakit yang sangat ditakuti oleh banyak orang sehingga ada baiknya kita
mencegah kanker daripada mengobatinya. Pada tulisan ini akan diberikan penjelasan
lebih lanjut mengenai kanker.
 Respon metabolisme xenobiotik dapat menguntungkan karena metabolit
yang dihasilkan menjadi zat yang polar sehingga dapat diekskresi keluar
tubuh

 Respon metabolisme xenobiotik dapat merugikan karena:


Berikatan dengan makromolekul dan menyebabkan cidera sel
Berikatan dengan makromolekul menjadi hapten → merangsang
pembentukan antibodi dan menyebakan reaksi hipersensitivitas yang
berakibat cidera sel
Berikatan dengan makromolekul menjadi zat mutan yang menyebakan
timbulnya sel kanker.
7
B. KLASIFIKASI DAN KARAKTERISTIK TOKSIKAN (BAHAN TOKSIK)
Klasifikasi toksikan (Bahan Toksik). Bahan toksik dapat diklasifikasikan
berdasarkan:
 Organ tujuan, misalnya ginjal, hati, dan sistem hematopoitik
 Penggunaan, misalnya pestisida, pelarut, dan food additive
 Sumber, misalnya tumbuhan atau hewan
 Efek yang ditimbulkan, misalnya kanker dan mutasi
 Bentuk fisik, misalnya gas, cair, dan debu
 Label kegunaan, misalnya bahan peledak dan oksidator
 Susunan kimia, misalnya amino aromatis, halogen, dan hidrokarbon
 Potensi racun, misalnya organofosfat lebih toksik daripada karbamat

Untuk dapat diterima dalam spektrum agen toksik, suatu bahan tidak hanya
ditinjau dari satu macam klasifikasi saja, tetapi dapat pula ditinjau dari beberapa
kombinasi dan beberapa faktor lain. Klasifikasi bahan toksik dapat dibagi secara kimiawi,
biologi, dan karakteristik paparan yang bermanfaat untuk usaha pengontrolan. Ada pula
sumber lain yang mengklasifikasikan toksik sebagai berikut :

a. Klasifikasi Atas Dasar Sumber


a) Sumber alamiah/buatan : klasifikasi ini membedakan racun asli yang
berasalkan fauna dan flora, dan kontaminasi organisme dengan berbagai
racun berasalkan lingkungan seperti bahan baku industri yang beracun
ataupun buangan beracun dan bahan sintetis beracun.
b) Sumber berbentuk titik, area, dan bergerak. Klasifikasi ini biasanya
digunakan untuk orang yang berminat dalam melakukan pengendalian.
Tentunya sumber titik lebih mudah dikendalikan daripada sumber area
yang bergerak.
c) Sumber domestik, komersial, dan industri, yang lokasi sumbernya. Sifat,
dan jenisnya berbeda, kecuali terkontaminasi oleh buangan insektisida,
sisa obat, dll.

8
b. Klasifikasi Atas Dasar Wujud
Klasifikasi atas dasar wujud sangat bermanfaat dalam memahami efek
yang mungkin terjadi serta pengendaliannya:
a) Wujud pencemar dapat bersifat padat, cair, dan gas. Racun dapat
dibedakan atas dasar wujudnya ini terutama karena efeknya yang berbeda.
Gas dapat berdifusi, sehingga menyebar lebih cepat daripada cairan dan zat
padat. Efek terhadap masyarakat tentunya akan sangat berbeda. Gas dan
padatan yang sangat halus akan cepat menimbulkan efek, dan apabila
konsentrasi masyarakat di tempat tersebut padat, maka efeknya akan
menjadi sangat drastis.
b) Ukuran pencemar bentuk, dan densitas, serta komposisi kimiawi dan fisika
sangat erat hubungannya dengan wujud. Hal ini akan memberikan
petunjuk mudah tidaknya sesuatu pencemar memasuki tubuh host dan
cepat tidaknya menimbulkan efek dan sampai seberapa jauh efeknya.
Padatan halus dengan sifat-sifat tersebut dapat berbentuk sangat
aerodinamis, sehingga mudah masuk ke dalam paru-paru, sekalipun
ukurannya sangat relatif besar
c. Klasifikasi Atas Dasar Sifat Kimia-Fisika
Klasifikasi ini sering digunakan untuk bahan beracun (B3), dan
pengelompokan xenobiotik tersebut adalah sebagai B3 yang:
a) Korosif
b) Radioaktif
c) Evaporatif
d) Eksplosif
e) Reaktif; semua ini menghendaki penanganan, transportasi, dan
pembuangan yang berbeda, karena bahaya yang mungkin
ditimbulkan akan berbeda.
d. Klasifikasi Atas Dasar Terbentuknya Pencemar/Xenobiotik
Pencemar yang terbentuk dan keluar dari sumber disebut pencemar prmer.
Selanjutnya, setelah transformasi pertama di lingkungan, ia akan disebut

9
pencemar sekunder, dan kemudian dapat menjadi pencemar tersier, dan
seterusnya. Klasifikasi ini menjadi penting jika kita melakukan pengukuran
ataupun pemantuan pencemar. Lokasi, jarak, dari sumber, dan sifat
reaktifitasnya dengan zat yang ada di media lingkungan akan menentukan
terjadinya perubahan sifat kimia pencemar. Pencemar sekunder, dan
seterusnya tentu akan bersifat berbeda dari sifat primer.
e. Klasifikasi Atas Dasar Efek Kesehatan
Klasifikasi atas dasar efek kesehatan atau lebih tepat atas dasar gejala
yang timbul mengelompokkan pencemar sebagai penyebab gejala:
a) Fibrosis atau terbentuknya jaringan ikat secara berlebih
b) Granuloma atau didapatnya jaringan radang yang kronis
c) Demam atau temperatur badan melebihi normal
d) Asfiksia atau keadaan kekurangan oksigen
e) Alergi atau sensitivitas yang berlebih
f) Kanker atau tumor ganas
g) Mutan adalah generasi yang secar genetik berbeda dari induknya
h) Cacat bawaan akibat teratogen.
i) Keracunan sistemik, yakni keracunan yang menyerang seluruh
anggota tubuh.
f. Klasifikasi Atas Dasar Kerusakan/Organ Target
Racun dapat dikelompokkan atas dasar organ yang diserangnya.
Klasifikasi ini digunakan oleh para ahli superspesialis organ target tersebut.
Dalam klasifikasi ini, racun dinyatakan sebagai racun yang:
a) Hepatotoksik atau beracun bagi hepar/hati
b) Nefrotoksik atau beracun bagi nefron/ginjal
c) Neurotoksik atau beracun bagi neuron/saraf
d) Hermatotoksik atau beracun bagi darah/sistem pembentukan sel
darah
e) Pneumotoksik atau beracun bagi pneumon/paru-paru

10
Klasifikasi atas dasar organ target ini sering digunakan karena sifat
kimia-fisika racun yang berbeda dengan racun biologis ataupun kuman
patogen.
g. Klasifikasi Atas Dasar Hidup/Matinya Racun
Klasifikasi atas dasar hidup/motinya racun atau yang bersifat biotis dan
abiotis dibuat, karena bahaya yang terjadi akan beda. Zat yang hidup dapat
berkembang biak bila lingkungannya mengizinkan, sedangkan yang abiotis
dapat berubah menjadi berbagai senyawa. Dengan demikian, pengendaliannya
akan berbeda pula.

11
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
1. Xenobiotik adalah zat asing yang masuk dalam tubuh manusia. Contoh : obat- obatan,
zat kimia tambahan pada makanan, dll.
2. Xenobiotik dikelompokkan ke dalam 2 fase, fase satu dan fase dua. Fase pertama
reaksi berupa Fase Hidroksilasi yaitu fase mengubah xenobiotik aktif menjadi inaktif
dan Fase kedua berupa fase Konjugasi yaitu fase mereaksikan xenobiotik inaktif
dengan zat kimia tertentu dalam tubuh menjadi zat yang larut.
3. Respon metabolisme xenobiotik dapat menguntungkan, dandapat merugikan.
4. Toksik di klasifikasikan menjadi 7 bagian yaitu: berdasarkan sumber, wujud, fisika-
kimia, terbentuknya pencemar, atas dasar kesehatan, hidup matinya racun, dan
kerusakan organ target.

B. SARAN
Dengan adanya makalah ini diharapkan para pembaca dapat mengetahui lebih
banyak lagi tentang xenobiotik dan klasifikasi racun guna menambah wawasan untuk
pembelajaran.

12
DAFTAR PUSTAKA

 Wardanadimas. metabolisme-xenobiotik. wardanadimas.blogspot.com. (20 september


2014)
 Yayat Dhahiyat & Fiddy S. Prasetiya. Xenobiotik. (20 september 2014)

13

Anda mungkin juga menyukai