Baik Keluar
ADRIANI M PANJAITAN
190600167
2019
Bupati Labura : Dokter Abaikan Tugas Lebih Baik
Keluar
Adriani M Panjaitan
190600167
Mahasiswa Program Pendidikan Dokter Gigi
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
Jl. Alumni No. 2 Kampus USU Medan 20155
Email : adrianipanjaitan@yahoo.co.id
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dokter merupakan ilmuwan yang telah dididik secara profesional untuk
memberikan pertolongan dan pelayanan medis kepada orang-orang yang
membutuhkannya. Pendidikan kedokteran telah membekali para peserta didiknya
dengan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan perilaku professional
(professional attitude) agar mereka menjadi dokter-dokter yang berkompeten dan
profesional, senantiasa memberikan pertolongan kepada sesamanya. Sumpah
dokter dimulai dengan kalimat: ”Demi Allah saya bersumpah”. Kalimat ini
merupakan pengakuan atas keterbatasan manusia.
1.2 Permasalahan
Kata etika secara etimologi berasal dari kata Yunani yaitu ethikos, ethos yang
berarti adat, kebiasaan, praktik. Etika bukan suatu sumber tambahan bagi ajaran
moral, melainkan merupakan filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang
ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika adalah suatu ilmu, bukan
merupakan suatu ajaran. Pengertian lain tentang etika adalah ilmu tentang apa yang
baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).Etika
bersangkutan dengan manusia secara pribadi dalam “kemanusiannya”, yaitu
manusia yang sudah dan mampu menyadari dirinya sendiri dalam berpikir, bersikap,
berbicara, bertingkah laku terhadap manusia lain dan (dalam) masyarakat, terhadap
Tuhan sang Pencipta dan terhadap lingkungan tempat hidup beserta seluruh isinya.
Etika, sebagaimana metode filsafat, mengandung permusyawaratan dan argumen
eksplisit untuk membenarkan tindakan tertentu (etika praktis). Juga membahas asas-
asas yang mengatur karakter manusia ideal atau kode etik profesi tertentu (etika
normatif). Etika adalah pedoman berbuat sesuatu dengan alasan tertentu. Alasan
tersebut sesuai dengan nilai tertentu dan pembenarannya. Etika penting karena
masyarakat selalu berubah, sehingga kita harus dapat memilih dan menyadari
kemajemukan (norma) yang ada (filsafat praksiologik). Jadi etika juga adalah alasan
untuk memilih nilai yang benar di tengah belantara norma (filsafat moral).3,4
Etika adalah sebuah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma
moral yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya. Etika sebagaimana
metode filsafat, mengandung permusyawaratan dan argumen eksplisit untuk
membenarkan tindakan tertentu (etika praktis), juga membahas asas-asas yang
mengatur karakter manusia ideal atau kode etik profesi tertentu (etika normatif).
Etik Kedokteran
Dari pengertian seperti inilah Kode Etik Kedokteran dapat diartikan sebagai
seperangkat (tertulis) tentang peraturan-peraturan etika yang memuat amar (apa
yang dibolehkan) dan larangan (apa yang harus dihindari) sebagai pedoman
pragmatis bagi dokter dalam menjalankan profesinya. Dapat juga dikatakan, Kode
Etik Kedokteran adalah buku yang memuat aturan-aturan etika bagi dokter.1
Sebenarnya yang disebut sebagai etik (ethos) adalah suatu adat kebiasaan,
namun karena telah menjadi istilah umum dimana etik diartikan sebagai adat
kebiasaan yang ”baik, selayaknya, seharusnya”, maka sampai sekarang pengertian
inilah yang dipakai. Perkembangan Dalam pada itu, Profesor Kaiser Ali (Kanada)
dalam presentasinya pada Pertemuan Nasional Jaringan Bioetika dan Humaniora
Kesehatan Indonesia (JBHKI) IV di Surabaya 2006 menyatakan bahwa, bioetika
kedokteran (medical bioethics) adalah aspek moral dari ilmu kedokteran (Practice of
Moral medicine). Saat ini sudah sangat lazim pula kita dengar istilah ”Bioetika dan
Humaniora kesehatan” atau Health bioethics and humanities. Humaniora medik
(medical humanities) mengandung pengertian aspek kemanusiaan dari ilmu
kedokteran (Practice of Humane medicine). Karena kita ketahui bahwa antara ilmu
kedokteran, moral dan kemanusiaan tak dapat dipisahkan satu sama lain.1
Perkembangan Etika
Etika kedokteran atau yang sekarang lebih banyak dikenal dengan istilah
Bioetika sudah dikenal sejak berabad-abad yang lalu. Setiap waktu diulas, dibahas
dan dikembangkan sampai kepada pengertian yang kita anut sekarang ini. Semuanya
ini dilakukan agar profesi kedokteran selalu siap untuk menjawab tantangan jaman.
Etika terdiri dari dua jenis, yaitu etika umum dan etika khusus. Etika umum
membahas kondisi dasar bagaimana manusia bertindak dalam mengambil keputusan
etis. Penilaiannya adalah prinsip moral, yaitu baik dan buruk. Sementara etika
khusus merupakan penerapan prinsip-prinsip dasar dalam bidang khusus atau
disebut etika terapan, misalnya etika kedokteran, etika kefarmasian, etika
keperawatan dan lain-lain.4
Prinsip-Prinsip Bioetika
Kode etik kedokteran menyangkut dua hal yang harus diperhatikan oleh para
pengembang profesi kedokteran, yaitu:
1. Etik jabatan kedokteran (medical ethics), yaitu menyangkut masalah yang berkaitan
dengan sikap dokter terhadap teman sejawatnya, perawatnya, masyarakat, dan
pemerintah.
2. Etik asuhan kedokteran (ethics medical care), yaitu etika kedokteran yang berupa
pedoman dalam kehidupan sehari-hari, khususnya sikap dan tindakan seorang dokter
terhadap pasien yang menjadi tanggungjawabnya.6
3. PENUTUP
Kesimpulan
Saran
Dalam pembuatan paper ini penulis berharap agar paper ini memiliki manfaat
untuk menambah wawasan pembaca. Dan penulis memberikan beberapa saran:
1. Hanafiah MJ, Amir A. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Jakarta: EGC, 1999: 67-
72, 56-62, 87-89, 254-255.
2. William RJ. Panduan Etika Medis. Alih Bahasa : Tim PSKI FK UMY. Yogyakarta
: PSKI FK UMY. 2005 : 36-45.
3. Gunawan. Memahami Etika Kedokteran. Yogyakarta: Penerbit Kaninus, 1992: 33-37, 57-
63.
4. Darmadipura,eds. Kajian bioetik 2005. Surabaya: Airlangga University Press, 2008:
6-7, 112-116, 129-135.
5. Afandi D. Kaidah Dasar Bioetika Dalam Pengambilan Keputusan Klinis yang Etis.
Majalah Kedokteran Andalas 2017; 40,2: 111-121.
6. Nurdin M. Perlindungan Hukum Terhadap Pasien Atas Korban Malpraktek
Kedokteran. Jurnal Hukum Samudra Keadilan 2015; 10,1: 92-109.
Lampiran