Anda di halaman 1dari 102

ISSNT1907-1507

OUTLOOK EH 2016

OUTLOOK TEH

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian
2016

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i


2016 OUTLOOK TEH

ii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK TEH 2016

OUTLOOK TEH

ISSN : 1907-1507

Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5)


Jumlah Halaman : 78 halaman

Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, M.Si.

Penyunting :
Dr. Ir. Leli Nuryati, MSc.
Drh. Akbar Yasin, MP

Naskah :
Roydatul Zikria, S.Si

Design Sampul :
Diah Indarti, SE

Diterbitkan oleh :
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian
2016

Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian iii


2016 OUTLOOK TEH

iv Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK TEH 2016

KATA PENGANTAR

Guna mengemban visi dan misinya, Pusat Data dan Sistem Informasi
Pertanian mempublikasikan data sektor pertanian serta hasil analisis datanya.
Salah satu hasil analisis yang telah dipublikasikan secara reguler adalah Outlook
Komoditi Perkebunan.

Publikasi Outlook Teh Tahun 2016 menyajikan keragaan data series


komoditi Teh secara nasional dan internasional selama 10-30 tahun terakhir serta
dilengkapi dengan hasil analisis proyeksi produksi dan konsumsi dari Tahun 2016
sampai dengan Tahun 2020.

Publikasi ini disajikan dalam bentuk buku dan dapat dengan mudah
diperoleh atau diakses melalui portal e-Publikasi Kementerian Pertanian yaitu
http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id.

Dengan diterbitkannya publikasi ini diharapkan para pembaca dapat


memperoleh gambaran tentang keragaan dan proyeksi komoditi Teh secara lebih
lengkap dan menyeluruh.

Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan publikasi ini,
kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Kritik dan
saran dari segenap pembaca sangat diharapkan guna dijadikan dasar
penyempurnaan dan perbaikan untuk penerbitan publikasi berikutnya.

Jakarta, Desember 2016


Kepala Pusat Data dan
Sistem Informasi Pertanian,

Dr. Ir. Suwandi, M.Si.


NIP.19670323.199203.1.003

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian v


2016 OUTLOOK TEH

vi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK TEH 2016

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .......................................................................... v


DAFTAR ISI .................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ............................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xvii
RINGKASAN EKSEKUTIF .................................................................. xxi
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................... 1
1.1. LATAR BELAKANG ........................................................... 1
1.2. TUJUAN....................................................................... 2
1.3. RUANG LINGKUP ............................................................ 2
BAB II. METODOLOGI ....................................................................... 3
2.1. SUMBER DATA DAN INFORMASI ............................................ 3
2.2. METODE ANALISIS ........................................................... 4
2.2.1. ANALISIS DESKRIPTIF................................................ 4
2.2.2. ANALISIS PRODUKSI ................................................. 4
2.2.3. ANALISIS KONSUMSI ................................................. 5
2.2.4. KELAYAKAN MODEL ................................................. 6
BAB III. KERAGAAN TEH NASIONAL ..................................................... 7
3.1. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS
TEH DI INDONESIA ........................................................... 7
3.1.1. PERKEMBANGAN LUAS AREAL TEH DI INDONESIA ............... 7
3.1.2. PERKEMBANGAN PRODUKSI TEH DI INDONESIA .................. 9
3.1.3. PERKEMBANGAN PRODUKTIVITAS TEH DI INDONESIA .......... 11
3.2. SENTRA PRODUKSI TEH DI INDONESIA ................................... 12
3.3. PERKEMBANGAN KONSUMSI TEH DALAM NEGERI ....................... 15
3.4. PERKEMBANGAN KONSUMSI TEH DALAM NEGERI ....................... 15
3.5. PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR TEH DI INDONESIA.............. 16

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian vii


2016 OUTLOOK TEH

3.5.1. PERKEMBANGAN VOLUME EKSPOR DAN IMPOR TEH


DI INDONESIA ...................................................... 16
3.5.2. PERKEMBANGAN NILAI EKSPOR DAN IMPOR TEH
DI INDONESIA ....................................................... 17
3.5.3. PERKEMBANGAN NERACA PERDAGANGAN TEH
DI INDONESIA ....................................................... 18
3.5.4. NEGARA TUJUAN EKSPOR TEH INDONESIA ...................... 19
3.5.5. NEGARA ASAL IMPOR TEH INDONESIA ........................... 19
3.6. RATA-RATA NILAI PRODUKSI DAN PENGELUARAN DARI USAHA TEH
TAHUN 2014 ................................................................ 20
BAB IV. KERAGAAN TEH ASEAN DAN DUNIA ......................................... 23
4.1. PERKEMBANGAN LUAS TANAMAN MENGHASILKAN, PRODUKSI DAN
PRODUKTIVITAS TEH DI ASEAN DAN DUNIA ............................. 23
4.1.1. PERKEMBANGAN LUAS TANAMAN MENGHASILKAN, PRODUKSI
DAN PRODUKTIVITAS TEH DI ASEAN .............................. 23
4.1.2. PERKEMBANGAN LUAS TANAMAN MENGHASILKAN, PRODUKSI
DAN PRODUKTIVITAS TEH DI DUNIA .............................. 25
4.1.3. NEGARA SENTRA LUAS TANAMAN MENGHASILKAN DAN
PRODUKSI TEH DI ASEAN ........................................... 27
4.1.4. NEGARA SENTRA LUAS TANAMAN MENGHASILKAN DAN
PRODUKSI TEH DI DUNIA ........................................... 29
4.2. PERKEMBANGAN HARGA TEH DUNIA .................................... 30
4.3. PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR TEH ASEAN DAN DUNIA ....... 31
4.3.1. PERKEMBANGAN EKSPOR DAN TEH DI ASEAN ................... 31
4.3.2. NEGARA EKSPORTIR DAN IMPORTIR TEH DI ASEAN ............ 33
4.3.3. PERKEMBANGAN EKSPOR DAN TEH DI DUNIA ................... 34
4.3.4. NEGARA EKSPORTIR DAN IMPORTIR TEH DI DUNIA ............. 36
4.4. PERKEMBANGAN KETERSEDIAAN TEH ASEAN DAN DUNIA ............. 37
4.4.1. PERKEMBANGAN KETERSEDIAAN TEH DI ASEAN ................ 37
4.4.2. PERKEMBANGAN KETERSEDIAAN TEH DI DUNIA ................ 38

viii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK TEH 2016

BAB V. ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI ......................................... 39


5.1. PROYEKSI PRODUKSI TEH DI INDONESIA TAHUN 2016-2020........... 39
5.2. PROYEKSI KONSUMSI TEH DI INDONESIA TAHUN 2016-2020 .......... 42
5.3. PROYEKSI SURPLUS/DEFISIT TEH DI INDONESIA
TAHUN 2016-2020 .......................................................... 43
5.4. PROYEKSI KETERSEDIAAN TEH DI ASEAN TAHUN 2016-2020 .......... 44
5.5. PROYEKSI KETERSEDIAAN TEH DI DUNIA TAHUN 2016-2020 .......... 44
BAB VI. KESIMPULAN ..................................................................... 47

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 49


LAMPIRAN .................................................................................. 51

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian ix


2016 OUTLOOK TEH

x Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK TEH 2016

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Jenis Variabel, Periode dan Sumber Data ............................... 3


Tabel 3.1. Rata-rata Pertumbuhan dan Kontribusi Luas Areal Teh di
Indonesia Tahun 1980–2016 ................................................ 8
Tabel 3.2. Rata-rata Pertumbuhan dan Kontribusi Produksi Teh di
Indonesia Tahun 1980–2016 ............................................... 10
Tabel 5.1. Hasil Analisis Fungsi Respon Terkait Produksi Komoditi Teh
di Indonesia ................................................................. 40
Tabel 5.2. Hasil Proyeksi Produksi Teh di Indonesia Tahun 2016-2020 .......... 41
Tabel 5.3. Hasil Proyeksi Konsumsi Teh Untuk Konsumsi Rumah Tangga
Tahun 2016-2020 ............................................................ 42
Tabel 5.4. Proyeksi Surplus/Defisit Teh di Indonesia Tahun 2016-2020 ......... 43
Tabel 5.5. Hasil Proyeksi Ketersediaan Teh di ASEAN Tahun 2016-2020 ........ 44
Tabel 5.6. Hasil Proyeksi Ketersediaan Teh di Dunia Tahun 2016-2020 ......... 45

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xi


2016 OUTLOOK TEH

xii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK TEH 2016

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1. Perkembangan Luas Areal Teh di Indonesia Menurut Status


Pengusahaan Tahun 1980-2016 ......................................... 7
Gambar 3.2. Kontribusi Luas Areal Teh di Indonesia Menurut Status
Pengusahaan Tahun 2012-2016 ......................................... 9
Gambar 3.3. Perkembangan Produksi Teh di Indonesia Menurut Status
Pengusahaan Tahun 1980-2016 ........................................ 10
Gambar 3.4. Kontribusi Produksi Teh di Indonesia Menurut Status
Pengusahaan Tahun 2012-2016 ........................................ 11
Gambar 3.5. Perkembangan Produktivitas Teh di Indonesia Menurut Status
Pengusahaan Tahun 2003-2016 ........................................ 12
Gambar 3.6. Kontribusi Produksi Teh Beberapa Provinsi Sentra di
Indonesia Tahun 2012-2016 ............................................ 12
Gambar 3.7. Kontribusi Produksi Teh di Beberapa Kabupaten Sentra di
Provinsi Jabar Tahun 2014.............................................. 13
Gambar 3.8. Kontribusi Produksi Teh di Provinsi Sumut Tahun 2014 ............ 14
Gambar 3.9. Kontribusi Produksi Teh di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 .... 14
Gambar 3.10. Perkembangan Konsumsi Teh di Indonesia Tahun 2002-2015...... 15
Gambar 3.11. Perkembangan Harga Rata-rata Teh di Tingkat Konsumen
Tahun 2008-2015......................................................... 16
Gambar 3.12. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Teh di Indonesia
Tahun 1980-2015......................................................... 17
Gambar 3.13. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Teh di Indonesia
Tahun 1980-2015......................................................... 18
Gambar 3.14. Perkembangan Neraca Perdagangan Teh di Indonesia Tahun
2011-2015 ................................................................. 18
Gambar 3.15. Negara Tujuan Ekspor Teh Indonesia Tahun 2015................... 19
Gambar 3.16. Negara Asal Impor Teh Indonesia Tahun 2015 ....................... 20

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xiii


2016 OUTLOOK TEH

Gambar 3.17. Persentase Biaya Terhadap Produksi Teh per 100 Pohon
Tahun 2014 ............................................................... 21
Gambar 3.18. Persentase Biaya Terhadap Jumlah Pengeluaran Teh per 100
Pohon Tahun 2014 ....................................................... 21
Gambar 4.1. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Teh di ASEAN
Tahun 1980-2013 ......................................................... 23
Gambar 4.2. Perkembangan Produksi Teh di ASEAN Tahun 1980-2013 .......... 24
Gambar 4.3. Perkembangan Produktivitas Teh di ASEAN Tahun 1980-2013 .... 25
Gambar 4.4. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Teh di Dunia
Tahun 1980-2013 ......................................................... 25
Gambar 4.5. Perkembangan Produksi Teh di Dunia Tahun 1980-2013 ........... 26
Gambar 4.6. Perkembangan Produktivitas Teh di Dunia Tahun 1980-2013...... 27
Gambar 4.7. Kontribusi Luas Tanaman Menghasilkan Teh Beberapa Negara
Sentra di ASEAN Tahun 2009-2013 ..................................... 28
Gambar 4.8. Negara Sentra Produksi Teh di ASEAN Tahun 2009-2013 ........... 28
Gambar 4.9. Kontribusi Luas Tanaman Menghasilkan Teh Beberapa Negara
di Dunia Tahun 2009–2013 .............................................. 29
Gambar 4.10. Kontribusi Produksi Teh Beberapa Negara di Dunia Tahun
2009–2013 ................................................................. 30
Gambar 4.11. Perkembangan Harga Teh di Dunia Tahun 1980-2015 .............. 31
Gambar 4.12. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Teh di ASEAN
Tahun 1980-2013 ......................................................... 32
Gambar 4.13. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Teh di ASEAN Tahun
1980-2013 ................................................................. 32
Gambar 4.14. Negara Eksportir Teh di ASEAN Tahun 2009-2013 ................... 33
Gambar 4.15. Negara Importir Teh di ASEAN Tahun 2009-2013 .................... 34
Gambar 4.16. Perkembangan Volume Ekspor Teh di Dunia Tahun 1980-2013 .... 35
Gambar 4.17. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Teh di Dunia Tahun
1980-2013 ................................................................. 35
Gambar 4.18. Negara Eksportir Teh di Dunia Tahun 2009-2013 .................... 36
Gambar 4.19. Negara Importir Teh di Dunia Tahun 2009-2013 ..................... 37

xiv Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK TEH 2016

Gambar 4.20. Perkembangan Ketersediaan Teh di ASEAN Tahun 1980-2013 ..... 37


Gambar 4.21. Perkembangan Ketersediaan Teh di Dunia Tahun 1980-2013...... 38

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xv


2016 OUTLOOK TEH

xvi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK TEH 2016

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Perkembangan Luas Areal Teh di Indonesia Menurut Status


Pengusahaan Tahun 1980-2016. ..................................... 53
Lampiran 2. Perkembangan Produksi Teh di Indonesia Menurut Status
Pengusahaan Tahun 1980-2016 ...................................... 54
Lampiran 3. Perkembangan Produktivitas Teh di Indonesia Menurut
Status Pengusahaan Tahun 2003-2016 .............................. 55
Lampiran 4. Kontribusi Produksi Teh Beberapa Provinsi Sentra di
Indonesia Tahun 2012-2016 .......................................... 56
Lampiran 5. Kabupaten Sentra Produksi Teh di Provinsi Jawa Barat
Tahun 2014 ............................................................. 56
Lampiran 6. Kabupaten Sentra Produksi Teh di Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2014 ............................................................. 57
Lampiran 7 Kabupaten Sentra Produksi Teh di Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2014 ............................................................. 57
Lampiran 8. Perkembangan Konsumsi Teh di Indonesia Tahun 2002-2015 ... 58
Lampiran 9. Perkembangan Harga Teh di Tingkat Konsumen Tahun
2008-2015 .............................................................. 59
Lampiran 10. Perkembangan Ekspor dan Impor Teh di Indonesia Tahun
1980–2015 .............................................................. 60
Lampiran 11. Negara Tujuan Ekspor Teh Indonesia Tahun 2015 ................ 61
Lampiran 12. Negara Asal Impor Teh Indonesia Tahun 2015 ..................... 61
Lampiran 13. Rata-rata Nilai Produksi dan Pengeluaran per 100 Pohon
dari Usaha Perkebunan Tanaman Teh Tahun 2014 ............... 62
Lampiran 14. Perkembangan Luas TM, Produksi dan Produktivitas Teh di
ASEAN Tahun 1980–2013 .............................................. 63
Lampiran 15. Perkembangan Luas TM, Produksi dan Produktivitas Teh di
Dunia Tahun 1980–2013 ............................................... 64

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xvii


2016 OUTLOOK TEH

Lampiran 16. Negara Sentra Luas Tanaman Menghasilkan Teh di ASEAN


Tahun 2009-2013 ...................................................... 65
Lampiran 17. Negara Sentra Produksi Teh di ASEAN Tahun 2009-2013 ......... 65
Lampiran 18. Negara Sentra Luas Tanaman Menghasilkan Teh di Dunia
Tahun 2009-2013 ...................................................... 66
Lampiran 19. Negara Sentra Produksi Teh di Dunia Tahun 2009-2013 .......... 66
Lampiran 20. Perkembangan Harga Teh di Dunia Tahun 1980-2015 ............ 67
Lampiran 21. Perkembangan Ekspor dan Impor Teh di ASEAN
Tahun 1980-2013 ...................................................... 68
Lampiran 22. Negara Eksportir Teh di ASEAN Tahun 2009-2013 ................. 69
Lampiran 23. Negara Importir Teh di ASEAN Tahun 2009-2013 .................. 69
Lampiran 24. Perkembangan Ekspor dan Impor Teh di Dunia
Tahun 1980-2013 ...................................................... 70
Lampiran 25. Negara Eksportir Teh di Dunia Tahun 2009-2013 .................. 71
Lampiran 26. Negara Importir Teh di Dunia Tahun 2009-2013................... 71
Lampiran 27. Perkembangan Ketersediaan Teh di ASEAN
Tahun 1980-2013 ...................................................... 72
Lampiran 28. Perkembangan Ketersediaan Teh di Dunia Tahun 1980-2013 ... 73
Lampiran 29. Hasil Proyeksi Luas Areal Teh Tahun 2016-2020 .................. 74
Lampiran 30. Hasil Proyeksi Harga Konsumen Teh Tahun 2016-2020 ........... 75
Lampiran 31. Hasil Proyeksi Konsumsi Teh Tahun 2016-2020 .................... 76
Lampiran 32. Hasil Proyeksi Ketersediaan Teh di ASEAN Tahun 2014-2020.... 77
Lampiran 33. Hasil Proyeksi Ketersediaan Teh di Dunia Tahun 2014-2020 .... 78

xviii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK TEH 2016

RINGKASAN EKSEKUTIF

Produksi teh Indonesia Tahun 2015 (Angka Sementara) dengan wujud daun
kering sebesar 154.598 ton, dimana merupakan produksi dari Perkebunan Rakyat
(PR), Perkebunan Besar Negara (PBN) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS). Produksi
teh di Indonesia sebagian besar berasal dari Jawa Barat dengan kontribusi produksi
(rata-rata lima tahun terakhir) sebesar 66,67% sedangkan provinsi lainnya hanya
berkontribusi kurang dari 10%. Produksi teh di Indonesia Tahun 2016 diperkirakan
sebesar 154.688 ton dan terus menurun hingga Tahun 2020 dengan produksi sebesar
153.970 ton. Rata-rata penurunan produksi teh selama lima tahun ke depan (2016-
2020) diperkirakan sebesar 0,11% per tahun.

Konsumsi teh didekati dengan konsumsi untuk rumah tangga, dimana


konsumsi teh Tahun 2016 diproyeksikan sebesar 118.030 ton dan turun selama lima
tahun ke depan dengan rata-rata 4,76% per tahun. Tahun 2020 konsumsi teh
diproyeksikan sebesar 97.094 ton.

Meskipun produksi dan konsumsi teh menurun, namun selama lima tahun
kedepan diperkirakan Indonesia masih surplus teh. Pada Tahun 2016 surplus teh
Indonesia diproyeksikan sebesar 36.658 ton. Surplus teh diproyeksikan terus
meningkat hingga mencapai 56.877 ton pada Tahun 2020. Tingginya produksi teh
Indonesia menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara produsen serta
eksportir teh di dunia. Ekspor teh Indonesia sebagian besar ditujukan ke Rusia,
Malaysia, Pakistan, Jerman, USA dan Cina.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xix


2016 OUTLOOK TEH

xx Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK TEH 2016

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Komoditas teh memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional
yaitu sebagai sumber pendapatan petani, penyerapan tenaga kerja, sumber
devisa Negara, mendorong agroindustri pengembangan wilayah dan
pelestarian lingkungan. Pada umumnya tanaman teh nasional dikembangkan di
Indonesia sejak jaman Belanda. Khusus untuk teh rakyat mulai dikembangkan
sekitar Tahun 1980-an sehingga kondisi tanaman pada umumnya merupakan
tanaman tua/rusak dengan produktivitas yang sudah menurun dan sudah
saatnya dilakukan perbaikan budidaya melalui rehabilitasi dan intensifikasi
tanaman (Kementerian Pertanian, 2013)
Walaupun pengusahaan teh di Indonesia semakin meluas dari mulai
Sumatera utara sampai ke Jawa Timur, namun perkebunan teh di Indonesia
kini berada dalam kondisi yang menurun (Kementerian Pertanian, 2014).
Perkembangan areal tanaman teh di Indonesia terus menurun sejak Tahun
2000, sehingga pada Tahun 2015 hanya tersisa seluas 118.441 ha dengan
sebagian besar (44,58%) diusahakan oleh Perkebunan Rakyat sedangkan
sisanya berupa Perkebunan Besar Negara (31,47%) dan Perkebunan Besar
Swasta (23,94%).
Menurunnya agroindustry teh Indonesia kini terjadi karena belum dapat
diatasinya masalah-masalah yang dihadapi oleh teh Indonesia, seperti
rendahnya produktivitas tanaman karena dominannya tanaman teh rakyat
yang belum menggunakan benih unggul, terbatasnya penguasaan teknologi
pengolahan produk dan belum mampunya petani mengikuti teknologi yang
telah direkomendasikan (Good Agriculture Practice/GAP dan Good
Manufacture Process/GMP) serta standar kualitas produk sebagaimana
disyaratkan oleh ISO (Kementerian Pertanian, 2014).
Untuk mengetahui sejauh mana prospek komoditi teh dalam mendukung
sektor pertanian di Indonesia, berikut ini akan disajikan perkembangan luas
areal, produksi, produktivitas nasional serta internasional, harga, konsumsi,

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 1


2016 OUTLOOK TEH

ekspor dan impor, serta proyeksi produksi dan konsumsi teh tahun 2016-2020.
Selain itu, disajikan pula ketersediaan teh di dunia dan ASEAN tahun 2014-
2020.

1.2. TUJUAN
Melakukan Penyusunan Buku Outlook Komoditi Teh yang berisi keragaan
data series di Indonesia, dunia dan ASEAN, serta dilengkapi dengan hasil
proyeksi produksi dan konsumsi teh di Indonesia, proyeksi ketersediaan teh di
ASEAN dan di dunia.

1.3. RUANG LINGKUP


Kegiatan yang dicakup dalam penyusunan outlook komoditi teh adalah:
 Identifikasi peubah-peubah yang dianalisis mencakup luas areal, produksi,
produktivitas, konsumsi, harga, ekspor, impor, negara tujuan ekspor,
negara asal impor, dan situasi komodi teh di Indonesia, ASEAN, dan di
dunia.
 Penyusunan analisis komoditi teh serta penyusunan proyeksi konsumsi dan
produksi teh di Indonesia tahun 2016-2020.

2 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK TEH 2016

BAB II. METODOLOGI

2.1. SUMBER DATA DAN INFORMASI


Outlook Komoditi Teh Tahun 2016 disusun berdasarkan data dan
informasi yang bersumber dari daerah, instansi terkait di lingkup Kementerian
Pertanian dan instansi di luar Kementerian Pertanian seperti Badan Pusat
Statistik (BPS) dan Food and Agriculture Organization (FAO). Jenis variabel,
periode dan sumber data secara rinci disajikan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Jenis Variabel, Periode dan Sumber Data


No. Variabel Periode Sumber Data Keterangan

Luas Areal Teh di Ditjen


1. 1980-2015
Indonesia Perkebunan
Produksi Teh di Ditjen
2. 1980-2015 Daun Kering
Indonesia Perkebunan
Produktivitas Teh Ditjen
3. 2004-2015
di Indonesia Perkebunan
Konsumsi Teh di BPS, diolah
4. 2002-2015
Indonesia Pusdatin
Harga Teh di BPS, diolah
5. 2008-2015
Indonesia Pusdatin
0902101000,
0902109000,
0902201000,
Ekspor Impor Teh 0902209000,
6. 1980-2015 BPS
di Indonesia 0902301000,
0902309000,
0902401000,
0902409000
Negara Tujuan
7. Ekspor Teh 2015 BPS
Indonesia
Negara Asal Impor
8. 2015 BPS
Teh Indonesia

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 3


2016 OUTLOOK TEH

No. Variabel Periode Sumber Data Keterangan


Luas TM Teh di ASEAN
9. 1980-2013 FAO
dan Dunia
Produksi Teh di ASEAN
10. 1980-2013 FAO
dan Dunia
Produktivitas Teh di
11. 1980-2013 FAO
ASEAN dan Dunia
Harga Teh di Pasar
12. 1980-2014 World Bank
Dunia
Ekspor Impor Teh di
13. 1980-2013 FAO
ASEAN dan Dunia
Ketersediaan Teh di FAO, diolah
14. 1980-2013
ASEAN dan Dunia Pusdatin
Hasil Proyeksi
15. Jumlah Penduduk 2016-2020 BPS
BPS

2.2. METODE ANALISIS


Metode yang digunakan dalam penyusunan Outlook Komoditi Teh adalah
sebagai berikut:

2.2.1. ANALISIS DESKRIPTIF


Analisis keragaan atau perkembangan komoditi teh dilakukan
berdasarkan ketersediaan data series yang mencakup indikator luas areal,
produksi, produktivitas, konsumsi, harga, dan ekspor-impor dengan
analisis deskriptif sederhana. Analisis keragaan dilakukan untuk data
series teh di Indonesia, ASEAN dan dunia.

2.2.2. ANALISIS PRODUKSI


Analisis produksi komoditi teh dilakukan berdasarkan analisis fungsi
produksi. Penelusuran model untuk analisis fungsi produksi tersebut
dilakukan dengan pendekatan persamaan Regresi Linier Berganda
(Multiple Linear Regression). Persamaan regresi tersebut memetakan
peubah penjelas/bebas terhadap peubah respons/tak bebas. Dalam
regresi linier berganda, parameter yang diduga bersifat linier serta

4 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK TEH 2016

jumlah peubah bebas dan atau tak bebas yang terlibat di dalamnya lebih
dari satu.
Secara umum regresi linier berganda dapat dinyatakan dengan model
berikut:

Y  b0  b1 X 1  b2 X 2  ...  bn X n  
n
 b0   b j X j  
j 1

dimana : Y = Peubah respons/tak bebas


Xn = Peubah penjelas/bebas
n = 1,2,…
b0 = nilai konstanta
bn = koefisien arah regresi atau parameter model regresi
untuk peubah xn
 = sisaan

Produksi teh pada tahun ke-t diduga merupakan fungsi dari luas
areal tahun ke t-1 dan harga konsumen tahun ke-t.
Dengan memperhatikan ketersediaan data, analisis produksi
dilakukan berdasarkan data produksi dalam periode tahunan. Untuk
peubah-peubah bebas yang tidak tersedia datanya dalam periode waktu
yang bersesuaian maka dilakukan proyeksi terlebih dahulu dengan
menggunakan model pemulusan eksponensial berganda (double
exponential smoothing).

2.2.3. ANALISIS KONSUMSI


Analisis konsumsi komoditi teh merupakan analisis konsumsi langsung
masyarakat terhadap komoditi teh. Analisis konsumsi teh didekati dengan
konsumsi untuk konsumsi rumah tangga. Karena keterbatasan ketersediaan
data, analisis untuk proyeksi konsumsi teh menggunakan model Double
Exponential Smoothing (DES) dengan series data yang digunakan adalah
tahunan.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 5


2016 OUTLOOK TEH

2.2.4. KELAYAKAN MODEL


Ketepatan sebuah model regresi dapat dilihat dari Uji-F, Uji-t dan
koefisien determinasi (R2).
Koefisien determinasi diartikan sebagai besarnya keragaman dari
peubah tak bebas (Y) yang dapat dijelaskan oleh peubah–peubah bebas
(X). Koefisien determinasi dihitung dengan menggunakan persamaan:

SS Regresi
R2 
SS Total
dimana : SS Regresi adalah jumlah kuadrat regresi
SS Total adalah jumlah kuadrat total
Sementara, untuk model time series baik analisis trend maupun
pemulusan eksponensial berganda (double exponential smoothing), ukuran
kelayakan model berdasarkan nilai kesalahan dengan menggunakan
statistik MAPE (mean absolute percentage error) atau kesalahan
persentase absolut rata-rata yang diformulasikan sebagai berikut:

dimana: Xt adalah data aktual


Ft adalah nilai ramalan.
Semakin kecil nilai MAPE maka model time series yang diperoleh semakin
baik.

6 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK TEH 2016

BAB III. KERAGAAN TEH NASIONAL

3.1. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKSI, DAN PRODUKTIVITAS TEH


DI INDONESIA

3.1.1. PERKEMBANGAN LUAS AREAL TEH DI INDONESIA

Perkembangan luas areal teh di Indonesia selama periode 1980-2016


berfluktuasi (Gambar 3.1). Pada Tahun 1980, luas areal teh di Indonesia
hampir mencapai 113 ribu ha, kemudian pada Tahun 2015 naik menjadi
118.441 ha namun Berdasarkan hasil estimasi Ditjen Perkebunan pada
Tahun 2016 luas areal teh diperkirakan turun 0,29% terhadap tahun
sebelumnya. Secara umum rata-rata pertumbuhan luas areal teh pada
kurun waktu 1980-2016 naik sebesar 0,19% per tahun. Pada periode 1980-
2011 rata-rata pertumbuhan luas areal teh sebesar 0,38% per tahun
sedangkan selama kurun waktu 2012-2016 luas areal teh cenderung turun
sebesar 0,96% per tahun. Luas areal teh tertinggi dicapai pada Tahun
1998 yaitu sebesar 157 ribu ha atau naik dengan rata-rata pertumbuhan
10,42% terhadap Tahun 1997. Perkembangan luas areal teh di Indonesia
secara rinci disajikan pada Lampiran 1.

Gambar 3.1. Perkembangan Luas Areal Teh di Indonesia Menurut Status


Pengusahaan Tahun 1980-2016

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 7


2016 OUTLOOK TEH

Di Indonesia komoditi teh diusahakan oleh Perkebunan Rakyat (PR),


Perkebunan Besar Negara (PBN), dan Perkebunan Besar Swasta (PBS).
Selama kurun waktu lima tahun terakhir (2012-2016) rata-rata luas areal
teh PR, PBN dan PBS masing-masing turun sebesar 1,28%, 0,72% dan 0,62%
per tahun (Tabel 3.1). Perkembangan luas areal teh di Indonesia menurut
status pengusahaan disajikan secara rinci pada Lampiran 1.

Tabel 3.1. Rata-rata Pertumbuhan dan Kontribusi Luas Areal Teh di


Indonesia Tahun 1980–2016

Luas Areal
Tahun
PR PBN PBS Indonesia

Rata-rata Pertumbuhan (%)

1980-2016**) 0,73 -0,10 0,19 0,19

1980-2011 1,05 0,00 0,32 0,38

2012-2016**) -1,28 -0,72 -0,62 -0,96

Rata-rata Kontribusi (%)


1980-2016**) 42,87 33,81 23,32 100,00

1980-2011 42,50 34,20 23,30 100,00

2012-2016**) 45,17 31,34 23,48 100,00


Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin
Keterangan : **) Tahun 2016 Angka Estimasi Ditjenbun

Pada Tahun 2012-2016 sebagian besar luas areal teh di Indonesia


merupakan kontribusi dari PR yaitu sebesar 45,17%. PBN berkontribusi
31,34% sedangkan luas areal teh yang berasal dari PBS hanya 23,48%
(Gambar 3.2).

8 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK TEH 2016

Gambar 3.2. Kontribusi Luas Areal Teh di Indonesia Menurut Status


Pengusahaan Tahun 2012-2016

3.1.2. PERKEMBANGAN PRODUKSI TEH DI INDONESIA


Seperti halnya pada perkembangan luas arealnya, perkembangan
produksi teh di Indonesia pada periode 1980-2016 juga berfluktuasi
namun cenderung meningkat (Gambar 3.3) dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 1,34% per tahun. Selama Tahun 1980-2011 rata-rata
pertumbuhan produksi teh naik sebesar 1,46% per tahun sedangkan
selama 2012-2016 rata-rata pertumbuhannya naik sebesar 1,46% per
tahun. Pada Tahun 1980 total produksi teh di Indonesia sebesar 106 ribu
ton tahun dan pada Tahun 2015 naik hingga hampir mencapai 155 ribu
ton, sedangkan Tahun 2016 diperkirakan produksi teh naik 0,06% (hasil
estimasi Ditjenbun) terhadap Tahun 2015. Produksi teh tertinggi dicapai
pada Tahun 2003 yaitu sebesar 170 ribu ton atau naik 2,80% terhadap
Tahun 2002. Perkembangan produksi teh di Indonesia menurut status
pengusahaan disajikan secara rinci pada Lampiran 2.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 9


2016 OUTLOOK TEH

Gambar 3.3. Perkembangan Produksi Teh di Indonesia Menurut Status


Pengusahaan Tahun 1980-2016

Rata-rata pertumbuhan produksi teh di Indonesia selama lima


tahun terakhir (2012-2016) turun sebesar 0,32% per tahun untuk PR
sedangkan untuk PBN dan PBS rata-rata pertumbuhan masing-masing naik
0,06% dan 2,91% per tahun (Tabel 3.2).

Tabel 3.2. Rata-rata Pertumbuhan dan Kontribusi Produksi Teh di


Indonesia Tahun 1980–2016

Produksi
Tahun
PR PBN PBS Indonesia

Rata-rata Pertumbuhan (%)

1980-2016**) 3,35 0,22 2,94 1,34

1980-2011 3,94 0,24 2,95 1,46

2012-2016**) -0,32 0,06 2,91 0,56

Rata-rata Kontribusi (%)


1980-2016**) 24,45 54,88 20,67 100,00

1980-2011 22,97 56,96 20,06 100,00

2012-2016**) 33,93 41,51 24,57 100,00


Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin
Keterangan : **) Tahun 2016 Angka Estimasi Ditjenbun

10 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK TEH 2016

Meskipun sebagian besar luas areal teh Indonesia berasal dari PR,
namun produksi teh dari PBN selama lima tahun terakhir lebih banyak
dibandingkan PR. Tahun 2012-2016 sebanyak 41,51% produksi teh di
Indonesia merupakan kontribusi dari PBN, sedangkan kontribusi PR
sebesar 33,93% dan sisanya sebesar 24,57% berasal dari PBS (Gambar 3.4).

Gambar 3.4. Kontribusi Produksi Teh di Indonesia Menurut Status


Pengusahaan Tahun 2012-2016

3.1.3. PERKEMBANGAN PRODUKTIVITAS TEH DI INDONESIA


Perkembangan produktivitas teh di Indonesia selama kurun waktu
2003-2016 cenderung berfluktuasi (Gambar 3.5) dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 2,05% per tahun. Tahun 2003 produktivitas teh di
Indonesia mencapai 1.393 Kg/Ha kemudian pada Tahun 2015
produktivitasnya naik menjadi 1.689 Kg/Ha dan berdasarkan hasil
estimasi Ditjenbun pada Tahun 2016 produktivitas teh diperkirakan
menjadi 1.698 atau naik 0,53% terhadap tahun sebelumnya. Produktivitas
teh tertinggi dicapai pada Tahun 2016. Berdasarkan status
pengusahaannya, pada Tahun 2003-2016 rata-rata pertumbuhan
produktivitas teh PR sebesar 4,61% per tahun, sedangkan produktivitas
PBN turun 0,07% dan PBS naik 1,49% per tahun. Perkembangan
produktivitas teh menurut status pengusahaan disajikan secara rinci pada
Lampiran 3.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 11


2016 OUTLOOK TEH

Gambar 3.5. Perkembangan Produktivitas Teh di Indonesia Menurut Status


Pengusahaan Tahun 2003-2016

3.2. SENTRA PRODUKSI TEH DI INDONESIA


Sentra produksi utama untuk teh di Indonesia selama lima tahun
terakhir (2012-2016) berada di 5 (lima) provinsi antara lain Jabar, Sumut,
Jateng, Sumbar dan Jambi. Provinsi Jabar memberikan kontribusi
produksi terbesar untuk teh di Indonesia yaitu sebesar 66,67%, diikuti
oleh Sumut (8,40%), Jateng (6,89%), Smbar (5,06%) dan Jambi (3,37%),
sedangkan provinsi lainnya berkontribusi 9,61% (Gambar 3.6) terhadap
total produksi teh di Indonesia. Provinsi sentra produksi teh di Indonesia
dan kontribusinya disajikan secara rinci pada Lampiran 4.

Gambar 3.6. Kontribusi Produksi Teh Beberapa Provinsi Sentra di


Indonesia Tahun 2012-2016

12 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK TEH 2016

Jabar merupakan provinsi dengan produksi terbesar untuk teh di


Indonesia pada Tahun 2012-2016. Teh di Provinsi Jabar berasal dari PR,
PBN dan PBS. Berdasarkan Angka Tetap Ditjen Perkebunan Tahun 2014,
sentra produksi teh di Jabar terdapat di 5 kabupaten (Gambar 3.7).
Kabupaten dengan produksi teh terbanyak adalah Kabupaten Bandung
dengan kontribusi produksi sebesar 34.04% (35.842 ton) dari total
produksi teh di Provinsi Jabar. Kabupaten penghasil teh lainnya adalah
Kabupaten Cianjur (19,46%), Kabupaten Tasikmalaya (13,54%), Kabupaten
Garut (9,48%), dan Kabupaten Sukabumi (6,27%). Sisanya sebesar 17,20%
merupakan kontribusi dari kabupaten lainnya. Kabupaten sentra produksi
teh di Provinsi Jabar dan kontribusinya disajikan secara rinci pada
Lampiran 5.

Gambar 3.7. Kontribusi Produksi Teh di Beberapa Kabupaten Sentra di


Provinsi Jabar Tahun 2014

Teh di Provinsi Sumut diusahakan oleh PBN dan PBS. Pada Tahun
2014 sebanyak 97,60% (12.502 ton) produksi teh di Provinsi Sumut berasal
dari Kabupaten Simalungun. Kabupaten berikutnya dengan produksi teh
terbanyak adalah Kabupaten Toba Samosir (1,13%), Kabupaten Tapanuli
Selatan (0,90%), dan Kabupaten Dairi dengan kontribusi 0,37% (Gambar
3.8). Kabupaten sentra produksi teh di Sumut dan kontribusinya disajikan
secara rinci pada Lampiran 6.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 13


2016 OUTLOOK TEH

Gambar 3.8. Kontribusi Produksi Teh di Provinsi Sumut Tahun 2014

Di Provinsi Jawa Tengah, teh dikuasai oleh PR, PBN dan PBS. Pada
Tahun 2014 Kabupaten Batang adalah kabupaten penghasil teh terbanyak
dengan kontribusi produksi mencapai 34,02% (3.914 ton) dari total
produksi teh di Jawa Tengah. Kabupaten penghasil teh terbanyak lainnya
adalah Kabupaten Banjarnegara (28,84%), Kabupaten Pekalongan
(10,46%), Kabupaten Wonosobo (10,37%) dan Kabupaten Pemalang dengan
kontribusi 9,10% (Gambar 3.9). Sisanya sebesar 7,21% merupakan
kontribusi dari kabupaten lainnya. Kabupaten sentra produksi teh di Jawa
Tengah dan kontribusinya disajikan secara rinci pada Lampiran 7.

Gambar 3.9. Kontribusi Produksi Teh di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014

14 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK TEH 2016

3.3. PERKEMBANGAN KONSUMSI TEH DI INDONESIA


Perkembangan konsumsi teh pada Tahun 2002-2015 cenderung turun
(Gambar 3.10). Konsumsi teh diperoleh dari hasil susenas (Survei Sosial
Ekonomi Nasional) yang diterbitkan oleh BPS melalui publikasi Pengeluaran
Untuk Konsumsi Penduduk Indonesia, namun sejak Tahun 2015 konsumsi untuk
teh dibedakan menjadi konsumsi teh bubuk dan teh dicelup. Oleh karena itu
konsumsi teh Tahun 2015 dihitung dari rata-rata konsumsi teh bubuk dan teh
celup. Konsumsi teh Tahun 2002 sebesar 0,77 kg/kap/thn namun pada Tahun
2015 konsumsinya turun menjadi 0,18 kg/kap/thn dimana rata-rata
pertumbuhan setiap tahunnya turun 6,68%. Konsumsi teh tertinggi dicapai
pada Tahun 2007 yaitu sebesar 0,78 kg/kap/thn. Perkembangan konsumsi teh
di Indonesia disajikan secara rinci pada Lampiran 8.

Gambar 3.10. Perkembangan Konsumsi Teh di Indonesia Tahun 2002-2015

3.4. PERKEMBANGAN HARGA TEH DI INDONESIA


Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, perkembangan harga rata-
rata teh di tingkat konsumen pada Tahun 2008-2013 dibedakan menjadi teh
hitam dan teh hijau, namun sejak Tahun 2014 yang dipublikasikan hanya harga
teh tanpa dibedakan jenisnya. Untuk periode 2008-2013 harga teh dihitung
dari rata-rata harga teh hitam dan teh hijau. Perkembangan harga teh hitam
dan teh hijau Tahun 2008-2013 cenderung naik sedangkan rata-rata harga teh
periode 2008-2015 berfluktuatif dimana harganya cenderung turun setelah
Tahun 2013 (Gambar 3.11). Tahun 2008 harga teh hitam Rp. 45.950/kg

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 15


2016 OUTLOOK TEH

sedangkan harga teh hijau lebih mahal yaitu Rp. 61.500/kg. Tahun 2013 harga
teh hitam meningkat menjadi Rp. 57.400/kg sedangkan harga teh hijau Rp.
77.275/kg sehingga diperoleh rata-rata harga teh Rp. 67.338/kg. Namun pada
Tahun 2014 harga teh turun menjadi Rp. 60.825/kg dan Tahun 2015 harganya
Rp. 64.200/kg. Perkembangan harga teh ditingkat konsumen disajikan secara
rinci pada Lampiran 9.

Gambar 3.11. Perkembangan Harga Rata-rata Teh di Tingkat Konsumen


Tahun 2008-2015

3.5. PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR TEH DI INDONESIA

3.5.1. PERKEMBANGAN VOLUME EKSPOR DAN IMPOR TEH DI INDONESIA


Perkembangan ekspor dan impor teh di Indonesia menggunakan 8
kode HS yaitu 0902101000, 0902109000, 0902201000, 0902209000,
0902301000, 0902309000, 0902401000, 0902409000 dimana untuk Tahun
1980-2014 menggunakan data ekspor impor Ditjen Perkebunan sedangkan
Tahun 2015 menggunakan data BPS. Selama periode 1980-2015
perkembangan volume ekspor teh cenderung fluktuatif (Gambar 3.12)
dengan rata-rata pertumbuhan 0,36% per tahun. Pada Tahun 1980 volume
ekspor teh sebesar 75 ribu ton dan turun menjadi 62 ribu ton pada Tahun
2015.
Sedangkan perkembangan volume impor teh Tahun 1980-2015
cenderung naik dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 99,77% per tahun.

16 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK TEH 2016

Tahun 1980 Indonesia impor teh sebesar 51 ton dan pada Tahun 2015
volume impornya menjadi 15 ribu ton. Perkembangan volume ekspor
impor teh disajikan secara rinci pada Lampiran 10.

Gambar 3.12. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Teh di Indonesia


Tahun 1980-2015

3.5.2. PERKEMBANGAN NILAI EKSPOR DAN IMPOR TEH DI INDONESIA

Seperti halnya perkembangan volume ekspor teh, perkembangan


nilai ekspor teh selama periode 1980-2015 juga berfluktuasi (Gambar
3.13) dengan rata-rata pertumbuhan 25,59% per tahun. Tahun 1980
perkembangan nilai ekspor teh 113 ribu US$ dan naik menjadi 126 ribu
US$ pada Tahun 2015.
Sedangkan rata-rata pertumbuhan nilai impor teh pada periode
1980-2015 sebesar 81,86% per tahun. Pada Tahun 1980 nilai impor teh
sebesar 156 ribu US$ dan pada Tahun 2015 nilai impor teh Indonesia
sebesar 26 juta US$. Perkembangan nilai ekspor dan impor teh disajikan
secara rinci pada Lampiran 10.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 17


2016 OUTLOOK TEH

Gambar 3.13. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Teh di Indonesia


Tahun 1980-2015

3.5.3. PERKEMBANGAN NERACA PERDAGANGAN TEH DI INDONESIA


Perkembangan neraca perdagangan teh di Indonesia tahun 2011-
2015 cenderung positif (Gambar 3.14). Pada Tahun 2011, neraca
perdagangan teh mengalami surplus sebesar sebesar 139 juta US$ namun
pada Tahun 2015 surplus teh turun menjadi 100 juta US$. Meskipun
selama lima tahun terakhir (2011-2015) Indonesia masih surplus untuk teh
namun rata-rata surplusnya turun 12,99% per tahun. Perkembangan
neraca perdagangan teh disajikan secara rinci pada Lampiran 10.

Gambar 3.14. Perkembangan Neraca Perdagangan Teh di Indonesia


Tahun 2011-2015

18 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK TEH 2016

3.5.4. NEGARA TUJUAN EKSPOR TEH INDONESIA


Negara tujuan ekspor teh Indonesia dengan bentuk total segar dan
olahan adalah Rusia dengan volume ekspor sebesar 11.445 ton pada
Tahun 2015 (Gambar 3.15). Negara tujuan ekspor teh Indonesia
berikutnya adalah Malaysia (8.604 ton), Pakistan (5.464 ton), Jerman
(4.953 ton), USA (3.842 ton) dan Cina (3.583 ton). Negara tujuan ekspor
teh Indonesia disajikan secara rinci pada Lampiran 11.

Gambar 3.15. Negara Tujuan Ekspor Teh Indonesia Tahun 2015

3.5.5. NEGARA ASAL IMPOR TEH INDONESIA


Pada Tahun 2015, empat negara asal impor teh Indonesia dengan
bentuk total segar dan olahan adalah Vietnam dengan volume impor
9.199 ton (Gambar 3.16) diikuti Kenya (1.919 ton), India (1.310 ton) dan
Iran (1.004 ton). Negara asal impor teh Indonesia disajikan secara rinci
pada Lampiran 12.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 19


2016 OUTLOOK TEH

Gambar 3.16. Negara Asal Impor Teh Indonesia Tahun 2015

3.6. RATA-RATA NILAI PRODUKSI DAN PENGELUARAN DARI USAHA TEH


TAHUN 2014

Hasil survei rumah tangga usaha perkebunan untuk komoditas teh


pada Tahun 2014 menunjukkan bahwa nilai produksi per 100 pohon teh
sebesar Rp. 179.570 dengan rata-rata pengeluarannya Rp. 124.080.
Pengeluaran untuk usaha teh terdiri dari pengeluaran untuk bibit,
tanaman pelindung, pupuk, stimulant, pestisida, pekerja dan pengeluaran
lain. Persentase pengeluaran terhadap produksi sebesar 69,10% dimana
biaya untuk pekerja memiliki porsi terbesar terhadap biaya untuk
produksi yaitu 39,09% (Gambar 3.17). Sedangkan dari jumlah pengeluaran
jika dirinci per masing-masing biaya diperoleh informasi bahwa bibit
berkontribusi sebesar 3,04% terhadap jumlah pengeluaran, tanaman
pelindung 1,47%, pupuk 10,94%,stimulan 0,09%, pestisida 1,40%,
sedangkan biaya untuk tenaga kerja memberikan kontribusi terbesar yaitu
56,57% dan sisanya 26,49% merupakan pengeluaran lain (Gambar 3.18).
Rata-rata nilai produksi dan pengeluaran per 100 pohon dari usaha
perkebunan tanaman teh Tahun 2014 disajikan secara rinci pada Lampiran
13.

20 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK TEH 2016

Gambar 3.17. Persentase Biaya Terhadap Produksi Teh per 100 Pohon
Tahun 2014

Gambar 3.18. Persentase Biaya Terhadap Jumlah Pengeluaran Teh


per 100 Pohon Tahun 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 21


2016 OUTLOOK TEH

22 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK TEH 2016

BAB IV. KERAGAAN TEH ASEAN DAN DUNIA

4.1. PERKEMBANGAN LUAS TANAMAN MENGHASILKAN, PRODUKSI DAN


PRODUKTIVITAS TEH DI ASEAN DAN DUNIA

4.1.1. PERKEMBANGAN LUAS TANAMAN MENGHASILKAN, PRODUKSI DAN


PRODUKTIVITAS TEH DI ASEAN
Berdasarkan data dari Food and Agriculture Organization (FAO),
perkembangan luas tanaman menghasilkan teh ASEAN selama periode
1980-2013 cenderung naik (Gambar 4.1). Selama Tahun 1980-2013 rata-
rata pertumbuhan luas tanaman teh meningkat sebesar 2,17% per tahun.
Pada Tahun 1980 luas tanaman menghasilkan teh di ASEAN sebesar 181
ribu ha dan pada Tahun 2013 naik menjadi 351 ribu ton. Luas tanaman
menghasilkan teh tertinggi dicapai pada Tahun 2013 yaitu dengan
pertumbuhan sebesar 2,40% terhadap Tahun 2012. Perkembangan luas
tanaman menghasilkan teh di ASEAN disajikan secara rinci pada Lampiran
14.

Gambar 4.1. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Teh di ASEAN


Tahun 1980-2013

Seperti halnya dengan perkembangan luas tanaman menghasilkan


teh, perkembangan produksi teh di ASEAN juga cenderung naik (Gambar
4.2). Menurut data FAO, selama Tahun 1980-2013 rata-rata pertumbuhan

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 23


2016 OUTLOOK TEH

produksi teh meningkat sebesar 3,90% per tahun. Tahun 1980 produksi teh
di ASEAN sebesar 144 ribu ton kemudian terus meningkat hingga pada
Tahun 2013 produksinya menjadi 488 ribu ton. Produksi tertinggi dicapai
pada Tahun 2013 dengan pertumbuhan 1,51% terhadap tahun 2012.
Perkembangan produksi teh di ASEAN disajikan secara rinci pada
Lampiran 14.

Gambar 4.2. Perkembangan Produksi Teh di ASEAN Tahun 1980-2013

Perkembangan produktivitas teh di ASEAN Tahun 1980-2013


cenderung naik (Gambar 4.3). Berdasarkan data FAO, selama Tahun 1980-
2013 rata-rata pertumbuhan produktivitas teh meningkat sebesar 2,02%
per tahun. Tahun 1980 produktivitas teh di ASEAN sebesar 0,80 ton/ha
dan terus mengalami peningkatan hingga mencapai 1,39 ton/ha pada
Tahun 2013. Produktivitas tertinggi dicapai pada Tahun 2012 yaitu
sebesar 1,40 ton/ha dengan pertumbuhan produktivitas sebesar 0,25%
terhadap Tahun 2011. Perkembangan produktivitas teh di ASEAN disajikan
secara rinci pada Lampiran 14

24 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK TEH 2016

Gambar 4.3. Perkembangan Produktivitas Teh di ASEAN Tahun 1980-2013

4.1.2. PERKEMBANGAN LUAS TANAMAN MENGHASILKAN, PRODUKSI DAN


PRODUKTIVITAS TEH DI DUNIA
Perkembangan luas tanaman menghasilkan teh di dunia
berdasarkan data FAO Tahun 1980-2013 cenderung naik (Gambar 4.4)
dengan rata-rata pertumbuhan 1,25% per tahun. Tahun 1980 total luas
tanaman menghasilkan teh di dunia sebesar 2,37 juta ha dan pada Tahun
2013 naik menjadi 3,52 juta ha. Luas tanaman menghasilkan tertinggi
dicapai pada Tahun 2013 dengan pertumbuhan sebesar 0,11% terhadap
Tahun 2012. Perkembangan luas tanaman menghasilkan teh di dunia
disajikan secara rinci pada Lampiran 15.

Gambar 4.4. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Teh di Dunia


Tahun 1980-2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 25


2016 OUTLOOK TEH

Perkembangan produksi teh di dunia Tahun 1980-2013 cenderung


naik (Gambar 4.5) sebagaimana perkembangan luas tanaman
menghasilkannya. Pada tahun 1980 produksi teh di dunia sebesar 1,89
juta ton dan meningkat menjadi 5,35 juta ton pada Tahun 2013. Produksi
tertinggi dicapai pada tahun 2013 dengan rata-rata pertumbuhan naik
6,17% terhadap Tahun 2012. Secara umum rata-rata pertumbuhan
produksi teh di dunia periode 1980-2013 sebesar 3,23%. Perkembangan
produksi teh di dunia disajikan secara rinci pada Lampiran 15.

Gambar 4.5. Perkembangan Produksi Teh di Dunia Tahun 1980-2013

Seperti halnya perkembangan luas tanaman menghasilkan dan


produksinya, Tahun 1980-2013 perkembangan produktivitas teh di dunia
juga naik (Gambar 4.6) dengan rata-rata pertumbuhan 2,04% per tahun.
Produktivitas teh dunia tahun 1980 sebesar 0,80 ton/ha dan naik menjadi
1,52 ton/ha pada tahun 2013. Produktivitas tertinggi dicapai pada tahun
2013 dengan rata-rata pertumbuhan naik 6,05% terhadap tahun
sebelumnya. Perkembangan produktivitas teh di dunia disajikan secara
rinci pada Lampiran 15.

26 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK TEH 2016

Gambar 4.6. Perkembangan Produktivitas Teh di Dunia


Tahun 1980-2013

4.1.3. NEGARA SENTRA LUAS TANAMAN MENGHASILKAN DAN PRODUKSI


TEH DI ASEAN
Berdasarkan data rata-rata luas tanaman menghasilkan teh selama
lima tahun terakhir (2009-2013) dari FAO, terdapat enam negara yang
memiliki luas tanaman menghasilkan teh di ASEAN. Indonesia
berkontribusi paling besar terhadap luas tanaman menghasilkan teh
ASEAN yaitu sebesar 35,96% (Gambar 4.2). Urutan kedua adalah Vietnam
dengan kontribusi 33,70% diikuti Myanmar (23,04%), Thailand (5,89%),
Laos (0,74%) dan Malaysia (0,67%). Demikian juga jika urutkan
berdasarkan luas tanaman menghasilkan teh Tahun 2013, Indonesia
menempati urutan pertama dengan luas tanaman menghasilkan teh
sebesar 122 ribu ha. Besarnya kontribusi luas tanaman menghasilkan teh
beberapa negara di ASEAN disajikan secara rinci pada Lampiran 16.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 27


2016 OUTLOOK TEH

Gambar 4.7. Kontribusi Luas Tanaman Menghasilkan Teh Beberapa Negara


Sentra di ASEAN Tahun 2009-2013

Seperti halnya pada luas tanaman menghasilkan, sentra produksi


teh ASEAN berdasarkan rata-rata produksi 2009-2013 juga berada di enam
negara yaitu Vietnam, Indonesia, Thailand, Myanmar, Malaysia dan Laos
(Gambar 4.8). Vietnam berkontribusi sebesar 43,31% terhadap total
produksi teh di ASEAN, diikuti oleh Indonesia dengan kontribusi 31,74%,
Thailand 14,97%, Myanmar 6,58%, Malaysia 3,25% dan Laos 0,15%.
Berdasarkan produksi Tahun 2013 Indonesia berada diurutan ke-2 sebagai
negara produsen teh di ASEAN. Negara sentra produksi teh di ASEAN
disajikan secara rinci pada Lampiran 17.

Gambar 4.8. Negara Sentra Produksi Teh di ASEAN Tahun 2009-2013

28 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK TEH 2016

4.1.4. NEGARA SENTRA LUAS TANAMAN MENGHASILKAN DAN PRODUKSI


TEH DI DUNIA
Berdasarkan data rata-rata luas tanaman menghasilkan teh selama
lima tahun terakhir (2009-2013), terdapat lima negara yang memberikan
kontribusi luas tanaman menghasilkan teh terbesar di dunia. Lima negara
tersebut secara total memberikan kontribusi kumulatif sebesar 80,73%
terhadap total luas tanaman menghasilkan teh di dunia. Cina memberikan
kontribusi terbesar yaitu sebesar 47,35% (Gambar 4.9) terhadap luas
tanaman menghasilkan teh di dunia. India merupakan negara kedua
dengan luas tanaman menghasilkan terbesar teh di dunia dengan
kontribusi sebesar 17,58% diikuti oleh Sri Lanka (6,67%), Kenya (5,45%),
dan Indonesia (3,70%). Negara-negara lainnya memberikan kontribusi
19,27% terhadap total luas tanaman menghasilkan teh di di dunia.
Sedangkan jika diurutkan berdasarkan data satu tahun terakhir, yaitu
2013, Indonesia berada di urutan kedelapan dengan luas sebesar 122 ribu
ha. Besarnya kontribusi negara-negara dengan luas tanaman menghasilkan
teh di dunia disajikan secara rinci pada Lampiran 18.

Gambar 4.9. Kontribusi Luas Tanaman Menghasilkan Teh Beberapa Negara


di Dunia Tahun 2009–2013

Sedangkan sentra produksi teh di dunia berdasarkan data FAO


Tahun 2009-2013 berada di lima negara yaitu Cina, India, Sri Lanka,
Kenya dan Indonesia. Cina menempati urutan pertama sebagai negara
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 29
2016 OUTLOOK TEH

produsen teh terbesar di dunia dengan rata-rata produksi 1,63 juta ton
atau berkontribusi 33,88% (Gambar 4.10) terhadap produksi teh dunia.
Urutan kedua ditempati oleh India dengan kontribusi 22,47% diikuti oleh
Kenya (7,87%), Sri Lanka (6,73%), dan Turki (4,54%). Negara-negara
lainnya memberikan kontribusi 24,50% terhadap total produksi teh di
dunia. Sedangkan Indonesia menempati urutan kedelapan sebagai Negara
produsen teh di dunia, baik diurutkan berdasarkan rata-rata produksi lima
tahun terakhir (2009-2013) maupun berdasarkan produksi Tahun 2013.
Besarnya kontribusi negara-negara produsen teh di dunia disajikan secara
rinci pada Lampiran 19.

Gambar 4.10. Kontribusi Produksi Teh Beberapa Negara di Dunia


Tahun 2009–2013

4.2. PERKEMBANGAN HARGA TEH DUNIA


Berdasarkan data World Bank Tahun 1980-2015, rata-rata harga
teh di tiga pasar lelang yaitu Kolkata, Colombo dan Mombasa/Nairobi
cenderung fluktuatif (Gambar 4.11). Pada Tahun 1980 rata-rata harga teh
di ketiga pasar lelang tersebut sebesar 1,66 US$/Kg dan naik hingga
mencapai 2,71 US$/Kg atau setara dengan Rp. 36.256/Kg dengan asumsi
nilai tukar rupiah per 1 US$ sebesar Rp. 13.392 (Kemenkeu, 2016). Jika
dibandingkan dengan harga teh di tingkat konsumen di Indonesia, maka
pada Tahun 2015 harga teh di Indonesia lebih mahal (Rp. 64.200/Kg)

30 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK TEH 2016

dibandingkan harga teh dunia. harga Perkembangan harga teh dunia


disajikan secara rinci pada Lampiran 20.

Gambar 4.11. Perkembangan Harga Teh di Dunia Tahun 1980-2015

4.3. PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR TEH ASEAN DAN DUNIA


4.3.1. PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR TEH DI ASEAN
Berdasarkan data FAO tahun 1980-2013, perkembangan volume
ekspor teh di ASEAN cenderung fluktuatif (Gambar 4.12) dengan rata-rata
pertumbuhan 2,78% per tahun. Tahun 1980 volume ekspor teh di ASEAN
sebesar 95 ribu ton dan naik menjadi 168 ribu ton pada Tahun 2013,
dimana volume ekspor teh tertinggi dicapai pada Tahun 2009 yaitu
sebesar 233 ribu ton.
Sedangkan perkembangan volume impor teh di ASEAN selama
periode 1980-2013 cenderung naik (Gambar 4.12). Tahun 1980 volume
impor teh ASEAN sebesar 12 ribu ton dan naik menjadi 157 ribu ton pada
Tahun 2013, dimana volume impor tertinggi juga dicapai pada tahun
2012. Secara umum rata-rata pertumbuhan volume impor teh ASEAN
periode 1980-2013 sebesar 6,51%. Perkembangan volume ekspor dan
impor teh di ASEAN disajikan secara rinci pada Lampiran 21.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 31


2016 OUTLOOK TEH

Gambar 4.12. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Teh


di ASEAN Tahun 1980-2013

Tahun 1980 nilai ekspor teh di ASEAN 146 ribu US$ dan naik
menjadi 311 ribu US$ di Tahun 2013. Sedangkan perkembangan nilai
impor teh Tahun 1980 sebesar 24 ribu US$ dan naik menjadi 183 ribu US$
pada Tahun 2013. Secara umum perkembangan nilai ekspor teh di ASEAN
cenderung fluktuatif sedangkan perkembangan nilai impornya naik selama
periode 1980-2013 (Gambar 4.13). Perkembangan nilai ekspor dan impor
teh di ASEAN disajikan secara rinci pada Lampiran 21.

Gambar 4.13. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Teh di ASEAN


Tahun 1980-2013

32 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK TEH 2016

4.3.2. NEGARA EKSPORTIR DAN IMPORTIR TEH DI ASEAN


Berdasarkan rata-rata realisasi ekspor teh ASEAN Tahun 2009-2013
menunjukkan bahwa Vietnam menempati urutan pertama sebagai negara
eksportir teh di ASEAN dengan kontribusi sebesar 59,80% terhadap total
volume ekspor teh ASEAN (Gambar 4.14). Sedangkan Indonesia berada di
kedua baik jika diurutkan berdasarkan rata-rata volume ekspor lima
tahun terakhir (2009-2013) maupun Tahun 2013. Selama lima tahun
terakhir Indonesia berkontribusi 36,94% terhadap produksi teh ASEAN.
Volume ekspor teh di ASEAN juga merupakan kontribusi dari Malaysia dan
Thailand masing-masing dengan kontribusi sebesar 1,12% dan 0,90%.
Kontribusi masing-masing negara eksportir teh di ASEAN disajikan pada
Lampiran 22.

Gambar 4.14. Negara Eksportir Teh di ASEAN Tahun 2009-2013

Dari sisi impor teh, terlihat bahwa Malaysia menempati urutan


pertama sebagai negara importir teh di ASEAN pada Tahun 2009-2013
dengan kontribusi volume impor 33,50% (Gambar 4.15). Berdasarkan rata-
rata volume impor lima tahun terakhir, Indonesia berada diurutan kedua
dengan kontribusi sebesar 30,10%. Demikian juga jika diurutkan
berdasarkan volume impor Tahun 2013, Indonesia menempati urutan
kedua dengan volume impor 21 ribu ton. Urutan berikutnya yaitu
Singapura (8,64%) dan Thailand (6,29%). Kontribusi masing-masing negara
importir teh di ASEAN disajikan pada Lampiran 23.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 33
2016 OUTLOOK TEH

Gambar 4.15. Negara Importir Teh di ASEAN Tahun 2009-2013

4.3.3. PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR TEH DI DUNIA


Berdasarkan data FAO Tahun 1980-2013, perkembangan volume
ekspor teh di dunia cenderung naik (Gambar 4.16) dengan rata-rata
pertumbuhan 2,46%. Tahun 1980 volume ekspor teh di dunia sebesar 984
ribu ton dan naik menjadi 2 juta ton pada Tahun 2013, dimana volume
ekspor teh tertinggi dicapai pada Tahun 2013.
Seperti halnya perkembangan volume ekspornya, perkembangan
volume impor teh di dunia juga cenderung naik selama periode 1980-2013
(Gambar 4.16). Tahun 1980 volume impor teh sebesar 907 ribu ton dan
naik menjadi 1,89 juta ton pada Tahun 2013, dimana volume impor
tertinggi dicapai pada Tahun 2011. Secara umum rata-rata pertumbuhan
volume impor teh periode 1980-2013 sebesar 2,57%. Perkembangan
volume ekspor dan impor teh di dunia disajikan secara rinci pada
Lampiran 24.

34 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK TEH 2016

Gambar 4.16. Perkembangan Volume Ekspor Teh di Dunia


Tahun 1980-2013

Perkembangan nilai ekspor teh di dunia Tahun 1980-2013


cenderung naik (Gambar 4.17) dengan rata-rata pertumbuhan 4,97% per
tahun. Tahun 1980 nilai ekspor teh di dunia 2,02 milyar US$ dan naik
menjadi 7,58 milyar US$ di Tahun 2013. Sedangkan perkembangan nilai
impor teh Tahun 1980 sebesar 2,07 milyar US$ dan naik menjadi 7,14
milyar US$ pada Tahun 2013. Secara umum perkembangan nilai impor teh
di dunia Tahun 1980-2013 cenderung naik (Gambar 4.17) dengan rata-rata
pertumbuhan 4,55% per tahun. Perkembangan nilai ekspor dan impor teh
dunia disajikan secara rinci pada Lampiran 24.

Gambar 4.17. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Teh di Dunia


Tahun 1980-2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 35


2016 OUTLOOK TEH

4.3.4. NEGARA EKSPORTIR DAN IMPORTIR TEH DI DUNIA


Rata-rata volume ekspor teh dunia Tahun 2009-2013 menunjukkan
bahwa Kenya menempati urutan pertama sebagai negara eksportir teh di
dunia dengan kontribusi sebesar 17,95% terhadap total volume ekspor teh
dunia (Gambar 4.18). Cina (16,18%) berada diurutan kedua diikuti oleh Sri
Lanka (16,09%), India (12,81%), Vietnam (6,61%) dan Argentina (4,10%).
Berdasarkan rata-rata volume ekspor lima tahun terakhir (2009-2013)
Indonesia berada dirutan ketujuh dengan kontribusi 4,09%. Demikian juga
dika diurutkan berdasarkan realisasi volume impor Tahun 2013, Indonesia
berada diurutan ketujuh dengan volume impor sebesar 70.842 ton.
Kontribusi masing-masing negara eksportir teh di dunia disajikan pada
Lampiran 25.

Gambar 4.18. Negara Eksportir Teh di Dunia Tahun 2009-2013

Rusia menempati urutan pertama sebagai negara importir teh di


dunia pada Tahun 2009-2013 dengan kontribusi volume impor 10,01%
(Gambar 4.19). Urutan berikutnya yaitu UK (8,64%), USA (6,87%), Pakistan
(6,13%) dan Mesir (5,33%). Berdasarkan rata-rata volume impor lima
tahun terakhir (2009-2013), Indonesia berada diurutan ke-31 sebagai
negara importir teh di dunia, namun jika diurutkan berdasarkan realisasi
volume impor Tahun 2013, Indonesia menempati urutan ke-23 dengan
volume impor sebesar 21 ribu ton. Kontribusi masing-masing negara
importir teh di dunia disajikan pada Lampiran 26.
36 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK TEH 2016

Gambar 4.19. Negara Importir Teh di Dunia Tahun 2009-2013

4.4. PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN KETERSEDIAAN TEH ASEAN DAN


DUNIA
4.4.1. PERKEMBANGAN KETERSEDIAAN TEH DI ASEAN
Ketersediaan teh di ASEAN dihitung dengan pendekatan produksi-
volume ekspor+volume impor. Perkembangan ketersediaan teh di ASEAN
selama periode 1980-2013 cenderung naik (Gambar 4.20) dengan rata-
rata pertumbuhan 6,67%. Ketersediaan teh di ASEAN Tahun 1980 sebesar
61 ribu ton dan naik menjadi 377 ribu ton pada Tahun 2013. Ketersediaan
teh ASEAN tertinggi dicapai pada Tahun 2013. Perkembangan
ketersediaan teh di ASEAN disajikan secara rinci pada Lampiran 27.

Gambar 4.20. Perkembangan Ketersediaan Teh di ASEAN Tahun 1980-2013


Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 37
2016 OUTLOOK TEH

4.4.2. PERKEMBANGAN KETERSEDIAAN TEH DI DUNIA


Ketersediaan teh di dunia juga dihitung dari produksi-volume
ekspor+volume impor. Selama periode 1980-2013 perkembangan
ketersediaan teh di dunia cenderung naik (Gambar 4.21) dengan rata-rata
pertumbuhan 3,30% per tahun. Tahun 1980 ketersediaan teh di dunia
sebesar 1,82 juta ton dan naik menjadi 5,19 juta ton pada tahun 2013,
ketersediaan teh dunia tertinggi dicapai Tahun 2013. Perkembangan
ketersediaan teh di dunia disajikan secara rinci pada Lampiran 28.

Gambar 4.21. Perkembangan Ketersediaan Teh di Dunia Tahun 1980-2013

38 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK TEH 2016

BAB V. ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI TEH

5.1. PROYEKSI PRODUKSI TEH DI INDONESIA TAHUN 2016-2020

Proyeksi produksi menggunakan model regresi linier berganda.


Pemodelan produksi teh dalam analisis ini adalah dalam wujud produksi daun
kering dimana data yang digunakan adalah data Tahun 1980-2015. Pada model
proyeksi produksi teh, peubah tak bebasnya adalah produksi itu sendiri
sedangkan peubah bebasnya adalah luas areal tahun sebelumnya dan harga
konsumen, karena keterbatasan data harga yang tersedia maka digunakan
harga konsumen. Berdasarkan model proyeksi yang diperoleh, produksi teh
tahun ke-t diduga dipengaruhi oleh luas areal tahun sebelumnya (t-1) dan
harga produsen tahun ke-t.
Karena produksi teh diduga dipengaruhi oleh luas areal dan harga
konsumen, maka untuk memperoleh proyeksi produksi teh diperlukan juga
proyeksi luas areal dan harga konsumen Tahun 2016-2020. Berbeda halnya
dengan proyeksi produksinya, proyeksi luas areal dan harga konsumen teh
dihitung menggunakan model Double Exponential Smoothing (DES) dengan
mempertimbangkan bahwa model tersebut yang menghasilkan nilai Mean
Absolute Percentage Error (MAPE) paling kecil dibandingkan model lainnya.
Hasil analisis fungsi respon terkait produksi komoditi teh di Indonesia disajikan
pada Tabel 5.1.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 39


2016 OUTLOOK TEH

Tabel 5.1. Hasil Analisis Fungsi Respon Terkait Produksi Komoditi Teh
di Indonesia

Sig.
No Model Fungsi R2 F
F
Ln Produksit = 31,00 – 0,99 ln LAt-1 - 0,68 ln HKt
Respon
1. t : 8,49 -4,44 -6,31 0,89 20,86 0,00
Produksi
p-value : 0,00 0,00 0,00

Smoothing
2. MAPE :3
Luas Areal

Smoothing
3. Harga MAPE :4
Konsumen

Keterangan :
LAt-1 : luas areal tahun ke t-1 (Ha)
HKt : harga konsumen tahun ke-t (Rp/Kg)

Berdasarkan model proyeksi produksi teh dengan regresi linier berganda


pada Tabel 5.1, proyeksi produksi teh menunjukkan nilai koefisien determinasi
untuk model sebesar 0,89. Hal ini berarti sebanyak 89% perkembangan
produksi teh di Indonesia dipengaruhi oleh luas areal dan harga konsumen,
sedangkan sisanya sebesar 11% produksi teh dipengaruhi oleh faktor lain yang
tidak tercantum dalam model. Berdasarkan kelayakan model yang dapat
diketahui dari Statistik F dan Statistik t menunjukkan bahwa model yang
digunakan sudah layak. Hal ini dapat diketahui dari nilai p-value kedua
statistik tersebut kurang dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa luas
areal dan harga konsumen berpengaruh terhadap produksi teh di Indonesia.
Sedangkan dengan menggunakan model Double Exponential Smoothing,
proyeksi luas areal dan harga konsumen masing-masing menghasilkan MAPE
sebesar 3 dan 4. Karena MAPE yang dihasilkan cukup kecil maka proyeksi
dengan model tersebut dapat digunakan. Hasil proyeksi produksi teh, proyeksi
luas areal dan proyeksi harga konsumen disajikan pada Tabel 5.2.

40 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK TEH 2016

Tabel 5.2. Hasil Proyeksi Produksi Teh di Indonesia Tahun 2016-2020

Luas Areal Harga Produsen Produksi


Tahun
(Ha) (Rp/Kg) (Ton)
2016 118.100 65.368 154.688

2017 115.121 66.658 151.774

2018 113.546 67.947 153.643

2019 111.971 69.236 153.774

2020 110.396 70.526 153.970

Rata-rata
Pertumb. -1,67 1,92 -0,11
(%/tahun)

Keterangan: Tahun 2016 hasil estimasi Ditjenbun,


Tahun 2017–2020 hasil proyeksi Pusdatin

Produksi teh di Indonesia selama periode 2016-2020 diproyeksikan turun


sebesar 0,11% per tahun. Tahun 2016 produksi teh diproyeksikan sebesar
154.688 ton, Tahun 2017 turun menjadi 151.774 ton, Tahun 2018-2019 masing-
masing naik menjadi 153.643 ton dan 153.774 ton sedangkan pada Tahun 2020
produksi teh di Indonesia diproyeksikan sebesar 153.970 ton.
Sedangkan luas areal teh selama periode 2016-2020 diproyeksikan turun
sebesar 1,67% per tahun. Luas areal teh di Indonesia Tahun 2016 diproyeksikan
sebesar 118.100 ha, Tahun 2017-2019 masing-masing turun menjadi 115.121
ha, 113.546 ha dan 111.971 ha sedangkan pada Tahun 2020 luas areal teh di
Indonesia diproyeksikan sebesar 110.396 ha.
Selama periode 2016-2020 harga teh di tingkat konsumen diproyeksikan
naik dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 1,92% per tahun. Tahun 2016
harga konsumen teh diproyeksikan sebesar Rp. 65.368/kg, Tahun 2017-2019
masing-masing naik menjadi Rp. 66.658/kg, Rp. 67.947/kg, Rp. dan Rp.
69.236/kg. Tahun 2020 harga konsumen teh diproyeksikan sebesar Rp.
70.526/kg.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 41


2016 OUTLOOK TEH

5.2. PROYEKSI KONSUMSI TEH DI INDONESIA TAHUN 2016-2020

Data yang digunakan untuk memproyeksi konsumsi teh berasal dari hasil
Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Tahun 2002-2015. Data konsumsi
yang tercatat merupakan konsumsi teh untuk kebutuhan rumah tangga.
Berdasarkan hasil exercise beberapa model untuk menduga proyeksi konsumsi
teh lima tahun ke depan (2016-2020), diperoleh bahwa model yang baik
untuk proyeksi konsumsi teh adalah Trend Linear dengan mempertimbangkan
bahwa model tersebut yang menghasilkan nilai MAPE paling kecil dibandingkan
model lainnya. Mean Absolute Percentage Error (MAPE) yang dihasilkan adalah
19,98 (Lampiran 31). Konsumsi teh Indonesia dihitung dari perkalian antara
konsumsi SUSENAS dengan jumlah penduduk, dimana jumlah penduduk Tahun
2016-2020 merupakan data hasil proyeksi BPS.
Konsumsi teh Tahun 2016 diproyeksikan sebesar 118.030 ton. Pada
tahun 2017-2019 konsumsi teh diproyeksikan masing-masing sebesar 113.064
ton, 107.918 ton dan 102.554 ton, sedangkan pada Tahun 2020 konsumsinya
diproyeksikan sebesar 97.094 ton. Hasil proyeksi konsumsi teh disajikan pada
Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Hasil Proyeksi Konsumsi Teh Untuk Konsumsi Rumah Tangga
Tahun 2016-2020

Konsumsi SUSENAS Jumlah Penduduk Konsumsi


Tahun
(Kg/Kap/Thn) (000 Jiwa) (Ton)
2016 0,46 258.705 118.030
2017 0,43 261.891 113.064
2018 0,41 265.015 107.918
2019 0,38 267.974 102.554
2020 0,36 271.066 97.094

Rata-rata
Pertumb. -5,87 1,17 -4,76
(%/tahun)
Keterangan: Konsumsi Tahun 2016–2020 hasil proyeksi Pusdatin,
Jumlah penduduk Tahun 2016-2020 hasil proyeksi BPS

42 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK TEH 2016

5.3. PROYEKSI SURPLUS/DEFISIT TEH DI INDONESIA TAHUN 2016-2020

Berdasarkan hasil proyeksi produksi dan konsumsi teh di Indonesia


diperoleh surplus/defisit teh. Seiring dengan semakin meningkatnya produksi
namun konsumsi teh yang diproyeksikan menurun, maka pada Tahun 2016–
2020 diperkirakan terjadi surplus teh. Tahun 2016 surplus teh diperkirakan
mencapai 36.658 ton sedangkan Tahun 2017-2019 surplus teh terus meningkat
yaitu sebesar 38.710 ton, 45.725 ton dan 51.220 ton. Tahun 2020 surplus teh
di Indonesia diproyeksikan sebesar 56.877 ton. Hasil proyeksi surplus/defisit
teh di Indonesia disajikan pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4. Proyeksi Surplus/Defisit Teh di Indonesia Tahun 2016-2020


Produksi Konsumsi Surplus
Tahun
(Ton) (Ton) (Ton)

2016 154.688 118.030 36.658

2017 151.774 113.064 38.710

2018 153.643 107.918 45.725

2019 153.774 102.554 51.220

2020 153.970 97.094 56.877

Rata-rata
Pertumb. -0,11 -4,76 11,70
(%/tahun)

Teh merupakan komoditi ekspor dimana Indonesia menempati urutan


kedelapan sebagai negara produsen sekaligus urutan ketujuh sebagai negara
eksportir teh di dunia, meskipun selama lima tahun kedepan (2016-2020)
Indonesia diproyeksikan surplus teh namun peningkatan produksi teh yang
masih kecil (0,10%/tahun) memberikan indikasi bahwa perlu dilakukan upaya
intensif yang mendukung peningkatan produksi maupun luas areal teh agar
pada tahun-tahun mendatang produksi teh semakin meningkat sehingga
Indonesia tetap menjadi negara produsen dan negara eksportir teh di dunia.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 43


2016 OUTLOOK TEH

5.4. PROYEKSI KETERSEDIAAN TEH DI ASEAN TAHUN 2016-2020

Ketersediaan teh di ASEAN diproyeksikan untuk Tahun 2014-2020 namun


pada buku ini hanya ditampilkan proyeksi Tahun 2016-2020. Proyeksi
ketersediaan teh di ASEAN dihitung dengan model Double Exponential
Smoothing dengan mempertimbangkan bahwa model tersebut yang
menghasilkan nilai Mean Absolute Percentage Error (MAPE) paling kecil
dibandingkan model lainnya. Ketersediaan teh di ASEAN diproyeksi dengan
MAPE sebesar 10, karena MAPE yang dihasilkan cukup kecil maka proyeksi
dengan model tersebut dapat digunakan (Lampiran 32).
Selama Tahun 2016-2020 ketersediaan teh di ASEAN diproyeksikan naik
dengan rata-rata pertumbuhan 4,35% per tahun. Tahun 2016 ketersediaan teh
di ASEAN diproyeksikan sebesar 421 ribu ton, Tahun 2017 sebesar 441 ribu ton,
Tahun 2018 sebesar 461 ribu ton, Tahun 2019 sebesar 480 ribu ton dan pada
Tahun 2020 naik menjadi 500 ribu ton. Hasil proyeksi ketersediaan teh di
ASEAN disajikan pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5. Hasil Proyeksi Ketersediaan Teh di ASEAN Tahun 2016-2020


Ketersediaan Teh di ASEAN Pertumbuhan
Tahun
(Ton) (%)
2016 421.502 -
2017 441.052 4,64
2018 460.602 4,43
2019 480.153 4,24
2020 499.703 4,07

Rata-rata Pertumb. (%/Tahun) 4,35

Keterangan: Tahun 2016–2020 Angka Hasil Proyeksi Pusdatin

5.5. PROYEKSI KETERSEDIAAN TEH DI DUNIA 2016-2020

Seperti halnya proyeksi ketersediaan teh di ASEAN, proyeksi


ketersediaan teh di dunia juga diproyeksikan dengan model Double
Exponential Smoothing (DES) karena model tersebut yang menghasilkan MAPE

44 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK TEH 2016

paling kecil dibandingkan model lainnya. Dengan MAPE sebesar 2,8 dihitung
proyeksi ketersediaan teh di dunia untuk Tahun 2014-2020, namun pada buku
ini hanya disajikan hasil proyeksi Tahun 2016-2020 (Lampiran 33).
Ketersediaan teh di dunia selama Tahun 2016-2020 diproyeksikan naik
dengan rata-rata pertumbuhan 4,84% per tahun. Tahun 2016 ketersediaan teh
di dunia diproyeksikan sebesar 66,22 juta ton, Tahun 2017 sebesar 6,55 juta
ton, Tahun 2018 sebesar 6,87 juta ton, Tahun 2019 sebesar 7,19 juta ton, dan
pada Tahun 2020 sebesar 7,52 juta ton. Hasil proyeksi ketersediaan teh di
dunia disajikan pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6. Hasil Proyeksi Ketersediaan Teh di Dunia Tahun 2016-2020


Ketersediaan Teh di Dunia Pertumbuhan
Tahun
(Ton) (%)
2016 6.223.570 -
2017 6.547.037 5,20
2018 6.870.504 4,94
2019 7.193.970 4,71
2020 7.517.437 4,50

Rata-rata Pertumb. (%/Tahun) 4,84

Keterangan: Tahun 2016–2020 Angka Hasil Proyeksi Pusdatin

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 45


2016 OUTLOOK TEH

46 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK TEH 2016

BAB VI. KESIMPULAN

Perkembangan luas areal teh di Indonesia selama lima tahun terakhir


(2012-2016) terjadi penurunan dengan rata-rata penurunan 0,96% per tahun.
Sedangkan dari sisi produksi, teh di Indonesia selama lima tahun terakhir naik
dengan rata-rata pertumbuhan 0,56% per tahun. Sentra produksi teh sebagian
besar terdapat di Provinsi Jawa Barat dengan kontribusi 66,67% sedangkan
provinsi lainnya hanya berkontribusi kurang dari 10% terhadap total produksi
teh Indonesia.

Di tingkat ASEAN maupun dunia, Indonesia merupakan negara produsen


teh dimana Indonesia menempati urutan ke-2 sebagai produsen teh di ASEAN
dan urutan ke-8 sebagai produsen teh di dunia. Selain itu Indonesia juga
merupakan negara eksportir teh di ASEAN (urutan kedua) dan dunia (urutan
ketujuh).

Produksi teh Indonesia diperkirakan turun dari Tahun 2016 hingga 2020
demikian juga dengan konsumsi untuk rumah tangga yang diperkirakan
mengalami penurunan selama lima tahun kedepan. Pada Tahun 2016-2020,
Indonesia diperkirakan akan mengalami surplus teh. Tahun 2016 surplus teh
diperkirakan sebesar 36.658 ton dan diperkirakan terus meningkat hingga
mencapai 56.877 ton pada 2020.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 47


2016 OUTLOOK TEH

48 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK TEH 2016

DAFTAR PUSTAKA

BPS. 2014. Angka Nasional Hasil Survei Rumah Tangga Usaha Perkebunan.
Jakarta: BPS.

BPS. 2016. Pengeluaran Untuk Konsumsi Penduduk Indonesia Tahun 2015.


Jakarta: BPS.

BPS. 2016. Statistik Harga Konsumen Perdesaan Kelompok Makanan Tahun


2015. Jakarta: BPS.

Kementerian Keuangan. 2016. Siaran Pers Nomor 1/KLI/2016 Tanggal 3


Januari 2016 Tentang Realisasi Pelaksanaan APBNP Tahun 2015. Jakarta:
Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan.

Kementerian Pertanian. 2013. Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Data


Komoditas Perkebunan (PDKP). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkebunan
Kementerian Pertanian.

Kementerian Pertanian. 2013. Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Teh


Tahun 2014. Jakarta: Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian
Pertanian.

Kementerian Pertanian. 2014. Perkembangan Pasar Teh Indonesia di Pasar


Domestik dan Pasar Internasional. Tahun 2014. Jakarta: Balai Penelitian
Tanaman Industri dan Penyegar Kementerian Pertanian.

Kementerian Pertanian. 2015. Statistik Perkebunan Indonesia 2014-2016


(Teh). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 49


2016 OUTLOOK TEH

50 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK TEH 2016

LAMPIRAN

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 51


2016 OUTLOOK TEH

52 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK TEH 2016

Lampiran 1. Perkembangan Luas Areal Teh di Indonesia Menurut


Status Pengusahaan Tahun 1980-2016
Luas Areal (Ha)
Tahun Pertumb. Pertumb. Pertumb. Pertumb.
PR PBN PBS Indonesia
(%) (%) (%) (%)
1980 41.329 - 40.442 - 30.929 - 112.700 -
1981 42.288 2,32 40.939 1,23 23.310 -24,63 106.537 -5,47
1982 45.414 7,39 41.143 0,50 24.798 6,38 111.355 4,52
1983 45.944 1,17 42.624 3,60 23.128 -6,73 111.696 0,31
1984 50.859 10,70 45.605 6,99 21.582 -6,68 118.046 5,69
1985 52.652 3,53 48.005 5,26 21.883 1,39 122.540 3,81
1986 54.374 3,27 48.606 1,25 23.313 6,53 126.293 3,06
1987 50.252 -7,58 47.872 -1,51 22.392 -3,95 120.516 -4,57
1988 50.770 1,03 47.567 -0,64 26.908 20,17 125.245 3,92
1989 52.152 2,72 49.543 4,15 27.680 2,87 129.375 3,30
1990 51.238 -1,75 49.495 -0,10 28.347 2,41 129.080 -0,23
1991 51.468 0,45 51.662 4,38 30.575 7,86 133.705 3,58
1992 53.040 3,05 51.322 -0,66 33.145 8,41 137.507 2,84
1993 55.678 4,97 51.296 -0,05 35.609 7,43 142.583 3,69
1994 57.517 3,30 50.507 -1,54 37.500 5,31 145.524 2,06
1995 61.202 6,41 49.390 -2,21 41.839 11,57 152.431 4,75
1996 65.372 6,81 43.282 -12,37 33.828 -19,15 142.482 -6,53
1997 64.498 -1,34 43.240 -0,10 34.484 1,94 142.222 -0,18
1998 65.841 2,08 50.446 16,67 40.752 18,18 157.039 10,42
1999 65.272 -0,86 49.157 -2,56 42.410 4,07 156.839 -0,13
2000 67.100 2,80 44.263 -9,96 42.312 -0,23 153.675 -2,02
2001 67.580 0,72 44.554 0,66 38.738 -8,45 150.872 -1,82
2002 66.289 -1,91 44.608 0,12 39.810 2,77 150.707 -0,11
2003 64.742 -2,33 41.988 -5,87 36.874 -7,38 143.604 -4,71
2004 61.902 -4,39 44.768 6,62 35.878 -2,70 142.548 -0,74
2005 60.771 -1,83 44.066 -1,57 34.284 -4,44 139.121 -2,40
2006 60.990 0,36 46.661 5,89 27.939 -18,51 135.590 -2,54
2007 60.948 -0,07 42.579 -8,75 30.207 8,12 133.734 -1,37
2008 60.539 -0,67 38.946 -8,53 28.227 -6,55 127.712 -4,50
2009 57.126 -5,64 38.564 -0,98 27.816 -1,46 123.506 -3,29
2010 56.465 -1,16 38.750 0,48 27.683 -0,48 122.898 -0,49
2011 55.983 -0,85 38.609 -0,36 29.346 6,01 123.938 0,85
2012 56.258 0,49 38.103 -1,31 27.845 -5,11 122.206 -1,40
2013 56.092 -0,30 37.922 -0,48 28.021 0,63 122.035 -0,14
2014 53.358 -4,87 37.398 -1,38 28.143 0,44 118.899 -2,57
2015*) 52.806 -1,03 37.279 -0,32 28.356 0,76 118.441 -0,39
2016**) 52.448 -0,68 37.243 -0,10 28.410 0,19 118.100 -0,29
Rata-rata Pertumbuhan (%/Tahun)
1980-2016**) 0,73 -0,10 0,19 0,19
1980-2011 1,05 0,00 0,32 0,38
2012-2016**) -1,28 -0,72 -0,62 -0,96
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin
Keterangan : *) Tahun 2015 Angka Sementara
Keterangan **) Tahun 2016 Angka Estimasi Ditjenbun
PR = Perkebunan Rakyat
PBN = Perkebunan Besar Negara
PBS = Perkebunan Besar Swasta

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 53


2016 OUTLOOK TEH

Lampiran 2. Perkembangan Produksi Teh di Indonesia Menurut


Status Pengusahaan Tahun 1980-2016
Produksi (Ton)
Tahun Pertumb. Pertumb. Pertumb. Pertumb.
PR PBN PBS Indonesia
(%) (%) (%) (%)
1980 20.489 - 68.184 - 17.502 - 106.175 -
1981 23.769 16,01 71.886 5,43 13.480 -22,98 109.135 2,79
1982 16.511 -30,54 60.648 -15,63 15.573 15,53 92.732 -15,03
1983 22.858 38,44 70.360 16,01 17.099 9,80 110.317 18,96
1984 24.290 6,26 84.475 20,06 17.678 3,39 126.443 14,62
1985 30.056 23,74 80.149 -5,12 17.259 -2,37 127.464 0,81
1986 31.124 3,55 79.314 -1,04 19.043 10,34 129.181 1,35
1987 25.394 -18,41 79.801 0,61 20.901 9,76 126.096 -2,39
1988 25.564 0,67 84.772 6,23 23.464 12,26 133.800 6,11
1989 25.590 0,10 90.368 6,60 26.416 12,58 142.374 6,41
1990 31.381 22,63 95.346 5,51 29.192 10,51 155.919 9,51
1991 27.898 -11,10 84.035 -11,86 27.587 -5,50 139.520 -10,52
1992 31.834 14,11 94.023 11,89 27.844 0,93 153.701 10,16
1993 36.631 15,07 95.126 1,17 33.237 19,37 164.994 7,35
1994 30.294 -17,30 78.383 -17,60 30.545 -8,10 139.222 -15,62
1995 32.593 7,59 87.432 11,54 33.988 11,27 154.013 10,62
1996 34.256 5,10 96.624 10,51 38.537 13,38 169.417 10,00
1997 32.619 -4,78 88.259 -8,66 32.770 -14,96 153.648 -9,31
1998 34.137 4,65 91.076 3,19 41.612 26,98 166.825 8,58
1999 34.561 1,24 86.099 -5,46 40.343 -3,05 161.003 -3,49
2000 39.466 14,19 84.132 -2,28 38.989 -3,36 162.587 0,98
2001 40.160 1,76 86.207 2,47 40.500 3,88 166.867 2,63
2002 44.773 11,49 80.426 -6,71 39.995 -1,25 165.194 -1,00
2003 47.079 5,15 82.082 2,06 40.660 1,66 169.821 2,80
2004 40.200 -14,61 89.303 8,80 36.448 -10,36 165.951 -2,28
2005 37.746 -6,10 89.959 0,73 38.386 5,32 166.091 0,08
2006 37.355 -1,04 81.847 -9,02 27.657 -27,95 146.858 -11,58
2007 38.937 4,24 80.274 -1,92 31.012 12,13 150.623 2,56
2008 38.593 -0,88 78.354 -2,39 37.024 19,39 153.971 2,22
2009 45.239 17,22 75.451 -3,70 36.211 -2,20 156.901 1,90
2010 50.947 12,62 73.524 -2,55 32.133 -11,26 156.604 -0,19
2011 51.507 1,10 65.144 -11,40 34.125 6,20 150.776 -3,72
2012 51.741 0,45 59.351 -8,89 34.483 1,05 145.575 -3,45
2013 51.737 -0,01 58.814 -0,90 34.909 1,24 145.460 -0,08
2014 50.856 -1,70 65.343 11,10 38.170 9,34 154.369 6,12
2015*) 50.723 -0,26 65.188 -0,24 38.687 1,35 154.598 0,15
2016**) 50.692 -0,06 64.704 -0,74 39.292 1,56 154.688 0,06
Rata-rata Pertumbuhan (%/Tahun)
1980-2016**) 3,35 0,22 2,94 1,34
1980-2011 3,94 0,24 2,95 1,46
2012-2016**) -0,32 0,06 2,91 0,56
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin
Keterangan : *) Tahun 2015 Angka Sementara
Keterangan **) Tahun 2016 Angka Estimasi Ditjenbun
PR = Perkebunan Rakyat
PBN = Perkebunan Besar Negara
PBS = Perkebunan Besar Swasta

54 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK TEH 2016

Lampiran 3. Perkembangan Produktivitas Teh di Indonesia Menurut


Status Pengusahaan Tahun 2003-2016
Produktivitas (Kg/Ha)
Tahun Pertumb. Pertumb. Pertumb. Pertumb.
PR PBN PBS Indonesia
(%) (%) (%) (%)
2003 872 - 2.150 - 1.308 - 1.393 -
2004 907 4,01 2.090 -2,79 1.324 1,22 1.451 4,16
2005 874 -3,64 2.098 0,38 1.382 4,38 1.462 0,76
2006 860 -1,60 1.842 -12,20 1.192 -13,75 1.322 -9,58
2007 891 3,60 1.946 5,65 1.335 12,00 1.335 0,98

2008 890 -0,14 2.057 5,69 1.499 12,28 1.450 8,61


2009 1.163 30,67 2.086 1,43 1.438 -4,06 1.571 8,34
2010 1.301 11,90 2.008 -3,74 1.282 -10,85 1.533 -2,42
2011 1.323 1,69 1.834 -8,67 1.235 -3,67 1.477 -3,65
2012 1.334 0,83 1.695 -7,58 1.357 9,88 1.191 -19,36
2013 1.324 -0,75 1.683 -0,71 1.383 1,92 1.465 23,01
2014 1.489 12,46 2.044 21,45 1.492 7,88 1.683 14,88
2015*) 1.493 0,27 2.048 0,20 1.504 0,80 1.689 0,36
2016**) 1.502 0,60 2.049 0,05 1.525 1,40 1.698 0,53
Rata-rata Pertumbuhan (%/Tahun)

2003-2016**) 4,61 -0,07 1,49 2,05


Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin
Keterangan : *) Tahun 2015 Angka Sementara
Keterangan **) Tahun 2016 Angka Estimasi Ditjenbun
PR = Perkebunan Rakyat
PBN = Perkebunan Besar Negara
PBS = Perkebunan Besar Swasta

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 55


2016 OUTLOOK TEH

Lampiran 4. Kontribusi Produksi Teh Beberapa Provinsi Sentra di Indonesia


Tahun 2012-2016
Share Kumulatif
No Provinsi
2012 2013 2014 2015*) 2016**) Rata-rata (%) (%)

1 Jawa Barat 102.722 102.956 105.279 105.141 104.643 104.148 66,67 66,67

2 Sumatera Utara 13.264 13.159 12.810 13.121 13.256 13.122 8,40 75,07

3 Jawa Tengah 9.680 9.542 11.505 11.524 11.543 10.759 6,89 81,96

4 Sumatera Barat 7.619 7.713 7.999 8.013 8.150 7.899 5,06 87,02

5 Jambi 5.269 5.265 5.265 5.268 5.272 5.268 3,37 90,39

6 Lainnya 12.290 12.090 16.776 16.799 17.096 15.010 9,61 100,00

Nasional 145.575 145.460 154.369 154.598 154.688 156.206 100

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin


Keterangan : *) Tahun 2015 Angka Sementara
**) Tahun 2016 Angka Estimasi Ditjenbun

Lampiran 5. Kabupaten Sentra Produksi Teh di Provinsi Jawa Barat Tahun 2014

Produksi Kumulatif
Share Provinsi
No Kabupaten
(Ton) (%) (%)

1 Bandung 35.842 34,04 34,04

2 Cianjur 20.489 19,46 53,51

3 Tasikmalaya 14.251 13,54 67,04

4 Garut 9.981 9,48 76,52

5 Sukabumi 6.604 6,27 82,80

6 Lainnya 18.112 17,20 100,00

Jawa Barat 105.279 100

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin

56 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK TEH 2016

Lampiran 6. Kabupaten Sentra Produksi Teh di Provinsi Sumatera Utara


Tahun 2014

Produksi Kumulatif
Share Provinsi
No Kabupaten
(Ton) (%) (%)

1 Simalungun 12.502 97,60 97,60

2 Toba Samosir 145 1,13 98,73

3 Tapanuli Selatan 115 0,90 99,63

4 Dairi 48 0,37 100,00

Sumatera Utara 12.810 100

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin

Lampiran 7. Kabupaten Sentra Produksi Teh di Provinsi Jawa Tengah


Tahun 2014

Produksi Kumulatif
Share Provinsi
No Kabupaten
(Ton) (%) (%)

1 Batang 3.914 34,02 34,02

2 Banjarnegara 3.318 28,84 62,86

3 Pekalongan 1.203 10,46 73,32

4 Wonosobo 1.193 10,37 83,69

5 Pemalang 1.047 9,10 92,79

6 Lainnya 830 7,21 100,00

Jawa Tengah 11.505 100

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 57


2016 OUTLOOK TEH

Lampiran 8. Perkembangan Konsumsi Teh di Indonesia Tahun 2002-2015

Konsumsi Pertumb.
Tahun
(Kg/Kap/Thn) (%)

2002 0,77 -
2003 0,71 -8,11
2004 0,67 -5,15
2005 0,71 6,20
2006 0,69 -2,92
2007 0,78 12,03

2008 0,71 -8,72


2009 0,64 -9,56
2010 0,69 7,32
2011 0,66 -4,55
2012 0,52 -21,43

2013 0,62 20,11


2014 0,61 -1,61

2015 0,18 -70,40


Rata-rata Pertumbuhan (%/Tahun) -6,68
Sumber : BPS, diolah Pusdatin
Keterangan : Konsumsi teh Tahun 2015 merupakan rata-rata dari teh bubuk dan teh celup

58 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK TEH 2016

Lampiran 9. Perkembangan Harga Teh di Tingkat Konsumen Tahun 2008-2015


Harga Konsumen
(Rp/Kg) Pertumb.
Tahun
(%)
Teh Hitam Teh Hijau Rata-rata Teh

2008 45.950 61.500 53.725 -

2009 49.475 66.425 57.950 7,86

2010 52.275 69.350 60.813 4,94


2011 54.775 71.425 63.100 3,76

2012 56.125 76.000 66.063 4,69


2013 57.400 77.275 67.338 1,93
2014*) - - 60.825 -9,67
2015*) - - 64.200 5,55
Rata-rata 2,72
Sumber : BPS, diolah Pusdatin
Keterangan : - data tidak tersedia
Keterangan : *) Tahun 2014 dan 2015 publikasi harga teh ditingkat konsumen
Keterangan : tidak dirinci menjadi teh hitam dan teh hijau

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 59


2016 OUTLOOK TEH

Lampiran 10. Perkembangan Ekspor dan Impor Teh di Indonesia


Tahun 1980–2015
Ekspor Impor
Neraca
Tahun Volume Nilai Volume Nilai
(000 US$)
(Ton) (000 US$) (Ton) (000 US$)
1980 74.711 112.669 51 156 112.513
1981 71.259 100.837 56 192 100.645
1982 63.660 89.493 51 182 89.311
1983 68.624 120.435 65 124 120.311
1984 85.650 226.291 58 110 226.181
1985 90.121 149.083 59 115 148.968
1986 79.040 99.094 251 303 98.791
1987 90.422 118.736 83 120 118.616
1988 92.687 125.309 146 224 125.085
1989 114.710 162.735 540 641 162.094
1990 110.963 181.017 6.699 8.906 172.111
1991 110.217 14.313 713 1.018 13.295
1992 121.259 140.909 411 713 140.196
1993 127.926 155.696 582 776 154.920
1994 79.056 87.921 453 678 87.243
1995 79.227 87.719 260 291 87.428
1996 101.532 112.342 190 329 112.013
1997 66.843 88.837 2.817 2.871 85.966
1998 67.219 113.208 3.995 4.359 108.849
1999 97.847 97.140 619 615 96.525
2000 105.582 112.105 2.632 3.091 109.014
2001 107.144 112.524 2.632 3.091 109.433
2002 100.184 103.427 3.526 3.651 99.776
2003 88.894 95.970 4.000 3.807 92.163
2004 98.572 116.018 3.925 5.531 110.487
2005 102.389 121.496 5.479 7.161 114.335
2006 95.338 134.515 5.293 8.703 125.812
2007 83.658 125.243 10.366 11.855 113.388
2008 96.209 158.958 6.625 11.990 146.968
2009 92.305 171.628 7.168 12.537 159.091
2010 87.101 178.548 10.688 18.198 160.350
2011 75.450 166.717 19.812 27.318 139.399
2012 70.092 156.788 24.397 33.249 123.539
2013 70.840 157.498 20.580 29.343 128.155
2014 66.399 134.584 14.579 24.297 110.287
2015 61.915 126.051 15.164 25.747 100.304
Rata-rata Pertumbuhan (% /Tahun)
1980-2015 0,36 25,59 99,77 81,86 26,80
1980-2010 1,91 31,60 114,87 94,17 33,43
2011-2015 -8,89 -10,45 9,17 8,01 -12,99
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan dan BPS, diolah Pusdatin

60 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK TEH 2016

Lampiran 11. Negara Tujuan Ekspor Teh Indonesia Tahun 2015


2015
Share Vol.
No Negara Tujuan Volume Impor Nilai Impor
Impor (%)
(Ton) (000 US$)

1 Russia Federation 11.445 19.732 18,49

2 Malaysia 8.604 15.310 13,90

3 Pakistan 5.464 12.432 8,82

4 Germany 4.953 7.602 8,00

5 United States 3.842 6.386 6,21

6 China 3.583 6.530 5,79

7 Lainnya 24.024 58.059 38,80

Total 61.915 126.051 100

Sumber : BPS, diolah Pusdatin

Lampiran 12. Negara Asal Impor Teh Indonesia Tahun 2015


2015
Share Vol.
No Negara Asal Volume Impor Nilai Impor
Impor (%)
(Ton) (000 US$)

1 Viet Nam 9.199 8.931 60,66

2 Kenya 1.919 6.377 12,65

3 India 1.310 2.048 8,64

4 Iran 1.004 696 6,62

5 Lainnya 1.732 7.695 11,42

Total 15.164 25.747 100

Sumber : BPS, diolah Pusdatin

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 61


2016 OUTLOOK TEH

Lampiran 13. Rata-rata Nilai Produksi dan Pengeluaran per 100 Pohon dari
Usaha Perkebunan Tanaman Teh Tahun 2014
Persentase Biaya Persentase Biaya thd.
Nilai
Rincian thd. Produksi Jumlah Pengeluaran
(000 Rp)
(%) (%)
Produksi 179,57 100,00
Jumlah Pengeluaran 124,08 69,10 100,00
1. Bibit 3,77 2,10 3,04
2. Tanaman Pelindung 1,82 1,01 1,47
3. Pupuk 13,59 7,56 10,94
a. Urea 7,80 4,34 6,29
b. TSP/SP36 2,16 1,20 1,74
c. ZA 0,18 0,10 0,14
d. KCL 1,62 0,90 1,30
e. NPK 0,61 0,34 0,49
f. Pupuk Organik (Kandang/Kompos) 1,03 0,57 0,83
g. Lainnya 0,19 0,11 0,15
4. Stimulan 0,11 0,07 0,09
a. Stimulan/Zat Pengatur Tumbuh Padat 0,01 0,01 0,01
b. Stimulan/Zat Pengatur Tumbuh Cair 0,10 0,06 0,08
5. Pestisida 1,74 0,97 1,40
a. Pestisida Padat 0,22 0,12 0,18
b. Pestisida Cair 1,52 0,85 1,22
6. Pekerja 70,19 39,09 56,57
a. Pengolahan Lahan 2,43 1,35 1,96
b. Penanaman Pohon Pelindung 0,12 0,07 0,10
c. Penanaman Tanaman Perkebunan 0,87 0,48 0,70
d. Pemeliharaan (Pemangkasan, Penyiangan, dll) 15,25 8,49 12,29
e. Pemupukan 4,20 2,34 3,38
f. Pengendalian Hama/OPT 1,36 0,76 1,10
g. Pemanenan 45,68 25,44 36,81
h. Pengeringan 0,28 0,16 0,23
7. Pengeluaran Lain 32,86 18,30 26,49
a. Sewa Lahan 0,18 0,10 0,14
b. Perkiraan Sewa Lahan Bebas Sewa/Milik Sendiri 19,74 10,99 15,91
c. Sewa Alat/Sarana Usaha 0,01 0,01 0,01
d. Perkiraan Sewa Alat/Sarana Usaha 0,94 0,52 0,76
e. Bunga Kredit 0,38 0,21 0,31
f. Pajak Tidak Langsung 1,05 0,58 0,85
g. Retribusi/Pungutan/Iuran (Pengairan, dll) 0,48 0,27 0,39
h. Penyusutan Barang Modal 0,46 0,26 0,37
i. Bahan Bakar Minyak 0,25 0,14 0,20
j. Biaya Transportasi 7,18 4,00 5,79
k. Jasa Pertanian 1,63 0,91 1,31
l. Lainnya (Wadah, dll) 0,56 0,31 0,45
Sumber : BPS

62 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK TEH 2016

Lampiran 14. Perkembangan Luas TM, Produksi dan Produktivitas Teh di ASEAN
Tahun 1980–2013
Luas TM Pertumb. Produksi Pertumb. Produktivitas Pertumb.
Tahun
(Ha) (%) (Ton) (%) (Ton/Ha) (%)
1980 181.078 - 144.160 - 0,80 -
1981 182.794 0,95 147.661 2,43 0,81 1,47
1982 190.606 4,27 136.713 -7,41 0,72 -11,21
1983 195.615 2,63 159.387 16,59 0,81 13,60
1984 170.312 -12,94 176.394 10,67 1,04 27,11
1985 172.384 1,22 179.966 2,03 1,04 0,80
1986 210.351 22,02 183.102 1,74 0,87 -16,62
1987 210.448 0,05 177.918 -2,83 0,85 -2,88
1988 202.758 -3,65 189.603 6,57 0,94 10,61
1989 204.725 0,97 196.895 3,85 0,96 2,85
1990 209.163 2,17 217.382 10,41 1,04 8,06
1991 210.657 0,71 200.725 -7,66 0,95 -8,32
1992 215.068 2,09 222.201 10,70 1,03 8,43
1993 223.745 4,03 238.969 7,55 1,07 3,38
1994 232.601 3,96 219.865 -7,99 0,95 -11,50
1995 236.046 1,48 235.377 7,06 1,00 5,49
1996 245.031 3,81 257.157 9,25 1,05 5,25
1997 249.220 1,71 254.610 -0,99 1,02 -2,65
1998 253.726 1,81 276.624 8,65 1,09 6,72
1999 252.538 -0,47 285.974 3,38 1,13 3,87
2000 268.029 6,13 289.762 1,32 1,08 -4,53
2001 267.344 -0,26 302.934 4,55 1,13 4,81
2002 274.203 2,57 323.787 6,88 1,18 4,21
2003 287.875 4,99 344.641 6,44 1,20 1,39
2004 299.714 4,11 367.313 6,58 1,23 2,37
2005 332.561 10,96 379.521 3,32 1,14 -6,88
2006 306.989 -7,69 384.006 1,18 1,25 9,61
2007 337.712 10,01 405.485 5,59 1,20 -4,01
2008 334.790 -0,87 428.136 5,59 1,28 6,51
2009 335.180 0,12 444.256 3,77 1,33 3,64
2010 340.852 1,69 467.429 5,22 1,37 3,47
2011 341.691 0,25 478.554 2,38 1,40 2,13
2012 342.649 0,28 481.101 0,53 1,40 0,25
2013 350.870 2,40 488.377 1,51 1,39 -0,87
Rata-rata Pertumbuhan (%/Tahun)
1980-2013 2,17 3,90 2,02
1980-2008 2,38 4,12 2,07
2009-2013 0,95 2,68 1,72
Sumber : FAO, diolah Pusdatin

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 63


2016 OUTLOOK TEH

Lampiran 15. Perkembangan Luas TM, Produksi dan Produktivitas Teh di Dunia
Tahun 1980–2013
Luas TM Pertumb. Produksi Pertumb. Produktivitas Pertumb.
Tahun
(Ha) (%) (Ton) (%) (Ton/Ha) (%)
1980 2.369.480 - 1.893.527 - 0,80 -
1981 2.384.664 0,64 1.885.907 -0,40 0,79 -1,04
1982 2.449.667 2,73 1.961.781 4,02 0,80 1,26
1983 2.474.358 1,01 2.062.325 5,13 0,83 4,08
1984 2.410.441 -2,58 2.202.636 6,80 0,91 9,64
1985 2.156.659 -10,53 2.307.534 4,76 1,07 17,09
1986 2.193.347 1,70 2.293.102 -0,63 1,05 -2,29
1987 2.201.018 0,35 2.358.977 2,87 1,07 2,51
1988 2.209.188 0,37 2.448.034 3,78 1,11 3,39
1989 2.224.222 0,68 2.472.861 1,01 1,11 0,33
1990 2.237.786 0,61 2.524.670 2,10 1,13 1,48
1991 2.265.886 1,26 2.564.565 1,58 1,13 0,32
1992 2.287.180 0,94 2.498.965 -2,56 1,09 -3,47
1993 2.297.437 0,45 2.621.411 4,90 1,14 4,43
1994 2.283.509 -0,61 2.648.447 1,03 1,16 1,65
1995 2.271.938 -0,51 2.634.612 -0,52 1,16 -0,02
1996 2.282.479 0,46 2.706.678 2,74 1,19 2,26
1997 2.276.120 -0,28 2.778.030 2,64 1,22 2,92
1998 2.278.917 0,12 3.012.204 8,43 1,32 8,30
1999 2.369.646 3,98 3.099.185 2,89 1,31 -1,05
2000 2.368.116 -0,06 3.014.442 -2,73 1,27 -2,67
2001 2.394.320 1,11 3.135.778 4,03 1,31 2,89
2002 2.448.574 2,27 3.222.857 2,78 1,32 0,50
2003 2.499.622 2,08 3.286.521 1,98 1,31 -0,11
2004 2.578.755 3,17 3.476.576 5,78 1,35 2,54
2005 2.686.331 4,17 3.682.119 5,91 1,37 1,67
2006 2.737.237 1,90 3.727.467 1,23 1,36 -0,65
2007 2.888.391 5,52 4.005.454 7,46 1,39 1,83
2008 2.992.177 3,59 4.232.491 5,67 1,41 2,00
2009 3.050.639 1,95 4.286.824 1,28 1,41 -0,66
2010 3.149.609 3,24 4.606.069 7,45 1,46 4,07
2011 3.412.539 8,35 4.771.205 3,59 1,40 -4,40
2012 3.517.384 3,07 5.034.968 5,53 1,43 2,38
2013 3.521.221 0,11 5.345.523 6,17 1,52 6,05
Rata-rata Pertumbuhan (%/Tahun)
1980-2013 1,25 3,23 2,04
1980-2008 0,88 2,95 2,14
2009-2013 3,35 4,80 1,49
Sumber : FAO, diolah Pusdatin

64 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK TEH 2016

Lampiran 16. Negara Sentra Luas Tanaman Menghasilkan Teh di ASEAN


Tahun 2009-2013
Luas Tanaman Menghasilkan (Ha) Rata-rata Share Kumulatif
No Negara
2009 2010 2011 2012 2013 (Ha) (%) (%)

1 Indonesia 123.506 124.573 123.300 121.600 122.400 123.076 35,96 35,96

2 Viet Nam 111.400 113.200 114.399 115.964 121.649 115.322 33,70 69,66

3 Myanmar 77.975 78.746 78.604 79.000 79.900 78.845 23,04 92,69

4 Thailand 18.635 19.459 20.214 21.000 21.500 20.162 5,89 98,58

5 Laos 2.145 2.415 2.715 2.705 2.710 2.538 0,74 99,33

6 Malaysia 1.519 2.459 2.459 2.380 2.711 2.306 0,67 100,00

ASEAN 335.180 340.852 341.691 342.649 350.870 342.248 100

Sumber : FAO, diolah Pusdatin

Lampiran 17. Negara Sentra Produksi Teh di ASEAN Tahun 2009-2013


Produksi (Ton) Rata-rata Share Kumulatif
No Negara
2009 2010 2011 2012 2013 (Ton) (%) (%)

1 Viet Nam 185.700 198.466 206.600 216.900 214.300 204.393 43,31 43,31

2 Indonesia 156.901 150.342 150.200 143.400 148.100 149.789 31,74 75,05

3 Thailand 63.707 67.241 73.320 74.000 75.000 70.654 14,97 90,02

4 Myanmar 30.255 31.060 31.000 31.200 31.700 31.043 6,58 96,60

5 Malaysia 7.223 19.738 16.632 14.711 18.377 15.336 3,25 99,85

6 Laos 470 582 802 890 900 729 0,15 100,00

ASEAN 444.256 467.429 478.554 481.101 488.377 471.943 100

Sumber : FAO, diolah Pusdatin

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 65


2016 OUTLOOK TEH

Lampiran 18. Negara Sentra Luas Tanaman Menghasilkan Teh di Dunia


Tahun 2009-2013
Luas Tanaman Menghasilkan (Ha) Rata-rata Share Kumulatif
No Negara
2009 2010 2011 2012 2013 (Ha) (%) (%)

China,
1 1.327.980 1.426.060 1.644.660 1.735.200 1.750.000 1.576.780 47,35 47,35
mainland

2 India 579.000 579.000 600.000 605.000 563.980 585.396 17,58 64,92

3 Sri Lanka 221.969 221.969 221.969 221.969 221.969 221.969 6,67 71,59

4 Kenya 158.294 171.916 187.855 190.600 198.600 181.453 5,45 77,04

5 Indonesia 123.506 124.573 123.300 121.600 122.400 123.076 3,70 80,73

6 Lainnya 639.890 626.091 634.755 643.015 664.272 641.605 19,27 100,00

Dunia 3.050.639 3.149.609 3.412.539 3.517.384 3.521.221 3.330.278 100

Sumber : FAO, diolah Pusdatin

Lampiran 19. Negara Sentra Produksi Teh di Dunia Tahun 2009-2013


Produksi (Ton) Rata-rata Share Kumulatif
No Negara
2009 2010 2011 2012 2013 (Ton) (%) (%)

China,
1 1.359.000 1.450.000 1.623.000 1.789.753 1.924.457 1.629.242 33,88 33,88
mainland

2 India 972.700 991.182 1.095.460 1.135.070 1.208.780 1.080.638 22,47 56,35

3 Kenya 314.198 399.006 377.912 369.400 432.400 378.583 7,87 64,22

4 Sri Lanka 290.000 331.400 327.500 330.000 340.230 323.826 6,73 70,96

5 Turkey 198.601 235.000 221.600 225.000 212.400 218.520 4,54 75,50

6 Lainnya 1.152.325 1.199.481 1.125.733 1.185.745 1.227.256 1.178.108 24,50 100,00

Dunia 4.286.824 4.606.069 4.771.205 5.034.968 5.345.523 4.808.918 100

Sumber : FAO, diolah Pusdatin

66 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK TEH 2016

Lampiran 20. Perkembangan Harga Teh di Dunia Tahun 1980-2015


Harga Teh Dunia Pertumb.
Tahun
(US$/Kg) (%)
1980 1,66 -
1981 1,47 -11,40
1982 1,54 4,97
1983 2,10 35,88
1984 2,74 30,73
1985 1,75 -36,19
1986 1,66 -5,14
1987 1,65 -0,50
1988 1,58 -4,43
1989 1,82 15,64
1990 2,06 12,75
1991 1,67 -18,64
1992 1,60 -4,17
1993 1,61 0,66
1994 1,49 -7,60
1995 1,49 -0,24
1996 1,66 11,55
1997 2,06 24,06
1998 2,05 -0,68
1999 1,84 -10,11
2000 1,88 2,02
2001 1,60 -14,82
2002 1,51 -5,77
2003 1,52 0,71
2004 1,69 11,14
2005 1,65 -2,29
2006 1,87 13,66
2007 2,04 8,76
2008 2,42 18,88
2009 2,72 12,54
2010 2,88 5,91
2011 2,92 1,23
2012 2,90 -0,78
2013 2,86 -1,24
2014 2,72 -4,94
2015 2,71 -0,49
Rata-rata Pertumbuhan (%/Tahun)
1980-2015
1980-2010
2011-2015
Sumber : USDA, diolah Pusdatin
Keterangan : Harga teh dunia merupakan rata-rata harga di 3 pasar lelang
yaitu Kolkata, Colombo dan Mombasa/Nairobi

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 67


2016 OUTLOOK TEH

Lampiran 21. Perkembangan Ekspor dan Impor Teh di ASEAN Tahun 1980-2013
Ekspor Impor
Tahun Volume Nilai Volume Nilai
(Ton) (000 US$) (Ton) (000 US$)
1980 94.966 145.617 12.219 23.764
1981 89.628 128.624 12.878 24.592
1982 84.888 119.928 12.954 26.035
1983 91.685 158.468 14.665 28.000
1984 113.478 288.491 13.742 30.312
1985 114.865 195.711 12.658 25.339
1986 101.405 137.386 11.069 21.787
1987 117.290 165.982 11.725 22.918
1988 115.876 168.233 11.259 24.118
1989 137.664 207.090 13.985 26.818
1990 138.658 234.676 24.224 41.470
1991 128.537 178.143 14.232 28.521
1992 141.561 178.903 13.492 28.992
1993 156.778 204.981 19.203 37.213
1994 117.940 150.374 16.056 37.727
1995 105.380 131.495 15.393 32.521
1996 129.571 167.076 15.906 33.801
1997 105.559 157.774 16.551 38.799
1998 105.809 186.802 17.889 31.298
1999 139.416 159.836 17.795 27.126
2000 167.702 201.519 20.294 33.932
2001 173.805 197.748 21.654 36.399
2002 185.421 207.433 21.979 37.861
2003 152.473 166.373 23.227 36.009
2004 206.351 220.595 27.413 43.537
2005 196.139 228.916 29.747 51.964
2006 205.128 255.208 35.262 75.466
2007 203.925 269.558 39.826 74.282
2008 206.704 319.740 31.327 72.514
2009 233.311 367.127 34.865 80.326
2010 230.365 396.233 41.121 100.545
2011 215.755 395.326 51.197 121.463
2012 223.782 409.465 61.980 152.903
2013 168.119 311.039 57.124 182.759
Rata-rata Pertumbuhan (%/Tahun)
1980-2013 2,78 4,64 6,51 7,84
1980-2008 3,84 5,39 5,24 5,59
2009-2013 -3,18 0,41 13,39 20,43
Sumber : FAO, diolah Pusdatin

68 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK TEH 2016

Lampiran 22. Negara Eksportir Teh di ASEAN Tahun 2009-2013


Volume Ekspor (Ton) Rata-rata Share Kumulatif
No Negara
2009 2010 2011 2012 2013 (Ton) (%) (%)

1 Viet Nam 133.000 136.515 133.900 146.898 90.296 128.122 59,80 59,80

2 Indonesia 92.304 87.101 75.450 70.071 70.842 79.154 36,94 96,74

3 Malaysia 2.856 2.286 2.503 2.093 2.297 2.407 1,12 97,86

4 Thailand 2.958 2.381 1.214 1.428 1.638 1.924 0,90 98,76

5 Lainnya 2.193 2.082 2.688 3.292 3.046 2.660 1,24 100,00

ASEAN 233.311 230.365 215.755 223.782 168.119 214.266 100

Sumber : FAO, diolah Pusdatin

Lampiran 23. Negara Importir Teh di ASEAN Tahun 2009-2013


Volume Impor (Ton) Rata-rata Share Kumulatif
No Negara
2009 2010 2011 2012 2013 (Ton) (%) (%)

1 Malaysia 16.446 18.445 19.331 18.242 19.719 18.437 33,50 33,50

2 Indonesia 7.169 10.870 19.812 24.397 20.580 16.566 30,10 63,59

3 Singapore 4.419 4.657 4.830 4.642 5.233 4.756 8,64 72,23

4 Thailand 1.665 2.206 3.057 5.663 4.722 3.463 6,29 78,52

5 Lainnya 11.289 15.400 15.673 10.595 6.149 11.821 21,48 100,00

ASEAN 34.865 41.121 51.197 61.980 57.124 55.042 100

Sumber : FAO, diolah Pusdatin

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 69


2016 OUTLOOK TEH

Lampiran 24. Perkembangan Ekspor dan Impor Teh di Dunia Tahun 1980-2013
Ekspor Impor
Tahun Volume Nilai Volume Nilai
(Ton) (000 US$) (Ton) (000 US$)
1980 983.790 2.026.352 907.152 2.072.725
1981 951.994 1.813.617 883.128 1.888.703
1982 926.546 1.641.971 888.010 1.792.415
1983 975.312 1.943.711 914.495 2.004.682
1984 1.080.191 2.860.769 1.050.453 2.987.007
1985 1.082.643 2.365.562 1.009.529 2.641.441
1986 1.095.096 2.052.658 1.065.989 2.330.315
1987 1.102.313 2.095.955 1.031.866 2.277.789
1988 1.142.118 2.168.361 1.176.718 2.540.009
1989 1.206.205 2.450.175 1.117.067 2.409.258
1990 1.227.506 2.774.900 1.230.830 3.108.406
1991 1.196.094 2.464.371 1.137.218 2.601.550
1992 1.125.727 2.271.191 1.177.195 2.671.645
1993 1.222.723 2.314.025 1.212.077 2.615.417
1994 1.061.395 2.067.030 1.150.398 2.510.282
1995 1.168.384 2.278.305 1.248.593 2.701.426
1996 1.213.616 2.463.625 1.212.872 2.686.549
1997 1.326.610 2.978.486 1.241.362 2.765.536
1998 1.425.562 3.360.028 1.340.395 3.252.976
1999 1.373.546 2.788.925 1.317.658 2.939.010
2000 1.464.331 2.923.752 1.343.152 2.950.695
2001 1.450.128 2.820.992 1.387.667 2.823.505
2002 1.580.485 2.864.749 1.452.259 2.817.336
2003 1.529.666 2.942.868 1.385.743 2.950.721
2004 1.634.553 3.288.112 1.431.888 3.131.420
2005 1.719.251 3.583.308 1.458.286 3.347.719
2006 1.629.291 3.750.732 1.474.344 3.610.921
2007 1.787.030 4.124.462 1.584.896 4.240.897
2008 1.908.802 5.531.197 1.713.227 5.129.682
2009 1.822.227 5.428.305 1.597.878 4.997.601
2010 2.022.762 6.401.671 1.719.606 5.686.665
2011 1.983.292 6.610.275 1.899.444 6.628.782
2012 1.805.977 6.316.770 1.934.971 6.800.463
2013 2.051.373 7.576.418 1.893.353 7.139.831
Rata-rata Pertumbuhan (%/Tahun)
1980-2013 2,46 4,97 2,57 4,55
1980-2008 2,57 4,61 2,64 4,10
2009-2013 1,83 6,97 2,21 7,07
Sumber : FAO, diolah Pusdatin

70 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK TEH 2016

Lampiran 25. Negara Eksportir Teh di Dunia Tahun 2009-2013


Volume Ekspor (Ton) Rata-rata Share Kumulatif
No Negara
2009 2010 2011 2012 2013 (Ton) (%) (%)

1 Kenya 331.594 417.661 306.678 234.181 448.809 347.785 17,95 17,95

2 China, mainland 302.952 302.525 322.580 313.484 325.806 313.469 16,18 34,14

3 Sri Lanka 288.528 312.908 321.074 318.396 317.710 311.723 16,09 50,23

4 India 203.863 234.560 322.548 225.082 254.841 248.179 12,81 63,04

5 Viet Nam 133.000 136.515 133.900 146.898 90.296 128.122 6,61 69,65

6 Argentina 69.816 85.695 86.650 78.056 77.291 79.502 4,10 73,76

7 Indonesia 92.304 87.101 75.450 70.071 70.842 79.154 4,09 77,84

8 Lainnya 400.170 445.797 414.412 419.809 465.778 429.193 22,16 100,00

Dunia 1.822.227 2.022.762 1.983.292 1.805.977 2.051.373 1.937.126 100

Sumber : FAO, diolah Pusdatin

Lampiran 26. Negara Importir Teh di Dunia Tahun 2009-2013


Volume Impor (Ton) Rata-rata Share Kumulatif
No Negara
2009 2010 2011 2012 2013 (Ton) (%) (%)

1 Russian Federation 182.149 181.619 187.790 180.486 173.070 181.023 10,01 10,01

2 UK 145.960 149.821 154.552 144.587 137.581 146.500 8,10 18,10

3 USA 110.861 126.868 127.511 125.656 130.160 124.211 6,87 24,97

4 Pakistan 96.932 94.463 119.231 122.304 121.900 110.966 6,13 31,10

5 Egypt 80.304 87.194 100.423 109.379 104.697 96.399 5,33 36,43

6 Lainnya 981.672 1.079.641 1.209.937 1.252.559 1.225.945 1.149.951 63,57 94,67

Dunia 1.597.878 1.719.606 1.899.444 1.934.971 1.893.353 1.809.050 100

Sumber : FAO, diolah Pusdatin

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 71


2016 OUTLOOK TEH

Lampiran 27. Perkembangan Ketersediaan Teh di ASEAN Tahun 1980-2013


Produksi Volume Ekspor Volume Impor Ketersediaan
Tahun
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
1980 144.160 94.966 12.219 61.413
1981 147.661 89.628 12.878 70.911
1982 136.713 84.888 12.954 64.779
1983 159.387 91.685 14.665 82.367
1984 176.394 113.478 13.742 76.658
1985 179.966 114.865 12.658 77.759
1986 183.102 101.405 11.069 92.766
1987 177.918 117.290 11.725 72.353
1988 189.603 115.876 11.259 84.986
1989 196.895 137.664 13.985 73.216
1990 217.382 138.658 24.224 102.948
1991 200.725 128.537 14.232 86.420
1992 222.201 141.561 13.492 94.132
1993 238.969 156.778 19.203 101.394
1994 219.865 117.940 16.056 117.981
1995 235.377 105.380 15.393 145.390
1996 257.157 129.571 15.906 143.492
1997 254.610 105.559 16.551 165.602
1998 276.624 105.809 17.889 188.704
1999 285.974 139.416 17.795 164.353
2000 289.762 167.702 20.294 142.354
2001 302.934 173.805 21.654 150.783
2002 323.787 185.421 21.979 160.345
2003 344.641 152.473 23.227 215.395
2004 367.313 206.351 27.413 188.375
2005 379.521 196.139 29.747 213.129
2006 384.006 205.128 35.262 214.140
2007 405.485 203.925 39.826 241.386
2008 428.136 206.704 31.327 252.759
2009 444.256 233.311 34.865 245.810
2010 467.429 230.365 41.121 278.185
2011 478.554 215.755 51.197 313.996
2012 481.101 223.782 61.980 319.299
2013 488.377 168.119 57.124 377.382
Rata-rata Pertumbuhan (%/Tahun)
1980-2013 3,90 2,78 6,48 6,67
1980-2008 4,12 3,84 5,24 6,32
2009-2013 2,68 -3,18 13,39 8,63
Sumber : FAO, diolah Pusdatin

72 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK TEH 2016

Lampiran 28. Perkembangan Ketersediaan Teh di Dunia Tahun 1980-2013


Produksi Volume Ekspor Volume Impor Ketersediaan
Tahun
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
1980 1.893.527 983.790 907.152 1.816.889
1981 1.885.907 951.994 883.128 1.817.041
1982 1.961.781 926.546 888.010 1.923.245
1983 2.062.325 975.312 914.495 2.001.508
1984 2.202.636 1.080.191 1.050.453 2.172.898
1985 2.307.534 1.082.643 1.009.529 2.234.420
1986 2.293.102 1.095.096 1.065.989 2.263.995
1987 2.358.977 1.102.313 1.031.866 2.288.530
1988 2.448.034 1.142.118 1.176.718 2.482.634
1989 2.472.861 1.206.205 1.117.067 2.383.723
1990 2.524.670 1.227.506 1.230.830 2.527.994
1991 2.564.565 1.196.094 1.137.218 2.505.689
1992 2.498.965 1.125.727 1.177.195 2.550.433
1993 2.621.411 1.222.723 1.212.077 2.610.765
1994 2.648.447 1.061.395 1.150.398 2.737.450
1995 2.634.612 1.168.384 1.248.593 2.714.821
1996 2.706.678 1.213.616 1.212.872 2.705.934
1997 2.778.030 1.326.610 1.241.362 2.692.782
1998 3.012.204 1.425.562 1.340.395 2.927.037
1999 3.099.185 1.373.546 1.317.658 3.043.297
2000 3.014.442 1.464.331 1.343.152 2.893.263
2001 3.135.778 1.450.128 1.387.667 3.073.317
2002 3.222.857 1.580.485 1.452.259 3.094.631
2003 3.286.521 1.529.666 1.385.743 3.142.598
2004 3.476.576 1.634.553 1.431.888 3.273.911
2005 3.682.119 1.719.251 1.458.286 3.421.154
2006 3.727.467 1.629.291 1.474.344 3.572.520
2007 4.005.454 1.787.030 1.584.896 3.803.320
2008 4.232.491 1.908.802 1.713.227 4.036.916
2009 4.286.824 1.822.227 1.597.878 4.062.475
2010 4.606.069 2.022.762 1.719.606 4.302.913
2011 4.771.205 1.983.292 1.899.444 4.687.357
2012 5.034.968 1.805.977 1.934.971 5.163.962
2013 5.345.523 2.051.373 1.893.353 5.187.503
Rata-rata Pertumbuhan (%/Tahun)
1980-2013 3,23 2,46 2,42 3,30
1980-2008 2,95 2,57 2,45 2,95
2009-2013 4,80 1,83 2,21 5,22
Sumber : FAO, diolah Pusdatin

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 73


2016 OUTLOOK TEH

Lampiran 29. Hasil Proyeksi Luas Areal Teh Tahun 2016-2020

Double Exponential Smoothing for LA

Data LA
Length 36

Smoothing Constants

Alpha (level) 0.838089


Gamma (trend) 0.170295

Accuracy Measures

MAPE 3
MAD 3636
MSD 22826666

Forecasts

Period Forecast Lower Upper


37 116696 107787 125604
38 115121 102879 127363
39 113546 97737 129355
40 111971 92489 131453
41 110396 87187 133606

74 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK TEH 2016

Lampiran 30. Hasil Proyeksi Harga Konsumen Teh Tahun 2016-2020

Double Exponential Smoothing for HK

* NOTE * Weight must be greater than 0; it will be adjusted to 0.01.

Data HK
Length 8

Smoothing Constants

Alpha (level) 0.817328


Gamma (trend) 0.010000

Accuracy Measures

MAPE 4
MAD 2460
MSD 10984401

Forecasts

Period Forecast Lower Upper


9 65368.1 59340.9 71395.3
10 66657.5 58482.7 74832.2
11 67946.9 57468.8 78424.9
12 69236.3 56382.6 82090.0
13 70525.7 55257.8 85793.6

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 75


2016 OUTLOOK TEH

Lampiran 31. Hasil Proyeksi Konsumsi Teh Tahun 2016-2020

Trend Analysis for SUSENAS

Data SUSENAS
Length 14
NMissing 0

Fitted Trend Equation

Yt = 0.8239 - 0.024510*t

Accuracy Measures

MAPE 19.9803
MAD 0.0755
MSD 0.0106

Forecasts

Period Forecast
15 0.456234
16 0.431723
17 0.407213
18 0.382702
19 0.358192

76 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK TEH 2016

Lampiran 32. Hasil Proyeksi Ketersediaan Teh di ASEAN Tahun 2014-2020

Double Exponential Smoothing for ASEAN

Data ASEAN
Length 34

Smoothing Constants

Alpha (level) 0.667726


Gamma (trend) 0.167230

Accuracy Measures

MAPE 10
MAD 15080
MSD 385643179

Forecasts

Period Forecast Lower Upper


35 382401 345456 419346
36 401951 356175 447728
37 421502 366095 476908
38 441052 375568 506536
39 460602 384771 536434
40 480153 393802 566504
41 499703 402716 596690

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 77


2016 OUTLOOK TEH

Lampiran 33. Hasil Proyeksi Ketersediaan Teh di Dunia Tahun 2014-2020

Double Exponential Smoothing for Dunia

Data Dunia
Length 34

Smoothing Constants

Alpha (level) 0.11753


Gamma (trend) 2.72647

Accuracy Measures

MAPE 2.80120E+00
MAD 8.54441E+04
MSD 1.11780E+10

Forecasts

Period Forecast Lower Upper


35 5576637 5367302 5785971
36 5900103 4867167 6933040
37 6223570 4356789 8090351
38 6547037 3845637 9248437
39 6870504 3334259 10406748
40 7193970 2822784 11565157
41 7517437 2311259 12723615

78 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK TEH 2016

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 79

Anda mungkin juga menyukai