Anda di halaman 1dari 42

Autism & ADHD:

The Importance of Early


Detection?

DR.dr. Surilena,SpKJ(K)
Departemen Ilmu Perilaku & Jiwa
17 September 2017
Case Study
Seorang anak Perempuan, K, usia 4 tahun ke Klinik
diantar oleh orangtuanya dengan:

Keluhan:
Belum bisa bicara lancar dan tidak bisa diam
(hiperaktif)

Dianjurkan Guru Play Group:


Evaluasi ke Dokter
“apakah ada gangguan perkembangan”
Riwayat Penyakit:
• Usia 4-14 bulan: tenang, tidak rewel, diajak bermain,
berbicara ada respons (kontak mata, senyum)

• Usia 15-22 bulan: masih bicara ba ba ba, teriak-teriak tidak


jelas, gelisah saat suasana ramai, berjalan masih dibantu

• Usia 2-3 tahun: kemampuan berbicara makin mundur, tidak


bisa diam, lompat-lompat, teriak2 dan bicara tidak jelas, cuek
(tidak respons), “menolak jika ingin dipeluk, perilaku
berulang-ulang

• Usia 3.5 – 4 tahun: bicara lebih banyak “membeo”, cuek,


tidak bisa diam, asyik main sendiri tanpa tujuan, loncat-
loncat, moody (tanpa sebab)
• Saat ibu hamil: kesehatan fisik & psikologis normal

• Pasien anak kedua dari 2 saudara

• Lahir spontan pervaginan, BBL 2800gram, cukup bulan (36


minggu)

• Riwayat trauma kepala, kejang, penyakit


kronis tidak ada

• Riwayat gangguan mental dalam keluarga: sepupu


pasien mengalami keterlambatan bicara
Diagnosis ???
Diagnosis diferensial ??
Konsul kemana ??
Diagnosis Diferensial
Gangguan Perkembangan Pervasif: Gangguan
perkembangan yang dicirikan oleh ketidakmampuan
signifikan pada perilaku & fungsi berbagai area
perkembangan
Gangguan autistik
Autisme tidak khas (gangguan aktivitas berlebih yang berhubungan dengan
retardasi mental dan gerakan spesifik)
Asperger Sindrome (High Functioning Autism)
Rett Sindrome
Gangguan perkembangan pervasib lainnya (Pervasive Developmental Disorder
Not-Otherwise Specified/PDD-NOS)
Skizofrenia onset dini atau onset masa kanak
Gangguan penglihatan dan pendengaran
ADHD
Gangguan autistik:
TRIAS:

• Gangguan Interaksi Sosial Timbal Balik


• Gangguan Komunikasi Verbal & Non-Verbal
• Gangguan Perilaku & Minat berulang, monoton

Onset sebelum usia 3 tahun


3-4 kali lebih banyak anak laki-laki
Berlanjut sampai dewasa
Gangguan Interaksi Perilaku & MINAT
Berulang serta
Sosial Timbal Balik Monoton

Tidak ada kontak mata, Bertepuk tangan,


“cuek” menggoyang-goyangkan
tubuh, jalan berjinjit,
gerakan tangan flaping
Tidak melihat atau
mendengar jika dipanggil Hiperaktif, impulsivitas

Menolak untuk dipeluk Anak lebih besar (> 6


atau kehangatan tahun) koordinasi
emosional motorik terganggu:
menyikat gigi, makan
sendiri, mengancingkan
Lebih suka atau “asyik” baju
bermain sendiri
Komunikasi
KOMUNIKASI non verbal
VERBAL
Tidak mampu
menggunakan
Berguman / bicara sendiri gerakan tubuh dalam
berkomunikasi untuk
Mengulang potongan kata mengekspresikan
atau lagu iklan televisi perasaan

Tidak mampu merespon


Bila mampu bicara: bicara menggelengkan
monoton, tidak jelas, kepala, melambaikan
tangan, mengangkat alis,
berulang-ulang, bukan dll
untuk komunikasi
• 75-80% retardasi mental (sedang)

• Sebagian kecil: daya ingat baik, membaca


diatas batas penampilan intelektualnya
(hiperleksia)

• Reaksi abnormal pada perangsangan indera:


Hipersentivitas terhadap suara (hiperakusis),
sentuhan (dipeluk, bahan baju tertentu,
label,dll), kurang peka pada rangsangan
nyeri/sakit (tidak menangis saat luka parah)

• Gangguan tidur dan makan : pola terbalik,


monoton
• Gangguan afek atau mood;
Perubahan mood tiba-tiba tanpa alasan jelas
(tertawa, menangis, ketakutan, gelisah,
temper tantrum)

• Perilaku bahayakan diri sendiri (spontan


& impulsif)

• Agresivitas pada orang lain (spontan &


impulsif)

• Gangguan kejang: kejang epilepsi (10-


25%) anak autistik.
Gejala autisme: sangat ringan (mild), sedang (moderate) hingga
parah (severe)

Tingkat intelegensi & kognitif rendah, tidak berbicara (nonverbal),


perilaku menyakiti diri sendiri, sangat terbatasnya minat dan
rutinitas klasifikasi sebagai low functioning autism

Fungsi kognitif & intelegensi tinggi, mampu menggunakan bahasa &


bicaranya secara efektif serta menunjukkan kemampuan mengikuti
rutinitas yang umum high functioning autism

• Dua dikotomi karakteristik di atas implikasi pendidikan & model


treatment yang diberikan

• Penelitian: 80% anak autisme dengan IQ rendah & tidak berbicara


atau nonverbal.
Autisme tidak khas
• Tidak terpenuhinya ke-3 kategori diagnostik autisme
• RM Berat atau Sangat Berat
“gambaran” autis & gangguan bahasa reseptif berat

Retatdasi Mental
• Usia mental yang tidak sesuai dengan perkembangannya
• Sejak Bayi sudah terlihat (IQ 35-54 RM Sedang, 26-34 RM Berat,
≤ 25 RM Sangat Berat)
• Manifestasi: RM sedang, berat, sangat berat
Gangguan komunikasi/bahasa, interaksi soaial (kontak mata
positive), respons emosi sesuai situasi)

Perlu tes intelegensi )IQ Personal !!!!


Sindroma asperger
Hendaya interaksi sosial timbal balik
Minat serta aktivitas terbatas & stereotipik
Gangguan komunikasi verbal minimal (Sirkumstansial, repeated)
IQ rerata normal, diatas normal

Gangguan perkembangan pervasib Lainnya


(Pervasive Developmental Disorder Not Otherwise Specified
/PPDNOS )
• Terdapat ≤2 trias autisme masa kanak, level ringan
• IQ boderline atau RM ringan
Rett Sindroma
• Gangguan perkembangan progresif
• Hanya pada perempuan
• Sebelumnya perkembangannya normal
kemunduran pada usia 7-24 bulan
berupa hilangnya sebagian /seluruhnya
kemampuan gerakan tangan bertujuan &
ketrampilan motorik yang telah terlatih

Gangguan perkembangan berbahasa:


(Ekspresif & Reseptif)
• Gangguan pemahaman & mengekspresikan pembicaraan
• Komunikasi non verbal baik
• Perilaku stereotipik & ganguan berat interaksi sosial timbal balik (-)
Skizofrenia Onset Kanak:
• Normal saat bayi ---2-3 tahun
• Schizophrenia: proses regresi karena penyakit jiwa, Halusinasi
& waham (tidak ada pada autisme), Tidak retardasi mental
(autisme:75-80% RM sedang)
• Autis Infantil: kegagalan perkembangan (gejala timbul
sebelum anak usia 3 tahun, sebagian anak gejalanya sudah
ada sejak lahir.

Gangguan penglihatan dan pendengaran:


• Tidak bereaksi terhadap rangsangan lingkungan sampai
gangguan terdeteksi
• Perlu alat bantu khusus untuk mengoreksi kelainannya
DETEKSI DINI AUTIS
DETEKSI DINI SEJAK DALAM KANDUNGAN
Belum ada teknologi kesehatan di dunia deteksi risiko autism
sejak dalam kandungan pemeriksaan biomolekular pada janin
bayi ( penelitian)

DETEKSI DINI SEJAK LAHIR HINGGA USIA 5 TAHUN


Autisma agak sulit di diagnosis pada usia bayi mengetahui gejala
& tanda penyakit sejak dini Deteksi dini & Intervensi dini,
optimal sebelum usia 5 tahun.

Butuh kecermatan, pengalaman dan pengamatan (perlilaku anak


dalam berkomunikasi, bertingkah laku dan tingkat
perkembangannya) Kecepatan setiap anak berbeda-beda
Orang tua sering menganggap anak akan dapat menyusul
keterlambatannya dikemudian hari & cukup ditunggu, ayah atau ibu
juga terlambat bicara, anak yang cepat jalan akan lebih lambat
bicara
Belum ada tes klinis yang dapat mendiagnosa langsung autis.
PEMERIKSAAN YANG DILAKUKAN
• Tidak ada satupun pemeriksaan medis yang dapat memastikan
suatu diagnosis Autis pada anak.

Pemeriksaan penunjang diagnosis: sebagai


dasar intervensi & strategi pengobatan
(gangguan organik?? ):
• PENGLIHATAN
• PENDENGARAN: Audio gram & Typanogram.
• ELEKTROENSEFALOGRAM (EEG): gejala kejang, indikasi tumor,
gangguan otak
• SKRENING METABOLIK: darah & urine
• MAGNETIC RESONANCE IMAGING (MRI) DAN COMPUTER ASSITED
AXIAL TOMOGRAPHY (CAT SCAN): kelainan struktur otak,
• PEMERIKSAAN GENETIK: Pemeriksaan darah (pola DNA)
DIAGNOSIS AUTIS
ICD-10 (International Classification of Diseases) 1993 & DSM-IV (Diagnostic and Statistical
Manual) Untuk hasil diagnosa, diperlukan total 6 gejala (atau lebih) dari no. (1), (2), dan (3)

A. Interaksi Sosial (minimal ≥2):


• Tidak mampu menjalin interaksi sosial non verbal: kontak mata, ekspresi muka, posisi
tubuh, gerak-gerik kurang tertuju
• Kesulitan bermain dengan teman sebaya
• Tidak ada empati, perilaku berbagi kesenangan/minat
• Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional 2 arah

B. Komunikasi Sosial (minimal ≥2 ):


• Tidak/terlambat bicara, tidak berusaha berkomunikasi non verbal
• Bisa bicara tapi tidak untuk komunikasi/inisiasi, egosentris
• Bahasa aneh & diulang-ulang/stereotip
• Cara bermain kurang variatif/imajinatif, kurang imitasi sosial

C. Imaginasi, berpikir fleksibel dan bermain imaginatif (minimal ≥2 ):


• Mempertahankan 1 minat atau lebih dengan cara yang sangat khas dan berlebihan, baik
intensitas dan fokusnya
• Terpaku pada suatu kegiatan ritualistik/rutinitas yang tidak berguna
• Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan berulang-ulang. Seringkali sangat terpukau pada
bagian-bagian tertentu dari suatu benda
Bagaiman Skrining nya?
Instrumen CHAT (Check list for Autism in Toddlers):
9 item pertanyaan
Dijawab oleh orangtua/pengasuh
Pertanyaan berurutan satu persatu
Tidak ragu-ragu atau takut menjawab
5 item pengamatan pemeriksa
Perintah anak melaksanakan tugas pada CHAT
A Alo anamnesis ya tidak
1 Apakah anak anda senang diayun-ayun atau diguncang-guncang naik turun di paha
anda ?
2 Apakah anak tertarik (memperhatikan) orang lain ?
3 Apakah anak suka memanjat-manjat, seperti memanjat tangga ?
4 Apakah anak suka bermain “ciluk ba”, petak umpet ?
5 Apakah anak pernah bermain seolah-olah membuat secangkir teh menggunakan
mainan berbentuk cangkir atau teko (anak perempuan) atau bermain mobil-
mobilan, pedang-pedangan, merakit robot (anak laki-laki) atau permainan lain
yang sesuai usia anak ?
6 Apakah anak pernah menunjuk atu meminta sesuatu dengan menunjukkan jari ?
7 Apakah anak pernah menggunakan jari untuk menunjuk kesesuatu agar anda
melihat kesana ?
8 Apakah anak anda dapat bermain dengan mainan kecil (mobil, kubus, boneka,dll) ?
9 Apakah anak pernah memberikan sesuatu benda untuk menunjukkan sesuatu ?
B Pengamatan
1 Selama pemeriksaan anak menatap (kontak mata ) dengan pemeriksa ?
2 Usahakan menarik perhatian anak, kemudian pemeriksa menunjukkan sesuatu di
ruang pemeriksaan sambil mengatakan “ Lihat itu ada bola atau permainan lain”
Perhatikan mata anak, apakah anak melihat ke benda yang ditunjuk, bukan
melihat tangan anda ?
3 Usahakan menarik perhatian anak, berikan mainan gelas /cangkir dan teko.
Katakan pada anak: “Buatkan secangkir susu buat mama”
ATAU berikan selembar kertas dan pinsil warna. Katakan pada anak: ayo kita
menggambar??
Tanyakan pada anak: tunjukkan mana gelas (dapat diganti dengan benda lain yang
ada dekat pemeriksa dan anak yang dikenal anak. Apakah anak menunjukkan
benda tersebut dengan jarinya atau samb ?il menatap wajah anda saat menunjuk
ke sesuatu benda
5 Apakah anak dapat menumpuk beberapa kotak kubus atau balok menjadi suatu
menara?
KATEGORI 1 RISIKO TINGGI MENDERITA AUTIS: Bila Jawaban “TIDAK” pada Pertanyaan A5,A7, B2, B3 - 4
KATEGORI 2 RISIKO RENDAH MENDERITA AUTIS : Bila Jawaban “TIDAK “ pada Pertanyaan A7 dan B4
KATEGORI 3 KEMUNGKINAN GANGGUAN PERKEMBANGAN LAINNYA:
Bila Jawaban “TIDAK” Jumlahnya ≥ 3 untuk Pertanyaan A1-4, A6, A8-9, B1, B5
NORMAL: Bila Kategori 1,2,3, TIDAK
Tahapan perkembangan normal:
Anak usia 1.5 tahun: minimal 5 kosa kata yang konsisten seperti papa,
mama, apa, dsb.
Anak usia 2 tahun anak: 2 lusin kata yang dapat dirangkai sederhana

The National Institute of Child Health and Human


Development (NICHD) Amerika Serikat
5 jenis perilaku & perlu evaluasi lebih lanjut, yaitu Anak:
• Tidak bergumam hingga usia 12 bulan
• Tidak memperlihatkan kemampuan gestural (menunjuk, dada,
menggenggam) hingga usia 12 bulan
• Tidak mengucapkan sepatah kata pun hingga usia 16 bulan
• Tidak mampu menggunakan dua kalimat secara spontan di usia 24 bulan
• Kehilangan kemampuan berbahasa dan interaksi sosial pada usia tertentu

Evaluasi lebih komprehensif ke Psikiater, Psikolog, Dokter Anak (Tumbuh


kembang Anak)
Terapi Autism:
• Medikamentosa: antipsikotik. Antidepresan (SSRI,
mood stabilizer)
• Penanganan biomedis (nutrisi , vitamin, mineral
herbal)

• Terapi wicara
• Terapi sensorik integrasi (SI)
• Terapi Okupasi
• Terapi penunjang lain: Terapi musik, gambar,
lumba-lumba, hiperbarik, dll

MULTIDISIPLIN
(Dokter anak, Psikiater Anak &Remaja, Terapis
penunjang, Orangtua, Guru)
Case Study II
Seorang anak B, laki-laki, usia 9 tahun, kelas 3SD
ke Klinik diantar oleh orangtuanya
Keluhan: malas belajar, prestasi sekolah
makin turun, tidak bisa diam dalam kelas
Di anjurkan oleh Guru sekolah untuk test IQ

Riwayat Penyakit:

• Usia 2-4 tahun (play Group):


Tidak bisa diam berbagai situasi, ‘Usil”, cepat bosan dalam
bermain
• TK (5-6 tahun):
“Tidak bisa diam berbagai situasi, tidak ada lelahnya, ceroboh,
moody, banyak bicara
Usia 7-8 tahun (kelas I-II SD):
Tidak bisa diam dalam kelas, sering ngobrol, tugas
sekolah sering tidak selesai, sering tertinggal buku atau
alat tulis, prestasi sekolah mulai menurun (kelas 2),
malas belajar, tidak fokus, mudah teralih, belajar tidak
bisa bisa lama
Lebih banyak main game melalui HP, sering menolak les
(mulai kelas 2)

Kelas III SD (9 tahun):


sering remedial, prestasi sekolah makin turun, “usil”,
sering ngobrol dalam kelas, ulang-ulang perilaku &
bicara, teman-temannya mulai “menjauhi”, diberi
nasehat seperti “Cuek”
• Saat ibu hamil: masalah kesehatan fisik &
psikologis (-)

• Anak pertama dari 3 saudara


• Lahir SC, BBL 3200gram, 37 minggu

• Riwayat: trauma kepala, kejang, penyakit


kronis tidak ada

• Riwayat gangguan mental dalam keluarga:


Adik laki ayah pasien dengan autis
Diagnosis ???
Diagnosis diferensial ??
Konsul kemana ??
Diagnosis Diferensial:
• ADHD
• Depresi
• Gangguan Cemas
• IQ boderline atau Diagnosis:
Retardasi mental
• ADHD Tipe III
ringan
• Onset usia >6 tahun
• Asperger Syndrom
• Trias: hiperaktif,
impulsif, in atensi
SKRININGNYA
Wawancara dengan orangtua / pengasuhnya
Trias ciri utama ADHD: setelah usia 6-7 tahun
Berdasarkan ICD 10 atau DSM IV
≥ 6 gejala dalam 6 bulan
≥ 2 situasi berbeda

Hiperaktifitas: Selalu bergerak, tidak dapat duduk diam (mesin, energi


berlebih), gelisah, ngobrol di kelas, tidak bisa bermain
tertib & tenang
In Atensi: Sulit fokus, gagal selesaikan tugas (lambat), sulit
Ikuti instruksi, bengong, melamun, ceroboh,
“acuh”
Impulsif: Tidak sabaran (nunggu giliran), kemauan segera
Dituruti, menyela/memotong pembicaraan, anak
nakal, usil, bossy, Head banging benturkan atau
Pukul kepala, jatuhkan kepala kebelakang), marah
berlebihan

Ada beberapa alat ukur :


CPT-TOVA (Continuous Performance Test- Test of Variable of Attention)
Kuesioner Corner
Alat ukur: CPT-TOVA (Continuous Performance Test-
Test of Variable of Attention)

Pengukuran objektif yang berbasis komputer, anak-


anak & dewasa (usia 4-80 tahun)
Membantu mendeteksi, mendiagnosis, dan memonitor
efektivitas terapi pada gangguan atensi (ADHD, cedera
otak traumatik)
Lamanya 21,8 menit (anak usia 4 -5 tahun), lama tes
lebih pendek (10.9 menit)
Sebelum tes disediakan latihan terlebih dahulu selama
2,5 menit
Diagnosa klinis tetap melakukan pengamatan secara
klinis, bukan berdasarkan hasil T.O.V.A.
Abbreviated Conners Ratting Scale/ ACRS
0 1 2 3
TIDAK KADANG- SERING SELALU
Kegiatan yang diamati ADA KADANG
1 Tidak kenal lelah atau ada aktivitas yang
berlebihan
2 Mudah menjadi gembira dan impulsif
(bertindak dan berkata tanpa pertimbangan)
3 Mengganggu anak-anak lain, usil, nakal
4 Gagal menyelesaikan kegiatan yang telah
dimulai, rentang perhatian pendek
5 Menggerak-gerakkan anggota badan atau
kepala secara terus menerus
6 Kurang konsentrasi, fokus, mudah teralih,
mudah “lupa”
7 Permintaannya harus segera dipenuhi, mudah
menjadi frustrasi, marah
8 Sering dan mudah menangis
9 Suasana hatinya mudah berubah dengan cepat
dan dratis
10 Ledak kekesalan, tingkah laku eksplosif, tiba-
tiba, dan tidak terduga
TOTAL
• Diisi oleh orangtua dan guru
• Untuk orangtua kondisi di atas terjadi pada berbagai situasi (rumah, sekolah,
toko, pasal, mall,dll)
• Total Skor dari Guru & Ortu ≥ 13
• Total skor ≥ 13: Kemungkinan ADHD perlu wawancara terstruktur adanya
Trias ADHD berdasarkan ICD 10 atau DSM IV RUJUK Ke RS yang memiliki
Fasilitas Kesehatan Jiwa atau Tumbuh Kembang Anak, Psikiater (Psikiater anak
dan Remaja), Dokter Anak
• Total Skor 11-12: Ragu-ragu Pemeriksaan ulang 1 bulan lagi
Tipe I : Hiperaktif – Impulsif (♂ >>♀) (ADHD)
Tipe II : In Atensi (♀ >> ♂) (ADD)
Tipe III: Campuran (♂ =♀) (ADHD)

IQ dalam batas Normal atau Diatas rerata Normal

Bila ada gejala Autis diagnosis bukan ADHD Gangguan


Autistik !!!
Sering terlambat Diagnosisnya

Komorbiditas & Dampak lanjut:


Gangguan mood, bipolar, conduct disorder, gangguan
kepribadian antisosial, penyalahgunaan atau adiksi zat,
gangguan menentang
Berlanjut sampai dewasa

Anak Laki-laki : Perempuan = 3-4:1


Anita Thapar (professor psikiatri anak & remaja
dari Cardiff University)
• Mitos bahwa ADHD karena pola asuh atau pola makan
buruk akibat terlalu banyak konsumsi gula.
• Brain Scanning: kelemahan aktifitas otak bagian korteks
prefrontal kanan bawah & kaudatus kiri anak ADHD.
• Gambar:hasil f-MRI perbandingan antara otak anak ADHD
- anak normal.
ADHD Dulunya dikenal dengan ADD atau Attention
Deficit Disorder.
• Di Indonesia belum ada data yang pasti untuk
jumlah anak ADHD dan autisme di Indonesia.
• Penelitian (2010) di Jakarta, jumlah anak penderita
ADHD mencapai 26,4%.
• Survei Saputro (2009): 4-12% di antara anak usia
sekolah mengalami ADHD (laki-laki : perempuan = 4-
9:1
• 30-80% diagnosis menetap hingga usia remaja, 65%
hingga usia dewasa.
Komorbiditas
ADHD
Beberapa contoh dengan riwayat ADHD masa
Kecil:
• Masa kecil dengan ADHD tipe III semua
energi & konsentrasi disalurkan lewat olahraga
renang Perenang Amerika Serikat (Michael
Phelps) tercepat sedunia & sukses meraih
banyak medali emas di olimpiade.
Penatalaksanaan ADHD :
• Farmakoterapi :
Stimulan (metil fenidat Ritalin, Prohiper, Concerta ®):
mengontrol TRIAS ADHD
Antidepresan, mood stabilizer: komorbiditas dengan
gangguan mental lain (depresi, bipolar, gangguan
tingkah laku, dll)

• Psikoterapi:
ANAK CBT, Okupasi, terapi perilaku, Remedial
ORANGTUA Support, edukasi tentang penanganan
ADHD farmakoterapi dan non-farmakoterapi, ikut serta
sejak awal terapi, efek samping obat
• Sebagian kecil kasus hanya dengan terapi konseling dan
terapi non-farmakologi anak sudah menunjukkan
perbaikan

• Anak ADHD tidak dibedakan dari anak lain dalam hal


apapun !!!

• Kewajiban belajar, harapan & rencana masa depanny

Perilaku yang harus diubah / diarahkan meliputi :


* Cara belajar
* Kegiatan fisik, olah raga
* Penyaluran dorongan agresivitas & impulsivitas
* Makanan (tinggi KH, pengawet, pewarna, pemanis buatan)
Mengapa deteksi dini atau diagnosis ADHD dan AUTISME
Penting dan perlu??
• Berdampak lanjut pada proses perkembangan selanjutnya
(remaja, dewasa)
50% anak ADHD berlanjut sampai dewasa
• Berdampak pada proses belajar dan pendidikannya
• Berdampak pada interaksi sosialnya
• Komorbiditas dengan gangguan mental emosional lain atau
penyalahgunaan /adiksi zat (terutama saat remaja-dewasa)
FILM
Kesimpulan
• Autism dan ADHD: neurodevelopmental disorders yang
memerlukan deteksi dini & intervensi

• Anak dengan autism dan ADHD termasuk anak dengan


kebutuhan khusus

• Diagnosis autism dan ADHD dilakukan dengan wawancara


terstruktur berdasarkan kriteria diagnostik ICD10,DSM IV
dan V.

• Skrining ADHD dapat Abbreviated Conners Ratting Scale


(ACRS ) dan autism menggunakan CHAT (Check list for
Autism in Toddlers) di layanan kesehatan primer dan untuk
keperluan penelitian
Surilenahasan@yahoo.co.id

Anda mungkin juga menyukai