MODUL PROSTHODONTI
FULL DENTURE
Oleh:
Qorrie Furqan Al Annuri
1210341007
Pembimbing :
drg. Hidayati, M.KM
A. DATA PASIEN
Umur : 59 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Swasta
No. RM : 12990
C. ANAMNESIS
Sekitar 10 tahun yang lalu pasien kehilangan gigi geraham kiri dan kanan bawah.
Pencabutan gigi pertama dilakukan di praktek dokter gigi tempat tinggal pasien. Kemudian 5
tahun berikutnya pasien mencabut gigi geraham atas di rumah sakit karena gigi tersebut telah
keropos dan berlubang besar. Pasien masih menggunakan gigi palsu lama untuk rahang atas
dan rahang bawah agar menunjang penampillan walaupun gigi penyangga telah dicabut 1 bulan
terakhir ini.
D. PEMERIKSAAN KLINIS
Tidak Ada
1) Vestibulum
Posterior kiri Posterior kanan Anterior
Rahang atas Sedang Sedang Sedang
Rahang bawah Rendah Rendah Rendah
4) Palatum
Bentuk, kedalaman : U, sedang
Torus Palatinus : Tidak ada
Palatum molle : House Klas III
5) Tuberositas Alveolaris
Kiri : Kecil
Kanan : Kecil
6) Undercut
Tidak Ada
7) Ruang Retromilohioid
Kiri : Dangkal
Kanan : Dangkal
8) Bentuk lengkung rahang
Rahang Atas : Oval
Rahang Bawah :U
: full edentulous (kehilanggan seluruh gigi-geliginya), maka akan dilakukan pembuatan gigi tiruan
1. Penentuan support
Support adalah kemampuan gigi tiruan bertahan terhadap gaya vertikal yang mengarah ke
linggir. Jenis support pada kasus ini adalah mucosa support.
Pada rahang atas support utamanya adalah bagian horizontal pada maksila dari palatum durum
sampai midline rhapae dan posterolateral alveolar ridge. Support tambahan berupa tulang kortikal
dari palatum keras, rugae palatal, tuberositas maksilaris.
Pada rahang bawah support didapat dari retromolar pad dan buccal shelf sebagai support utama,
sedangkan support tambahan puncak linggir dan genial tubercle.
2. Penentuan retensi
Retensi yaitu suatu gaya yang menahan lepasnya gigi tiruan ke arah vertikal. Retensi pada
rahang atas didapatkan dari undercut yang ada pada linggir alveolar anterior dan sedikit pada
posterior kanan dan kiri. Sedangkan pada rahang bawah didapatkan dari sulkus retromylohioid.
Retensi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : faktor anatomis, faktor fisiologis, faktor muskular,
faktor fisik.
a. Faktor Anatomis :
- Luas denture bearing area
- Bentuk denture bearing area
- Kualitas denture bearing area
b. Faktor Fisiologis : kualitas dan laju alir saliva
c. Faktor Muskukar :
- Perluasan basis sampai denture bearing area
- Gigi artifisial di neutral zone
- Oklusal plane yang tepat
- Permukaan poles di kontur
- Otot bersandar pada gigi tiruan
d. Faktor Fisik :
- Tekanan atmosferik
- Gaya tarik-menarik kapiler/ kapilaritas
- Tegangan permukaan
- Adhesi
- Kohesi
3. Penentuan stabilisasi
Stabilisasi yaitu kemampuan/ kualitas GT berada ditempat ketika diberi gaya horizontal.
Stabilisasi ini diperoleh dari :
a. perluasan landasan sampai retromolar pad, retromylohyoid fossa, tuberkel genial, dan tidak
melebihi linea oblique externa
b. menghindari ungkitan dengan penyusunan gigi di zona netral, dataran oklusal yang tepat,
penyusunan gigi artifisial diatas puncak linggir.
c. bertahan terhadap ungkitan dengan penutupan tepi secara kompresif yang didapatkan dengan
pencetakan yang berkualitas.
d. menghindari pergeseran horizontal dengan menyusun gigi berdasarkan oklusi berimbang serta
mengikuti kurva of spee dan wilson serta membuat kontur permukaan poles
4. Penentuan estetik
Diperoleh dari pemilihan gigi artifisial (bentuk, ukuran, dan warna), penyusunan gigi
artifisial, dimensi vertikal, dan kontur gusi. Lebar gigi anterior depan sebagai patokan ukuran anasir
di dapat dari C line. Pembuatan bite rim yang benar dapat membentuk profil wajah kembali (sulkus
naso labialis, philtrum)
Tahapan Pekerjaan
a. Kunjungan 1 (Pencetakan anatomis)
Pencetakan anatomis digunakan untuk model studi, pencetakan dilakukan dengan
menggunakan bahan cetak irreversible hydrocolloid yaitu alginate dan hasil cetakan positif
dilakukan dengan pengecoran menggunakan gips biru (tipe 3). Model studi akan digunakan untuk
menentukan desain gigi tiruan dan untuk membuat sendok cetak fisiologis dengan menggunakan
self cure acrylic.
Langkah-langkah pembuatan sendok cetak fisiologis :
1. Pembuatan outline
Buat garis pada forniks dengan menggunakan pena biru
Buat garis dengan pensil merah 2 mm di atas garis biru (forniks) dan daerah frenulum
dibebaskan, garis merah ini merupakan batas akhir sendok cetak individual.
2. Pembuatan wax spacer
Yaitu melapisi model dengan selapis malam (2 mm).
3. Pembuatan stopper
Stopper dibuat berbentuk persegi panjang dengan memotong wax spacer dengan ukuran
4x2 mm, posisinya satu pada bagian anterior dan dua pada bagian posterior kiri dan kanan.
4. Manipulasi akrilik
Manipulasi akrilik dengan ketebalan ±2 mm dan tepi sendok cetak berada di garis merah
c. Kunjungan 3
1. Pada kunjungan ketiga dilakukan try in basis gigi tiruan, lihat retensi dan stabilisasinya.
2. Setelah itu dilakukan pemasangan bite rim pada rahang atas,.
3. Lihat tinggi bite rim pada bagian anterior harus 1-2 mm dibawah low lip line (rata-rata 12 mm,
dengan lebar 4 mm), dan pada bagian posterior (10-11mm, dengan lebar 6-7mm).
4. Lihat kesejajaran bite rim, dengan menggunakan benang yang di pasangkan dari kedua tragus
pasien yang melewati ala nasi dan dibantu dengan alat bite fox
Pasien duduk dengan posisi garis frankfurt horizontal plane (FHP) sejajar lantai
Insersi biterim RA kedalam mulut
Tinggi biterim ditentukan : tepi bawah biterim RA anterior 1-2 mm dibawah low lip line
(batas bawah bibir atas) dalam keadaan istirahat
Lihat dukungan wajah dengan memperhatikan kemiringan permukaan labial biterim : sudut
nasolabial lebih kurang 90 derjat
Lihat dukungan wajah dengan memperhatikan posisi filtrum, garis nasolabial/ sulkus
nasolabial dan dukungan pipi/ bukal support.
Pasang benang jagung dan karet ke telinga kanan dan kiri pasien melewati tragus dan ala
nasi.
Masukkan bite fox kedalam mulut.
Bidang insisal biterim anterior harus sejajar dengan garis interpupil
Garis oklusal biterim posterior sejajar dengan garis champer (garis yang menghubungkan
tragus dengan ala nasi)
Masukkan biterim RB
Periksa kontak RA dan RB, keduanya harus sebidang dan berkontak rapat.
d. Kunjungan 4
1. Try in anterior
2. Pastikan pemilihan bentuk gigi, warna, dan ukurannya sesuai dengan profil pasien
3. Periksa oklusi, overjet dan overbitenya
4. Periksa garis midlinenya sesuai atau tidak
5. Jika sudah tepat semuanya lanjutkan penyusunan gigi posterior
Penyusunan gigi posterior rahang atas
- Dimulai dari P1: disusun tegak lurus dan cups bukal menyentuk biterim RB sedangkan cups
palatal menggantung
- P2: Disusun tegak lurus dengan cups bukal dan palatal sama sama menyentuh biterim RB
- M1: Disusun dengan cups mesiopalatal menyentuh biterim RB sedang cups lainya
menggantung
- M2: Semua cup tidak menyentuh biterim RB dan inklinasinya mengikuti cups distal M1 atas
sehingga membentuk kurva spee
e. Kunjungan 5
1. Try in gigi tiruan ke mulut pasien
a. Pemeriksaan di artikulator :
– Penampilan GTP
– Permukaan cetakan
– Permukaan poles
– Permukaan oklusal
Pemeriksaan di dalam mulut pasien
• Retensi fisik
• Kestabilan
• Perluasan basis
• Daerah netral ( netral zone)
• Oklusi
• Freeway space
• Penampilan Pasien
Pengiriman ke laboratorium
Flasking
Boiling out
Curing
Finishing dan Polishing
f. Kunjungan 6
1. Setelah gigi tiruan di poles lakukan insersi pada kunjungan selanjutnya. Lihat apakah GT sudah
berada pada final rest position dan nilai aspek retensi, stabilisasi, oklusi, estetik, artikulasi pada
pasien
2. Sebelum diinsersi lihat dulu apakah ada bagian gigi tiruan yang terlalu tajam, bagian anatomis
bagian yang menjendol, kalau ada lakukan penghalusan dan pengurangan.
3. Setelah insersi, cek :
Penilaian estetik dari gigi tiruan : midline gigi, pertama lihat profil wajah pasien, apakah
terlalu cembung atau cekung, lihat sulkus nasolabialis, philtrum, sulkus mentalis apakah sudah
terbentuk, lihat inklinasi penyusunan anasir anteroposterior dan lateral, lihat apakah anasir
berada 2 mm dibawah low lip line, lihat senyum pasien apakah servikal anasir tepat berada
dibawah high lip line pasien.
Cek adaptasi dari gigi tiruan terhadap mukosa dengan menggunakan kaca mulut, apakah gigi
tiruan sudah beradaptasi dengan baik terhadap mukosa ( tidak terlalu longgar dan tidak terlalu
menekan).
Cek retensi gigi tiruan, pasien diinstruksikan menggerakkan otot – otot bibir, wajah dan lidah,
serta diinstruksikan menyebut huruf A, I, U, E, O.
Cek oklusi pasien, apakah ada traumatik oklusi dengan menggunakan articulating paper
(semua teraan harus sama rata, jika terdapat traumatik asah bagian lereng atau perdalam
fossa).
Pengecekkan stabilisasi dengan menginstruksikan pasien untuk melakukan gerakan prostusif
anteroposterior dan lateral kiri kanan, ( jika terdapat sangkutan asah anasir sesuai prinsip
BULL: buccal, upper, lingual, lower).
Pengecekkan fonetik terhadap pasien, pasien diinstruksikan menyebut huruf S, M, R.
4. Setelah selesai intruksikan kepada pasien tentang :
Keterbatasan dari gigi tiruan, kesulitan pemakaian gigi tiruan, cara pemeliharaan gigi tiruan,
instuksikan juga kepada pasien untuk mengunyah dengan menggunakan kedua sisi gigi tiruan,
menggigit makanan diantara gigi pada sudut mulut, jangan di anterior.
Berlatih membaca keras dan mengucapkan kata-kata sulit.
Setelah itu lakukan kontrol 1x24 jam. Untuk melihat oklusi, rongga mulut diperiksa secara visual dan
diraba, sert