Anda di halaman 1dari 15

DENTAL SITE TEACHING

MODUL PROSTHODONTI

FULL DENTURE

Oleh:
Qorrie Furqan Al Annuri
1210341007

Pembimbing :
drg. Hidayati, M.KM

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2018
REKAM MEDIK KASUS PROSTHODONSIA

A. DATA PASIEN

B. Nama Pasien : Anton Islami

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat/ tanggal lahir : Padang,

Umur : 59 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Jl. Lolong

No. RM : 12990

C. ANAMNESIS

a. Chief Complain (CC)


Pasien datang dengan keluhan gigi palsu atas dan bawah tidak nyaman lagi sehingga ingin
dibuatkan gigi palsu baru.

b. Present Illnes (PI)

Sekitar 10 tahun yang lalu pasien kehilangan gigi geraham kiri dan kanan bawah.
Pencabutan gigi pertama dilakukan di praktek dokter gigi tempat tinggal pasien. Kemudian 5
tahun berikutnya pasien mencabut gigi geraham atas di rumah sakit karena gigi tersebut telah
keropos dan berlubang besar. Pasien masih menggunakan gigi palsu lama untuk rahang atas
dan rahang bawah agar menunjang penampillan walaupun gigi penyangga telah dicabut 1 bulan
terakhir ini.

c. Past Dental History (PDH)


Pasien pernah ke dokter gigi untuk mencabut gigi sekitar 10 tahun yang lalu. Terdapat 6
sisa akar gigi yang dicabut di RSGMP Unand sekitar 1 bulan yang lalu (Oktober 2018). Saat
makan, pasien lebih sering menggunakan sisi sebelah kanan. Deviasi sebelah kanan dan TMJ
clicking kiri dan kanan. Untuk menyikat gigi, pagi dan malam sebelum tidur dengan sikat gigi
medium/hard dengan teknik horizontal.

d. Past Medical Histoy (PMH)


Sejauh ini pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat dan makanan.

e. Family History (FH)


Ibu pasien saat ini sedang sakit stroke. Ayah, kakek nenek, dan saudara kandung pasien
dicurigai tidak memiliki riwayat penyakit sistemik.
f. Social History ( SH)
Pasien merupakan seorang pedagang kelontong yang membuka toko dipinggir jalan
Lolong untuk menambah penghasilan keluarga. Minimal 1x sehari pasien minum kopi.

 Sebab kehilangan / kerusakan gigi : lubang besar dan keropos


 Pencabutan terakhir : Elemen gigi 34 (bulan Oktober 2018)
 Pemakaian gigi tiruan : Pernah ( Rahang Atas dan Bawah) ± 10 tahun yang lalu sampai
sekarang.
 Tujuan pembuatan gigi tiruan : Fungsi pengunyahan dan estetik.

D. PEMERIKSAAN KLINIS

1. Pemeriksaan Ekstra Oral

a. Muka : Lonjong, Asimetris


b. Profil : Cembung
c. Pupil : Sama tinggi
d. Tragus : Sama tinggi
e. Hidung : Simetris, pernafasan melalui hidung : lancar
f. Rima Oris : Normal
g. Bibir Atas : Normal, Asimetris
h. Bibir Bawah : Normal, Asimetris
i. Kelenjar Getah Bening
 Submandibularis kanan & kiri : Tidak ada pembengkakan & tidak teraba sakit
 Sublingual : Tidak ada pembengkakan & tidak teraba sakit
 Submental : Tidak ada pembengkakan & tidak teraba sakit
j. TMJ kanan & kiri : clicking kiri dan kanan
k. Bukaan Mulut : deviasi ke kanan
l. Kelainan lain : Tidak ada kelainan lain
2. Pemeriksaan Intra Oral

Rahang Atas Rahang Bawah


2.1. Pemeriksaan Umum
a. Higiene mulut : Buruk
b. Kalkulus : Tidak Ada
c. Stain : Tidak Ada
d. Saliva
- Kuantitas : Normal
- Konsistensi : Normal
e. Lidah
- Ukuran : Normal
- Posisi Wright : Kelas II
- Mobilitas : Normal
f. Refleks Muntah : Rendah
g. Oklusi : Tidak Ada
h. Relasi Rahang : Klas 1
i. Relasi Sentrik :-
j. Artikulasi :-
k. Daya Kunyah : Besar
l. Kebiasaan buruk : Mengunyah sebelah sisi (lebih sering kanan)

2.2. Pemeriksaan Gigi Geligi dan Residual Ridge


a. Bentuk Gigi :-
b. Besar Gigi :-
c. Fraktur :-
d. Lain-lain :-

2.3. Pemeriksaan Penunjang (Analisis Rontgen Panoramik)

Tidak Ada

2.4. Pemeriksaan Lain

Model Studi Rahang Atas

Regio Posterior Kiri Regio Posterior Kanan


Model Studi Rahang Bawah

Regio Posterior Kiri Regio Posterior Kanan

1) Vestibulum
Posterior kiri Posterior kanan Anterior
Rahang atas Sedang Sedang Sedang
Rahang bawah Rendah Rendah Rendah

2) Prosesus Alveolaris/ Residual Ridge

Rahang atas Posterior kiri Posterior kanan Anterior

Bentuk Segi3 Oval Oval


Ketinggian Sedang Sedang Sedang
Tahanan jaringan Rendah Rendah Rendah
Bentuk permukaan Tidak Rata Tidak Rata Tidak Rata

Rahang bawah Posterior kiri Posterior kanan Anterior

Bentuk Segi3 Segi3 Segi3


Ketinggian Rendah Rendah Rendah
Tahanan jaringan Rendah Rendah Rendah
Bentuk permukaan Tidak Rata Tidak Rata Tidak Rata
3) Frenulum
 Labialis Superior : Rendah
 Labialis Inferior : Rendah
 Bukalis RA kiri : Sedang
 Bukalis RA kanan : Sedang
 Bukalis RB kiri : Sedang
 Bukalis RB kanan : Sedang
 Lingualis : Rendah

4) Palatum
 Bentuk, kedalaman : U, sedang
 Torus Palatinus : Tidak ada
 Palatum molle : House Klas III

5) Tuberositas Alveolaris
 Kiri : Kecil
 Kanan : Kecil

6) Undercut
Tidak Ada

7) Ruang Retromilohioid
 Kiri : Dangkal
 Kanan : Dangkal
8) Bentuk lengkung rahang
 Rahang Atas : Oval
 Rahang Bawah :U

9) Dasar Mulut : Normal


10) Eksostosis : Tidak Ada
11) Torus Mandibula : Tidak Ada
12) Ruang gigi tiruan
-

E. SIKAP MENTAL : Phylosophy Mind


F. DIAGNOSIS dan RENCANA PERAWATAN
Berdasarkan hasil dari anamnesis dan pemeriksaan klinis ditegakkan diagnosa dari pasien adalah

: full edentulous (kehilanggan seluruh gigi-geliginya), maka akan dilakukan pembuatan gigi tiruan

penuh (complete denture)

PERAWATAN PRA PROSTODONTIK


a) Perawatan Periodontal :
b) Perawatan Bedah :
Pencabutan Gigi : 14, 23, 24, 34, 44 dan 45 ( terakhir bulan oktober 2018)
c) Perawatan Konservasi

PENENTUAN DESAIN GIGI TIRUAN PENUH

1. Penentuan support
Support adalah kemampuan gigi tiruan bertahan terhadap gaya vertikal yang mengarah ke
linggir. Jenis support pada kasus ini adalah mucosa support.
Pada rahang atas support utamanya adalah bagian horizontal pada maksila dari palatum durum
sampai midline rhapae dan posterolateral alveolar ridge. Support tambahan berupa tulang kortikal
dari palatum keras, rugae palatal, tuberositas maksilaris.
Pada rahang bawah support didapat dari retromolar pad dan buccal shelf sebagai support utama,
sedangkan support tambahan puncak linggir dan genial tubercle.

2. Penentuan retensi
Retensi yaitu suatu gaya yang menahan lepasnya gigi tiruan ke arah vertikal. Retensi pada
rahang atas didapatkan dari undercut yang ada pada linggir alveolar anterior dan sedikit pada
posterior kanan dan kiri. Sedangkan pada rahang bawah didapatkan dari sulkus retromylohioid.
Retensi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : faktor anatomis, faktor fisiologis, faktor muskular,
faktor fisik.

a. Faktor Anatomis :
- Luas denture bearing area
- Bentuk denture bearing area
- Kualitas denture bearing area
b. Faktor Fisiologis : kualitas dan laju alir saliva
c. Faktor Muskukar :
- Perluasan basis sampai denture bearing area
- Gigi artifisial di neutral zone
- Oklusal plane yang tepat
- Permukaan poles di kontur
- Otot bersandar pada gigi tiruan
d. Faktor Fisik :
- Tekanan atmosferik
- Gaya tarik-menarik kapiler/ kapilaritas
- Tegangan permukaan
- Adhesi
- Kohesi

3. Penentuan stabilisasi
Stabilisasi yaitu kemampuan/ kualitas GT berada ditempat ketika diberi gaya horizontal.
Stabilisasi ini diperoleh dari :
a. perluasan landasan sampai retromolar pad, retromylohyoid fossa, tuberkel genial, dan tidak
melebihi linea oblique externa
b. menghindari ungkitan dengan penyusunan gigi di zona netral, dataran oklusal yang tepat,
penyusunan gigi artifisial diatas puncak linggir.
c. bertahan terhadap ungkitan dengan penutupan tepi secara kompresif yang didapatkan dengan
pencetakan yang berkualitas.
d. menghindari pergeseran horizontal dengan menyusun gigi berdasarkan oklusi berimbang serta
mengikuti kurva of spee dan wilson serta membuat kontur permukaan poles

4. Penentuan estetik
Diperoleh dari pemilihan gigi artifisial (bentuk, ukuran, dan warna), penyusunan gigi
artifisial, dimensi vertikal, dan kontur gusi. Lebar gigi anterior depan sebagai patokan ukuran anasir
di dapat dari C line. Pembuatan bite rim yang benar dapat membentuk profil wajah kembali (sulkus
naso labialis, philtrum)

5. Penentuan arah pemasangan


Arah pemasangan diperlukan jika terdapat undercut, untuk menentukannya dilakukan surveying.
Arah pemasangan rahang atas dan rahang bawah adalah zero tilting.
6. Penentuan daerah yang di relief.
Pada kasus ini dilakukan relief pada daerah mukosa yang mengandung kumpulan neurovaskular
(papila insisivum).

Desain gigi tiruan penuh

Rahang Atas Rahang Bawah

Tahapan Pekerjaan
a. Kunjungan 1 (Pencetakan anatomis)
Pencetakan anatomis digunakan untuk model studi, pencetakan dilakukan dengan
menggunakan bahan cetak irreversible hydrocolloid yaitu alginate dan hasil cetakan positif
dilakukan dengan pengecoran menggunakan gips biru (tipe 3). Model studi akan digunakan untuk
menentukan desain gigi tiruan dan untuk membuat sendok cetak fisiologis dengan menggunakan
self cure acrylic.
Langkah-langkah pembuatan sendok cetak fisiologis :
1. Pembuatan outline
 Buat garis pada forniks dengan menggunakan pena biru
 Buat garis dengan pensil merah 2 mm di atas garis biru (forniks) dan daerah frenulum
dibebaskan, garis merah ini merupakan batas akhir sendok cetak individual.
2. Pembuatan wax spacer
Yaitu melapisi model dengan selapis malam (2 mm).
3. Pembuatan stopper
Stopper dibuat berbentuk persegi panjang dengan memotong wax spacer dengan ukuran
4x2 mm, posisinya satu pada bagian anterior dan dua pada bagian posterior kiri dan kanan.
4. Manipulasi akrilik
Manipulasi akrilik dengan ketebalan ±2 mm dan tepi sendok cetak berada di garis merah

b. Kunjungan 2 (Pencetakan fisiologis)


Pencetakan fisiologis dilakukan untuk mendapatkan model kerja. Wax spacer masih berada di
sendok cetak selama dan sebelum border molding.
Langkah-langkah pencetakan fisiologis :
 Try in sendok cetak ke dalam mulut pasien
 Jika pas, lakukan muscle trimming untuk border molding dengan menggunakan lilin compound.
Border molding dilakukan secara berurutan persektan, dengan cara memanaskan compound dan
meletakkannya pada bagian tepi sendok cetak lalu dimasukkan ke dalam mulut kemudian bagian
pipi dan lidah serta mukosa bergerak lainnya digerak-gerakan.
 Setelah prosedur border molding selesai, wax spacer dibuang dan dibuat lubang pada sendok
cetak Kemudian lakukan pencetakan dengan menggunakan bahan elastomer. Setelah selesai
pencetakan, selanjutnya pengecoran hasil cetakan dengan menggunakan gips kuning (tipe 4).
Kemudian pembuatan model malam untuk basis.

c. Kunjungan 3
1. Pada kunjungan ketiga dilakukan try in basis gigi tiruan, lihat retensi dan stabilisasinya.
2. Setelah itu dilakukan pemasangan bite rim pada rahang atas,.
3. Lihat tinggi bite rim pada bagian anterior harus 1-2 mm dibawah low lip line (rata-rata 12 mm,
dengan lebar 4 mm), dan pada bagian posterior (10-11mm, dengan lebar 6-7mm).
4. Lihat kesejajaran bite rim, dengan menggunakan benang yang di pasangkan dari kedua tragus
pasien yang melewati ala nasi dan dibantu dengan alat bite fox
 Pasien duduk dengan posisi garis frankfurt horizontal plane (FHP) sejajar lantai
 Insersi biterim RA kedalam mulut
 Tinggi biterim ditentukan : tepi bawah biterim RA anterior 1-2 mm dibawah low lip line
(batas bawah bibir atas) dalam keadaan istirahat
 Lihat dukungan wajah dengan memperhatikan kemiringan permukaan labial biterim : sudut
nasolabial lebih kurang 90 derjat
 Lihat dukungan wajah dengan memperhatikan posisi filtrum, garis nasolabial/ sulkus
nasolabial dan dukungan pipi/ bukal support.
 Pasang benang jagung dan karet ke telinga kanan dan kiri pasien melewati tragus dan ala
nasi.
 Masukkan bite fox kedalam mulut.
 Bidang insisal biterim anterior harus sejajar dengan garis interpupil
 Garis oklusal biterim posterior sejajar dengan garis champer (garis yang menghubungkan
tragus dengan ala nasi)
 Masukkan biterim RB
 Periksa kontak RA dan RB, keduanya harus sebidang dan berkontak rapat.

5. Pengukuran dimensi vertikal :


 Masukkan biterim RA yang sudah sejajar
 Tentukan dua titik acuan pada subnation dan gnation
 Tentukan posisi istirahat fisiologis, dengan memberi instruksi menggumamkan bunyi huruf
mmmm berulang-ulang sampai tidak terdapat kontraksi otot bibir, ukur jarak tersebut.
 DVO = Jarak posisi istirahat fisiologis – free way space (2-4 mm)
 Masukkan biterim RB, instruksikan pasien untuk menggigit kedua biterim. Ukur kembali
jarak subnation dan gnation, jika berlebih/ kurang, koreksi biterim RB.

6. Selanjutnya penentuan relasi sentrik. Pasien diinstruksikan menengadah, menelan ludah,


menginstruksikan kepada pasien untuk meletakkan ujung lidahnya pada bagian posterior biterim
RA dan kita bantu retrusi mandibula pasien sampai pada bagian paling belakang.
7. Pengujian dimensi vertikal oklusi dengan biterim
 Penilaian dukungan wajah secara keseluruhan (sulkus nasolabialis, komisurra bibir, filtrum,
koridor bukal)
 Observasi visual : pasien disuruh dalam keadaan posisi istirahat, ukur freeway space (2-4 mm)
 Pengukuran titik pada wajah dalam keadaan istriahat dan dalam relasi sentrik, harus sama
dengan hasil pengukuran DV istirahat.
 Penilaian estetis : proporsi tinggi wajah atas = tinggi wajah tengah = tinggi wajah bawah
 Penilaian fonetik : instruksikan untuk melafalkan huruf s = terdapat jarak tepi biterim RA dan
RB sebesar 1-1,5 mm. Pasien dapat melafalkan bunyi s, f, v dengan jelas
 Tanyakan opini pasien setelah terhadap biterim setelah 5 menit pemasangan
8. Tentukan garis
 Midline
 Low lip line
 High lip line : tinggi garis servikal
 C-Line
9. Fixsasi bite rim rahang atas dan rahang bawah dengan hecter : 2 di posterior, 1 di anterior
10. Tanam di articulator.
11. Setelah itu lakukan penyusunan anasir dimulai dengan penyusunan anterior atas, anterior
bawah, posterior kanan atas, posterior kanan bawah, posterior kiri atas, dan di akhiri posterior
kiri bawah.
Penyusunan gigi anterior rahang atas
- I1 disusun dengan inklinasi mesial distalnya sebesar 85 derajat dan inklinasi
anteroposterior sebesar 2-5 derajat keanterior, insisal menyetuh biterim RB
- I2 disusun dg inklinasi mesial distal 80 derajat dan inklinasi anteroposterior 2-5 derajat
kelabial dan insisalnya menggantung dibandingakan I1
- Iinsisal gigi C menyentuh biterim RB dan inklinasinya hampir tegak lurus

Penyusunan gigi anterior rahang bawah


- Gigi anterior RB disusun dengan aksis 0 derajat atau lebih kelingual dan insisalnya lebih
tinggi dari tinggi biterim RB sehingga membentuk overjet dan overbite yang ideal dengan
RA

d. Kunjungan 4
1. Try in anterior
2. Pastikan pemilihan bentuk gigi, warna, dan ukurannya sesuai dengan profil pasien
3. Periksa oklusi, overjet dan overbitenya
4. Periksa garis midlinenya sesuai atau tidak
5. Jika sudah tepat semuanya lanjutkan penyusunan gigi posterior
Penyusunan gigi posterior rahang atas
- Dimulai dari P1: disusun tegak lurus dan cups bukal menyentuk biterim RB sedangkan cups
palatal menggantung
- P2: Disusun tegak lurus dengan cups bukal dan palatal sama sama menyentuh biterim RB
- M1: Disusun dengan cups mesiopalatal menyentuh biterim RB sedang cups lainya
menggantung
- M2: Semua cup tidak menyentuh biterim RB dan inklinasinya mengikuti cups distal M1 atas
sehingga membentuk kurva spee

Penyusunan gigi posterior rahang bawah


- Dimulai dari M1: cups mesiobukal M1 RA berkontak pada bukal groove M1 RB
- P1: sebagai salah satu kunci oklusi, lereng mesialnya berkontak dengan lereng distal bagian
dalam gigi C RA
- P2: Pastikan gigi kontak bidang dengan gigi RA
- M2: kontak bidang dengan M2 RA

e. Kunjungan 5
1. Try in gigi tiruan ke mulut pasien
a. Pemeriksaan di artikulator :
– Penampilan GTP
– Permukaan cetakan
– Permukaan poles
– Permukaan oklusal
Pemeriksaan di dalam mulut pasien
• Retensi fisik
• Kestabilan
• Perluasan basis
• Daerah netral ( netral zone)
• Oklusi
• Freeway space
• Penampilan Pasien

Pengiriman ke laboratorium
 Flasking
 Boiling out
 Curing
 Finishing dan Polishing
f. Kunjungan 6
1. Setelah gigi tiruan di poles lakukan insersi pada kunjungan selanjutnya. Lihat apakah GT sudah
berada pada final rest position dan nilai aspek retensi, stabilisasi, oklusi, estetik, artikulasi pada
pasien
2. Sebelum diinsersi lihat dulu apakah ada bagian gigi tiruan yang terlalu tajam, bagian anatomis
bagian yang menjendol, kalau ada lakukan penghalusan dan pengurangan.
3. Setelah insersi, cek :
 Penilaian estetik dari gigi tiruan : midline gigi, pertama lihat profil wajah pasien, apakah
terlalu cembung atau cekung, lihat sulkus nasolabialis, philtrum, sulkus mentalis apakah sudah
terbentuk, lihat inklinasi penyusunan anasir anteroposterior dan lateral, lihat apakah anasir
berada 2 mm dibawah low lip line, lihat senyum pasien apakah servikal anasir tepat berada
dibawah high lip line pasien.
 Cek adaptasi dari gigi tiruan terhadap mukosa dengan menggunakan kaca mulut, apakah gigi
tiruan sudah beradaptasi dengan baik terhadap mukosa ( tidak terlalu longgar dan tidak terlalu
menekan).
 Cek retensi gigi tiruan, pasien diinstruksikan menggerakkan otot – otot bibir, wajah dan lidah,
serta diinstruksikan menyebut huruf A, I, U, E, O.
 Cek oklusi pasien, apakah ada traumatik oklusi dengan menggunakan articulating paper
(semua teraan harus sama rata, jika terdapat traumatik asah bagian lereng atau perdalam
fossa).
 Pengecekkan stabilisasi dengan menginstruksikan pasien untuk melakukan gerakan prostusif
anteroposterior dan lateral kiri kanan, ( jika terdapat sangkutan asah anasir sesuai prinsip
BULL: buccal, upper, lingual, lower).
 Pengecekkan fonetik terhadap pasien, pasien diinstruksikan menyebut huruf S, M, R.
4. Setelah selesai intruksikan kepada pasien tentang :
 Keterbatasan dari gigi tiruan, kesulitan pemakaian gigi tiruan, cara pemeliharaan gigi tiruan,
instuksikan juga kepada pasien untuk mengunyah dengan menggunakan kedua sisi gigi tiruan,
menggigit makanan diantara gigi pada sudut mulut, jangan di anterior.
 Berlatih membaca keras dan mengucapkan kata-kata sulit.

Setelah itu lakukan kontrol 1x24 jam. Untuk melihat oklusi, rongga mulut diperiksa secara visual dan
diraba, sert

Anda mungkin juga menyukai