DISUSUN OLEH:
B. Etiologi
Perdarahan postpartum bisa disebabkan karena :
1. Atonia Uteri
Atonia uteri adalah ketidakmampuan uterus khususnya miometrium
untuk berkontraksi setelah plasenta lahir. Perdarahan postpartum secara
fisiologis dikontrol oleh kontraksi serat-serat miometrium terutama yang
berada di sekitar pembuluh darah yang mensuplai darah pada tempat
perlengketan plasenta (Wiknjosastro, 2016).
Kegagalan kontraksi dan retraksi dari serat miometrium dapat
menyebabkan perdarahan yang cepat dan parah serta syok hipovolemik.
Kontraksi miometrium yang lemah dapat diakibatkan oleh kelelahan
karena persalinan lama atau persalinan yang terlalu cepat, terutama jika
dirangsang. Selain itu, obat-obatan seperti obat anti-inflamasi nonsteroid,
magnesium sulfat, beta-simpatomimetik, dan nifedipin juga dapat
menghambat kontraksi miometrium. Penyebab lain adalah situs implantasi
plasenta di segmen bawah rahim, korioamnionitis, endomiometritis,
septikemia, hipoksia pada solusio plasenta, dan hipotermia karena
resusitasi masif (Rueda et al., 2013).
2. Laserasi Jalan Lahir
Pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada persalinan dengan
trauma. Pertolongan persalinan yang semakin manipulatif dan traumatik
akan memudahkan robekan jalan lahir dan karena itu dihindarkan
memimpin persalinan pada saat pembukaan serviks belum lengkap.
Robekan jalan lahir biasanya akibat episiotomi, robekan spontan perineum,
trauma forsep atau vakum ekstraksi, atau karena versi ekstraksi
(Prawirohardjo, 2010).
3. Retensio plasenta
Retensio plasenta adalah plasenta belum lahir hingga atau melebihi
waktu 30 menit setelah bayi lahir. Hal ini disebabkan karena plasenta
belum lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas tetapi belum
dilahirkan. Retensio plasenta merupakan etiologi tersering kedua dari
perdarahan postpartum (20% - 30% kasus). Kejadian ini harus didiagnosis
secara dini karena retensio plasenta sering dikaitkan dengan atonia uteri
untuk diagnosis utama sehingga dapat membuat kesalahan diagnosis. Pada
retensioplasenta, resiko untuk mengalami PPP 6 kali lipat pada persalinan
normal (Ramadhani, 2011).
4. Koagulopati
Perdarahan postpartum juga dapat terjadi karena kelainan pada
pembekuan darah. Penyebab tersering PPP adalah atonia uteri, yang disusul
dengan tertinggalnya sebagian plasenta. Namun, gangguan pembekuan
darah dapat pula menyebabkan PPP. Hal ini disebabkan karena defisiensi
faktor pembekuan dan penghancuran fibrin yang berlebihan. Gejala-gejala
kelainan pembekuan darah bisa berupa penyakit keturunan ataupun
didapat. Kelainan pembekuan darah dapat berupa hipofibrinogenemia,
trombositopenia, Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP), HELLP
syndrome (hemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet count),
Disseminated Intravaskuler Coagulation (DIC), dan Dilutional
coagulopathy (Wiknjosastro, 2016; Prawirohardjo, 2010).
D. Patofisiologi
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk
meningkatkan sirkulasi uterus. Atonia uteri dan sub-involusi uterus menyebabkan
kontraksi uterus menurun, sehingga pembuluh darah yang melebar tersebut tidak
menutup dengan sempurnah, sehingga perdarahan terjadi terus menerus. Trauma
jalan lahir seperti episiotomi yang lebar, laserasi perineum dan ruptur uteri juga
menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh darah, penyakit darah pada
ibu, misalnya afibrinogenemia dan hipofibrinogenemia karena tidak ada atau 11
kurangnya fibrin untuk membantu proses pembekuan darah juga merupakan
penyebab dari perdarahan post partum. Perdarahan yang hebat bisa mengakibatnya
terjadinya syok hemoragik atau syok karena berkurangya volume sirkulasi darah,
sedang hilangnya vaskuler secara berlebihan mengakibatkan terjadinya resiko
kekurangan volume cairan. (Saifudin, 2011).
E. Pathway
Menghalangi
kontraksi uterus
Uterus tidak
dapatberkontraksi
secara efektif
Masih ada
pembuluh
daaarah yang
tetap terbuka
Resiko syok
hipovolemik Reiko kekurangan Ansietas
volume cairan
(Saifudin, 2011)
Diagnosa Keperawatan :
1. Defisit volume cairan b. d kehilangan aktif volume cairan
2. Nyeri akut b. d agen injuri fisik
3. Resiko onfeksi b. d prosedur invasif
4. Defisit perawatan diri b. d kelemahan fisik
5. Cemas atau ketakutan b. d krisis siuasional
F. Pengkajian
1. Pengkajian fokus
Pengkajian fokus pada perdarahan post portum meurut Dongoes dan
Marylin E, (2011) sebagai berikut :
a. Alasan dan keluhan pertama masuk Rumah Sakit
Apa yang dirasakan saat itu ditujukan untuj mengenali tanda atau
gajala yng berkaitan dengan perdarahan post portum misalnya
antonio uteri, retensio plasenta robekan jalan lahir, vagina,
perineum, adanya sisa selaput plsenta dan biasanya ibu nampak
perdarahan banyak > 500 CC.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Dikaji untuk mengetahui apakah seorang ibu menderita penyakit
yang bisa menyebabkan perdarahan post portum seperti aspek
fisiologis dan psikososialnya.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Dikaji untuk mengrtahui apakah seorang ibu perah menderita
penyakit yang lain yang menyertai dan bisa memperburuk keadaan
atau mempersulit penyambuhan. Seperti penyakit diabetus melitus
dan jantung.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien
ada yang mempunyai riwayat yang sama.
2. Pengkajian Dasar Data Klien
a. Sirkulasi : Rembesan kontinu atau perdarahan tiba-tiba. Dapat
tampak pucat, anemik.
b. Ketidaknyamanan : Nyeri tekan uterus (fragmen-fragmen plasenta
tertahan). Ketidaknyamanan vagina/pelvis, sakit punggung
(hematoma).
c. Keamanan : Pecah ketuban dini
d. Seksuaitas : Tinggi fundus atau baan uterus gagal kembali pada
ukuran dan fungsi kehamilan (Subinvorusi). Leukorea mungkin
ada. Terus terlepasnya jaringan
3. Pemeriksaan Diagnostik
a. Golongan darah : Menentukan Rh, golongan ABO dan pencocokan
silang.
b. Jumlah darah lengkap
c. Kultur uterus dan vaginal : Mengesampingkan infeksi pasca
partum
d. Urinalisis : Memastikan kerusakan kandung kemih
e. Profil koagulasi : Peningkatan degeradasi kadar produk fibrin/
produk spilit fibrin (SDP/FSP).
f. Sonografi : Menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan.
G. Intervensi
Diagnosa NOC NIC Rasional
Setelah dilakukan - Monitor jumlah - Mencegah syok
tindakan pendarahan akibat
keperawatan pasien perdarahan.
diharapkan tidak - Monitor hasil - Mengecek
terjadi perdarahan laboratorium anemi atau
dengan kriteria hasil: pasien tidak
1. Perdarahan - Tidurkan pasien - dengan kaki
berhenti dengan posisi lebih tinggi
2. Hb diatas kaki lebih tinggi akan
normal sedang badanya meningkatan
tetap terlentang. aliran darah ke
otak dan organ
lain.
Defisit
- Monitor intake - Memonitor
volume
dan output setiap perubahan
cairan b. d
1 jam output yang
kehilangan
merupakan
aktif
tanda adanya
volume
gangguan
cairan
sirkulasi darah.
- Berikan infus - Mengurangi
atau cairan resiko
intravena kekurangan
volume cairan
lebih buruk
- Kolaborasi - Mencegah
dengan tim medis perdarahan
dengan yang lebih
pemberian anti hebat dan
perdarahan mengetahui
intervensi
selanjutnya
Setelah dilakukan - Kaji nyeri setiap - Untuk
tindakan 6 jam, baik skala, mengetahui
Nyeri akut keperawatan intensitas, lokasi, derajat dan
b. d agen diharapkan nyeri frekuensi tingkat nyeri
injuri fisik berkurang atau yang dialami
hilang dengan dan untuk dapat
kriteria hasil: melakukan
1. Skala nyeri intervensi
berkurang selanjutnya
atau hilang - Ajarkan teknik - Untuk
2. Pasien relaksasi distraksi mengalihkan
tampak nafas dalam perhatian pasien
tenang dari nyerinya
dan mengurangi
rasa nyeri.
- Kolaborasikan - Untuk
pemberian mengurangi rasa
analgesik nyeri
RI, K. (2011). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.