Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH TENTANG PERDARAHAN POST PARTUM

DISUSUN OLEH:

1. NABILA PUTRI IBRAHIM (A11701587)

2. NANANG AZIZ LUTHFI (A11701588)

3. NI’MATUL KHOIRIN NIDA (A11701590)

4. NISA IPRAWATI (A11701591)

5. NOVELLA RIZQI AWALIYAH K (A11701592)

6. NUR ANI YULIANINGSIH (A11701593)

7. NUR ISNAENI (A11701594)

8. NUR WIJI LESTARI (A11701595)

9. NURILITA RIZKIANA (A11701596)

10. NURUL FATIMAH (A11701597)

11. NUURKHALISA RACHMASARI (A11701598)

KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2020
A. Pengertian
Perdarahan postpartum (PPP) didefinisikan sebagai kehilangan 500 ml atau
lebih darah setelah persalinan pervaginam atau 1000 ml atau lebih setelah
seksio sesaria (Leveno, 2009; WHO, 2012).
Perdarahan post partum adalah perdarahan yang segera terjadi setelah
persalinan melebihi 500 cc yang dibagi menjadi dua bentuk yaitu perdarahan
post partum primer dan perdarahan post partum sekunder (Rukiyah 2010).
Perdarahan post partum adalah perdarahan yang lebih dari 500-600 ml
selama 24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio
plasenta. Perdarahan post partum adalah perdarahan kala IV lebih dari 500-600
ml dalam 24 jam setelah anak lahir (Eniyati, 2013).
Jadi dapat disimpulkan perdarahan post partum adalah perdarahan yang
terjadi setelah persalinan lebih dari 500cc selama 24 jam setelah anak lahir atau
1000 cc setelah seksio sesaria.

B. Etiologi
Perdarahan postpartum bisa disebabkan karena :
1. Atonia Uteri
Atonia uteri adalah ketidakmampuan uterus khususnya miometrium
untuk berkontraksi setelah plasenta lahir. Perdarahan postpartum secara
fisiologis dikontrol oleh kontraksi serat-serat miometrium terutama yang
berada di sekitar pembuluh darah yang mensuplai darah pada tempat
perlengketan plasenta (Wiknjosastro, 2016).
Kegagalan kontraksi dan retraksi dari serat miometrium dapat
menyebabkan perdarahan yang cepat dan parah serta syok hipovolemik.
Kontraksi miometrium yang lemah dapat diakibatkan oleh kelelahan
karena persalinan lama atau persalinan yang terlalu cepat, terutama jika
dirangsang. Selain itu, obat-obatan seperti obat anti-inflamasi nonsteroid,
magnesium sulfat, beta-simpatomimetik, dan nifedipin juga dapat
menghambat kontraksi miometrium. Penyebab lain adalah situs implantasi
plasenta di segmen bawah rahim, korioamnionitis, endomiometritis,
septikemia, hipoksia pada solusio plasenta, dan hipotermia karena
resusitasi masif (Rueda et al., 2013).
2. Laserasi Jalan Lahir
Pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada persalinan dengan
trauma. Pertolongan persalinan yang semakin manipulatif dan traumatik
akan memudahkan robekan jalan lahir dan karena itu dihindarkan
memimpin persalinan pada saat pembukaan serviks belum lengkap.
Robekan jalan lahir biasanya akibat episiotomi, robekan spontan perineum,
trauma forsep atau vakum ekstraksi, atau karena versi ekstraksi
(Prawirohardjo, 2010).
3. Retensio plasenta
Retensio plasenta adalah plasenta belum lahir hingga atau melebihi
waktu 30 menit setelah bayi lahir. Hal ini disebabkan karena plasenta
belum lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas tetapi belum
dilahirkan. Retensio plasenta merupakan etiologi tersering kedua dari
perdarahan postpartum (20% - 30% kasus). Kejadian ini harus didiagnosis
secara dini karena retensio plasenta sering dikaitkan dengan atonia uteri
untuk diagnosis utama sehingga dapat membuat kesalahan diagnosis. Pada
retensioplasenta, resiko untuk mengalami PPP 6 kali lipat pada persalinan
normal (Ramadhani, 2011).
4. Koagulopati
Perdarahan postpartum juga dapat terjadi karena kelainan pada
pembekuan darah. Penyebab tersering PPP adalah atonia uteri, yang disusul
dengan tertinggalnya sebagian plasenta. Namun, gangguan pembekuan
darah dapat pula menyebabkan PPP. Hal ini disebabkan karena defisiensi
faktor pembekuan dan penghancuran fibrin yang berlebihan. Gejala-gejala
kelainan pembekuan darah bisa berupa penyakit keturunan ataupun
didapat. Kelainan pembekuan darah dapat berupa hipofibrinogenemia,
trombositopenia, Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP), HELLP
syndrome (hemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet count),
Disseminated Intravaskuler Coagulation (DIC), dan Dilutional
coagulopathy (Wiknjosastro, 2016; Prawirohardjo, 2010).

C. Tanda & Gejala


Seorang wanita hamil yang sehat dapat kehilangan darah sebanyak 10% dari
volume total tanpa mengalami gejala-gejala klinik, gejala-gejala baru tampak
pada kehilangan darah sebanyak 20%. Gejala klinis umum yang biasa terjadi
pada perdarahan post partum adalah kehilangan darah dalam jumlah yang
banyak (lebih dari 500 cc), nadi lemah, pucat, ekstremitas dingin, lochia
berwarna merah, haus, pusing, gelisa, mual, tekanan darah lemah dan dapat
terjadi syok hipovolemik (Wiknjosastro, 2016).
Menurut Mochtar (2011) gejala klinik berdasarkan penyebab ada lima yaitu:
1. Atonia Uteri
Uterus berkontraksi lembek , terjadi perdarahan segera setelah lahir
2. Robekan jalan lahir
Terjadi perdarahan segera, darah segar mengalir segera setelah bayi
lahir, konterksi uterus baik, plasenta baik. Gejala yang kadang-kadang
timbul pucat, lemah, menggigil.
3. Retensio plasenta
Plasenta belum lahir selama 30 menit, perdarahan segera, kontraksi
uterus baik.
4. Tertinggalnya sisa plasenta
Selaput yang mengandung pembuluh darah ada yang tertinggal,
perdarahan segera. Gejala yang kadang-kadang timbul uterus
berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang.
5. Inversio uterus
Uterus tidak teraba, lumen vagina berisi massa, perdarahan segera.
6. Nyeri berat.

D. Patofisiologi
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk
meningkatkan sirkulasi uterus. Atonia uteri dan sub-involusi uterus menyebabkan
kontraksi uterus menurun, sehingga pembuluh darah yang melebar tersebut tidak
menutup dengan sempurnah, sehingga perdarahan terjadi terus menerus. Trauma
jalan lahir seperti episiotomi yang lebar, laserasi perineum dan ruptur uteri juga
menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh darah, penyakit darah pada
ibu, misalnya afibrinogenemia dan hipofibrinogenemia karena tidak ada atau 11
kurangnya fibrin untuk membantu proses pembekuan darah juga merupakan
penyebab dari perdarahan post partum. Perdarahan yang hebat bisa mengakibatnya
terjadinya syok hemoragik atau syok karena berkurangya volume sirkulasi darah,
sedang hilangnya vaskuler secara berlebihan mengakibatkan terjadinya resiko
kekurangan volume cairan. (Saifudin, 2011).
E. Pathway

Penyakit darah Atonia uteri Sisa plasenta dan Robekan jalan


selaput ketuban lahir/servik

Kelainan Uterus gagal


berkontraksi Menghalangi
pembekuan kontraksi uterus
darah dengan baik
setelah persalinan

Menghalangi
kontraksi uterus

Uterus tidak
dapatberkontraksi
secara efektif

Masih ada
pembuluh
daaarah yang
tetap terbuka

Perdarahan post partum

Perdarahan hebat Kehilangan Ancaman


vaskuler perubahan pada
berlebihan status kesehatan

Resiko syok
hipovolemik Reiko kekurangan Ansietas
volume cairan

(Saifudin, 2011)

Diagnosa Keperawatan :
1. Defisit volume cairan b. d kehilangan aktif volume cairan
2. Nyeri akut b. d agen injuri fisik
3. Resiko onfeksi b. d prosedur invasif
4. Defisit perawatan diri b. d kelemahan fisik
5. Cemas atau ketakutan b. d krisis siuasional
F. Pengkajian
1. Pengkajian fokus
Pengkajian fokus pada perdarahan post portum meurut Dongoes dan
Marylin E, (2011) sebagai berikut :
a. Alasan dan keluhan pertama masuk Rumah Sakit
Apa yang dirasakan saat itu ditujukan untuj mengenali tanda atau
gajala yng berkaitan dengan perdarahan post portum misalnya
antonio uteri, retensio plasenta robekan jalan lahir, vagina,
perineum, adanya sisa selaput plsenta dan biasanya ibu nampak
perdarahan banyak > 500 CC.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Dikaji untuk mengetahui apakah seorang ibu menderita penyakit
yang bisa menyebabkan perdarahan post portum seperti aspek
fisiologis dan psikososialnya.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Dikaji untuk mengrtahui apakah seorang ibu perah menderita
penyakit yang lain yang menyertai dan bisa memperburuk keadaan
atau mempersulit penyambuhan. Seperti penyakit diabetus melitus
dan jantung.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien
ada yang mempunyai riwayat yang sama.
2. Pengkajian Dasar Data Klien
a. Sirkulasi : Rembesan kontinu atau perdarahan tiba-tiba. Dapat
tampak pucat, anemik.
b. Ketidaknyamanan : Nyeri tekan uterus (fragmen-fragmen plasenta
tertahan). Ketidaknyamanan vagina/pelvis, sakit punggung
(hematoma).
c. Keamanan : Pecah ketuban dini
d. Seksuaitas : Tinggi fundus atau baan uterus gagal kembali pada
ukuran dan fungsi kehamilan (Subinvorusi). Leukorea mungkin
ada. Terus terlepasnya jaringan
3. Pemeriksaan Diagnostik
a. Golongan darah : Menentukan Rh, golongan ABO dan pencocokan
silang.
b. Jumlah darah lengkap
c. Kultur uterus dan vaginal : Mengesampingkan infeksi pasca
partum
d. Urinalisis : Memastikan kerusakan kandung kemih
e. Profil koagulasi : Peningkatan degeradasi kadar produk fibrin/
produk spilit fibrin (SDP/FSP).
f. Sonografi : Menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan.
G. Intervensi
Diagnosa NOC NIC Rasional
Setelah dilakukan - Monitor jumlah - Mencegah syok
tindakan pendarahan akibat
keperawatan pasien perdarahan.
diharapkan tidak - Monitor hasil - Mengecek
terjadi perdarahan laboratorium anemi atau
dengan kriteria hasil: pasien tidak
1. Perdarahan - Tidurkan pasien - dengan kaki
berhenti dengan posisi lebih tinggi
2. Hb diatas kaki lebih tinggi akan
normal sedang badanya meningkatan
tetap terlentang. aliran darah ke
otak dan organ
lain.
Defisit
- Monitor intake - Memonitor
volume
dan output setiap perubahan
cairan b. d
1 jam output yang
kehilangan
merupakan
aktif
tanda adanya
volume
gangguan
cairan
sirkulasi darah.
- Berikan infus - Mengurangi
atau cairan resiko
intravena kekurangan
volume cairan
lebih buruk
- Kolaborasi - Mencegah
dengan tim medis perdarahan
dengan yang lebih
pemberian anti hebat dan
perdarahan mengetahui
intervensi
selanjutnya
Setelah dilakukan - Kaji nyeri setiap - Untuk
tindakan 6 jam, baik skala, mengetahui
Nyeri akut keperawatan intensitas, lokasi, derajat dan
b. d agen diharapkan nyeri frekuensi tingkat nyeri
injuri fisik berkurang atau yang dialami
hilang dengan dan untuk dapat
kriteria hasil: melakukan
1. Skala nyeri intervensi
berkurang selanjutnya
atau hilang - Ajarkan teknik - Untuk
2. Pasien relaksasi distraksi mengalihkan
tampak nafas dalam perhatian pasien
tenang dari nyerinya
dan mengurangi
rasa nyeri.
- Kolaborasikan - Untuk
pemberian mengurangi rasa
analgesik nyeri

Setelah dilakukan - Catat perubahan - Mencegah


tindakan tanda vital perubahan
keperawatan tanda vital
diharapkan tidak (suhu) yang
terjadi infeksi merupakan
dengan kriteria hasil: indikasi
1. Lochea tidak terjadinya
berbau infeksi.
2. Tanda-tanda - Obsevasi luka - Mengetahui
vital (suhu) dan jahitan seberapa besar
dalam batas perineum tiap resiko untuk
normal ganti balut. infeksi dan
Resiko
mencegah
infeksi b. d
terjadinya
prosedur
infeksi
invasif
- Berikan - Pembalut yang
perawatan terlalu basah
perineal, dan bisa
pertahankan agar menyebabkan
pembalut jangan iritasi dan dapat
sampai terlalu menjadi media
basah untuk
pertumbuhan
bakteri,
peningkatan
resiko infeksi
Defisit Setelah dilakukan - Monitor - Membantu
perawatan tindakan kebutuhan klien meningkakan
diri b. d keperawatan untuk alat-alat
kelemahan diharapkan bantu untuk kemampuan
fisik kebutuhan akan kebersihan diri, aktivitas pasien
aktifitas fisik pasie berpakaian
terpenuhi dengan berhias, toileting
kriteria hasil: dan makan.
1. Pasien dapat
melakukan - Sediakan bantuan - Meningkatakan
aktivitas sampai klien kemampuan
dengan mampu scara melakukan
bantuan utuh untuk perawatan diri
2. Pasien melakukan mandiri yang
menyatakan selfcare optimal sesuai
kenyamanan kemampuan.
terhadap
kemempuan
melakukan
aktivitas
Setelah dilakukan - Kaji respon - Mencegah
tindakan psikologis klien persepsi klien
keperawatan terhadap mempengaruhi
diharapkan cemas perdarahan paska intensitas
berkurang atau persalinan cemasnya lebih
hilang dengan berat
kriteria hasil: - Berikan - Informasi yang
1. Pasien informasi tentang akurat dapat
mengatakan perawatan dan mengurangi
perasaan pengobatan cemas dan takut
cemas yang tidak
Cemas atau
berkurang diketahui
ketakutan
atau hilang - Kaji mekanisme - Mencegah
b. d krisis
koping yang cemas yang
siuasional
digunakan klien berkepanjangan
dengan
mekanisme
koping yang
tepat

- Bantu klien - Membantu klien


mengidentifikasi mengungkapan
rasa cemasnya perasaan untuk
mengurangi rasa
cemas
DAFTAR PUSTAKA

Ai Yeyeh, R. d. (2010). Asuhan Kebidanan 1. Jakarta : CV. Trans Info Media.

al, R. e. (2013). Post Partum Phatology. Midwifery Journal.

Chalik. (2010). Kehamilan Patologis. Jurnal Kebidanan.

Dongoes, M. d. (2011). Pengkajian Post Partum. Maternity .

Eniyati. (2013). Asuhan Kebidanan pada Persalinan Patologi. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

H, N. A. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &


NANDA NIC NOC. Jogjakarta: MediAction.

Mochtar. (2011). Gangguan Kehamilan. Kebidanan patologis.

Prawirohardjo, S. (2010). Buku Asuhan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Puspita. (2012). Asuhan Keperawatan Post Partum. Jurnal Kebidanan, 1-23.

Ramdhani. (2011). Perdarahan Post Partum. Maternity.

RI, D. (2010). Profil Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Depkes RI.

RI, K. (2011). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.

Saifudin. (2011). Perdarahan Post Partum . Obstetrick and Gynecologyc.

Sanjaya, D. G. (2010). Tanda Bahaya Serta Penatalaksanaan Perdarahan Post-


Partum. Intisari Sains Medis, 9-18.

WHO. (2010). Infant Mortality. World Health Organization.

Wiknjosastro, H. (2016). Ilmu Kebidanan . Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai