Anda di halaman 1dari 14

J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 2 , N o m o r 1 , J a n u a r i 2 0 1 6 | 49

PENGARUH METODE LATIHAN DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP


KELINCAHAN BULUTANGKIS

Oleh
Trihadi Karyono
FIK UNY
email: trihadikaryono@uny.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan pengaruh latihan beban dan latihan
plyometrik terhadap kelincahan bulutangkis, (2) perbedaan kelincahan bulutangkis antara
mahasiswa yang memiliki power otot tungkai tinggi dan rendah, (3) pengaruh interaksi antara
metode latihan dan power otot tungkai terhadap kelincahan bulutangkis.
Penelitian ini menggunakan metode ekperimen dengan rancangan faktorial 2 x 2. Populasi
dalam penelitian ini adalah Unit Kegiatan Mahasiswa Bulutangkis Universitas Negeri Yogyakarta
yang berjumlah 60 mahasiswa. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive random
sampling, besarnya sampel yang diambil yaitu sebanyak 40 mahasiswa. Teknik analisis data pada
penelitian ini menggunakan ANAVA. Sebelum menguji dengan ANAVA, terlebih dulu digunakan
uji prasyarat analisis data dengan menggunakan uji normalitas sampel (Uji Lilliefors dengan α =
0,05 %) dan Uji homogenitas varians (Uji Bartlett dengan α = 0,05 %).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) ada perbedaan pengaruh
latihan beban dan latihan plyometrik terhadap kelincahan bulutangkis. Pengaruh latihan plyometrik
lebih baik dari pada dengan latihan beban. (2) ada perbedaan peningkatan kelincahan bulutangkis
antara mahasiswa yang memiliki power otot tungkai tinggi dan rendah. Peningkatan kelincahan
bulutangkis pada mahasiswa yang memiliki power otot tungkai tinggi lebih baik dari pada yang
memiliki power otot tungkai rendah. (3) terdapat pengaruh interaksi antara metode latihan dan
power otot tungkai terhadap kelincahan bulutangkis. Mahasiswa yang memiliki power otot tungkai
tinggi lebih cocok jika diberikan latihan plyometrik. Sedangkan mahasiswa yang memiliki power
otot tungkai rendah lebih cocok jika diberikan latihan berbeban.

Kata Kunci: Latihan Berbeban, Latihan Plyometrik, Power Otot Tungkai, Kelincahan Bulutangkis.

PENDAHULUAN dan juga membutuhkan koordinasi mata,


Bulutangkis merupakan salah satu tangan dan kaki yang baik.
cabang olahraga yang digemari di Indonesia, Prestasi berbagai cabang olahraga yang
baik oleh kalangan ekonomi bawah sampai dicapai oleh bangsa Indonesia diberbagai
atas, laki-laki, perempuan, anak-anak sampai kejuaraan baik tingkat nasional, regional
orang tua dengan berbagai tujuan diantaranya maupun internasional, sampai saat ini belum
untuk rekreasi atau hiburan, menjaga begitu menggembirakan. Hanya beberapa
kebugaran dan kesehatan sampai tujuan cabang olahraga yang sampai saat ini masih
olahraga prestasi. Bulutangkis termasuk tetap eksis di antaranya adalah cabang
olahraga yang kompetitif yang memerlukan bulutangkis, panahan dan olahraga bela diri
gerakan eksplosif, banyak gerakan berlari, pencaksilat. Cabang Bulutangkis walaupun
meloncat, refleks, kecepatan merubah arah eksis beberapa tahun ini jarang memperoleh
J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 2 , N o m o r 1 , J a n u a r i 2 0 1 6 | 50

gelar juara dalam suatu kejuaraan pemain dalam melakukan pukulan mereka
internasional. Adapun pada kejuaraan- harus mengejar shuttlecocks dengan langkah
kejuaraan besar, Piala Thomas dan Uber, kaki yang ringan dan lincah ke semua sudut
kejuaraan dunia, serta Asian Games, lapangan. Pengamatan peneliti dalam setiap
PELATNAS tidak membuahkan hasil yang kejuaraan yang diselenggarakan baik oleh
memuaskan. Ini menunjukkan bahwa pengurus propinsi maupun pengurus
bulutangkis Indonesia walau dipandang eksis kabupaten seperti kejuaraan Sleman “Open
tapi mulai menunjukkan prestasinya menurun. Badminton Championship” tahun 2008
Prestasi olahraga tidak terlepas dari sampai dengan tahun 2010 yang diadakan
unsur kondisi fisik. Peningkatan kondisi fisik pengurus kabupaten Sleman, banyak atlet
atlet bertujuan agar kemampuan fisik menjadi yang mengikuti kejuaraan tersebut masih
prima dan berguna menunjang aktivitas terasa berat langkah kaki (footwork) dan
olahraga dalam rangka mencapai prestasi kurang lincah dalam mengejar shuttlecocks.
prima (Suharno, 1993:38). Latihan fisik setiap Dengan seringnya mereka terlambat memukul
cabang olahraga merupakan pondasi utama shuttlecocks yang jauh dari badan, sehingga
dalam melatih teknik, taktik dan mental atlet. akurasi pukulan tidak dapat dikontrol dengan
Untuk mendapatkan prestasi yang tinggi, baik. Keterlambatan memukul shuttlecocks
hendaknya ditunjang kondisi fisik seperti disebabkan berbagai hal seperti kurangnya
kelincahan, kecepatan, kekuatan, koordinasi, kecepatan reaksi, power otot tungkai,
daya tahan, waktu reaksi, kelentukan, power kekuatan, kecepatan, kelentukan dan
yang sangat dibutuhkan oleh atlet dalam koordinasi.
permainan bulutangkis. Seperti diungkapkan Unit Kegiatan Mahasiswa Bulutangkis
Sajoto (1995:10) komponen kondisi fisik Universitas Negeri Yogyakarta dalam
meliputi: kekuatan (strength), kecepatan melakukan kegiatan bermain bulutangkis
(speed), daya tahan (endurance), daya ledak kurang maksimal kelincahan kakinya
otot (muscular explosive power), kelincahan sehingga sering terjadi keterlambatan dalam
(agility), keseimbangan (balance), kelentukan memukul shuttlecocks. Seringnya mahasiswa
(flexibility), dan koordinasi (coordination). Unit Kegiatan Mahasiswa Bulutangkis
Semua komponen kondisi fisik di atas harus Universitas Negeri Yogyakarta dalam
dapat dikembangkan guna menunjang prestasi bermain bulutangkis terlambat melakukan
atlet. pukulan shuttlecocks hendaknya perlu dicari
Permainan bulutangkis memerlukan dan ditelusuri faktor-faktor penyebabnya.
komponen kondisi fisik kelincahan (agility) Disamping itu juga pengalaman peneliti
yang dipengaruhi kondisi fisik yang lain salah selama mengajar bulutangkis, banyak
satunya power otot tungkai. Karena setiap mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam
J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 2 , N o m o r 1 , J a n u a r i 2 0 1 6 | 51

mengikuti materi perkuliahan khususnya yang lebih, dengan tidak mengesampingkan


teknik pukulan di atas kepala (over head latihan bagi kelompok otot yang lainnya. Ada
strokes) dan pukulan bawah lengan (under berbagai macam metode latihan yang dapat
arm strokes) dimana banyak mahasiswa diterapkan dalam melatih power, diantaranya
terlambat dalam memukul shuttlecocks. metode latihan dengan menggunakan beban
Faktor yang menjadi penyebab keterlambatan ekternal seperti dumbell, barbel, stick (weight
mahasiswa dalam memukul shuttlecocks, training). Hoks (1974) dalam Fox, et al
diantaranya adalah kemampuan fisik (1984:136-137) dan latihan Plyometric
mahasiswa yang belum optimal. Salah satu (Chu,1992:70). Metode latihan tersebut
kemampuan kondisi fisik tersebut adalah diharapkan dapat meningkatkan kekuatan,
kelincahan, karena permainan bulutangkis kecepatan, power, serta elastisitas otot
dibutuhkan gerak cepat merubah arah untuk tungkai.
mengejar shuttlecocks ke semua sudut Jenis latihan yang dapat digunakan
lapangan. untuk meningkatkan power otot tungkai
Melakukan langkah kaki dengan diantaranya adalah latihan berbeban (Wilmore
kelincahan yang tinggi dibutuhkan & Costile, 1988:135). Berkaitan dengan
kemampuan fisik yang bagus. Semakin dini latihan berbeban (Hadisasmita dan
seorang atlet bulutangkis dapat menguasai Syarifuddin, 1996:109) mengemukakan
langkah kaki dengan kelincahan yang tinggi bahwa ”Latihan beban jika dilaksanakan
akan semakin baik dalam mengantisipasi dengan benar, kecuali dapat mempertinggi
shuttlecocks yang datang. Untuk dapat kesehatan fisik secara keseluruhan, akan dapat
menguasai teknik langkah kaki yang baik, mengembangkan kecepatan, daya ledak otot,
selain kondisi fisik, dibutuhkan pula kekuatan dan kelentukan, yang merupakan
kemampuan untuk mengontrol gerak bagian- faktor-faktor penting bagi setiap atlet”.
bagian tubuh bawah maupun gerak tubuh Sedangkan Harsono (1988:37) menyatakan
secara keseluruhan, dengan kata lain bahwa “Latihan berbeban adalah latihan yang
dibutuhkan gerak otomatisasi yang baik untuk sistematis dimana beban hanya dipakai
dapat melakukan langkah kaki dengan sebagai alat untuk menambah kekuatan otot
kelincahan tinggi. guna mencapai tujuan tertentu”, serta latihan
Kelincahan dalam mengejar shuttlecocks melompat-lompat atau latihan plyometrik.
sangat dipengaruhi oleh kualitas otot dan (Radcliffe & Farentinos:1985:5; Chu,
kecepatan reaksi yang dimiliki oleh atlet. Dari 1992:1).
sekian banyak kelompok otot yang berperan Latihan berbeban dan plyometrik
dalam kelincahan yang paling dominan yaitu memang sudah dikenal dan sering digunakan
power otot tungkai perlu mendapat perhatian secara luas untuk meningkatkan daya ledak.
J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 2 , N o m o r 1 , J a n u a r i 2 0 1 6 | 52

Latihan yang dilakukan untuk meningkatkan power. Pola gerakan dalam latihan plyometrik
power otot tungkai harus melibatkan otot-otot sebagian besar mengikuti konsep “power
yang akan dikembangkan yaitu otot tungkai chain” (rantai power) dan sebagian besar
serta sesuai dengan sistem energi yang latihan, khusus melibatkan otot-otot anggota
digunakan dalam aktivitas tersebut. Tuntutan gerak bawah, karena gerakan kelompok otot
terhadap metode latihan yang efektif dan ini secara nyata merupakan pusat power.
efisien didorong oleh kenyataan atau gejala- Pada prinsipnya latihan plyometrik
gejala yang timbul dalam pelatihan. Beberapa didasarkan pada prinsip pra peregangan otot
alasan tentang pentingnya kebutuhan metode yang terlibat pada saat tahap penyelesaian atas
latihan yang efisien menurut Rusli (1988:26) respon atau penyerapan kejutan dari
adalah ”(1) Efisiensi akan menghemat waktu, ketegangan yang dilakukan otot sewaktu
energi atau biaya, (2) Metode efisien akan bekerja. Sebagai metode latihan fisik, latihan
memungkinkan para siswa atau atlet untuk plyometrik dapat dibedakan menjadi tiga
menguasai tingkat keterampilan yang lebih kelompok latihan, yaitu (1) Latihan untuk
tinggi”. anggota gerak bawah, (2) Latihan untuk
Latihan berbeban adalah suatu latihan batang tubuh, dan (3) Latihan untuk anggota
yang menggunakan beban, baik latihan secara gerak atas.
isometrik, secara isotonik maupun secara Dalam penyusunan program latihan,
isokinetik. Latihan ini dilakukan dengan baik latihan berbeban maupun latihan
menggunakan beban berupa alat maupun plyometrik perlu adanya pengkajian tentang
berat badan atlet. Latihan berbeban adalah kontraksi otot, dosis latihan yang meliputi
suatu cara menerapkan prosedur tertentu beban latihan, jumlah set, irama, repetisi dan
secara sistematis pada berbagai otot tubuh. recoverynya. Karena unsur-unsur tersebut
Pada program latihan berbeban ini dalam sangat berpengaruh dan menentukan
pelaksanaannya menggunakan alat barbel, tercapainya suatu tujuan latihan. Sebagai
dumbell dan gym mechine yang telah contoh untuk meningkatkan power otot
dikombinasikan menjadi alat khusus untuk tungkai, maka memerlukan beban yang berat
latihan berbeban (weight training). dengan repetisi yang sedikit dan irama yang
Latihan plyometrik merupakan suatu cepat, sebaliknya untuk daya tahan maka
metode latihan yang dapat digunakan untuk memerlukan beban yang ringan dengan
meningkatkan kesegaran biomotorik atlet, repetisi yang banyak. Kedua metode latihan
termasuk kekuatan dan kecepatan yang tersebut di atas, diperkirakan memiliki
memiliki aplikasi yang sangat luas dalam pengaruh terhadap power otot tungkai yang
kegiatan olahraga, dan secara khusus latihan nantinya berpengaruh juga terhadap
ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan kelincahan bulutangkis.
J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 2 , N o m o r 1 , J a n u a r i 2 0 1 6 | 53

Perlu adanya penelitian yang berkaitan Tabel 1. Rancangan Desain Fatorial


dengan penggunaan metode latihan berbeban
dan latihan plyometrik serta seberapa besar
pengaruhnya terhadap peningkatan kelincahan
bulutangkis. Untuk selanjutnya dalam Keterangan:
penelitian ini akan dikembangkan lebih jauh a1b1: Kelompok mahasiswa yang memiliki
power otot tungkai tinggi dilatih
dengan mengambil judul yaitu “Pengaruh menggunakan berbeban.
Metode Latihan dan Power Otot Tungkai a2b1: Kelompok mahasiswa yang memiliki
power otot tungkai tinggi dilatih
Terhadap Kelincahan Bulutangkis” menggunakan pliometrik.
METODOLOGI PENELITIAN a1b2: Kelompok mahasiswa yang memiliki
power otot tungkai rendah dilatih
A. Tempat dan Waktu Penelitian menggunakan berbeban.
1. Tempat Penelitian a2b2: Kelompok mahasiswa yang memiliki
power otot tungkai rendah dilatih
Penelitian ini dilaksanakan di menggunakan pliometrik.
Hall Bulutangkis dan Laboratorium
kondisi fisik Fakultas Ilmu Variabel dalam penelitian ini terdiri

Keolahragaan Universitas Negeri dari 2 variabel bebas (independent) dan

Yogyakarta. satu variabel terikat (dependent) dengan

2. Waktu Penelitian rincian yaitu variabel bebas (independent)

Penelitian ini dilaksanakan meliputi variabel manipulatif yaitu

selama dua bulan dengan frekuensi metode latihan yang terdiri dari dua taraf

pertemuan tiga kali seminggu (Brooks yakni latihan berbeban dan latihan

& Fahey, 1984:405), yaitu pada hari plyometrik. Sedangkan variabel bebas

Senin, Rabu dan Jum’at. Lamanya atributif dalam penelitian ini yaitu power

latihan 85 menit setiap kali pertemuan. otot tungkai tinggi dan power otot tungkai

Dan jumlah pertemuan 24 kali. rendah. Variabel terikat (dependent)


dalam penelitian ini yaitu kelincahan

B. Metode Penelitian bulutangkis.

Metode penelitian yang digunakan


dalam penelitian ini adalah sebagai C. Definisi Operasional

berikut: Untuk memberikan penafsiran yang

Jenis penelitian Eksperimen dengan sama terhadap variabel-variabel dalam

desain penelitian dengan rancangan penelitian ini, maka perlu dijelaskan

faktorial 2x2 sebagai berikut: definisi dari variabel-variabel penelitian


yaitu sebagai berikut:
J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 2 , N o m o r 1 , J a n u a r i 2 0 1 6 | 54

1. Latihan Berbeban 3. Power Otot Tungkai


Latihan berbeban ini adalah Power otot tungkai adalah
latihan fisik dengan menggunakan kemampuan otot atau sekelompok
beban baik dengan berat beban sendiri otot-otot tungkai untuk melakukan
maupun dengan beban dari luar yang kerja atau melawan beban atau
berupa mesin yang terbuat dari besi tahanan dalam waktu yang sesingkat-
atau bahan lain yang keras, yang singkatnya. Power otot tungkai dalam
ditujukan untuk meningkatkan penelitian ini dibedakan atas power
bermacam-macam kemampuan fisik, otot tungkai tinggi dan rendah, diukur
antara lain daya tahan otot, kekuatan dengan Vertical Power Jumps Test
otot dan daya ledak otot dilakukan (Johnson & Nelson, 1986:210).
secara berulang-ulang dengan 4. Kelincahan Bulutangkis
intensitas dan repetisi tertentu sesuai Kelincahan bulutangkis dapat
program latihan. Jenis latihan diartikan kemampuan seseorang untuk
berbeban yang digunakan dalam mengubah arah dan posisi tubuh atau
penelitian ini menggunakan gym bagian-bagiannya secara cepat dan
mechine, dengan bentuk latihan antara tepat, diukur dengan tes LSU Agility
lain: Leg Squat dan Calf Raise. Semua Obstacle Course (Ismayarti, 2006:46).
latihan dilakukan sesuai program
latihan yang direncanakan. D. Populasi dan Sampel
2. Latihan Plyometrik Penelitian ini menggunakan populasi
Plyometrik adalah suatu latihan mahasiswa Unit Kegiatan Mahasiswa
yang memiliki ciri khusus, yaitu Bulutangkis Universitas Negeri
kontraksi otot yang sangat kuat yang Yogyakarta, yang berjumlah 60
merupakan respon dari pembebanan mahasiswa.
dinamik atau regangan yang cepat dari Besar sampel yang digunakan dalam
otot-otot yang terlibat. Latihan penelitian ini adalah 40 mahasiswa, yang
plyometrik yang mendukung gerakan diperoleh dengan teknik purposive
kelincahan bulutangkis yaitu Lateral random sampling. Menurut Sudjana
Cone Hops dan Site to Site Box (2002:148) teknik purposive random
Shuttle. Semua latihan dilakukan sampling yaitu dari jumlah populasi yang
sesuai program latihan yang ada untuk menjadi sampel harus
direncanakan. memenuhi yaitu berjenis kelamin laki-
laki, berminat untuk mengikuti latihan
berbeban dan plyometrik, sehat jasmani
J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 2 , N o m o r 1 , J a n u a r i 2 0 1 6 | 55

dan rohani, bersedia menjadi sampel E. Teknik Pengumpulan Data


penelitian, serta memiliki power otot Teknik pengumpulan data yang
tungkai yang baik, berdasarkan hasil digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi dan informasi. 1. Data power otot tungkai
Dari sejumlah mahasiswa yang telah 2. Data kelincahan bulutangkis
mempunyai ketentuan tersebut, kemudian 3. Mencari Reliabilitas Tes
power otot tungkai diperoleh dengan
Vertical Power Jumps Test, data hasil F. Teknik Analisis Data
power otot tungkai tersebut dipakai untuk Teknik analisis data yang digunakan
mengelompokkan yaitu sampel yang adalah teknik analisis varian (anava) dua
memiliki power otot tungkai tinggi dan jalur pada α = 0,05. Jika nilai F yang
sampel yang memiliki power otot tungkai diperoleh (Fo) signifikan analisis
rendah. Selanjutnya dirangking, dari hasil dilanjutkan dengan uji rentang (Sudjana,
rangking tersebut dibagi atas tiga 2004:36). Untuk memenuhi asumsi dalam
kelompok yaitu tingkat power otot tungkai teknik anava, maka dilakukan uji
tinggi, sedang dan rendah. Selanjutnya 20 normalitas (Uji lilliefors) dan uji
mahasiswa yang memiliki tingkat power Homogenitas Varians (dengan uji Bartlett)
otot tungkai sedang tidak diikutsertakan, (Sudjana, 2002:261-264). Urutan langkah-
sehingga besar sampel yang digunakan langkah analisis data penelitian ini adalah:
dalam penelitian ini adalah 40 mahasiswa 1. Pengujian Prasyarat Analisis
putra yang terdiri dari 20 mahasiswa yang Sebelum dilakukan analisis data
memiliki power otot tungkai tinggi, dan dilakukan uji prasyarat analisis.
20 mahasiswa yang memiliki power otot a. Uji Normalitas
tungkai rendah. Selanjutnya 20 mahasiswa Uji normalitas data penelitian ini
yang memiliki power otot tungkai tinggi menggunakan metode Liliefors
dan yang memiliki power otot tungkai (Sudjana, 2002:466).
rendah masing–masing dibagi menjadi b. Uji Homogenitas
dua kelompok dengan cara diundi Uji homogenitas dilakukan
(random), yaitu 10 mahasiswa dengan uji Bartlett.
mendapatkan perlakuan dengan latihan c. Uji Hipotesis
berbeban dan 10 mahasiswa sebagai Uji hipotesis yang digunakan
kelompok yang mendapatkan latihan menggunakan uji Anava
plyometrik. Rancangan Faktorial dan Uji
Rentang Newman-Keuls Setelah
Anava
J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 2 , N o m o r 1 , J a n u a r i 2 0 1 6 | 56

HASIL PENELITIAN DAN perlakuan dengan latihan plyometrik


PEMBAHASAN memiliki peningkatan kelincahan
A. Deskripsi Data bulutangkis sebesar 0,16 yang lebih tinggi
Deskripsi hasil analisis data hasil tes dari pada kelompok metode latihan
kelincahan bulutangkis yang dilakukan dengan latihan berbeban.
sesuai dengan kelompok yang 2. Jika antara kelompok mahasiswa yang
dibandingkan disajikan sebagai berikut: memiliki power otot tungkai tinggi dan
rendah dibandingkan, maka dapat
diketahui bahwa kelompok mahasiswa
yang memiliki power otot tungkai tinggi
memiliki peningkatan kelincahan
bulutangkis sebesar 0,26 yang lebih tinggi
dari pada kelompok mahasiswa yang
memiliki power otot tungkai rendah.
Masing-masing sel (kelompok
Gambar 1. Histogram Nilai Rata-Rata Hasil perlakuan) memiliki peningkatan kelincahan
Tes Awal dan Tes Akhir Hasil
Kelincahan Bulutangkis Tiap bulutangkis yang berbeda. Nilai hasil
Kelompok Berdasarkan kelincahan bulutangkis masing-masing sel
Penggunaan Metode Latihan dan
Tingkat Power Otot Tungkai (kelompok perlakuan) dapat dilihat pada tabel
Keterangan: berikut.
LB Kelompok metode latihan Tabel 2. Nilai Hasil Kelincahan Bulutangkis
=
dengan latihan berbeban Masing-Masing Sel (Kelompok
LP Kelompok metode latihan Perlakuan)
=
dengan latihan plyometrik
POTT Kelompok power otot tungkai
=
tinggi
POTR Kelompok power otot tungkai
=
rendah
Hasil tes awal
=
Hasil tes akhir
= Agar nilai rata-rata kelincahan
Hal-hal yang menarik dari nilai-nilai bulutangkis yang dicapai tiap kelompok
yang terdapat dalam tabel dan histogram di perlakuan mudah dipahami, maka nilai
atas adalah sebagai berikut: kelincahan bulutangkis pada tiap kelompok
1. Jika antara kelompok mahasiswa yang perlakuan disajikan dalam bentuk histogram
mendapat metode latihan dengan latihan sebagai berikut:
berbeban dan plyometrik dibandingkan,
maka dapat diketahui bahwa kelompok
J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 2 , N o m o r 1 , J a n u a r i 2 0 1 6 | 57

Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas


Data

2. Uji Homogenitas
Hasil uji homogenitas data
antara kelompok 1 dan kelompok 2
adalah sebagai berikut:
Dari hasil uji homogenitas
Gambar 2. Histogram Nilai Rata-Rata Hasil
2
Kelincahan Bulutangkis pada diperoleh nilai χ o= 1.831. Sedangkan
Tiap Kelompok Perlakuan. dengan k - 1 = 4 – 1 = 3, angka χ2tabel
Keterangan :
5% = 7,81, yang ternyata bahwa nilai
KP1 = Kelompok metode latihan
dengan latihan berbeban pada χ2o= 1.831 lebih kecil dari χ2tabel 5%=
tingkat power otot tungkai 7.81. Sehingga dapat disimpulkan
tinggi
KP2 = Kelompok metode latihan bahwa antara kelompok dalam
dengan latihan berbeban pada penelitian ini memiliki varians yang
tingkat power otot tungkai
rendah homogen.
KP3 = Kelompok metode latihan
dengan latihan plyometrik
memiliki power otot tungkai D. Pengujian Hipotesis
tinggi 1. Pengujian Hipotesis I
KP4 = Kelompok metode latihan
dengan latihan plyometrik Dari hasil penelitian menunjukkan
pada tingkat power otot bahwa metode latihan dengan latihan
tungkai rendah
berbeban memiliki peningkatan yang
B. Reliabilitas berbeda dengan metode latihan dengan
Adapun hasil uji reliabilitas data hasil latihan plyometrik. Hal ini dibuktikan dari
kelincahan bulutangkis pada penelitian ini nilai Fhitung = 4.4067 > Ftabel = 4.11.
adalah sebagai berikut : Dengan demikian hipotesa nol (H0)
Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data ditolak. Yang berarti bahwa metode
latihan dengan latihan berbeban memiliki
peningkatan yang berbeda dengan latihan

C. Pengujian Persyaratan Analisis Varians plyometrik dapat diterima kebenarannya.

1. Uji Normalitas Dari analisis lanjutan diperoleh bahwa

Hasil uji normalitas data yang ternyata metode latihan dengan latihan

dilakukan pada tiap kelompok adalah plyometrik memiliki peningkatan yang

sebagai berikut: lebih baik dari pada metode latihan


J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 2 , N o m o r 1 , J a n u a r i 2 0 1 6 | 58

dengan latihan berbeban, dengan rata-rata Dengan demikian hipotesis nol


peningkatan masing-masing yaitu 0.782 ditolak. Yang berarti terdapat interaksi
dan 0.946. yang signifikan antara metode latihan
2. Pengujian Hipotesis II dengan power otot tungkai.
Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa mahasiswa yang E. Pembahasan Hasil Penelitian
memiliki power otot tungkai tinggi Pembahasan hasil penelitian ini
memiliki peningkatan kelincahan memberikan penafsiran yang lebih lanjut
bulutangkis yang berbeda dengan mengenai hasil-hasil analisis data yang
mahasiswa yang memiliki power otot telah dikemukakan. Berdasarkan
tungkai rendah. Hal ini dibuktikan dari pengujian hipotesis telah menghasilkan
nilai Fhitung = 11.4191 > Ftabel = 4.11. dua kelompok kesimpulan analisis yaitu:
Dengan demikian hipotesa nol (H0) (a) Ada perbedaan pengaruh yang
ditolak. Yang berarti bahwa bermakna antara faktor-faktor utama
mahasiswa yang memiliki power otot penelitian. Faktor utama yang diteliti
tungkai tinggi memiliki peningkatan meliputi:
kelincahan bulutangkis yang berbeda (1) Perbedaan kelincahan bulutangkis.
dengan mahasiswa yang memiliki (2) Perbedaan tingkat power otot
power otot tungkai rendah dapat tungkai.
diterima kebenarannya. (b) Ada interaksi yang bermakna antara
Dari analisis lanjutan diperoleh faktor-faktor utama dalam bentuk
bahwa ternyata mahasiswa yang interaksi dua faktor.
memiliki power otot tungkai tinggi Kelompok kesimpulan analisis tersebut
memiliki peningkatan kelincahan dapat dipaparkan lebih lanjut sebagai berikut:
bulutangkis yang lebih baik dari pada 1. Perbedaan Pengaruh Latihan
mahasiswa yang memiliki power otot Berbeban dan Plyometrik Terhadap
tungkai rendah, dengan rata-rata Kelincahan Bulutangkis
peningkatan masing-masing yaitu Berdasarkan pengujian hipotesis
0.996 dan 0.732. pertama ternyata ada perbedaan pengaruh
3. Pengujian Hipotesis III yang nyata antara kelompok mahasiswa
Dari hasil penelitian yang mendapatkan metode latihan dengan
menunjukkan bahwa interaksi antara latihan berbeban dan kelompok
metode latihan dan tingkat power otot mahasiswa yang mendapatkan latihan
tungkai mahasiswa sangat bermakna. plyometrik terhadap kelincahan
Karena Fhitung = 4.7350 > Ftabel = 4.11. bulutangkis. Pada kelompok mahasiswa
J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 2 , N o m o r 1 , J a n u a r i 2 0 1 6 | 59

yang mendapat meteode latihan dengan Power otot tungkai merupakan


latihan plyometrik mempunyai kemampuan yang mendasari dari gerak
peningkatan hasil kelincahan bulutangkis yang dilakukan seseorang. Power otot
yang lebih baik dibandingkan dengan tungkai merupakan unsur yang sangat
kelompok mahasiswa yang mendapat penting bagi mahasiswa, sebab power
metode latihan dengan latihan berbeban. otot tungkai mahasiswa merupakan dasar
Dari angka-angka yang dihasilkan dalam pembentukan kelincahan
dalam analisis data menunjukkan bahwa mahasiswa. Power otot tungkai yang baik
perbandingan rata-rata peningkatan menunjang kesiapan mahasiswa untuk
persentase hasil kelincahan bulutangkis melakukan latihan kelincahan.
yang dihasilkan oleh latihan plyometrik Mahasiswa yang memiliki power otot
lebih tinggi 0.16 dari pada laithan tungkai tinggi memiliki kemampuan
berbeban. untuk beradaptasi terhadap kelincahan
2. Perbedaan Kelincahan Bulutangkis bulutangkis yang lebih baik, dari pada
Antara Mahasiswa yang Memiliki mahasiswa yang memiliki power otot
Power Otot Tungkai Tinggi dan tungkai rendah.
Rendah Dari angka-angka yang dihasilkan
Berdasarkan pengujian hipotesis ke dalam analisis data menunjukkan bahwa
dua ternyata ada perbedaan pengaruh perbandingan rata-rata peningkatan hasil
yang nyata antara kelompok mahasiswa kelincahan bulutangkis pada mahasiswa
dengan power otot tungkai tinggi dan yang memiliki power otot tungkai tinggi
power otot tungkai rendah terhadap hasil sebesar 0.26, yang lebih tinggi dari pada
kelincahan bulutangkis. Pada kelompok kelompok mahasiswa yang memiliki
mahasiswa dengan power otot tungkai power otot tungkai rendah.
tinggi mempunyai peningkatan hasil 3. Pengaruh Interaksi Antara Metode
kalincahan bulutangkis lebih tinggi Latihan dan Power Otot Tungaki
dibanding kelompok mahasiswa dengan Terhadap Kelincahan Bulutangkis.
power otot tungkai rendah. Pada Dari tabel ringkasan hasil analisis
kelompok mahasiswa power otot tungkai varian dua faktor, nampak bahwa faktor-
tinggi memiliki potensi yang lebih tinggi faktor utama penelitian dalam bentuk dua
dari pada mahasiswa yang memiliki faktor menunjukkan interaksi yang nyata.
power otot tungkai rendah. Power otot Untuk kepentingan pengujian bentuk
tungkai merupakan modalitas untuk interaksi AB terbentuklah tabel dibawah
melakukan kelincahan bulutangkis. ini.
J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 2 , N o m o r 1 , J a n u a r i 2 0 1 6 | 60

Tabel 5. Pengaruh Sederhana, Pengaruh titik pertemuan atau persilangan. Antara jenis
Utama, dan Interaksi Faktor A
latihan kelincahan bulutangkis dan tingkat
dan B Terhadap Hasil Kelincahan
Bulutangkis. power otot tungkai memiliki titik persilangan.
Berarti terdapat interaksi yang signifikan
diantara keduanya. Gambar tersebut
menunjukkan bahwa power otot tungkai
Interaksi antara dua faktor
berpengaruh terhadap hasil latihan kelincahan
penelitian dapat dilihat pada gambar
bulutangkis.
berikut:
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel
15, ternyata mahasiswa yang memiliki power
otot tungkai tinggi dengan metode latihan
plyometrik, memiliki peningkatan kelincahan
bulutangkis yang lebih baik dibandingkan
mahasiswa dengan power otot tungkai tinggi
dan mendapat perlakuan metode latihan
berbeban. Sedangkan mahasiswa yang
memiliki power otot tungkai rendah dengan
metode latihan berbeban, memiliki
peningkatan kelincahan bulutangkis yang
lebih baik dibandingkan mahasiswa dengan
Gambar 3. Bentuk Interaksi Perubahan
power otot tungkai tinggi dan mendapat
Besarnya Hasil Kelincahan
perlakuan metode latihan berbeban.
Bulutangkis
Kefektifan penggunaan metode latihan
Keterangan :
kelincahan bulutangkis dipengaruhi oleh
: A1 = Metode latihan dengan latihan
klasifikasi power otot tungkai yang dimiliki
berbeban
mahasiswa.
: A2 = Metode latihan dengan latihan
plyometrik.
KESIMPULAN
: B1 = Power otot tungkai tinggi
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil
: B2 = Power otot tungkai rendah
analisis data yang telah dilakukan, dapat
Atas dasar gambar di atas, bahwa
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
bentuk garis perubahan besarnya nilai
1. Ada perbedaan pengaruh antara latihan
kelincahan bulutangkis adalah tidak sejajar
berbeban dan plyometrik terhadap
dan bersilangan. Garis perubahan peningkatan
kelincahan bulutangkis. Pengaruh latihan
kelincahan antar kelompok memiliki suatu
J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 2 , N o m o r 1 , J a n u a r i 2 0 1 6 | 61

plyometrik lebih baik dari pada latihan Depdikbud Dirjen Dikti Proyek
beban. Pendidikan Tenaga Akademik.
2. Ada perbedaan kelincahan bulutangkis
antara mahasiswa yang memiliki power Harsono. 1988. Coaching Dan Aspek-Aspek
otot tungkai tinggi dan rendah. Psikologis Dalam Coaching. Jakarta:
Peningkatan kelincahan bulutangkis pada Dikti P2LPTK.
mahasiswa yang memiliki power otot
tungkai tinggi lebih baik dari pada yang Ismayarti. 2006. Tes dan Pegukuran.
memiliki power otot tungkai rendah. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
3. Terdapat pengaruh interaksi antara Press.
metode latihan dan power otot tungkai
terhadap kelincahan bulutangkis. Johnson, B. L., Nelson, J. K. 1986. Practical
a. Mahasiswa yang memiliki power otot Measurment for Evaluation Physical
tungkai tinggi lebih cocok jika Education. Fourth Edition. Minesota
diberikan latihan plyometrik. USA: Macmillan Publishing Company.
b. Mahasiswa yang memiliki power otot
tungkai rendah lebih cocok jika Radcliffe, J. C. & Farentinos, R. C. 1985.
diberikan latihan berbeban. Plyometrics. Illionis: Human Kinetics
DAFTAR PUSTAKA Publiser. Inc.
Brooks, G.A. & Fahey, T.D. 1984. Exercise
Physiology Human Bioenergetics and its Rusli Lutan. 1988. Belajar Keterampilan
Aplication. Canada: Jhon Wiley & Sons Motorik. Pengantar Teori dan Metode.
Inc. Jakarta: Depdikbud.

Chu, Donald A. 1992. Jumping Into Sajoto, M. 1995. Pembinaan Kondisi Fisik
Plyometrics. California: Leisure Press Dalam Olahraga. Jakarta: Ditjendikti.
Champaign, Illionis.
Sudjana, 2002. Desain dan Analisis
Fox, E.L, Bowers, RW., Foss, ML. 1984. Eksperimen. Bandung: Tarsito.
Sports Physiology. Philadelphia: WB.
Sounders Company. _______, 2004. Metode Statistika. Bandung:
Tarsito.
Hadisasmita, T. dan Syarifuddin, A. 1996.
Ilmu Kepelatihan Dasar. Jakarta: Suharno HP. 1993. Ilmu Coaching Umum.
Yogyakarta: Andi Offset.
J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 2 , N o m o r 1 , J a n u a r i 2 0 1 6 | 62

Wilmore, Jack H. & Costil, David L. 1988.


Training for Sport and Activity The
Physiological Basic of The Conditioning
Process. Dubuque: IOWA: Wmc.
Brown Publisher

Anda mungkin juga menyukai