Oleh
Trihadi Karyono
FIK UNY
email: trihadikaryono@uny.ac.id
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan pengaruh latihan beban dan latihan
plyometrik terhadap kelincahan bulutangkis, (2) perbedaan kelincahan bulutangkis antara
mahasiswa yang memiliki power otot tungkai tinggi dan rendah, (3) pengaruh interaksi antara
metode latihan dan power otot tungkai terhadap kelincahan bulutangkis.
Penelitian ini menggunakan metode ekperimen dengan rancangan faktorial 2 x 2. Populasi
dalam penelitian ini adalah Unit Kegiatan Mahasiswa Bulutangkis Universitas Negeri Yogyakarta
yang berjumlah 60 mahasiswa. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive random
sampling, besarnya sampel yang diambil yaitu sebanyak 40 mahasiswa. Teknik analisis data pada
penelitian ini menggunakan ANAVA. Sebelum menguji dengan ANAVA, terlebih dulu digunakan
uji prasyarat analisis data dengan menggunakan uji normalitas sampel (Uji Lilliefors dengan α =
0,05 %) dan Uji homogenitas varians (Uji Bartlett dengan α = 0,05 %).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) ada perbedaan pengaruh
latihan beban dan latihan plyometrik terhadap kelincahan bulutangkis. Pengaruh latihan plyometrik
lebih baik dari pada dengan latihan beban. (2) ada perbedaan peningkatan kelincahan bulutangkis
antara mahasiswa yang memiliki power otot tungkai tinggi dan rendah. Peningkatan kelincahan
bulutangkis pada mahasiswa yang memiliki power otot tungkai tinggi lebih baik dari pada yang
memiliki power otot tungkai rendah. (3) terdapat pengaruh interaksi antara metode latihan dan
power otot tungkai terhadap kelincahan bulutangkis. Mahasiswa yang memiliki power otot tungkai
tinggi lebih cocok jika diberikan latihan plyometrik. Sedangkan mahasiswa yang memiliki power
otot tungkai rendah lebih cocok jika diberikan latihan berbeban.
Kata Kunci: Latihan Berbeban, Latihan Plyometrik, Power Otot Tungkai, Kelincahan Bulutangkis.
gelar juara dalam suatu kejuaraan pemain dalam melakukan pukulan mereka
internasional. Adapun pada kejuaraan- harus mengejar shuttlecocks dengan langkah
kejuaraan besar, Piala Thomas dan Uber, kaki yang ringan dan lincah ke semua sudut
kejuaraan dunia, serta Asian Games, lapangan. Pengamatan peneliti dalam setiap
PELATNAS tidak membuahkan hasil yang kejuaraan yang diselenggarakan baik oleh
memuaskan. Ini menunjukkan bahwa pengurus propinsi maupun pengurus
bulutangkis Indonesia walau dipandang eksis kabupaten seperti kejuaraan Sleman “Open
tapi mulai menunjukkan prestasinya menurun. Badminton Championship” tahun 2008
Prestasi olahraga tidak terlepas dari sampai dengan tahun 2010 yang diadakan
unsur kondisi fisik. Peningkatan kondisi fisik pengurus kabupaten Sleman, banyak atlet
atlet bertujuan agar kemampuan fisik menjadi yang mengikuti kejuaraan tersebut masih
prima dan berguna menunjang aktivitas terasa berat langkah kaki (footwork) dan
olahraga dalam rangka mencapai prestasi kurang lincah dalam mengejar shuttlecocks.
prima (Suharno, 1993:38). Latihan fisik setiap Dengan seringnya mereka terlambat memukul
cabang olahraga merupakan pondasi utama shuttlecocks yang jauh dari badan, sehingga
dalam melatih teknik, taktik dan mental atlet. akurasi pukulan tidak dapat dikontrol dengan
Untuk mendapatkan prestasi yang tinggi, baik. Keterlambatan memukul shuttlecocks
hendaknya ditunjang kondisi fisik seperti disebabkan berbagai hal seperti kurangnya
kelincahan, kecepatan, kekuatan, koordinasi, kecepatan reaksi, power otot tungkai,
daya tahan, waktu reaksi, kelentukan, power kekuatan, kecepatan, kelentukan dan
yang sangat dibutuhkan oleh atlet dalam koordinasi.
permainan bulutangkis. Seperti diungkapkan Unit Kegiatan Mahasiswa Bulutangkis
Sajoto (1995:10) komponen kondisi fisik Universitas Negeri Yogyakarta dalam
meliputi: kekuatan (strength), kecepatan melakukan kegiatan bermain bulutangkis
(speed), daya tahan (endurance), daya ledak kurang maksimal kelincahan kakinya
otot (muscular explosive power), kelincahan sehingga sering terjadi keterlambatan dalam
(agility), keseimbangan (balance), kelentukan memukul shuttlecocks. Seringnya mahasiswa
(flexibility), dan koordinasi (coordination). Unit Kegiatan Mahasiswa Bulutangkis
Semua komponen kondisi fisik di atas harus Universitas Negeri Yogyakarta dalam
dapat dikembangkan guna menunjang prestasi bermain bulutangkis terlambat melakukan
atlet. pukulan shuttlecocks hendaknya perlu dicari
Permainan bulutangkis memerlukan dan ditelusuri faktor-faktor penyebabnya.
komponen kondisi fisik kelincahan (agility) Disamping itu juga pengalaman peneliti
yang dipengaruhi kondisi fisik yang lain salah selama mengajar bulutangkis, banyak
satunya power otot tungkai. Karena setiap mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam
J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 2 , N o m o r 1 , J a n u a r i 2 0 1 6 | 51
Latihan yang dilakukan untuk meningkatkan power. Pola gerakan dalam latihan plyometrik
power otot tungkai harus melibatkan otot-otot sebagian besar mengikuti konsep “power
yang akan dikembangkan yaitu otot tungkai chain” (rantai power) dan sebagian besar
serta sesuai dengan sistem energi yang latihan, khusus melibatkan otot-otot anggota
digunakan dalam aktivitas tersebut. Tuntutan gerak bawah, karena gerakan kelompok otot
terhadap metode latihan yang efektif dan ini secara nyata merupakan pusat power.
efisien didorong oleh kenyataan atau gejala- Pada prinsipnya latihan plyometrik
gejala yang timbul dalam pelatihan. Beberapa didasarkan pada prinsip pra peregangan otot
alasan tentang pentingnya kebutuhan metode yang terlibat pada saat tahap penyelesaian atas
latihan yang efisien menurut Rusli (1988:26) respon atau penyerapan kejutan dari
adalah ”(1) Efisiensi akan menghemat waktu, ketegangan yang dilakukan otot sewaktu
energi atau biaya, (2) Metode efisien akan bekerja. Sebagai metode latihan fisik, latihan
memungkinkan para siswa atau atlet untuk plyometrik dapat dibedakan menjadi tiga
menguasai tingkat keterampilan yang lebih kelompok latihan, yaitu (1) Latihan untuk
tinggi”. anggota gerak bawah, (2) Latihan untuk
Latihan berbeban adalah suatu latihan batang tubuh, dan (3) Latihan untuk anggota
yang menggunakan beban, baik latihan secara gerak atas.
isometrik, secara isotonik maupun secara Dalam penyusunan program latihan,
isokinetik. Latihan ini dilakukan dengan baik latihan berbeban maupun latihan
menggunakan beban berupa alat maupun plyometrik perlu adanya pengkajian tentang
berat badan atlet. Latihan berbeban adalah kontraksi otot, dosis latihan yang meliputi
suatu cara menerapkan prosedur tertentu beban latihan, jumlah set, irama, repetisi dan
secara sistematis pada berbagai otot tubuh. recoverynya. Karena unsur-unsur tersebut
Pada program latihan berbeban ini dalam sangat berpengaruh dan menentukan
pelaksanaannya menggunakan alat barbel, tercapainya suatu tujuan latihan. Sebagai
dumbell dan gym mechine yang telah contoh untuk meningkatkan power otot
dikombinasikan menjadi alat khusus untuk tungkai, maka memerlukan beban yang berat
latihan berbeban (weight training). dengan repetisi yang sedikit dan irama yang
Latihan plyometrik merupakan suatu cepat, sebaliknya untuk daya tahan maka
metode latihan yang dapat digunakan untuk memerlukan beban yang ringan dengan
meningkatkan kesegaran biomotorik atlet, repetisi yang banyak. Kedua metode latihan
termasuk kekuatan dan kecepatan yang tersebut di atas, diperkirakan memiliki
memiliki aplikasi yang sangat luas dalam pengaruh terhadap power otot tungkai yang
kegiatan olahraga, dan secara khusus latihan nantinya berpengaruh juga terhadap
ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan kelincahan bulutangkis.
J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 2 , N o m o r 1 , J a n u a r i 2 0 1 6 | 53
selama dua bulan dengan frekuensi metode latihan yang terdiri dari dua taraf
pertemuan tiga kali seminggu (Brooks yakni latihan berbeban dan latihan
& Fahey, 1984:405), yaitu pada hari plyometrik. Sedangkan variabel bebas
Senin, Rabu dan Jum’at. Lamanya atributif dalam penelitian ini yaitu power
latihan 85 menit setiap kali pertemuan. otot tungkai tinggi dan power otot tungkai
2. Uji Homogenitas
Hasil uji homogenitas data
antara kelompok 1 dan kelompok 2
adalah sebagai berikut:
Dari hasil uji homogenitas
Gambar 2. Histogram Nilai Rata-Rata Hasil
2
Kelincahan Bulutangkis pada diperoleh nilai χ o= 1.831. Sedangkan
Tiap Kelompok Perlakuan. dengan k - 1 = 4 – 1 = 3, angka χ2tabel
Keterangan :
5% = 7,81, yang ternyata bahwa nilai
KP1 = Kelompok metode latihan
dengan latihan berbeban pada χ2o= 1.831 lebih kecil dari χ2tabel 5%=
tingkat power otot tungkai 7.81. Sehingga dapat disimpulkan
tinggi
KP2 = Kelompok metode latihan bahwa antara kelompok dalam
dengan latihan berbeban pada penelitian ini memiliki varians yang
tingkat power otot tungkai
rendah homogen.
KP3 = Kelompok metode latihan
dengan latihan plyometrik
memiliki power otot tungkai D. Pengujian Hipotesis
tinggi 1. Pengujian Hipotesis I
KP4 = Kelompok metode latihan
dengan latihan plyometrik Dari hasil penelitian menunjukkan
pada tingkat power otot bahwa metode latihan dengan latihan
tungkai rendah
berbeban memiliki peningkatan yang
B. Reliabilitas berbeda dengan metode latihan dengan
Adapun hasil uji reliabilitas data hasil latihan plyometrik. Hal ini dibuktikan dari
kelincahan bulutangkis pada penelitian ini nilai Fhitung = 4.4067 > Ftabel = 4.11.
adalah sebagai berikut : Dengan demikian hipotesa nol (H0)
Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data ditolak. Yang berarti bahwa metode
latihan dengan latihan berbeban memiliki
peningkatan yang berbeda dengan latihan
Hasil uji normalitas data yang ternyata metode latihan dengan latihan
Tabel 5. Pengaruh Sederhana, Pengaruh titik pertemuan atau persilangan. Antara jenis
Utama, dan Interaksi Faktor A
latihan kelincahan bulutangkis dan tingkat
dan B Terhadap Hasil Kelincahan
Bulutangkis. power otot tungkai memiliki titik persilangan.
Berarti terdapat interaksi yang signifikan
diantara keduanya. Gambar tersebut
menunjukkan bahwa power otot tungkai
Interaksi antara dua faktor
berpengaruh terhadap hasil latihan kelincahan
penelitian dapat dilihat pada gambar
bulutangkis.
berikut:
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel
15, ternyata mahasiswa yang memiliki power
otot tungkai tinggi dengan metode latihan
plyometrik, memiliki peningkatan kelincahan
bulutangkis yang lebih baik dibandingkan
mahasiswa dengan power otot tungkai tinggi
dan mendapat perlakuan metode latihan
berbeban. Sedangkan mahasiswa yang
memiliki power otot tungkai rendah dengan
metode latihan berbeban, memiliki
peningkatan kelincahan bulutangkis yang
lebih baik dibandingkan mahasiswa dengan
Gambar 3. Bentuk Interaksi Perubahan
power otot tungkai tinggi dan mendapat
Besarnya Hasil Kelincahan
perlakuan metode latihan berbeban.
Bulutangkis
Kefektifan penggunaan metode latihan
Keterangan :
kelincahan bulutangkis dipengaruhi oleh
: A1 = Metode latihan dengan latihan
klasifikasi power otot tungkai yang dimiliki
berbeban
mahasiswa.
: A2 = Metode latihan dengan latihan
plyometrik.
KESIMPULAN
: B1 = Power otot tungkai tinggi
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil
: B2 = Power otot tungkai rendah
analisis data yang telah dilakukan, dapat
Atas dasar gambar di atas, bahwa
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
bentuk garis perubahan besarnya nilai
1. Ada perbedaan pengaruh antara latihan
kelincahan bulutangkis adalah tidak sejajar
berbeban dan plyometrik terhadap
dan bersilangan. Garis perubahan peningkatan
kelincahan bulutangkis. Pengaruh latihan
kelincahan antar kelompok memiliki suatu
J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 2 , N o m o r 1 , J a n u a r i 2 0 1 6 | 61
plyometrik lebih baik dari pada latihan Depdikbud Dirjen Dikti Proyek
beban. Pendidikan Tenaga Akademik.
2. Ada perbedaan kelincahan bulutangkis
antara mahasiswa yang memiliki power Harsono. 1988. Coaching Dan Aspek-Aspek
otot tungkai tinggi dan rendah. Psikologis Dalam Coaching. Jakarta:
Peningkatan kelincahan bulutangkis pada Dikti P2LPTK.
mahasiswa yang memiliki power otot
tungkai tinggi lebih baik dari pada yang Ismayarti. 2006. Tes dan Pegukuran.
memiliki power otot tungkai rendah. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
3. Terdapat pengaruh interaksi antara Press.
metode latihan dan power otot tungkai
terhadap kelincahan bulutangkis. Johnson, B. L., Nelson, J. K. 1986. Practical
a. Mahasiswa yang memiliki power otot Measurment for Evaluation Physical
tungkai tinggi lebih cocok jika Education. Fourth Edition. Minesota
diberikan latihan plyometrik. USA: Macmillan Publishing Company.
b. Mahasiswa yang memiliki power otot
tungkai rendah lebih cocok jika Radcliffe, J. C. & Farentinos, R. C. 1985.
diberikan latihan berbeban. Plyometrics. Illionis: Human Kinetics
DAFTAR PUSTAKA Publiser. Inc.
Brooks, G.A. & Fahey, T.D. 1984. Exercise
Physiology Human Bioenergetics and its Rusli Lutan. 1988. Belajar Keterampilan
Aplication. Canada: Jhon Wiley & Sons Motorik. Pengantar Teori dan Metode.
Inc. Jakarta: Depdikbud.
Chu, Donald A. 1992. Jumping Into Sajoto, M. 1995. Pembinaan Kondisi Fisik
Plyometrics. California: Leisure Press Dalam Olahraga. Jakarta: Ditjendikti.
Champaign, Illionis.
Sudjana, 2002. Desain dan Analisis
Fox, E.L, Bowers, RW., Foss, ML. 1984. Eksperimen. Bandung: Tarsito.
Sports Physiology. Philadelphia: WB.
Sounders Company. _______, 2004. Metode Statistika. Bandung:
Tarsito.
Hadisasmita, T. dan Syarifuddin, A. 1996.
Ilmu Kepelatihan Dasar. Jakarta: Suharno HP. 1993. Ilmu Coaching Umum.
Yogyakarta: Andi Offset.
J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 2 , N o m o r 1 , J a n u a r i 2 0 1 6 | 62